Anda di halaman 1dari 4

Setelah melakukan sebuah percobaan pada praktikum imitasi persilangan genetis dihibrid pada

kancing baju maka ada beberapa yang perlu diberitahukan. Menggunakan kancing baju agar
lebih mudah dalam memahami persilangan pada suatu mahluk hidup. Fenotipe dan genotipe
yang didapatpun sama dengan mahluk hidup yang sesungguhnya. Untuk memudahkan
ditentukanlah dominan dan resesif pada keempat kancing tersebut.
Dalam menentukan kedominan penuh didapat fenotipe merah besar 23, Merah keil 4, putih besar
3,dan putih kecil 2 db (derajat bebas) yaitu 4-1 sehingga didapat 3. Untuk x
2
didapat 72,89 dan
dilihat dari tabel db terletak diantara 05 01 sehingga dapat dikatakan bahwa percobaan mendel
tersebut sesuai dengan tidak sesuai yang dari nisbah fenotipe 9 : 3 : 3 : 1 adalah sebesar 1-5%%.
Kedomianan sebagian juga didapatkan genotipe MMBB sebanyak 6, MMBH sebanyak 2,
MMHH sebanyak 2, MPBB sebanyak 4, MPBH sebanyak 14, MPHH sebanyak 3, PPBB
sebanyak 0, PPBH sebanyak 2, dan PPHH sebanyak 0. Untuk db (derajat bebas) yaitu didapatkan
9-1 sehingga didapat 8. Untuk x
2
didapat 26,183. Letak pada nisbah tabel mendel berada
dibawah 01. Keberadaan tabel menentukan harapan. Sehingga dapat dikatakan percobaan mendel
tersebut tidak sesuai dengan harapan nisbah genotipe 1:2:1:2:4:2:1:2:1 adalah sebesar 1%.

V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dalam percoban ini adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan yang dilakukan selama 32 kali menghasilkan fenotipe berbeda yaitu merah besar
23, Merah keil 4, putih besar 3,dan putih kecil 2.
2. Pengambilan yang dilakukan selama 32 kali mengahsilkan genotipe berbeda yaitu MMBB
sebanyak 6, MMBH sebanyak 2, MMHH sebanyak 2, MPBB sebanyak 4, MPBH sebanyak 14,
MPHH sebanyak 3, PPBB sebanyak 0, PPBH sebanyak 2, dan PPHH sebanyak 0.
3. Untuk db (derajat bebas) untuk kedoiminan penuh 9 : 3 : 3 : 1 dan untuk kedominan sebagian
1:2:11:2:1:2:4:2:1:2:1.
4. Untuk nisbah harapan pada kedominan penuh yaitu 1-5% dan untuk nisbah harapan kedominan
sebagian dibawah 1%.


Suatu genotipe dihibrida adalah heterozigot pada dua lokus. Dihibrida membentuk
empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang kira-kira sama karena
orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan metafase meiosis pertama.
Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak diketahui benar dengan genotipe
yang homozigot resesif pada semua lokus yang sedang dibicarakan. Fenotipe-fenotipe tipe
keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan jumlah macam gamet yang
dibentuk oleh genotipe parental yang diuji.. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai persilangan dihibrida dsn menguji hasilnya dengan menggunakan pengujian chi-
square test yang di laksanakan pada hari sabtu 24 november , dengan menggunakan kertas
karton yang berwarna merah hijau, merah kuning, putih hijau, dan putih kuning. Dihibrid
dominan dan intermediet hasil yang didapatkan bahwa rata-rata dari data kelas dan data
pribadi sesuai dengan hukum mendel yang ditandai dengan apabila nilai hitung lebih kecil
daripada nilai tabel pada df maka sesuai dengan hukum mendel dan sebaliknya,pada
persilangan data kelas monohibrid intermediet tidak sesuai dengan hukum
mendel,ketidaksesuaian ini dapat disebabkan karena dalam pengocokan sebelum mengambil
kancing tidak merata.
Kata kunci : persilangan, dua sifat bedadihibrid, mendel 2






















PEMBAHASAN
Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua pasang yang
diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel
melakukan percobaan dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula
tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman
galur murni yang memiliki biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman
yang berbiji bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan
tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh
keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman berbiji
bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji keriput berwarna kuning : 1/16
berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan perbandingannya adalah ( 3 : 3 : 1 ).
Dihibrida membentuk empat gamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang
kira-kira sama karena orientasi secara acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan
metafase meiosis pertama. Bila dua dihibrida disilangkan, akan dihasilkan 4 macam gamet dalam
frekuensi yang sama baik pada jantan maupun betina. Suatu papan-periksa genetik 4 x 4 dapat
digunakan untuk memperlihatkan ke-16 gamet yang dimungkinkan. Rasio fenotipe klasik yang
dihasilkan dari perkawinan genotipe dihibrida adalah 9:3:3:1. Rasio ini diperoleh bila alel-alel
pada kedua lokus memperlihatkan hubungan dominan dan resesif .
Fenotipe-fenotipe tipe keturunan yang dihasilkan oleh suatu uji silang mengungkapkan
jumlah macam gamet yang dibentuk oleh genotipe parental yang diuji. Bila semua gamet
individu diketahui, maka genotipe individu itu juga akan diketahui. Suatu uji silang monohibrida
menghasilkan ratio fenotipe 1:1, menunjukkan bahwa ada satu pasang faktor yang memisah.
Suatu uji silang dihibrida menghasilkan ratio 1:1:1:1, menunjukkan bahwa ada dua pasang faktor
yang berpisah dan berpilih secara bebas . Suatu genotipe dihibrida adalah heterozigot pada dua
lokus. Dihibrida membentuk empat ssgamet yang secara genetik berbeda dengan frekuensi yang
kira-kira sama karena orientasi acak dari pasangan kromosom nonhomolog pada piringan
metafase meiosis pertama. Uji silang (test cross) adalah perkawinan genotipe yang tidak
diketahui benar dengan genotipe yang homozigot resesif pada semua lokus yang sedang
dibicarakan.
Apabila dua pasang gen yang tidak bertaut terdapat dalam hibrida, nisbah fenotipe pada F2
adalah 9:3:3:1. uji silang tanaman dihibrida menghasilkan nisbah 1:1:1:1;. Makin banyak jumlah
gen (pasangan alele) makin banyak jumlah kelas fenotipe dan genotipe pada F2. Metode garis
cabang dalam analisa genetik menyederhanakan penentuan kelas-kelas fenotipe dan
genotipe.Dan dapat dilihat bahwa kemungkinan peluang antar gen-gen tersebut adalah 9: 3: 3: 1.
dan kemungkinan yang terjadi jika dalam percobaan tidak menunjukkan hasil seperti tersebut,
berarti mempunyai sifat epistasif. Faktor (alel) yang mengatur karakter yang berbeda (dua atau
lebih sifat yang dikenal) memisah secara bebas ketika terbentuk gamet.
Menurut Suryo (1990), dalam percobaan biologis tidak mungkin didapat data yang segera
dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya matematika. Sehubungan dengan itu, adanya
penyimpangan atau deviasi antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara
teorotis harus dievaluasi. Evaluasi tersebut dilakukan dengan cara chi-square test. Dari
pengamatan ini menunjuk kan bahwa, untuk X hitung : Mh =0,65, Mk= 0,81, Ph=0,02, Pk- 0,29 ,
jika di bandingkan dengan x tabel = 7,81, maka hipotesis di terima.

KESIMPULAN
Dari praktikum mengenai persilangan dihibrid diperoleh kesimpulan seperti Persilangan
dihibrid atau dihibridisasi adalah suatu persilangan (pembastaran) dengan dua sifat
beda.Percobaan yang telah dilakukan adalah merpakan Hukum Pemilihan Bebas : Dimana
segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga
di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara
bebasserta Persilangan dihibrid, selalu menghasilkan fenotip normal 9: 3: 3: 1.

DAFTAR PUSTAKA
crowder, L.V., 1999. Genetika Tumbuhan. Diterjemahkan oleh L. Kusdiarti.
Gadjah Mada Uiversity Press, Yogyakarta.
Goodenough, U., 1984. Genetika. Diterjemahkan oleh Sumartono Adisoemarto.
Erlangga, Jakarta
Suryo. 1990. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Brown Company Publishers, Iowa.
Kimball, J.W., 1983. Biologi. Jilid I Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh
S.S. Tjitrosomo dan N. Sugiri. Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai