Anda di halaman 1dari 5

JUDUL

PEMANFAATAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI BAHAN TISSUE ORGANIK

DISUSUN SEBAGAI TUGAS PROPOSAL PENGELOLAHAN LIMBAH


PENGELOLAHAN LIMBAH ANORGANIK

OLEH :

Kelompok 3

1. Ajong Johari A420140044


2. Fitroh Nur Hidayah A420140065
3. Siska Prasetya Khartika A420140068
4. Nur Jamilah A420140070
5. Ibnu Ahmad Amerudin A420140142

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017
A. Judul
Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Bahan Tissue Organik
B. Latar Belakang
Tissue merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi orang-orang diseluruh
dunia. Hal ini terbukti bahwa dalam 20 tahun terakhir ini, industry tissue merupakan
idustri yang paling cepat tumbuh di antara produk lain yang termasuk dalam industry
kertas. Bahkan asia pasifik 100% masyarakat didaerah urban menggunakan tissue
sebagai kebutuhan utama sehari-hari. Begitu juga bagi masyarakat indonesia, tissue
menjadi kebutuhan yang penting. Jika 200 juta penduduk indonesia menggunakan
setengah gulung tissue per hari, maka diperlukan 3 milyar gulung tissue per bulan).
Padahal 100% bahan dasar tissue adalah kayu. Untuk membuat 1 box tisue yang berisi
20 sheets, diperlukan 1 batang pohon yang berumur minimal 6 tahun. Inilah salah satu
alasan mengapa hutan di indonesia terus-menerus menyusut dalam jumlah yang
fantastis. Bahkan mencapai ratusan ribu hektar dalam setiap bulannya.
Kebutuhan tissue yang kian hari kian merangkak naik sebenarnya merupakan
peluang usaha yang sangat profitable. Penjualan tissue dapat menjanjikan laba yang
cukup besar karena permintaan pasar yang terus meningkat. Namun hal ini menjadi
kontraproduktif dengan seruan penyelamatan lingkungan dengan slogan save the
earth karena banyaknya jumlah pohon yang harus dikorbankan, untuk membuat
lembaran-lembaran tissue. Oleh karena itu perlu difikirkan sebuah cara dengan prinsip
win-win solution, untuk mengatasi permasalahan ini.
Salah satu tawaran solusi yang menarik adalah dengan mengganti bahan dasar
pembuatan tissue dengan bahan dasar yang lain. Salah satu upayanya adalah dengan
memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan pembuat tissue. Sebetulnya solusi ini adalah
solusi yang saling menguntungkan. Karena sebenarnya limbah tebu sendiri adalah sisa
olahan tebu yang semaking meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Bahkan
menurut data dari dinas kebersihan dan pertamanan kota surakarta, pada tahun 2010
jumlah limbah meningkat dari 599,4% menjadi 631,00% dan salah satu diantara
limbah tersebut adalah limbah ampas tebu. Sebetulnya limbah ampas tebu salah
satunya sudah dimanfaatkan untuk bahan bakar pengolahan tebu. Namun pada
akhirnya abu hasil pembakaran menjadi masalah polusi yang tidak kalah serius
Tebu (saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanaman untuk bahan
baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh didaerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rerumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bias dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun. Di indonesia tebu banyak dibudidayakan dipulau jawa
dan sumatra.
Ampas tebu atau lazimnya disebut bagase, merupakan hasil samping dari proses
ekstraksi (pemerahan) cairan tebu. Dari suatu pabrik dihasilkan ampas tebu sekitar 35-
40% dari berat tebu yang digiling. Berdasarkan data dari pusat penelitian perkebunan
gula indonesia (p3gi) ampas tebu yang dihasilkan sebanyak 32% dari berat tebu
giling. Pada musim giling 2006 lalu, data yang diperoleh dari ikatan ahli gula
indonesia (ikagi) menunjukan bahwa jumlah tebu yang digiling oleh 57 pabrik gula di
indonesia mencapai sekitar 30 juta ton, sehingga ampas tebu yang dihasilkan
diperkirakan mencapai 9.640.000 ton. Namun sebanyak 60% dari ampas tebu tersebut
dimanfaatkan oleh pabrik gula sebagai bahan bakar, bahan baku kertas, bahan baku
industry kanvas rem, industry jamur dan lain sebagainya. Oleh karena itu diperkirakan
sebanyak 45% dari ampas tebu tersebut belum dimanfaatkan.
Ampas tebu sebagian besar mengandung lingo-cellulose. Panjang seratnya
antara 1,7 sampai 2 mm dengan diameter sekitar 20 mikro. Sehingga ampas tebu ini
dapat memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi papan-papan buatan, kertas dan
tisu. Bagasse mengandung air 48-52%, gula rata-rata 3,3% dan serat rata-rata 47,7%.
Serat bagasse tidak dapat larut dalam air dan sebagain besar terdiri dari selulosa,
pentose dan lignin.

C. Tujuan
Tujuan dalam pengolahan ampas tebu ini, adalah :
1. Untuk mengurangi dampak penebangan hutan
2. Untuk mengurangi limbah ampas tebu
3. Mengetahui apakah ampas tebu dapat digunakan untuk membuat tisu
4. Membuat inovasi baru tissue berbahan dasar ampas tebu
5. Mengetahui manfat lain dari ampas tebu
6. Untuk mengetahui cara pembuatan tissue dari ampas tebu
D. Nama Produk
“Tissue Organik Berbahan Dasar Ampas Tebu”
E. Tim Produksi
Dalam pembuatan sampai ke pemasaran produksi terdapat tim produksi yang terdiri
dari 5 orang yaitu :
1. Ajong Johari A420140044
2. Fitroh Nur Hidayah A420140065
3. Siska Prasetya Khartika A420140068
4. Nur Jamilah A420140070
5. Ibnu Ahmad Amerudin A420140142
F. Sasaran Pemasaran
Sasaran pemasaran dari produk kami adalah masyarakat dan warung makan.
G. Metode Produksi
Tahap produksi dimulai dari tahap persiapan. Tahap persiapan dilakukan
dengan cara mempersiapkan alat dan bahan. Alat utama dalam proses pembuatan
tissue ini adalah mesin penumbuk. Sedangkan bahan utama dari tissue aroma terapi
ini adalah limbah berupa ampas tebu (bagase). Pada tahap ini, bahan dasar produk
berupa limbah ampas tebu didaur ulang agar layak untuk dijadikan sebagai bahan
dasar pembuatan tissue.
Kemudian setelah bahan dasar didaur ulang dan telah layak untuk dijadikan
sebagai bahan pembuat tissue , dilakukan proses pembuatan tissue. Proses pembuatan
tissuemeliputi menumbuk ampas tebu sampai tinggal seratnya, memasak tumbukan
ampas tebu tersebut dengan menggunakan asam asetat dan air. Mencuci hasil
pemasakan ampas tebu tersebut dengan menggunakan air besih agar kandungan asam
asetat dalam ampas tebu tersebut habis, memisahkan serat mandiri ampas tebu
menjadi serat serat halus dilakukan dengan cara disintegrasi, menyaring serat halus
ampas tebu kemudian mengeringkannya, membuat lembaran kertas tissuee dengan
memperhatikan ketebalan tissue yang dikehendaki.
H. Rencana Anggaran Produksi

No Barang Jumlah Harga @ Harga (dalam


rupiah)
Produksi
1. Ampas tebu 10 kg Rp 8.500,00 Delapan ribu
limaratus rupiah
2. Asam asetat 100 ml Rp 23.800,00 Dua puluh tiga
ribu delapan
ratus rupiah
3. Saringan halus (tahu) 5 buah Rp 60.000,00 Enam puluh ribu
rupiah
4. Gas 1 buah Rp 18.000,00 Delapan belas
ribu rupiah
5. Wadah (tempat) 4 buah Rp 80.000,00 Delapan puluh
ribu rupiah
6. Penumbuk - -

Sub total Rp 190.300,00 Seratus sembilan


puluh ribu tiga
ratus rupiah

No. Jenis pengeluaran Biaya (rp)


1. Peralatan penunjang
2. Bahan habis pakai
3. Perjalanan
4. Lain-lain
Total biaya

I. Rencana Pencapaian Target


Perencanaan produksi yang digunakan adalah general partnership yaitu semua
anggota kelompok ikut terlibat secara aktif dalam mengoperasikan usaha serta
bersama – sama bertanggung jawab dalam pembuatan produk mulai dari tahap
pencarian alat dan bahan sampai pada tahap pemasaran. Selain itu diadakan uji coba
dan kerja sama dengan masyarakat disekitar lingkungan kampus, di daerah kar dalam
proses pengenalan barang yang akan diproduksikan. Dalam hal pencapaian target
sasaran pemasaran minimal 3 konsumen.

Anda mungkin juga menyukai