Anda di halaman 1dari 15

HORMON-HORMON ADENOHIPOFISIS

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Farmakologi

Dosen Pengampu : Dra. Anny Thuraidah, MS

Kelompok 6

Ainah (P07124220001)

Aisya Supiah (P07124220003)

Amirah (P07124220004)

Cindy Sulistyowati (P07124220015)

Suci Rahma Damayanti (P07124220067)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN

SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN

2021/2022
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelenjar hipofisis berasal dari kata “hypo” yang artinya di bawah, dan
“physis” yang artinya tumbuh). Kelenjar pituitary (hipofisis) merupakan suatu
kelenjar kompleks yang mensekresi hormone peptida. Hormon peptida tersebut sangat
mempengaruhi hampir seluruh fungsi tubuh. Seluruh sekresi kelenjar pituitari
dikontrol oleh hipotalamus. Hipotalamus dikontrol oleh rangsang saraf dari otak.

Setelah beberapa abad, kemajuan yang besar telah dibuat untuk mengetahui
fisiologi dari hipofisis dan peranannya dalam fungsi homeostasis tubuh. Telah
diketahui bahwa kelenjar hipofisis ini berperan untuk mensekresikan hormon ke
dalam aliran darah. Ukuran dari kelenjar ini hanya sebesar kue pie, berat daripada
hipofisis orang dewasa normal kurang dari 1 gram sedangkan panjangnya kurang dari
1 cm. Meskipun ukurannya kecil namun hipofisis ini mempunyai peranan yang
penting dan kompleks. Karena peranannya yang penting dan kompleks, terutama
untuk mensekresikan beberapa hormon maka kelenjar ini disebut juga sebagai “The
Master Gland”.

Adapun bagan-bagian dari kelenjar hipofisis adalah lobus anterior


(adenohipofisis), lobus intermedia (neurohipofisis), dan lobus posterior. Tiap-tiap
bagian dari hipofisis memproduksi hormon yang digunakan untuk mengendalikan
hampir semua fungsi tubuh. Terdapat berbagai macam hormon seperti hormone
pertumbuhan seperti somatotropin, hormon prolactin dan hormon gonadotropin.

Hormon- hormon ini diproduksi oleh adenohipofisis dan memiliki peran dan
mekanisme kerja nya masing-masing yang dibahas pada makalah ini.

1
TINJAUAN PUSTAKA

Nama : Amirah

Nim : P07124220004

A. Definisi Hormon Adenohipofisis

Hormon adenohipofisis adalah berbagai macam hormon yang diproduksi oleh


adenohipofisis yang meregulasi beberapa proses fisiologik termasuk stres,
pertumbuhan, dan reproduksi. Adenohipofisis atau hipofisis anterior merupakan
bagian terbesar yang kira-kira ukurannya duapertiga dari seluruh organ dan terdiri
dari jaringan hipofisis.

Adenohipofisis ini meregulasi beberapa proses fisiologik termasuk stres,


pertumbuhan, dan reproduksi. Adenohipofisis menghasilkan enam macam hormon.
Hormon-hormon tersebut adalah Thyroid Stimulating Hormone (TSH), FSH, GH,
LH, Corticotropin, dan Prolaktin. Lima hormon yang disebutkan pertama memiliki
fungsi untuk menstimulasi organ lain secara aktif untuk mensekresikan hormon yang
aktif. Sedangkan prolactin berperan di kelenjar mammae.

Sel dari lobus anterior hipofisis juga menghasilkan propriomelanokortin.


