Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI SEL

KROMOSOM KELENJAR LUDAH CHIRONOMUS


30 Oktober 2015

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

Widia Ningrum (11140161000008)


Mudasir Ahmad (11140161000017)

Stifani Martha (11140161000018)

Asri Atimalka (11140161000028)

Alifania Alghariza (11140161000031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015
A. JUDUL
Chironomus

B. TANGGAL PERCOBAAN
Jum’at, 30 Oktober 2015

C. TUJUAN
a. Mahasiswa diharapkan dapat membuat garis besar langkah-langkah penyiapan
sediaan sel-sel kelenjar ludah untuk pengamatan kromosom melalui teknik squash
acetocarmine.
b. Mahasiswa diharapkan dapat membuat preparat segar kromosom sel-sel kelenjar
ludah Chironomus serta mendiskusikan hal-hal penting dari hasil pengamatannya

D. LANDASAN TEORI
Kromosom adalah materi berbentuk benang yang dapat ditemukan pada nucleus pada sel
eukariotik. Dalam materi inilah tersimpan informasi genetik yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi selanjutnya. Selain itu, informasi genetic ini juga mengendalikan seluruh
kegiatan sel. Maka dari itu, untuk mempelajari ilmu genetika lebih mendalam, diperlukan
pemahaman yang memadai mengenai struktur dan fungsi dari kromosom (Campbell, 2010)
Organisme pada ordo dipteral umumnya memiliki kromosom raksasa sehingga
kromosomdari organism ini sering digunakan sebagai percobaan. Pada percobaan ini
digunakan kromosm pada kelenjar ludah larva Chironomus sp. Kromosom raksasa yang
terdapat pada kelenjar ludah Chironomus sp ini digunakan sebagai obyek percobaan karena
memliki ukuran yang besar sehingga mudah untuk diamati. Selain itu, karena struktur
jaringan kelenjar ludah, maka pengambilan, pengamatan, dan pembuatan preparat kromosom
relative lebih mudah dilakukan (Priiadi. 2002)
Kromosom merupakan suatu kemasan materi genetic (DNA). Terdapat kromosom yang
berukuran lebih besar daripada kromosom normal yang terbentuk dari proses replikasi
berulang suatu molekul DNA tanpa diikuti pembelahan sel, sehingga kromosom mengandung
molekul DNA yang bertumpuk secara parallel yang disebut kromosom politen.fungsi dari
kromosm politen adalah untuk memperbanyak gen, menentukan lokasi gen, dan perubahan
struktur dalam kromosom (Bandiati, 2007)
Kromosom politen sering ditemukan pada tumbuhan, mamalia, protozoa dan serangga ordo
diptera. Organisme yang paling umum dijadikan model untuk pengamatan kromosom politen
adalah Chironomus sp karena memiliki kromosom politen yang berukuran sangat besar dan
jelas. Kromosom politen bisa ditemukan di berbagai tempat salah satunya di kelenjar ludah
(Nova, 2007)
Kromosm raksasa terlihat pada larva sejak 1881 pertama kali ditemukan oleh Balbiani yang
melihat suatu susunan sel-sel yang sangat besar pada kelenjar ludah dari larva Drosophila.
Kelenjar ludah (Salivary glands) tersusun dari sel-sel yang sangat besar selama
perkembangan larva, namun tidak mengalami pembelahan, hanya terus membesar ,mengikuti
perkembangan larva (Anonim, 2009).
E. ALAT DAN BAHAN
No Alat Jumlah No Bahan Jumlah

1 Mikroskop 1 (satu) 1 Acetocarmine Secukupnya

2 Kaca Objek dan 1 (satu) 2 Larva 1 (satu)


Kaca Penutup Chironomus

3 Silet 1 (satu)

4 Pembakar Spiritus 1 (satu)


5 Penjepit 1 (satu)

6 Korek Api 1 (satu)


F. LANGKAH KERJA
NO GAMBAR KETERANGAN
1

Larva Chironomus yang paling besar dan


bergerak dengan aktif dipilih dengan
menggunakan jarum preparat.

Larva yang sudah dipilih diletakan pada


educam, selanjutnya larva dibedah dengan
cara menahan ujung anterior dengan salah
satu jarum preparat dan menarik bagin 2/3
anterior dengan jarum preparat lain.

Kelenjar ludah dipisahkan dari bagian-


bagian lainnya.

Kelenjar ludah chironomus yang sudah


dilipih ditetesi oleh larutan acetocarmine.
5

Sediaan tersebut dipanaskan di atas nyala


spirtus. Pemanasan ini tidak dilakukan
sampai mendidih karna akan merusak
kelenjar ludah.

Sediaan tersebut ditutup dengan kaca


penutup. Kemudian kaca penutup ditekan
dengan halus. Tekanan yang dilakukan
akan menyebabkan sel-sel berpencar yang
kemungkinan kromosom terentang.

Preparat chironomus diamati dengan


mikroskop hingga mendapatkan bentuk
kromosom dari kelenjar ludah
Chironomus
G. DATA PENGAMATAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data pengamatan sebagai
berikut:

H. PEMBAHASAN

Larva Chironomus berwarna merah, tubuh bersegmen-semen 10-12 segmen. Bagian posterior
bercabang 2. Pada bagian anteriornya (kepala) terdapat mulut tipenya tipe penghisap karena
biasa menghisap darah oleh karena itu sering dijuluki cacing darah. Larva Chironomus ini
memiliki bentuk kelenjar ludah yang besar sehingga mudah untuk mengamati bentuk
kromosom yang terdapat kelenjar ludah tersebut. Kelenjar ludah Chironomus berbentuk
menyerupi kalung (bentuk buat berantai). Kelenjar ini dapat ditemukan pada daerah 2/3
posterior (dekat anterior) setelah dibedah terlebih dahulu. Bentuk kelenjar ludah pada
Chironomus mudah diamati katena ukurannya besar dan berwarna bening bentuknya
menyerupai kalung. Namun kelompok kami bentuk kromosomnya tidak terlihat jelas setelah
diberi pewarnaan Acetocarmin. Kromatin adalah benang halus dalam inti prokariot dan
eukariot, mengandung materi genetic, dan terdiri dari nucleoprotein, yaitu gabungan asam
nukleat berupa DNA dan protein berupa histon dan nonhiston (Yatim,1992).

Dalam praktikum kali ini kami mencoba mengamati kelenjar ludah dari larva chironomus,
alasan kami memakai larva chironomus sebagai spesimen karena larva insekta pada ordo
diptera mempunya ukuran kromosom yang relatif besar. Kromosom tersebut dibentuk
melalui proses endomitosis . Jika sel akan membelah, mitosis maupun meiosis, pada profase
menjadi kondensasi atau pemadatan super lilitan DNA bersama protein histon dan
nonhistonya, sehingga setiap utas kromatin menjadi pendek dan jelas tampak dimikroskop
cahaya yang disebut kromosom. Ada dua macam kromosom yaitu autosom dan gonosom.
Autosom adalah kromosom biasa atau kromosom somatik, tidak berperan dalam
pertumbuhan seks dan gonosom adalah kromosom seks, berperan dalam menentukan
pertumbuhan seks. Jumlah kromosom pada drosophila ada 8 buah atau 4 pasang, dengan 3
pasang autosom dan 2 pasang gonosom. Gonosom ada dua macam X dan Y. Kromosom-
kromosom itu terlihat sebagai benda besar yang terpilin 150-200 kali lebih panjang dan
volumenya 1000-2000 kali lebih besar dari sel somatik dan sel gamet yang lain. Tidak ada
arti genatik yang berhubungan dengan adanya kromosom tersebut sampai pada tahun 1930
ketika terlihat ada garis-garis yang ada hubunganya dengan urutan gen. Kromosom ini
terlihat lebih tebal daripada kromosom biasa dan memiliki 5 lengan panjang yang keluar dari
suatu bagian yang dinamakan kromosenter.
Pada permulaan interfase dari sel somatik, kromosom masih berbentuk panjang dan tipis,
kemudian membelah kira-kira pada pertengahan interfase seperti sel lain pada umumnya,
tetapi karena suatu sebab kromosom menjadi berpasangan dan profase tidak pernah
berlangsung sehingga sel-sel tumbuh membesar lalu terjadi pembelahan kedua, ketiga dan
seterusnya sehingga terbentuk lebih dari 1000 molekul DNA double helix yang saling melilit
atau berpilin dan menjadi tebal. Hal ini dapat terlihat dengan cukup jelas karena kromosom
masih dalam keadaan sinapsis.

Perbedaan-perbedaan gambar hasil pengamatan dengan gambar yang diperoleh dari literatur
bisa disebabkan oleh ketidaklengkapan bagian-bagian kromosom preparat yang dibuat.
Ketidaklengkapan ini erat kaitannya dengan proses pengambilan kelenjar ludah pada larva.
Kesalahan teknis pada saat pewarnaan juga mungkin terjadi sehingga berdampak pada
preparat kromosom yang dihasilkan. Beberapa kelompok pada saat melakukan percobaan ini,
gagal membuat preparat kromosom. Masalah utama kegagalan ini terletak pada sulitnya
proses pengambilan kelenjar ludah larva dalam keadaaan yang baik. Banyak kelenjar ludah
yang rusak akibat perlakuan yang salah. Seharusnya pengambilan kelenjar ludah dilakukan
dengan bantuan mikroskop bedah stereo. Selain itu pada saat melakukan proses pewarnaan
yang terlalu banyak sehingg kromosom pada larva Chironomus sp tidak terlihat dengan baik
dan terlalu lamanya preperat tersebut didiamkan setelah pewarnaan menyebabkan sel-sel
pada larva Chironomus sp mengkerut. Kegagalan ini bisa juga disebabkan karena banyaknya
lemak tubuh larva Chironomus sp. sehingga pencarian kromosom di bawah menjadi lebih
sulit dilakukan. Pada percobaan ini digunakan beberapa larutan untuk membuat preparat
kromosom Chironomus sp. yang antara lain adalah larutan fisiologis dan larutan
Asetocarmin. Larutan-larutan ini digunakan karena fungsi-fungsinya. Berikut adalah fungsi
dari setiap larutan yang digunakan: larutan Asetocarmin berfungsi sebagai zat pewarna. Hal
ini bisa dilihat dari warna kromosom saat diamati di bawah mikroskop. Warna kromosom
merah, sesuai dengan warna larutan asetocarmin. Kromosom Chironomus yang diamati
memiliki lengan kromosom dengan pola warna terang-gelap. Berdasarkan literatur, pola
terang-gelap ini dihasilkan dari struktur kromatin yang menyusun kromosom. Pada pita gelap
kromatin tersusun dengan sangat rapat, 10 kali lebih rapat dibandingkan kromatin pada pita
terang (Hartwell et al, 2004).
Walau tidak tampak jelas pada gambar hasil pengamatan, namun dapat diamati bahwa
kromosom-kromosom pada Chironomus sp. tidak tersusun seperti kromosom non-politen
lainnya. Pada kromosom non-politen, kromosom satu dengan kromosom lain terpisah
sehingga jumlah kromosom dapat diamati dengan jelas.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang praktikan lakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kromatin adalah benang-benang halus dalam inti prokariot dan eukariot,
mengandung materi genetic dan terdiri dari nucleoprotein yaitu gabungan
asam nukleat berupa DNA dan protein berupa histon dan nonhiston.
2. Ada 2 macam kromosom, yaitu autosom dan gonosom.
3. Kelenjar ludah Chironomus sp merupakan tipe kromosom politen atau
kromosm raksasa.
4. Pada pewarnaan DNA dapat dilihat banyak terdapat garis-garis berwarna
gelap bergantian dengan garis-garis berwarna terang.

J. DAFTAR PUSTAKA
Campbel, N.A, et al. 2010. Biologi Jilid 1 Edisi kelima. Jakarta: Erlangga
Bandiati, Sri. 2007. Buku Ajar Genetika Ternak. Bandung: Sri Lestari Network
Priadi, Arif. 2002. Biology 3. Bogor: Yudhistira
Anonim. DNA. 2009. http://science.ppts.com/dna.html. (Diakses pada 29 Oktober
2015, pukul 21:30)
Nova. Materi genetic. 2007. http://www.pbs.org/wgbh/nova/body/how-cells-
devide.html#. (Diakses pada 29 Oktober 2015, pukul 22:00)
K. PERTANYAAN

1. Menurut Anda pengalaman saudara selama praktikum, bagaimana cara paling


tepat untuk memdapatkan kelenjar ludah dari larva? Ilustrasikan langkah kerja
saudara !
2. Berapa lama kah waktu staining yang paling tepat menurut pengalaman saudar?
3. Dapatkah saudara mendeteksi pita pita dengan pola tertentu?
4. Dapatkah saudara melihat nukleolus?

Jawab
1. Langkah kerja yang kami lakukan adalah sebagai berikut :

pi l ihlah larva ya ng paling besar dan bergerak a ktiv


dengan menggunakan jarum preparat , hindari
pemilihan l arva ya ng menjadi pupa.

tempa tkan larva tersebut pada kaca objek bersih


ya ng telah ditetesi air bersih .

tempa tkan s ediaan tersebut pada mikroskop


bi nokular dengan latar belakang berwarna hitam .
l a tar belakang berwarna hitam akan menghasilkan
ba ya ngan objek berupa organ organ larva ya ng
ti da k berwarna (bening)tampak jelas.

bedahlah l arva tersebut dengan ca ra menahan


ujung a nteriornya dengan salah satu jarum
prepa rat dan menarik 2/3 ba gian dengan jarum
l a innya.

pi sahkan kelenjar l udah tersebut dari bagian


ba gian lainnya terutama yang berupa jaringan
l emak dengan menggunakan ja rus preparat secara
ha ti hati.
2. Waktu yang tepat untuk stainning preparat menurut kelompok kami adalah 5
menit sampai pengamatan dengan menggunakan mikroskop.
3. Dapat , karena karakteristik dari kelenjar ludah jika dilihat menggunakan
mikroskop berwarna putih serta bersegmen yang memanjang seperti pita .

4. Dapat , di dalam bagian pita tapi agak terlihat agak samar .

Anda mungkin juga menyukai