Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM I: Persilangan Monohibrid dan Persilangan Dihibrid Topik

PRAKTIKUM I : Persilangan monohibrid dan dihibrid.

Tujuan: Untuk membuktikan hukum mendel (ratio fenotif, genotif yang dihasilkan).

Hari/ tanggal : Senin, 27 Februari 2012.

Tempat: Laboratorium Biologi FKIP UNLAM Banjarmasin.

I. ALAT DAN BAHAN:

Alat dan Bahan: 

Alat: 4 buah bak plastik atau beacker glass; dan  Alat tulis dan alat hitung. 

Bahan: 50 buah kancing merah;  50 buah kancing putih;  50 buah kancing hijau; dan  50 buah
kancing kuning.

II. CARA KERJA I.

Persilangan monohibrid

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker glass yang
berlubang.

3. Menyiapkan 25 buah kancing merah dan 25 buah kancing putih ke dalam beacker galss yang
bertombol.

4.Mengocok atau mencampurkan kedua macam gamet tadi (merah dan putih) jantan maupun betina
pada masing-masing beacker glass.
5. Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-masing beacker glass.

6.Mengambil kancing pada masing-masing beacker glass tersebut tanpa melihat dengan mata (secara
acak) Kemudian memasangkannya satu persatu.

7. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel.

8. Menghitung perbandingan fenotif dan genotifnya.

III. TEORI DASAR Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalahkemampuannya untuk
melakukan reproduksi dan dengan demikian dapatmelestarikan jenisnya. Pada organisme yang berbiak
secara seksual,individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet
yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya. Mendel adalah seorang yang genius dan telah
berhasil dalam percobaanpercobaannya pada bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun
beberapa postulatnya, sebagai berikut

: a. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau homurai.

b. Sifat tersebut berpasangan.

c. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan terlihat ekspresinya dalam
keadaan yang tertentu.

Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter (genetisnya) alel yang
bersegregasi satu & yang lainnya akan nampak dalam bentuk gamet. Dan hukum Independerae
Assortment segregasi dari sepasang alel tersebut bebas dalam hal penggabungannya kemudian kembali.
Syarat-syarat hukum mendel yaitu Survival gamet sama, Survival zygote sama & Survival embrio sama. I.
Persilangan monohybrid Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of Segretation of Allelic
Genes atau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan
alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu
yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Dalam ini
disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai
satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan
perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Namun kadangkadang individu
hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan kata lain, sifat dominasi tidak
muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermedier. Dalam membicarakan satu
sifat tertentu, kita hanya menggambarkan pasangan kromosom dengan yang bersangkutan saja, tetapi
bukan berarti bahwa kromosomkromosom dan gen-gen yang lain tidak ada dalam sel itu. Ada sifat yang
disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang
lainnya yaitu resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam percobaannya Mendel
menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya perbedaan dalam ukuran pohon, misalnya adanya
variasi tinggi yang 0,45 meter sampai 1 meter. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang
kontras sehingga memudahkan untuk mengamati. Pada waktu mendel mengadakan persilangan antara
kedua varietas tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel mendapat hasil
berikut: Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegresi sehingga ratio fenotifnya adalah
tinggi, sedangkan keturunan F2 akan memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1.
Sedangakn ratio genotifnya adalah TT : Tt : t = 1 : 2 : 1., yaitu satu tumbuhan ercis homozigot, dan dua
tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan ercis pendek. II. Persilangan dihibrid Dalam hukum
mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of genes atau Hukum
Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan
memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini
dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau lebih
karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan Dihibrid adalah hibrid dengan
2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari
susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa,
dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang ada hubungannya dengan
fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat
diploid, maka genotif dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB,dsb. Semua keterangan
di atas hanya membicarakan persilangan satu sifat. Sekarang akan dipelajari dua individu dengan dua
sifat beda dimana hasil persilangan ini dinamakan dihibrid. Sebelum melakukan percobaan, harus
diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada
kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang
ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna
kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1
seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian
ditanam lagi dan tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk
memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman
berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning : 1/16
berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah ( 9 : 3 : 3 : 1 ).

IV. HASIL PENGAMATAN

A.Persilangan monohibrid

P:Merah

Putih
(MM)

(mm)

G:

M, M

m, m

F:

MM, Mm, Mm, mm

Fenotif (genotif)

MERAH (M)

PUTIH (m)

MERAH (M)
MM

Mm

PUTIH (m)

Mm

mm

Data kelompok: No.

Fenotif

Genotif

Tabulasi

Jumlah

Merah

MM
IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII

25

Merah muda

Mm

IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 50 IIIII IIIII IIIII

3

Putih

mm

IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII

Rasio fenotif data kelompok: Merah : Putih = (25 + 50) : 25 = 75 : 25 = 3 : 1


Rasio genotif data kelompok: MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1

B. Persilangan dihibrid P:

Bulat kuning x (BBKK)

Keriput hijau (bbkk)

25

G:

BK

F1 :

BbKk

G2:

bk

x
BbKk

BK, Bk, bK, bk

Fenotif (genotif)

BK, Bk, bK, bk

Bulat Kuning Bulat Hijau Keriput Kuning Keriput Hijau (BK)

(Bk)

(bK)

(bk)

Bulat Kuning (BK)

BBKK

BBKk
BbKK

BbKk

Bulat Hijau (Bk)

BBKk

BBkk

BbKk

Bbkk

Keriput Kuning (bK) BbKK

BbKk

BbKK

BbKk

Keriput Hijau (bk)

Bbkk
bbKk

bbkk

BbKk

Data kelompok: No.

Fenotif

Genotif

Tabulasi

Jumlah

1.

Bulat Kuning

BBKK

II
2

BBKk

IIII

BbKK

IIIII III

BbKk

IIIII IIIII III

13

BBkk

IIII

4
Bbkk

IIIII IIII

bbKK

IIII

bbKk

IIIII

bbkk

1
2.

Bulat Hijau

3.

Keriput Kuning

4. 

Keriput Hijau

Rasio genotif data kelompok: BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : BBkk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk 2

:
13 :

9:

5:1

Rasio fenotif data kelompok: Bulat Kuning : Bulat Hijau : Keriput Kuning : Keriput Hijau 27

13

9
:

V. ANALISIS DATA I.

Persilangan monohibrid Pada persilangan ini berlaku hukum mendel I yang menyatakan bahwa ketika
berlangsung pembentukan gamet pada individu heterozigot terjadi perpisahan alel secara bebas
sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Oleh karena itu, setiap gamet mengandung
salah satu alel yang dikandung sel induknya.Peristiwa ini dikenal dengan Persilangan Monohibrid yang
dikenal pula dengan hukum segregasi. Persilangan ini menggunakan satu sifat beda.Dengan
menggunakan kancing genetik warna merah dilambangkan dengan (M) dan warna putih dilambangkan
dengan (m), pada keturunan satu (F1) perkawinan dari keduanya merupakan gabungan dari kedua gen
(Mm) yang dalam fenotifnya bentuk tetap bulat (percampuran kancing merah dan kancing putih).
Sedangkan pada keturunan F2 mulai tampak berlakunya hukum segregasi yaitu pemisahan secara bebas
gen sealel. Pada percobaan ini, persilangan antara keturunan F1 didapatkan perbandingan genotifnya
dari MM : Mm : mm adalah 25 : 50 : 25 sehingga perbandingan fenotifnya adalah 75 : 25. Perbandingan
ini sesuai dengan hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1
tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotifnya adalah
1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotifnya adalah 3 : 1.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan mengenai hukum Mendel I atau persilangan monohibrid yang
diambil secara acak berdasarkan data di atas jelas sesuai dengan hukum Mendel. Dan jika kita
menuliskan persilangannya juga akan sesuai dengan hukum Mendel tersebut, yaitu: P:

♀MM >< ♂ mm (Merah) ↓ (Putih)

F1:

Mm (Merah)

F1>< F1: ♀ Mm

><

♂ Mm

(Merah) ↓ (Merah) G:

M,m

M,m
F2: Fenotif (genotif)

MERAH (M)

PUTIH (m)

MERAH (M)

MM

Mm

PUTIH (m)

Mm

mm

Jadi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil persilangan dengan perbandingan
yaitu sebagai berikut: - Rasio Genotifnya = MM : Mm : mm 25 : 50

: 25 → 1 : 2 : 1

- Rasio Fenotifnya = Merah : Putih 75 : 25 → 3 : 1


II. Persilangan dihibrid Hukum Mendel II dikenal pula dengan hukum asortasi atau hukum berpasangan
secara bebas. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas dengan gen atau
sifat lain. Meskipun demikian, gen untuk satu sifat tidak berpengaruh pada gen untuk sifat lain yang
bukan termasuk alelnya. Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrid, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda dan memiliki perbandingan 9 : 3: 3 : 1. Pada
percobaan yang dilakukan dengan persilangan dihibrid dengan menggunakan 2 sifat beda yaitu kancing
genetik warna merah dengan gamet (BB) bersifat dominan bulat terhadap kancing genetik warna putih,
dan yang bersifat resesif keriput dengan gamet (bb). Serta dengan kancing genetik warna kuning dengan
gamet (KK) yang bersifat

dominan warna kuning terhadap warna hijau resesif dengan gamet (kk). Pada parentalnya memiliki sifat
fenotif bentuk bulat berwarna kuning (BBKK) yang dominan terhadap parental lainnya yang memiliki
fenotif bentuk keriput berwarna hijau (bbkk). Diagram persilangannya sebagai berikut : P:

♀ BBKK

↓ (Keriput Hijau)

(Bulat Kuning) F1:

♂ bbkk

><

BbKk (Bulat Kuning)

F1>< F1: ♀ BbKk

><
(Bulat Kuning)

♂ BbKk

↓ (Bulat Kuning)

Gamet: BK, Bk, bK, bk

F2: Fenotif (genotif)

Bulat Kuning Bulat Hijau Keriput Kuning Keriput Hijau (BK)

(Bk)

(bK)

(bk)

Bulat Kuning (BK)

BBKK

BBKk
BbKK

BbKk

Bulat Hijau (Bk)

BBKk

BBkk

BbKk

Bbkk

Keriput Kuning (bK) BbKK

BbKk

BbKK

BbKk

Keriput Hijau (bk)

Bbkk
bbKk

Bbkk

BbKk

Namun, pada percobaan persilangan dihibrid yang dilakukan terjadi penyimpangan dari hukum mendel,
ini karena rasio fenotif yang dihasilkan adalah 9 : 4 : 3 : 0, sedangkan hukum Mendel II mempunyai rasio
fenotif 9 : 3 : 3 ; 1. Penyimpangan ini adalah penyimpangan yang semu dan jarang terjadi. Penyimpangan
ini mungkin dikarenakan adanya sifat-sifat menurun yang dipengaruhi oleh dua atau lebih pasangan alel
yang

penampakkannya saling mempengaruhi (berinteraksi). Tergantung pada macam interaksi ini,


perbandingan fenotif itu berubah dalam berbagai bentuk, walaupun prinsip dasar dari cara pewarisan
sifat-sifat menurun adalah tetap sama. Keganjilan ini bukanlah disebabkan oleh penyimpangan hukum
Mendel II tetapi hanyalah karena adanya dua pasang alel yang semuanya mempengaruhi bagian sama
dari suatu organisme. Dan dalam hal ini adalah bentuk Bulat Kuning dan Keriput Hijau.

VI. KESIMPULAN 1. Hasil yang diperoleh dari persilangan monohibrid sesuai dengan bunyi Hukum
Mendel I. 2. Hasil yng diperoleh dari persilangan dihibrid sesuai dengan bunyi hokum Mendel II. Namun,
hasil persilangan tidaklah selalu sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh hukum Mendel, karena dalam
persilangan dilakukan pembulatan dalam penjumlahan. 3. Hukum Mendel memang nyata dan
penyimpangan yang terjadi bukanlah penyimpangan yang nyata melainkan penyimpangan yang semu
karena masih mengikuti hukum Mendel.

VII. DAFTAR PUSTAKA -

Tjien, Kiaw. 1991. Genetika Dasar Jurusan Biologi. Bandung: ITB.

-
Halang, Bund dan Muhammad Zaini. 2012. Penuntun Praktikum Genetika. Jurusan PMIPA FKIP UNLAM
Banjarmasin.

Wildan, Yatim. 1986. Genetika. Tarsitu : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai