Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

GENETIKA

DIHIBRIDA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI VIRTUAL


GENETIC LAB (VGL)

Disusun Oleh:

Fathimah Azzahra Noorhadi

173112620150070

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS NASIONAL

2019
PRAKTIKUM

DIHIBRIDA

I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui dan membuktikan Hukum Mendel II (asortasi) dari persilangan


dihibrida.

2. Mengaplikasikan dan mengimplementasikan Hukum Mendel II melalui


persilangan dihibrida dari aplikasi VGL (Virtual Genetic Lab).
II. PENDAHULUAN

A. Dihibrida dengan Hukum Mendel II

Secara teknis persilangan dilakukan dengan maksud untuk penggabungan beberapad


sifat yang semula terdapat pada dua bangsa yang berbeda kedalam satu bangsa
silangan, pembentukan bangsa baru, garding up, pemanfaatan terosis. Salah satu
keuntungan dari persilangan adalah hybrid vigour atau heterosis yakni untuk
mendapatkan keturunan yang lebih baik
(Akbar. 2008).

Persilangan dihibrida merupakan


perkawinan dua individu dengan dua
tanda beda. Persilangan ini dapat
membuktikan kebenaran Hukum Mendel
II yaitu bahwa gen-gen yang terletak
pada kromosom yang berlainan akan
bersegregasi secara bebas dan dihasilkan
empat macam fenotip dengan
perbandingan 9:3:3:1. Kenyataannya,
seringkali terjadi penyimpangan atau
hasil yang jauh dari harapan yang
mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang
bersifat homozigot letal dan sebagainya.(Bhimasarf, 2009)

Pada persilangan antarindividu F1 didapatkan 16 kombinasi gen dengan empat


fenotip, yaitu tanaman ercis biji bulat-kuning, biji bulat-hijau, biji berkerut-kuning, dan
biji berkerut-hijau. Misalnya diketahui gen-gen yang menentukan sifat biji tanaman
ercis sebagai berikut. 1) B = gen yang menentukan biji bulat. 2) b = gen yang
menentukan biji berkerut. 3) K = gen yang menentukan biji berwarna kuning. 4) k =
gen yang menentukan biji berwarna hijau.

Perbandingan genotip dan fenotip F2 dapat Anda amati dalam Tabel berikut:
Berdasarkan hasil percobaan di atas, Mendel menarik kesimpulan bahwa gen-gen
dari sepasang alel memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi) ketika terjadi
meiosis selama pembentukan gamet. Prinsip ini dikenal sebagai Hukum Mendel II atau
dikenal dengan The Law of Independent Assortmen of Genes atau
Hukum Pengelompokan Gen secara Bebas. Oleh karena itu, pada contoh dihibrid
tersebut terjadi 4 macam pengelompokan dari dua pasang gen sebagai berikut.

1) Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK.

2) Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk.

3) Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK.

4) Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk.

Contoh persilangan dihibrid yang lain


misalnya pada tanaman bunga pukul
empat. Tanaman bunga pukul empat ada
yang berdaun lebar (LL) dan ada yang
berdaun sempit (II), dan yang berdaun
sedang bersifat heterozigot (Ll).

Bunganya ada yang berwarna merah


(MM), ada yang putih (mm), dan ada
yang merah muda (Mm). Jika tanaman
berdaun sempit-bunga putih disilangkan dengan tanaman berdaun lebar-bunga merah,
tanaman F1 bersifat intermediat berdaun sedang dan berbunga merah muda. Tanaman
F2 akan memperlihatkan 16
kombinasi genotip maupun
fenotip dengan
perbandingan 1 : 2 : 1 : 2 : 4
: 2 : 1 : 2 : 1. Perbandingan
genotip dan fenotip dapat
Anda amati dalam Tabel
disamping:
B. Uji Statistik Dalam Percobaan Persilangan

Penentukan apakah suatu fenomena yang diamati sesuai atau tidak dengan teori
tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian dengan melihat besarnya penyimpangan nilai
pengamatan terhadap nilai harapan.Selanjutnya besarnya penyimpangan tersebut
dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Dalam percobaan persilangan akan
dibandingkan frekuensi genotipe yang diamati terhadap frekuensi harapannya dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

2 ∑(O𝑖 −E𝑖 )2
X hitung =
E𝑖

Keterangan:

Oi = nilai pengamatan fenotipe ke – i, Ei = nilai harapan fenotipe ke -i

Suatu percobaan,jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja
ada penyimpangan.Yangmenjadi masalah ialah berapa banyak penyimpangan yang
masih bisa kita terima.Menurut perhitungan para ahli statistik tingkat kepercayaan itu
adalah 5% yang masih dianggap batas normal penyimpangan. Untuk percobaan
genetika sederhana biasanya dilakukan analisis Chi-squrae.(Nio,tjan, 1990)

Peluang menyangut derajat kepastian suatu kejadian terjadi atau tidak.Dalam ilmu
genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada
hukum peluang.Rasio persilangan Heterozigot adalah 3:1 jika sifat tersebut diturunkan
secara dominan penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya tidak sesuai dengan teori.
Dapat menguji penyimpangan dengan uji Chi-square degan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

X2 = Chi Quadrat

O = Observed (nilai pengamatan)

E = Expected (nilai harapan)

∑ = Sigma ( Jumlah dari nilai-nilai) (Noor,1996)


Seringkali percobaan perkawinan yang dilakukan menghasilkan keturunan yang
tidak sesuai dengan hukum Mendel. Untuk menguji hal ini digunakan tes X2 atau
disebut juga dengan Chi square. Awalnya tes ini dinamakan test phi (ƒ).Untuk
memudahkan mengingatnya dikatakan test X. (Suryo,1984)

Frekuansi gen merupakan pernyataan matematis suatu gen yang tersebar dalam suatu
populasi yang bereproduksi secara seksual. Bagi suatu lokus genetik yang memiliki
produk gena lebih dari satu atau bersifat alelik, maka frekuensi gen tersebut juga
frekuensi alel dari lokus tersebut. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa untuk
menghitung frekuensi suatu gen atau frekuensi alel perlu diketahui dulu sebaran genotip
dalam populasi yang diperiksa. (Sofro,1992)

Teori kemungkinan merupakan dasar untuk menentukan nisbah yang diharapkan


dari tipe-tipe persilangan genotip yang berbeda.Penggunaan teori ini memungkinkan
untuk menduga kemungkinan diperolehnya suatu hasil tertentu dari persilangan
tersebut.Metode chi kuadrat adalah cara yang tepat kita pakai untuk membandingkan
data percobaan yang diperoleh dari hasil persilangan dengan hasil yang diharapkan
berdasarkan hipotesis secara teotitis. Dengan cara ini seorang ahli genetika dapat
menentukan satu nilai kemungkinan untuk menguji hipotesis itu.

Peristiwa yang mungkin tejadi adalah peristiwa saling asing yaitu peristiwa yang
tidak mungkin terjadi bersama-sama.Peristiwa gayut yaitu peristiwa tidak
mempengaruhi terjadinya peristiwa lain.Chi kuadrat adalah uji nyata apakah data yang
diperoleh benar menyimpang dari nisbah yang diharapkan dan tidak secara
betul.Perbandingan yang diharapkan berdasarkan pemisahan hipotesis berdasarkan
pemisahan alel secara bebas. (Kusdianti,1986)
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT:

1. Seperangkat alat tulis


2. Laptop atau Komputer
3. Kalkulator

BAHAN:

1. Aplikasi VGL (Virtual Genetic Lab) yang berisi berbagai macam problem-problem
tentang individu-individu serangga yang bervariasi bentuk maupun warna antenna,
kaki, mata, dan lainnya.

IV. CARA KERJA


 Dibuka aplikasi VGL yang telah didownload pada laptop atau komputer
 Dilakukan persilangan two genes
 Pada cage 1, dilakukan persilangan 2 fenotip terlebih dahulu yaitu Forked Green
dengan Forked Yellow dan lalu Forked Yellow disilangkan dengan Knobbed
Yellow sampai mendapatkan galur murni homozigot (yang mendominasi).
 Setelah didapatkan galur murni homozigot yang mendominasi disilangkan kembali
dengan galur murni homozigot resesif sampai mendapatkan F1 heterozigot dominan.
 Kemudian setelah didapatkan hasil F1, disilangkan lagi dengan sesama F1 (F1 ><
F1) sehingga dihasilkan F2 yang menghasilkan 4 tpe serangga, yaitu Forked
Yellow, Forked Green, Knobbed Yellow, dan Knobbed Green.
 Selanjutnya, hasil data yang diperoleh diuji menggunakan analisis statistik dengan
metode X2 (Chi Quadrat) dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran akan teori
Hukum Mendel II tersebut.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PRAKTIKUM
Persilangan Dihibrida

Pada percobaan ini dilakukan persilangan dihibrid terhadap organisme yang memiliki
4 fenotip yaitu : Forked Yellow, Forked Green, Knobbed Yellow, dan Knobbed Green.

Pertama dilakukan persilangan terhadap Forked Green dengan Forked Yellow hingga
mendapatkan homozigot dari persilangan ini dan fenotip Forked Yellow mendominasi pada
persilangan ini.

Perlakuan kedua disilangkan fenotip Forked Yellow dengan Knobbed Yellow hingga
mendapatkan homozigot seperti yang dilakukan pada perlakuan pertama, fenotip Forked
Yellow mendominasi pada persilangan ini.

Perlakuan ketiga adalah menyilangkan antara fenotip Forked Yellow dengan Knobbed
Green hingga menemukan F1heterozigot dominan , fenotip Forked Yellow mendominasi
pada persilangan ini.
Perlakuan keempat adalah menyilangkan hasil F1 dengan sesamanya (Forked Yellow
>< Forked Yellow) sehingga diperoleh F2: Forked Green, Forked Yellow, Knobbed Green,
dan Knobbed Yellow sebagai berikut:

Persilangan Forked Yellow & Knobbed Green menghasilkan Forked Yellow:

Forked Yellow : Homozigot


Diketahui :
Dominan (AABB)
Knobbed Green: Homozigot
Resesif (aabb)
Knobbed
Parental 1 : Forked Yellow ><
Green
Genotipe 1 : AABB >< aabb
Gamet 1 : AB, AB >< ab, ab
Fenotipe 1 : AaBb (Forked Yellow100%)
Parental 2 : Fenotipe 1 >< Fenotipe 1
Genotipe 2 : AaBb >< AaBb
Gamet 2 : AB AB
Ab Ab
aB aB
ab
ab
Fenotipe 2 :
AB Ab aB ab

AB AABB AABb AaBB AaBb


Ab AABb AAbb AaBb Aabb

aB AaBB AaBb aaBB aaBb

ab AaBb Aabb aaBb aabb


Warna dan Bentuk Biji
Rasio Persentase
Jagung
Forked Yellow (AABB,
9 56,25%
AaBB, AaBb, AaBb)
Forked Green (AAbb,
3 18,75%
Aabb)
Knobbed Yellow (aaBB,
3 18,75%
aaBb)
Knobbed Green (aabb)
1 6,25%

Summary chart of cage 7:

Fenotipe Male Female Total

Forked Yellow 8 11 19

Knobbed Yellow 1 1 2

Forked Green 8 1 9

Knobbed Green 1 - 1

Persilangan Dihibrida – Analisis Statistik

Statistik Forked Forked Knobbed Knobbed Jumlah


Yellow Green Yellow Green

Observed (Oi ) 19 9 2 1 31

Expected (Ei ) 17,4375 5,8125 5,8125 1,9375 31

Deviation (D = -3,8125 -0,9375


Oi − Ei ) 1,5625 3,8125 0,625

Deviation2 (D2 ) 2,4414 14,535 14,535 0,8789 32,3903

X 2 hitung 0,14 2,5 2,5 0,45 5,59


2
= D ⁄E
i

X 2 tabel (a 7,82
= 0,05 ; df = 1)

Kesimpulan X 2 hitung <


X 2 tabel, maka
percobaan jagung
dengan rasio (r = 9 :
3 : 3 : 1) memenuhi
Hukum Mendel II

*Catatan : nilai df = 3, karena ada 2 sifat beda sehingga ada 4 fenotipe (n), maka: df = n – 1 =
4–1=3

Perhitungan Analisis Statistik Persilangan Dihibrida:

Expected (E1 ) =Forked Yellow : 9⁄16 × 31 = 17,4375

Expected (E2 ) = Forked Green : 3⁄16 × 31 = 5,8125

Expected (E3 ) = Knobbed Yellow : 3⁄16 × 31 = 5,8125

Expected (E4 ) = Knobbe Green : 1⁄16 × 31 = 1,9375

Deviation (D1 ) = Forked Yellow: 19 – 17,4375 = 1,5625

Deviation (D2 ) = Forked Green ∶ 9 − 5,8125 = 3,8125

Deviation (D3 ) = Knobbed Yellow : 2 – 5,8125 = −3,8125


Deviation (D4 ) = Knobbed Green ∶ 1 − 1,9375 = −0,9375

(Oi − Ei )2 (O1 − E1 )2 (O2 − E2 )2 (O3 − E3 )2 (O4 − E4 )2


X 2 hitung = ∑ = + + + =
Ei E1 E2 E3 E4

(19−17,4375)2 (9−5,8125)2 (2−5,8125)2 (1−1,9375)2 (1,5625)2 (3,8125)2


+ + + = + +
17,4375 5,8125 5,8125 1,9375 17,4375 5,8125

(−3,8125)2 (−0,9375)2
+ = 0,14 + 2,5 + 2,5 + 0,45 = 5,59
5,8125 1,9375

PEMBAHASAN

Dari percobaan tes imitasi genetis yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa
ternyata kemungkinan atau peluang yang dimiliki tiap gen itu berbeda. Dan setiap
kemungkinan gen itu memiliki peluang, namun persentase peluang tiap gen itu berbeda.

Gambaran tentang kemungkinannya gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet


akan bertemu secara acak (random) juga berbeda. Dalam pengamatan, tiap uji
percobaan memperlihatkan hasil yang berbeda-beda. Pada percobaan yang dilakukan
hasil yang didapatkan dari persilangan dihibrida pada VGL (Virtual Genetic Lab)
hampir sama persis dengan perbandingan pada teori Hukum Mendel II, jika diambil
nilai persentase garis besarnya hasil Forked Yellow diperoleh sekitar 61,29%, Forked
Green memperlihatkan peluang sekitar 29,03%, Knobbed Yellow diperoleh peluang
sekitar 6,45%, dan Knobbed memperoleh prosentase peluang terkecil yaitu 3,22%

Nilai DB (derajat bebas) atau df merupakan banyaknya kelas fenotip dikurangi


satu, pada dihibrida banyaknya kelas fenotipe nya ada 4 karena terdiri dari 2 sifat yang
berbeda jadi nilai df nya adalah 4 – 1= 3. Nilai X² hitung nya pada dihibrida, yaitu 5,59
dan jika dilihat dari tabel X² dengan db = 3 terletak 7,82. Jadi hasil pengamatan
persilangan biji jagung pada persilangan dihibrida dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1
telah memenuhi nisbah Hukum Mendel II karena X² hitung < X² tabel nya. Sehingga
masuk kedalam kategori persilangan dihibrida dominasi penuh.

Menurut Yatim (1986),”Sesungguhnya ratio fenotip F2 3:1 hanya merupakan


perhitungan secara teoritis, ratio ini diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam
kenyataan sehari-hari, ratio fenotip yang didapat tidaklah persis demikian. Kalau
umpamanya spesies F2 yang dihitung adalah 1000 ekor, maka tidak akan selalu persis
bahwa yang normal 750 ekor dan yang ebony 250 ekor.”.

Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut O (observation) terhadap ratio
teoritis, yang disebut E (expected), makin sempurna data yang dipakai, berarti makin
bagus pernyataan fenotipnya.

Kalau perbandingan O/E mendekati angka satu berarti data yang didapat makin
bagus, dan pernyataan fenotip tentang karakter yang diselidiki mendekati sempurna.
Akan tetapi, jika O/E menjauhi 1, data itu buruk dan pernyataan fenotip tentang
karakter yang diselidiki berarti dipengaruhi oleh suatu faktor lain, yaitu karena adanya
faktor lingkungan atau jumlah objek yang diamati terlalu sedikit.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil praktikum monohibrida dan dihibrida dapat disimpulkan bahwa pada
praktikum dihibrida ini menggunakan Chi-square test untuk membuktikan kebenaran akan
teori Hukum Mendel II dan mengevaluasi penyimpangannya dari hasil percobaan sehingga
pada saat menentukan genotipe dan fenotipe dengan menggunakan aplikasi VGL (Virtual
Genetic Lab) terdeteksi adanya sedikit ketidaksesuaian atau ketidaktepatan antara hasil yang
didapat dari percobaan dengan hasil yang diharapkan secara teoritis.

Pada percobaan dihibrida nilai X² hitung nya, yaitu 1 pada tabel X² dengan db = 3
terletak 5,59. Jadi hasil pengamatan persilangan biji jagung pada persilangan dihibrida
dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 telah memenuhi nisbah Hukum Mendel II karena X² hitung
< X² tabel nya.

Saran untuk praktikum monohibrida kali ini adalah bahwa segala hal di dunia ini
tidak ada yang sempurn, begitu pula dengan aplikasi komputer VGL ini kecuali Sang Maha
Pencipta sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Yatim (1986),”Sesungguhnya
perbandingan ratio fenotip F2 9 : 3 : 3:1 hanya merupakan perhitungan secara teoritis, ratio
ini diperoleh dari ratio genotipnya. Sebetulnya dalam kenyataan sehari-hari, ratio fenotip
yang didapat tidaklah persis demikian. Makin dekat nilai ratio kenyataan, yang disebut O
(observation) terhadap ratio teoritis, yang disebut E (expected), makin sempurna data yang
dipakai, berarti makin bagus pernyataan fenotipnya.”.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Akbar I. 2008. Implementasi Sistem Hereditas. FMIPA, Universitas Padjajaran : Bandung.


Camin YR, Widowati R, Nurcahya H. 2017. Penuntun Genetika Praktek. Fakultas Biologi.
Universitas Nasional : Jakarta.

Bhimasarf. 2009. Imitasi Perbandingan Genetik.

(http://bhimashraf.blogspot.com/2009/12/imitasi-perbandingan-genetik-imitasi.html) diakses
pada tanggal 11 November 2018

Hardiyanti, Yuli. 2012. Monohibrid dan Dihibrid. Medan: Universitas Medan

Mabio. 2009. Imitasi Perbandingan Genetis.

(mabio-unja.blogspot.com/2009/09/imitasi-perbandingan-genetis.html) diakses pada tangal


11 November 2018

Nio,Tjan kwiauw. 1990. Genetika Dasar. Bandung : ITB Press

Suryo.1984 .Genetika. Yogyakarta.: UGM Press

Tagentju, Indra A. 2015. UJI IMITASI DARI PENAMPILAN MODIFIKASI RASIO


FENOTIPE. Palu :Universitas Tadulako

Yatim, Wildan .2003 .Genetika. Bandung : Tarsito

Kusumaningsari, Brina dkk. 2012. Model Imitasi Ratio Fenotipe Hasil Persilangan.
Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah

Anda mungkin juga menyukai