Anda di halaman 1dari 10

JURNAL PRAKTIKUM BIOLOGI

Simulasi Persilangan Dihibrid Menggunakan Kancing Genetika

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Rasendri Wilad Tisha (27)
2. Moh. Zidan Rifai (17)
3. Herlin Andriana Putri S (14)
4. Naufal Rafiqi Anas (22)
5. Haloho Inri Meilisa (13)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat


SMA NEGERI 2 TAMBUN SELATAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum
Simulasi Persilangan Dihibrid Menggunakan Kancing Genetika
B. Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui simulasi persilangan dihibrid menggunakan kancing genetika.


2. Untuk mengetahui hasil perbedaan persilangan dihibrid menggunakan kancing
genetika baik yang dibuka ataupun yang tidak.
3. Untuk mengetahui proses simulasi persilangan dihibrid menggunakan kancing
genetika.

C. Alat dan Bahan

1. Kancing genetika meliputi warna-warna berikut.


a) Warna merah sebanyak 10 buang
b) Warna putih sebanyak 10 buah
c) Warna kuning sebanyak 10 buah
d) Warna hijau sebanyak 10 buah
2. Stoples bening 2 buah
3. Alat tulis
4. Spidol
5. Kertas label

D. Cara Kerja

1. Siapkan dua stoples dan berilah label A dan B.


2. Pada stoples A, istilah dengan 10 kancing genetika berwarna merah dan 10
kancing genetika berwarna putih. Sementara itu, pada syoples B isilah dengan 10
kancing genetika berwarna kuning dan 10 kancing genetika berwarna hijau.
3. Aduklah kancing dalam setiap stoples sampai semua kancing tercampur merata.
4. Tutuplah mata dan ambillah secara acak sepasang kancing dari stoples A. Pada
waktu bersamaan, ambillah secara acak sepasang kancing dari stoples B.
Selanjutnya, pasangkan dua pasang kancing tersebut dengan benar.
5. Catatlah pasangan kancing yang terambil dan anggaplah pasangan kancing
tersebut sebagai zigot.
6. Setelah mencatat hasilnya, kembalikan kancing-kancing tersebut kedalam stoples.
7. Ulangi langkah nomor 3-6 sebanyak 16 kali dan catat hasilnya dalam buku tugas.
8. Buatlah lappran tertulis dari hasi praktikum ini dan presentasikan di depan kelas
menggunakan bahasa yang santun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang sel
alel (segregation of allelic genes). Menurut Hukum Mendel I, tiap organisme memiliki dua
alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel berpisah sehingga mesing-
masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada
fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan satu sifat.
Hukum Mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel tersebut
menjelaskan mengapa Hukum Mendel I dapat dibuktikan dengan persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu sifat beda). Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah
yang digunakan. Istilah- istilah itu diantaranya (Brown, T.A, 1993).
a. Parental (P): induk
b. Filial (F): keturunan
c. Keturunan pertama (F1): anak
d. Keturunan kedua (F2): cucu
e. Genotipe: sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh: AA, Aa, aa, AABb
f. Fenotipe: sifat menurun yang tampak dari luar, contoh: besar, kecil, tinggi, pendek
g. Dominan: sifat gen yang memiliki ekspresi lebih kuat yang dapat
menutupi/mengalahkan sifat yang dibawa gen alelnya, disimbolkan dengan huruf
kapital, contoh: AA, BB, MM
h. Resesif: sifat gen yang tidak muncul (tertutup) karena kalah oleh sifat pasangannya,
akan muncul apabila bersama-sama gen resesif lainnya, disimbolkan dengan huruf
kecil, contoh: aa, bb, mm
i. Homozigot: pasangan gen yang sifatnya sama, contoh: AA, aa, MM, bb
j. Heterozigot: pasangan gen yang tidak sama, contoh: Aa, Mm, Bb

Persilangan Monohibrid

Persilangan monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan


satu sifat atau tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel
II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi
secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Kenyataannya, seringkali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang
mungkin disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang
bersifat homozigot letal dan sebagainya.
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan
tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan
ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada
proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas.
2. Hukum Mendel II

Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi atau pengelompokan gen secara bebas
(independent assortment genes). Hukum Mendel II menyatakan bahwa apabila dua
individu memiliki dua pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan, misalnya bentuk dan warna biji, tidak saling mempengaruhi. Hukum ini
berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
a. Persilangan Dihibrid

Persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sidat beda.
Contoh persilangan (dihibrid) yang dilakukan Mendel adalah persilangan antara tanaman
kapri galur murni yang berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kapri berbiji
keriput dan berwarna hijau. Biji bulat dominan terhadap biji keriput, sedangkan warna biji
kuning dominan terhadap biji hijau. Pada persilangan tersebut dihasilkan tanaman F1 yang
semuanya berbiji bulat dan berwarna kuning.
Mendel kemudian menyilangkan sesama tanaman F1 dan hasilnya adalah F2 yang
menunjukkan adanya empat kombinasi fenotipe. Kombinasi tersebut menunjukkan adanya
pengelompokan dua pasang gen secara bebas yang dikenal sebagai Hukum Mendel II.
b. Backcross atau Test Cross

Backcross adalah perkawinan antara F1 dan induk jantan atau betina. Sebagai contoh,
jika tikus jantan hitam (HH) disilangkan dengan tikus betina putih (hh), semua F1-nya
berwarna hitam (Hh). Jika dilakukan perkawinan balik dengan induk jantan, akan dihasilkan
tikus F2 berwarna hitam semua. Hal itu membuktikan bahwa individu yang memiliki
fenotipe sama dapat memiliki genotipe berbeda.
Test cross atau uji silang adalah perkawinan antara F1 dan individu yang
homozigotnya resesif. Test cross digunakan untuk menguji kemurnian suatu galur. Sebagai
contoh, jika tikus hitam hasil perkawinan tikus hitam (HH) dan putih (hh) ditest cross,
hasilnya adalah tikus hitam dan tikus putih dengan perbandingan 1 : 1.

3. Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan Hukum Mendel.
Misalnya, dalam suatu persilangan monohibrida (dominan-resesif), secara teori, akan
didapatkan perbandingan 3 : 1, sedangakan pada dihibrida didapatkan perbandingan, 9 : 3 :
3 : 1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk monohibrida bukan 3 : 1
tapi 1 : 2 : 1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang mucul adalah, 9 : 6 : 1 atau 15
: 1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel ini disebut
‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’, mengapa disebut ‘Semu’, karena prinsip segregasi
bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri
tertentu.

a.) Atavisme (Interaksi Gen)

Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi beberapa gen,
contohnya bentuk pial (jengger) ayam. Pada ayam terdapat bermacam bentuk pial ayam,
contohnya pial mawar, pial ercis, dan pial tunggal. Alel untuk pial mawar (R) dominan
terhadap pial tunggal (r). Adapun pial ercis (P) dominan terhadap pial tunggal (p). pial
tunggal bergenotip pprr; pial erscis bergenotip PPrr atau Pprr; dan pial mawar bergenotipe
ppRR atau ppRr. Gen R dan P bukan alel, tapi masing-masing dominan terhadap alelnya.
Jika ayam berpial ercis homozigot disilangkan dengan ayam berpial mawar homozigot,
keturunannya tidak memiliki pial ercis atau mawar, tetapi pial bentuk lain yang disebut pial
walnut. Gen untuk pial mawar dan gen untuk pial ercis mengadakan interaksi menghasilkan
pial walnut seperti pada ayam-ayam F1 pada persilangan berikut.

b.) Kriptomeri

Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila berdiri


sendiri. Ekspresi gen ini akan terlihat jika terdapat secara bersamaan dengan gen dominan
lain. Kriptomeri dapat dipandang sebagai epistasis resesif. Suatu contoh kriptomeri adalah
warna bunga Linaria maroccana. Galur murninya berwarna merah dan putih. Pigmen
antosianin yang menyebabkan warna pada bunga, jika terdapat dalam kondisi plasma sel
yang asam akan berwarna merah, sedangkan pada kondisi basa akan berwarna ungu. Hal
tersebut karena adanya gen A yang menyebabkan terbentuknya antosianin dan alelnya gen
a yang menyebabkan plasma sel bersifat basa dan alelnya gen b menyebabkan plasma sel
bersifat asam.
Persilangan bunga merah dan putih homozigot akan menghasilkan keturunan F1
semuanya berbunga ungu. Jika tanaman F1 yang berbuga ungu ini dibiarkan menyerbuki
sesamanya, akan didapat tanaman F2 berbunga ungu, merah, dan putih dengan
perbandingan fenotipe 9 : 3 : 4.

c.) Epistasi dan Hipostasis


Epistasi merupakan peristiwasuatu gen mengalahkan gen lain yang bukan alelnya. Gen
yang dikalahkan ekspresinya oleh gen lain yan bukan sealel disebut hipostasis..
• Epistasi Dominan
Warna umbi lapis tanaman bawang ditentukan oleh dua gen, yaitu gen warna
merah (M) dan gen warna kuning (K). gen M bersifat epistasis terhadap K, sehingga
umbi lapis pada tanaman bawang bergenotipe mmk, tidak berwarna merah atau
kuning, tetapi berwarna putih. Persiangan antara umbi lapis merah dan kuning (gen
M dan gen K bertemu) menghasilkan tanaman bawang F1 yang semuanya berumbi
lapis merah. Jika tanaman bawang F1 disilangkan sesamanya, akan didapat tanaman
bawang F2 dengan perbandingan umbi merah : umbi kuning : umbi putih = 12 : 3 :
1.

• Epistasi Resesif
Warna rambut tikus ditentukan oleh gen A untuk warna abu-abu dan alelnya gen
a untuk warna hitam. Selain kedua gen itu, agar warna rambut dapat diekspresikan
juga perlu adanya gen W. alel gen W, yaitu gen w, menyebabkan warna tidak dapat
diekspresikan sehingga tikus akan berwarna putih. Di sini terlihat bahwa gen
homozigot resesif ww menutupi gen A ataupun a. dengan demikian, untuk keluarnya
warna hitam atau abu-abu, seekor tikus harus memiliki gen W.
Perkawinan antara tikus hitam dan putih hoomozigot akan menghasilkan keturunan
atau F1 yang semuanya berwarna abu-abu. Jika tikus abu-abu ini dibiarkan kawin
sesamanya, akan didapatkan tikus F2 berwarna abu-abu, hitam, dan putih dengan
rasio fenotipe 9 : 3 : 4.
d.) Gen-Gen Komplementer

Gen-gen komplementer merupakan gen-gen yang saling berinteraksi atau bekerja


sama untuk memunculkan fenotip tertentu. Apabila salah satu gen tersebut tidak ada,
pemunculan fenotip tersebut dapat terhalang. Sebagai contoh adalah pembentukan warna
ungu pada bunga tanaman kacang. Pembentukan warna ini melibatkan dua gen dominan,
yaitu gen A dan P. tidak adanya salah satu gen dominan itu menyebabkan tidak
terbentuknya warna ungu sehingga bunga berwarna putih.
Persilangan antara dua tanaman kacang berunga putih homozigot menghasilkan
tanaman kacang F1 yang semuanya berbunga ungu. Jika F1 disilangkan sengan
sesamanya, akan didapat tanaman kacang F2 yang berbunga ungu dan putih dengan
perbandingan 9 : 7.

e.) Polimeri

Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel memengaruhi
sifat tertentu. Contoh polimeri terdapat pada warna biji gandum. Warna merah pada biji
gandum ditentukan oleh gen M1 dan M2, sedangkan alelnya m1 dan m2 menyebabkan biji
gandum tidak berwarna atau berwarna putih, makin banyak jumlah gen penghasil warna
(gen M), warna biji gandum makin merah. Sebaliknya, makin sedikit gen M, makin
berkurang warna merah pada biji gandum. Pembentukan satu sifat oleh lebih dari satu
gen ini disebut poligen.
Persilangan antara tanaman gandum berbiji merah dan tanaman berbiji putih
homozigot menghasilkan tanaman gandum F1 yang semuanya berwarna merah. Warna
merah pada F1 itu tidak semerah induknya. Jika F1 disilangkan sesamanya, akan diperoleh
tanaman gandum F2 berbiji merah dan putih dengan perbandingan 15 : 1.

B. Analisis Data

a. Kancing Genetika Terbuka :

No. Toples A Toples B Genotipe Fenotipe Jumlah


1 Bb KK BbKK Bulat Kuning 2
2 bb KK bbKK Keriput Kuning 2
3 Bb Kk BbKk Bulat Kuning 2
4 Bb kk Bbkk Bulat Hijau 2
5 Bb kk Bbkk Bulat Hijau 2
6 Bb KK BbKK Keriput Kuning 2
7 Bb kk Bbkk Bulat Hijau 2
8 Bb Kk BbKk Bulat Kuning 2
9 Bb KK BbKK Bulat Kuning 2
10 Bb Kk BbKk Bulat Kuning 2
11 Bb kk Bbkk Bulat Hijau 2
12 Bb Kk BbKk Bulat Kuning 2
13 BB kk BBkk Bulat Hijau 2
14 BB Kk BBKk Bulat Kuning 2
15 Bb kk Bbkk Bulat Hijau 2
16 BB Kk BBKk Bulat Kuning 2
17 BB Kk BBKK Bulat Kuning 2
18 bb KK bbKK Keriput Kuning 2
19 Bb Kk BbKk Bulat Kuning 2
20 bb KK bbKK Keriput Kuning 2
Jumlah 40

b. Kancing Genetika Tertutup :

No. Toples A Toples B Genotipe Fenotipe


1 Kuning Hitam Mm Hitam
2 Kuning Kuning mm Kuning
3 Kuning Hitam Mm Hitam
4 Hitam Hitam MM Hitam
5 Kuning Hitam Mm Hitam
6 Kuning Kuning mm Kuning
7 Hitam Hitam MM Hitam
8 Hitam Hitam MM Hitam
9 Hitam Kuning Mm Hitam
10 Hitam Kuning Mm Hitam
11 Hitam Hitam MM Hitam
12 Hitam Kuning Mm Hitam
13 Kuning Kuning mm Kuning
14 Kuning Hitam Mm Hitam
15 Kuning Hitam Mm Hitam
16 Kuning Hitam Mm Hitam
17 Kuning Kuning mm Kuning
18 Hitam Kuning Mm Hitam
19 Kuning Kuning mm Kuning
20 Kuning Hitam Mm Hitam
21 Kuning Hitam Mm Hitam
22 Hitam Kuning Mm Hitam
23 Hitam Kuning Mm Hitam
24 Kuning Hitam Mm Hitam
25 Kuning Kuning mm Kuning
26 Kuning Kuning mm Kuning
27 Hitam Hitam MM Hitam
28 Kuning Kuning mm Kuning
29 Kuning Kuning mm Kuning
30 Hitam Kuning Mm Hitam
31 Hitam Kuning Mm Hitam
32 Kuning Hitam Mm Hitam
33 Kuning Hitam Mm Hitam
34 Hitam Hitam MM Hitam
35 Hitam Hitam MM Hitam
36 Kuning Hitam Mm Hitam
37 Hitam Hitam MM Hitam
38 Kuning Hitam Mm Hitam
39 Kuning Hitam Mm Hitam
40 Hitam Kuning Mm Hitam
41 Hitam Kuning Mm Hitam
42 Kuning Kuning mm Kuning
43 Hitam Hitam MM Hitam
44 Kuning Kuning mm Kuning
45 Hitam Hitam MM Hitam
46 Kuning Kuning mm Kuning
47 Hitam Kuning Mm Hitam
48 Kuning Hitam Mm Hitam
49 Kuning Kuning mm Kuning
50 Kuning Hitam Mm Hitam
51 Kuning Kuning mm Kuning
52 Hitam Kuning Mm Hitam
53 Hitam Kuning Mm Hitam
54 Kuning Hitam Mm Hitam
55 Hitam Hitam MM Hitam
56 Hitam Hitam MM Hitam
57 Hitam Kuning Mm Hitam
58 Hitam Kuning Mm Hitam
59 Kuning Kuning mm Kuning
60 Hitam Hitam MM Hitam
61 Kuning Hitam Mm Hitam
62 Hitam Kuning Mm Hitam
63 Hitam Hitam MM Hitam
64 Kuning Kuning mm Kuning
65 Kuning Hitam Mm Hitam
66 Kuning Kuning mm Kuning
67 Kuning Hitam Mm Hitam
68 Hitam Kuning Mm Hitam
69 Hitam Kuning Mm Hitam
70 Hitam Hitam MM Hitam
71 Hitam Kuning Mm Hitam
72 Kuning Hitam Mm Hitam
73 Hitam Kuning Mm Hitam
74 Kuning Hitam Mm Hitam
75 Hitam Hitam MM Hitam
76 Kuning Hitam Mm Hitam
77 Hitam Kuning Mm Hitam
78 Hitam Hitam MM Hitam
79 Hitam Kuning Mm Hitam
80 Hitam Hitam MM Hitam
81 Kuning Hitam Mm Hitam
82 Hitam Hitam MM Hitam
83 Hitam Kuning Mm Hitam
84 Kuning Kuning mm Kuning
85 Kuning Kuning mm Kuning
86 Hitam Hitam MM Hitam
87 Kuning Hitam Mm Hitam
88 Kuning Hitam Mm Hitam
89 Hitam Kuning Mm Hitam
90 Hitam Kuning Mm Hitam
91 Hitam Hitam MM Hitam
92 Kuning Hitam Mm Hitam
93 Hitam Kuning Mm Hitam
94 Hitam Kuning Mm Hitam
95 Kuning Kuning mm Kuning
96 Hitam Hitam MM Hitam
97 Kuning Hitam Mm Hitam
98 Hitam Kuning Mm Hitam
99 Kuning Kuning mm Kuning
100 Kuning Kuning mm Kuning

• Hitam dengan Kuning : 56 (Mm)


• Hitam dengan Hitam : 22 (MM)
• Kuning dengan Kuning : 22 (mm)

C. Bahan Diskusi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pada persilangan menghasilkan rasio Fenotipe 10 : 3 : 2 : 1


2. Pada persilangan dihibrida, alel-alel yang akan memisah akan mengelompok
secara bebas.
3. Perbandingan yang dihitung dari data kelas menunjukan adanya peyimpangan
yang semu, karena prinsip hukum mendel tetap berlaku. Hal ini hanya disebabkan
oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri tertentu.
4. Hukum II Mendel terbukti bahwa setiap pasangan alel bersegregasi secara bebas
terhadap pasangan alel-alel lain selama pembentukan gamet.

B. Saran
Kami menyadari bahwasanya penyusunan laporan jurnal praktikum biologi yang
telah kelompok kami buat masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang membangun sangatlah dibutuhkan kelompok kami demi perbaikan
penyusunan jurnal praktikum biologi di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai