GENETIKA
Disusun Oleh:
173112620150070
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2019
PRAKTIKUM
DIHIBRIDA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Perbandingan genotip dan fenotip F2 dapat Anda amati dalam Tabel berikut:
Berdasarkan hasil percobaan di atas, Mendel menarik kesimpulan bahwa gen-gen
dari sepasang alel memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika terjadi
meiosis selama pembentukan gamet. Prinsip ini dikenal sebagai Hukum Mendel II atau
dikenal dengan The Law of Independent Assortmen of Genes atau
Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas. Oleh karena itu, pada contoh dihibrid
tersebut terjadi 4 macam pengelompokan dari dua pasang gen sebagai berikut.
Penentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori
tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai
pengamatan terhadap nilai harapan.Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut
dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan
dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
2 ∑(O𝑖 −E𝑖 )2
X hitung =
E𝑖
Keterangan:
Suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja
ada penyimpangan.Yangmenjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang
masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistik tingkat kepercayaan itu
adalah 5% yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan
genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.(Nio,tjan, 1990)
Peluang menyangut derajat kepastian suatu kejadian terjadi atau tidak.Dalam ilmu
genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada
hukum peluang.Rasio persilangan Heterozigot adalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan
secara dominan penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan teori.
Dapat menguji penyimpangan dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
X2 = Chi Quadrat
Frekuansi gen merupakan pernyataan matematis suatu gen yang tersebar dalam suatu
populasi yang bereproduksi secara seksual. Bagi suatu lokus genetik yang memiliki
produk gena lebih dari satu atau bersifat alelik, maka frekuensi gen tersebut juga
frekuensi alel dari lokus tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa untuk
menghitung frekuensi suatu gen atau frekuensi alel perlu diketahui dulu sebaran genotip
dalam populasi yang diperiksa. (Sofro,1992)
Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang
tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak
mempengaruhi terjadinya peristiwa lain.Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang
diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan dan tidak secara
betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan
pemisahan alel secara bebas. (Kusdianti,1986)
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT:
BAHAN:
1. Aplikasi VGL (Virtual Genetic Lab) yang berisi berbagai macam problem-problem
tentang individu-individu serangga yang bervariasi bentuk maupun warna antenna,
kaki, mata, dan lainnya.
Pada percobaan ini dilakukan persilangan dihibrid terhadap organisme yang memiliki
4 fenotip yaitu : Forked Yellow, Forked Green, Knobbed Yellow, dan Knobbed Green.
Pertama dilakukan persilangan terhadap Forked Green dengan Forked Yellow hingga
mendapatkan homozigot dari persilangan ini dan fenotip Forked Yellow mendominasi pada
persilangan ini.
Perlakuan kedua disilangkan fenotip Forked Yellow dengan Knobbed Yellow hingga
mendapatkan homozigot seperti yang dilakukan pada perlakuan pertama, fenotip Forked
Yellow mendominasi pada persilangan ini.
Perlakuan ketiga adalah menyilangkan antara fenotip Forked Yellow dengan Knobbed
Green hingga menemukan F1heterozigot dominan , fenotip Forked Yellow mendominasi
pada persilangan ini.
Perlakuan keempat adalah menyilangkan hasil F1 dengan sesamanya (Forked Yellow
>< Forked Yellow) sehingga diperoleh F2: Forked Green, Forked Yellow, Knobbed Green,
dan Knobbed Yellow sebagai berikut:
Forked Yellow 8 11 19
Knobbed Yellow 1 1 2
Forked Green 8 1 9
Knobbed Green 1 - 1
Observed (Oi ) 19 9 2 1 31
X 2 tabel (a 7,82
= 0,05 ; df = 1)
*Catatan : nilai df = 3, karena ada 2 sifat beda sehingga ada 4 fenotipe (n), maka: df = n – 1 =
4–1=3
(−3,8125)2 (−0,9375)2
+ = 0,14 + 2,5 + 2,5 + 0,45 = 5,59
5,8125 1,9375
PEMBAHASAN
Dari percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap
kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen itu berbeda.
Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut O (observation) terhadap ratio
teoritis, yang disebut E (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin
bagus pernyataan fenotipnya.
Kalau perbandingan O/E mendekati angka satu berarti data yang didapat makin
bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna.
Akan tetapi, jika O/E menjauhi 1, data itu buruk dan pernyataan fenotip tentang
karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh suatu faktor lain, yaitu karena adanya
faktor lingkungan atau jumlah objek yang diamati terlalu sedikit.
Dari hasil praktikum monohibrida dan dihibrida dapat disimpulkan bahwa pada
praktikum dihibrida ini menggunakan Chi-square test untuk membuktikan kebenaran akan
teori Hukum Mendel II dan mengevaluasi penyimpangannya dari hasil percobaan sehingga
pada saat menentukan genotipe dan fenotipe dengan menggunakan aplikasi VGL (Virtual
Genetic Lab) terdeteksi adanya sedikit ketidaksesuaian atau ketidaktepatan antara hasil yang
didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.
Pada percobaan dihibrida nilai X² hitung nya, yaitu 1 pada tabel X² dengan db = 3
terletak 5,59. Jadi hasil pengamatan persilangan biji jagung pada persilangan dihibrida
dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 telah memenuhi nisbah Hukum Mendel II karena X² hitung
< X² tabel nya.
Saran untuk praktikum monohibrida kali ini adalah bahwa segala hal di dunia ini
tidak ada yang sempurn, begitu pula dengan aplikasi komputer VGL ini kecuali Sang Maha
Pencipta sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Yatim (1986),”Sesungguhnya
perbandingan ratio fenotip F2 9 : 3 : 3:1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis, ratio
ini diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip
yang didapat tidaklah persis demikian. Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut O
(observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut E (expected), makin sempurna data yang
dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.”.
VII. DAFTAR PUSTAKA
(http://bhimashraf.blogspot.com/2009/12/imitasi-perbandingan-genetik-imitasi.html) diakses
pada tanggal 11 November 2018
Kusumaningsari, Brina dkk. 2012. Model Imitasi Ratio Fenotipe Hasil Persilangan.
Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah