A. Judul Praktikum
Simulasi Persilangan Dihibrid Menggunakan Kancing Genetika
B. Tujuan Praktikum
D. Cara Kerja
A. Landasan Teori
1. Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang sel
alel (segregation of allelic genes). Menurut Hukum Mendel I, tiap organisme memiliki dua
alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel berpisah sehingga mesing-
masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua gamet bertemu pada
fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan satu sifat.
Hukum Mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel tersebut
menjelaskan mengapa Hukum Mendel I dapat dibuktikan dengan persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu sifat beda). Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah
yang digunakan. Istilah- istilah itu diantaranya (Brown, T.A, 1993).
a. Parental (P): induk
b. Filial (F): keturunan
c. Keturunan pertama (F1): anak
d. Keturunan kedua (F2): cucu
e. Genotipe: sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh: AA, Aa, aa, AABb
f. Fenotipe: sifat menurun yang tampak dari luar, contoh: besar, kecil, tinggi, pendek
g. Dominan: sifat gen yang memiliki ekspresi lebih kuat yang dapat
menutupi/mengalahkan sifat yang dibawa gen alelnya, disimbolkan dengan huruf
kapital, contoh: AA, BB, MM
h. Resesif: sifat gen yang tidak muncul (tertutup) karena kalah oleh sifat pasangannya,
akan muncul apabila bersama-sama gen resesif lainnya, disimbolkan dengan huruf
kecil, contoh: aa, bb, mm
i. Homozigot: pasangan gen yang sifatnya sama, contoh: AA, aa, MM, bb
j. Heterozigot: pasangan gen yang tidak sama, contoh: Aa, Mm, Bb
Persilangan Monohibrid
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi atau pengelompokan gen secara bebas
(independent assortment genes). Hukum Mendel II menyatakan bahwa apabila dua
individu memiliki dua pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas tidak bergantung pada pasangan sifat yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang
menentukan, misalnya bentuk dan warna biji, tidak saling mempengaruhi. Hukum ini
berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
a. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sidat beda.
Contoh persilangan (dihibrid) yang dilakukan Mendel adalah persilangan antara tanaman
kapri galur murni yang berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kapri berbiji
keriput dan berwarna hijau. Biji bulat dominan terhadap biji keriput, sedangkan warna biji
kuning dominan terhadap biji hijau. Pada persilangan tersebut dihasilkan tanaman F1 yang
semuanya berbiji bulat dan berwarna kuning.
Mendel kemudian menyilangkan sesama tanaman F1 dan hasilnya adalah F2 yang
menunjukkan adanya empat kombinasi fenotipe. Kombinasi tersebut menunjukkan adanya
pengelompokan dua pasang gen secara bebas yang dikenal sebagai Hukum Mendel II.
b. Backcross atau Test Cross
Backcross adalah perkawinan antara F1 dan induk jantan atau betina. Sebagai contoh,
jika tikus jantan hitam (HH) disilangkan dengan tikus betina putih (hh), semua F1-nya
berwarna hitam (Hh). Jika dilakukan perkawinan balik dengan induk jantan, akan dihasilkan
tikus F2 berwarna hitam semua. Hal itu membuktikan bahwa individu yang memiliki
fenotipe sama dapat memiliki genotipe berbeda.
Test cross atau uji silang adalah perkawinan antara F1 dan individu yang
homozigotnya resesif. Test cross digunakan untuk menguji kemurnian suatu galur. Sebagai
contoh, jika tikus hitam hasil perkawinan tikus hitam (HH) dan putih (hh) ditest cross,
hasilnya adalah tikus hitam dan tikus putih dengan perbandingan 1 : 1.
Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan Hukum Mendel.
Misalnya, dalam suatu persilangan monohibrida (dominan-resesif), secara teori, akan
didapatkan perbandingan 3 : 1, sedangakan pada dihibrida didapatkan perbandingan, 9 : 3 :
3 : 1. Namun pada kasus tertentu, hasilnya bisa lain, misal untuk monohibrida bukan 3 : 1
tapi 1 : 2 : 1. Dan pada dihibrida, mungkin kombinasi yang mucul adalah, 9 : 6 : 1 atau 15
: 1. Munculnya perbandingan yang tidak sesuai dengan hukum Mendel ini disebut
‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’, mengapa disebut ‘Semu’, karena prinsip segregasi
bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen yang membawa sifat memiliki ciri
tertentu.
Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi beberapa gen,
contohnya bentuk pial (jengger) ayam. Pada ayam terdapat bermacam bentuk pial ayam,
contohnya pial mawar, pial ercis, dan pial tunggal. Alel untuk pial mawar (R) dominan
terhadap pial tunggal (r). Adapun pial ercis (P) dominan terhadap pial tunggal (p). pial
tunggal bergenotip pprr; pial erscis bergenotip PPrr atau Pprr; dan pial mawar bergenotipe
ppRR atau ppRr. Gen R dan P bukan alel, tapi masing-masing dominan terhadap alelnya.
Jika ayam berpial ercis homozigot disilangkan dengan ayam berpial mawar homozigot,
keturunannya tidak memiliki pial ercis atau mawar, tetapi pial bentuk lain yang disebut pial
walnut. Gen untuk pial mawar dan gen untuk pial ercis mengadakan interaksi menghasilkan
pial walnut seperti pada ayam-ayam F1 pada persilangan berikut.
b.) Kriptomeri
• Epistasi Resesif
Warna rambut tikus ditentukan oleh gen A untuk warna abu-abu dan alelnya gen
a untuk warna hitam. Selain kedua gen itu, agar warna rambut dapat diekspresikan
juga perlu adanya gen W. alel gen W, yaitu gen w, menyebabkan warna tidak dapat
diekspresikan sehingga tikus akan berwarna putih. Di sini terlihat bahwa gen
homozigot resesif ww menutupi gen A ataupun a. dengan demikian, untuk keluarnya
warna hitam atau abu-abu, seekor tikus harus memiliki gen W.
Perkawinan antara tikus hitam dan putih hoomozigot akan menghasilkan keturunan
atau F1 yang semuanya berwarna abu-abu. Jika tikus abu-abu ini dibiarkan kawin
sesamanya, akan didapatkan tikus F2 berwarna abu-abu, hitam, dan putih dengan
rasio fenotipe 9 : 3 : 4.
d.) Gen-Gen Komplementer
e.) Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel memengaruhi
sifat tertentu. Contoh polimeri terdapat pada warna biji gandum. Warna merah pada biji
gandum ditentukan oleh gen M1 dan M2, sedangkan alelnya m1 dan m2 menyebabkan biji
gandum tidak berwarna atau berwarna putih, makin banyak jumlah gen penghasil warna
(gen M), warna biji gandum makin merah. Sebaliknya, makin sedikit gen M, makin
berkurang warna merah pada biji gandum. Pembentukan satu sifat oleh lebih dari satu
gen ini disebut poligen.
Persilangan antara tanaman gandum berbiji merah dan tanaman berbiji putih
homozigot menghasilkan tanaman gandum F1 yang semuanya berwarna merah. Warna
merah pada F1 itu tidak semerah induknya. Jika F1 disilangkan sesamanya, akan diperoleh
tanaman gandum F2 berbiji merah dan putih dengan perbandingan 15 : 1.
B. Analisis Data
C. Bahan Diskusi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami menyadari bahwasanya penyusunan laporan jurnal praktikum biologi yang
telah kelompok kami buat masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik
dan saran yang membangun sangatlah dibutuhkan kelompok kami demi perbaikan
penyusunan jurnal praktikum biologi di masa yang akan datang.