Propriomelanokortin ini juga dihasilkan oleh hipotalamus dan sel dari lobus
intermedia. Selain itu juga dihasilkan oleh plasenta, paru, dan traktus gastrointestinal.
Jaringan-jaringan yang berbeda ini akan memproses propriomelanokortin menjadi
proteolisis.
Corticotropin, Prolaktin, dan GH adalah simpel polipeptida sedangkan FSH,
LH, dan TSH adalah glikoprotein. Glikoprotein terdiri dari dua subunit heterodimer
yaitu α dan β. Subunit α dari semua hormon menghasilkan gen tunggal di kromosom
6 dan mempunyai komposisi asam amino yang sama meskipun mempunyai residu
karbohidrat yang berbeda. Sebaliknya subunit β menghasilkan gen yang berbeda dan
bervariasi strukturnya, yang membuat hormon yang dihasilkan mempunyai peranan
yang spesifik.

2
Lobus anterior terdiri dari sel poligonal yang besar yang dipisahkan sinusoid
kapiler. Sitoplasma dari sel ini terdiri dari granula-granula (yang berisi hormon).
Endotelium dari kapiler ini mempunyai fenestra yang akan menguptake hormon yang
disekresikan.
Sel dari adenohipofisis diklasifikasikan berdasrakan gambaran histologiknya
(adanya granula sitoplasmik). Berdasarkan afinitas granula terhadap zat warna
dibedakan menjadi asidofilik, basofilik, dan kromofob. Berdasarkan teknik yang lebih
modern seperti elektron mikroskop dan imunositokimia.
Sumber :
Pramasari, A.A.A.A. 2017. Neurofisiologi Hipofisis. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana

Tanda Tangan

Amirah
P07124220004

3
Nama : Aisya Supiah

Nim : P07124220003

B. Hormon GH (Growth Hormone)

Growth hormone adalah hormon polipeptida, terdiri ari 191 asam amino
denganberat molekul 22 kDa yang disintesis oleh sel somatotrof di pituitari anterior.
Hormon ini disekresikan secara pulsatil dengan rata-rata frekuensi 13 kali per hari.
Puncaknya terjadi pada malam hari selama tidur pada fase gelombang lambat.

Growth Hormon (GH) dikenal dengan nama Somatotropik Hormon


merupakan hormon yang menstimulasi pertumbuhan jaringan. Hormon ini
disekresikan oleh sel asidofil dari adenohipofisis. Sekresi berlebihan dari GH,
sebelum penyatuan dari epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan yang
dinamakan gigantisme. Hal itu karena pertumbuhan cepat atau akselerasi
pertumbuhan tulang. Jika epifisis sudah menutup, maka pertumbuhan tulang tidak
memanjang namun menyamping dan menebal pada beberapa tempat.

Hormon pertumbuhan ini berpengaruh pada otot, ginjal, jaringan adiposa


dan hepar. Sementara itu, somatotropin memfasilitasi sintesis protein dan
katabolisme asam amino. Hormon ini menyokong transfer asam amino dari darah ke
sel-sel otot yang berdampak pada keseimbangan positif nitrogen.

Hormon pertumbuhan (GH) juga mempunyai efek diabetogenik, yaitu anti-


insulin. Pemberian GH berdampak naiknya kadar gula dalam darah. Pemberian yang
berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan pada pulau-pulau Langerhans
pankreas dan memicu diabetes militus. Meskipun aktivitas GH pada metabolisme
karbohidrat belum sepenuhnya diketahui, GH dapat menurunkan laju penggunaan
glukosa dalam darah. Selain berpengaruh gula darah, GH mempunyai hubungan
metabolisme lipid. Hormon ini membantu memobilisasi lemak ke hepar,
meningkatkan jumlah hormon yang mungkin menghasilkan ketonemia dan
ketonuria. Pada betina, perkembangan kelenjar mamae dipengaruhi somatotropin.

1
Sekresi GH ini dipengaruhi oleh dua hormon yang dihasilkan oleh
hipotalamus. Growth Hormone Releasing Hormone (GRH) dihasilkan oleh nuklei
arkuata. Hormon yang lain adalah Growth Hormone Inhibiting Hormone (GIH), yang
sekarang dikenal sebagai somatostatin yang dihasilkan oleh nuklei paraventrikular.
Akson dari sel ini berproyeksi ke eminensia mediana, dimana produk yang
dihasilkannya akan disekresikan ke pleksus primer dan dibawa ke adenohipofisis
melalui sistem porta. Sekresi dari GH ini bersifat episodik, dimana somatostatin lebih
tonik. Stimulus yang meningkatkan sekresi GH adalah hipoglikemia, latihan, tidur
dan stres-stres yang lain. Sekresi GH dihambat oleh glukosa dan kortisol. Seperti
hormon hipofisis anterior yang lain, GH juga dibawah pengaruh kontrol feedback.
IGF-1 secara langsung menghambat sekresi GH dari Hipofisis dan juga menstimulasi
sekresi somatostatin dari hipotalamus.

Sumber :

Nugroho, Rudy Agung. 2016. Dasar-Dasar Endokrinologi. Mulawarman University


Press. Samarinda.

Pramasari, A.A.A.A. 2017. Neurofisiologi Hippofisis. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana.

Ratnayanti, G.A.D. (2012). Peran Growth Hormone Terhadap Metabolisme Lipid.


Jurnal Ilmiah Kedokteran,vol.43, no. 3, hlm 184-90.

Tanda Tangan

Aisya Supiah

P07124220003

2
Nama : Ainah

Nim : P07124220001

C. Hormon Prolaktin

Luteotropic Hormone (LTH) atau Prolactin ini kadang disebut sebagai hormon
laktogenik yang bertanggung jawab untuk memelihara korpus luteum saat terjadi
kehamilan. Pada tikus, peranan LTH sudah dapat dideterminasi dengan baik, namun
pada primata fungsi LTH belum diketahui dengan baik peranan sepenuhnya. Hormon
ini memacu perkembangan kelenjar mamae dan pembentukan serta sekresi air susu
selama periode laktasi. Sementara itu, peranan hormon ini pada jantan belum
diketahui sepenuhnya.

Hormon prolaktin merupakan protein dengan berat molekul sekitar 25.000-


30.000MW dan mengandung glukosa. Hormon tropik ini disekresikan dari bagian
adenohipofisis dan diatur oleh kadar hormon itu sendiri, seperti halnya hormon
tiroksin dalam mengatur hormon TSH dalam darah.

Prolaktin terdiri dari 198 residu asam amino dan tiga jembatan disulfida.
Struktur dari prolaktin ini menyerupai GH dan mempunyai waktu paruh yang hampir
sama dengan GH (± 20 menit). Reseptornya juga menyerupai reseptor GH.

Dalam hubungannya dengan estrogen dan progesteron, prolaktin


menyebabkan sekresi air susu dari mammae wanita. Prolaktin juga menghambat
gonadotropin di ovarium. Mekanisme ini mencegah ovulasi pada wanita yang
menyusui atau pada wanita dengan tumor yang mensekresikan prolaktin. Peranan
prolaktin pada pria masih belum diketahui dengan pasti, namun dalam jumlah yang
berlebih dapat menimbulkan impotensi.

TRH dan polipeptida yang lain di hipotalamus menstimulasi sekresi prolaktin.


Regulasi daripada hormon ini diatur melalui inhibisi tonik. Prolactine Inhibiting factor

1
(PIF), yang sekarang dikenal sebagai dopamin, dihasilkan oleh nukleus arkuata.
Akson dari sel ini berproyeksi ke eminensia mediana, dimana produk yang
dihasilkannya akan disekresikan ke pleksus primer dan dibawa ke adenohipofisis
melalui sistem porta. Latihan, stres, tidur, kehamilan, dan stimulasi dari puting susu
semuanya meningkatkan sekresi prolaktin. Prolaktin memfasilitasi pelepasan dopamin
dari eminesia mediana dan kemudian memberikan feedback negatif untuk
menghambat sekresinya sendiri.

