Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN HASIL PRATIK

AROMATERAPI DALAM ASUHAN KEBIDANAN


MATA KULIAH ASUHAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER

Oleh :
KELOMPOK IV A

Ni Wayan Septiastari (P07124214 001)


Ni Kadek Yana Devipramita (P07124214 016)
I Gst A A Cahyaningrum Ananta (P07124214 017)
Ni Komang Ngurah Apni S. SJ (P07124214 028)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI D-IV KEBIDANAN KLINIK
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rakhmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil praktik
Aromaterapi dalam Asuhan Kebidanan dengan baik. Dalam penyusunan laporan
ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kami.
Dalam laporan hasil praktik mata kuliah ini penulis menyadari bahwa
laporan ini masih memiliki beberapa kekurangan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.
Demikianlah kiranya para pembaca dapat memahami dan apabila terdapat
hal-hal yang kurang berkenan di hati para pembaca, pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis memohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Denpasar, 12 Januari 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Praktik ......................................................................................... 2
C. Sistematika Laporan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Aroma Terapi .......................................................................................... 4
B. Minyak Atsiri........................................................................................... 7
BAB III LAPORAN HASIL PRATIK ........................................................ 12
BAB IV PENUTUP
A.Simpulan................................................................................................... 21
B.Saran......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran.
Selama satu dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan dengan
mengkombinasikan asuhan kebidanan konvensional dan komplementer, serta telah
menjadi bagian penting dari praktek kebidanan (Harding & Foureur, 2009).
Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari penerapan
pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan kebidanan.
Sesuai dengan perkembangan peraturan menteri pengobatan non konvensional
yang tujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan
efektivitas tinggi.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat dilakukan secara
mandiri, kolaborasi dan rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi
baru lahir, bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan usia lanjut.
(Kepmenkes RI No 369 / MENKES /SK/ III / 2007 ). Dalam siklus kehidupan
perempuan, fase remaja, kehamilan, persalinan, nifas hingga menopause tidak
terlepas dari keluhan-keluhan yang muncul dan perlu perhatian atau intervensi
yang aman dan efektif.
Pada fase remaja stres, kurang energi, nyeri menstruasi menjadi perhatian
tersendiri untuk asuhan pada remaja. Pada fase kehamilan sering sekali
ketidaknyamanan fisik yang terkait dengan kehamilan, ketidakstabilan hormon
yang bergejolak selama kehamilan menyebabkan seorang perempuan mudah
depresi dengan keadaannya. Pada fase persalinan, ketidaknyamanan untuk
mempertahankan kekuatan rahim saat melahirkan sangat membutuhkan perhatian
khusus dalam memberikan asuhan. Pada masa nifas juga diperlukan suatu
intervensi untuk mengaktifkan pusat emosi di korteks otak sehingga membuat
orang menjadi merasa rileks dan santai untuk mengurus bayinya. Tidak jauh
berbeda dengan fase menopause.

1
Aromaterapi adalah metode pengobatan untuk merevitalisasi (menggiatkan
kembali) dan meregulasi (mengatur) kinerja organ-organ tubuh dengan
menggunakan minyak esensial (sari pati) dari tumbuh-tumbuhan beraroma.
Manfaatnya, antara lain melancarkan sirkulasi darah, meringankan beberapa
keluhan yang kerap timbul selama hamil, membantu melancarkan proses
persalinan, pemulihan masa nifas, dan keluhan pada masa remaja maupun
menopause. Aromaterapi merupakan metode pengobatan melalui media bau-
bauan yang berasal dari bahan tanaman tertentu. Aromaterapi sering digabungkan
dengan praktek pengobatan alternatif dan kepercayaan kebatinan yang sudah ada
sejak ribuan tahun yang lalu.
Melalui asuhan kebidanan koplementer, aroma terapi dapat masuk sebagai
komplementer asuhan yang dapat mengurangi ketidaknyamanan yang dirasakan
perempuan dalam siklus kehidupannya. Asuhan kebidanan memerlukan intervensi
yang dapat menggeser dan mengatasi masalah yang ada dalam siklus perempuan
itu sendiri. Salah satu intervensi yang dapat membantu adalah dengan aroma
terapi. Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, penulis bertujuan untuk
membahas lebih dalam mengenai aroma terapi dalam siklus kehidupan
perempuan.

B. Tujuan
Setelah mengikuti praktik, mahasiswa diharapkan mampu memahami dan
mengaplikasikan asuhan kebidanan komplementer khususnya pemanfaatan aroma
terapi dalam asuhan kebidanan.