 Fisiologi
Prolaktin memengaruhi fungsi kelenjar susu dalam mempersiapkan,
memulai, dan mempertahankan laktasi. Fungsi laktasi ini dipengaruhi oleh
kortikosteroid, tiroid, dan hormon kelamin yang semuanya bergantung pada
hormone tropik dan adenohipofisis.
Prolaktin in vitro melancarkan proliferasi dan diferensiasi saluran dan
epitel alveolar kelenjar susu. Selain itu, terjadi peningkatan sintesis RNA dan
induksi sintesis protein susu dan enzim untuk sintesis laktosa. Pengaruh prolaktin
terhadap ovarium belum jelas.
Pengaturan sekresi prolaktin berada dibawah pengaruh hipotalamus. Pada
manusia, prolaktin menghambat sekresi gonadotropin dan kerjanya, yaitu pada
gonad. Isapan bayi sewaktu menyusui merupakan perangsang sekresi prolaktin
selama menyusui. Meningginya kadar prolaktin mengakibatkan hambatan
terhadap gonadotropin yang selanjutnya memengaruhi fungsi ovarium
Sumber :

Nugroho, Rudy Agung. 2016. Dasar-Dasar Endokrinologi. Mulawarman


University Press. Samarinda.

Pramasari, A.A.A.A. 2017. Neurofisiologi Hippofisis. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana

Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2009. Kumpulan kuliah famakologi.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tanda Tangan

2
Ainah
P07124220001

3
Nama : Suci Rahma Damayanti
Nim : P07124220067

D. Hormon Gonadotropin

Hipofisis menghasilkan 2 jenis hormon gonadotropin, yaitu Hormon pemacu


folikel (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang disebut juga interstitial cell
stimulating hormon (ICSH).

Selain dihasilkan oleh hipofisis, pada wanita hormon gonadotropin juga


dihasilkan oleh plasenta (selama masa kehamilan).

 Fisiologi
FSH dan LH dibentuk oleh sel-sel basophil hipofisis anterior. FSH
menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel de Graaf. Di bawah
pengaruh LH, folikel yang telah berkembang ini akan menyekresikan estrogen
dan progesteron. LH menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga memengaruhi
korpus luteum untuk menyekresikan estrogen dan progesterone. Proses terakhir
dikenal sebagai aktivitas laktogenik yang pada beberapa spesies berada dibawah
pengaruh prolaktin.
Pada laki-laki, FSH berfungsi mempertahankan keutuhan tubulus
seminiferus untuk spermatogrnrsis. LH merangsang sel leydig menyekresi
testosteron.
Human Chorionic Gonadotripon (HCG) adalah hormone yang terbentuk
selama kehamilan yang disekresi oleh plasenta janin 7 hari setelah ovulasi dan
diserap kedalam darah untuk memepertahankan fase luteal. HCG dapat
dideteksi dalam urine beberapa hari sebelum terjadinya amenore dan ini
merupakan basis yang digunakan untuk tes kehamilan. Jumlah yang
diekskresikan meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum kira-kira 6
minggu setelah ovulasi.
Pemberian HCG pada laki-laki akan menstimulasi sel interstitial menyekresi
androgen.
Sumber :

1
Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2009. Kumpulan kuliah famakologi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tanda Tangan

Suci Rahma Damayanti


P07124220067

2
Nama : Cindy Sulistyowati
Nim : P07124220015

Human chorionic gonadotrophin telah dikeluarkan sejak hari ke 7-9 setelah


ovulasi atau saat terbentuknya blastokis sehingga dapat mempertahankan korpus
lateum gravidarum sampai plasenta terbentuk. Puncak dikeluarkannya hCG tercapai
pada kehamilan umur 60 hari atau minggu ke-10 dan selanjutnya makin menurun
sampai kehamilan aterm.
Human chorionic gonadotrophin dibentuk oleh sinsitiotrofoblas dan kenaikan
konsentrasinya, sebanding dengan bertambahnya jaringan plasenta. Human chorionic
gonadotrophin terdapat dua bentuk, yaitu alfa hCG yang dibentuk oleh plasenta
dengan susunan asam amino92, sedangkan beta hCG dibentuk oleh jaringan janin dan
ginjal, jumlahnya tidak tinggi sehingga tidak terdeteksi saat pemeriksaan.

Dengan demikian, yang memberikan hasil, pemeriksaan tes positif adalah alfa
hCG pada pemeriksaan laboratorium.
Fungsi human chorionic gonadotrophin dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Saat permulaan kehamilan korpus lateum sampai plasenta tumbuh dengan
lengkap
b. hCG pada janin laki masuk kesirkulasi darah janin sehingga merangsang
pengeluaran testosteron dari sel leydig.
c. hCG merangsang dikeluarkannya relaksin dari desidua sehingga dapat
menimbulkan relaksasi otot Rahim dan vasodilatsi pembuluh darah
d. sifat rangsangan HCG dapat bertindak sebagai LH, TSH dan FSH, tetapi
tertekan karena tingginya konsentrasi hormone steroid seperti estrogen dan
progesteron.

Bersamaan dengan penurunan hCG, terjadi kenikan human placental lactogen


atau human chorionic somatomammotrophin atau human lactogen, yang meningkat
terus sampai terjadinya persalinan.
Sumber :

1
Pengantar Obstetri/Penulis, Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba,
Ida Bagus Gde Fajar Manuaba.−¿ Jakarta : EGC, 2007
Tanda Tangan

Cindy Sulistyowati
P07124220015

2
PENUTUP
A. Kesimpulan

Hormon adenohipofisis adalah berbagai macam hormon yang diproduksi oleh


adenohipofisis yang meregulasi beberapa proses fisiologik termasuk stres,
pertumbuhan, dan reproduksi. Adenohipofisis atau hipofisis anterior merupakan
bagian terbesar yang kira-kira ukurannya duapertiga dari seluruh organ dan terdiri
dari jaringan hipofisis.
Dari semua hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis, GH merupakan
hormon yang terbanyak dihasilkan. GH memproduksi somatomedin, kelompok
polipeptida faktor pertumbuhan disekresi oleh hati, kartilago, dan jaringan yang lain.
GH mempunyai efek yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Sebelum terjadinya
penutupan epifisis pada anak-anak, GH mempengaruhi pertumbuhan tulang panjang
dan kondrogenesis.

Dalam hubungannya dengan estrogen dan progesteron, prolaktin


menyebabkan sekresi air susu dari mammae wanita. Prolaktin juga menghambat
gonadotropin di ovarium. Mekanisme ini mencegah ovulasi pada wanita yang
menyusui atau pada wanita dengan tumor yang mensekresikan prolaktin. Peranan
prolaktin pada pria masih belum diketahui dengan pasti, namun dalam jumlah yang
berlebih dapat menimbulkan impotensi
Hipofisis menghasilkan 2 jenis hormon gonadotropin, yaitu Hormon pemacu
folikel (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) yang disebut juga interstitial cell
stimulating hormon (ICSH). Selain dihasilkan oleh hipofisis, pada wanita hormon
gonadotropin juga dihasilkan oleh plasenta (selama masa kehamilan).

3
DAFTAR PUSTAKA

Pengantar Obstetri/Penulis, Ida Bagus Gde Manuaba, Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida
Bagus Gde Fajar Manuaba.−¿ Jakarta : EGC, 2007

Staf Pengajar Departemen Farmakologi. 2009. Kumpulan kuliah famakologi. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Pramasari, A.A.A.A. 2017. Neurofisiologi Hippofisis. Fakultas Kedokteran Universitas


Udayana.

Nugroho, Rudy Agung. 2016. Dasar-Dasar Endokrinologi. Mulawarman University Press.


Samarinda.

Ratnayanti, G.A.D. (2012). Peran Growth Hormone Terhadap Metabolisme Lipid. Jurnal
Ilmiah Kedokteran,vol.43, no. 3, hlm 184-90.

Anda mungkin juga menyukai