C. Sistematika Laporan

Laporan ini terdiri dari empat bab, yaitu Bab I yaitu pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang yang mengangkat pengaplikasian aroma terapi dalam
asuhan kebidanan, tujuan praktik, dan sistematika penulisan laporan. Bab II
terdapat tinjauan pustaka mengenai aroma terapi dan minyak atsiri. Bab III terdiri
dari hasil dan pembahasan kegiatan praktik berkaitan dengan pengaplikasian
aroma terapi di wahana praktik. Bab IV terdiri dari kesimpulan dan saran dari

2
laporan ini. Selain itu juga disertakan dengan daftar pustaka yang memuat
sumber-sumber pustaka yang diambil atau digunakan dalam teori di laporan ini

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Aroma Terapi
1. Pengertian Aroma Terapi

Aroma Terapi adalah teknik perawatan tubuh dengan menggunakan atau


memanfaatkan minyak atsiri (essential oil) yang berkhasiat. Cara penggunaan
aroma terapi dapat dengan penghirupan, pengompresan, pengolesan dikulit,
perendaman dan akan lebih efektif disertai pijatan (Gusta, A. 2000).
Menurut Permenkes 1205/Menkes/Per/X/2004 bahan yang digunakan
dalam aroma terapi adalah zat aktif yang diambil dari tumbuh-tumbuhan aromatik
(ekstraksi dari bunga, daun, akar, batang/ ranting, buah, biji, dan lain-lain) yang
memberikan efek stimulasi atau relaksasi.
Aromaterapi dalam praktik kebidanan dapat diterapkan pada kehamilan
persalinan, nifas, remaja dan menopause. Penggunaan aromaterapi mempunyai
Prinsip Revitalisasi. Aromaterapi adalah metode pengobatan untuk
merevitalisasi (menggiatkan kembali) dan meregulasi (mengatur) kinerja organ-
organ tubuh dengan menggunakan minyak esensial (sari pati) dari tumbuh-
tumbuhan beraroma. Manfaatnya, antara lain melancarkan sirkulasi darah,
meringankan beberapa keluhan yang kerap timbul selama hamil, membantu
melancarkan proses persalinan, pemulihan masa nifas, dan keluhan pada masa
remaja maupun menopause (Vickers, Andrewet et al. 2001).

2. Manfaat Aroma Terapi


Manfaat aroma terapi secara umum:
a. Mempercepat peremajaan kulit melalui minyak essensial yang meresap ke
dalam kulit sehingga meningkatkan aliran darah
b. Mencegah timbulnya berbagai penyakit karena bersifat anti bakteri

c. Menetralkan ketegangan dan mengurangi stress

d. Memberikan kenyamanan (relaxing) melalui aroma minyak essensial yang


terhirup

4
e. Menormalisasi metabolisme dan meningkatkan vitalitas
f. Membantu mengatur keseimbangan tubuh dan menstimulasi proses terapi
3. Jenis- Jenis Aromaterapi
a. Cedarwood
Minyak aromaterapi cedarwood digunakan untuk infeksi pernafasan dan
saluran kencing, penyegar bagi kulit berminyak dan pori-pori
tersumbat,ketombe, dan gatal- gatal, obat pengkelat. Selain itu juga dapat
menghilangkan bengkak, mengurangi sakit keram pada saat menstruasi, tetapi
sebaiknya hindari 1-3bulan pada masa awal kehamilan.
b. Geranium
Dapat mengencangkan payudara, menopause, eksim jerawat, pendarahan,
tanda melahirkan sekaligus mencerahkan kulit serta dapat mengencangkan
payudara, menopause, eksim jerawat, pendarahan, tanda melahirkan sekaligus
mencerahkan kulit.
c. Ginger
Ginger atau jahe, dapat melindungi tubuh dari rasa kedinginan, demam, mual-
mual, pencernaan, anti peradangan, infeksi saluran kencing, kandung kemih,
menghancurkan segala jenis parasit usus dan menormalkan tekanan darah.
d. Grapefruit
Membantu mengatasi pegal linu, menggigil, sakit kepala, flu dan demam serta
membuang racun-racun dalam tubuh. Bisa digunakan untuk refreshing,
detoksifikasi, pembersih, untuk melegakan saraf, dan merilekskan otot.
e. Jasmine
Pembangkit gairah, baik untuk kesuburan wanita, dapat mengobati impotensi,
anti-depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput lendir. bisa
digunakan untuk menenangkan, aprodisiak, antidepresi, tapi sebaiknya tidak
digunakan selama kehamilan dan jika kulit sensitif.
f. Ylang-ylang (kenanga)
Bersifat menenangkan, melegakan sesak napas, berfungsi sebagai tonik
rambut sekaligus sebagai pembangkit rasa cinta
g. Lavender
Aroma Lavender memiliki efek menenangkan, serta membantu mereka yang
mengalami susah tidur, agar tidur lebih nyenyak. Lavender juga menormalkan,
serta membersihkan kulit. Merawat infeksi paru-paru, sinus, vaginal termasuk
jamur, radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan
daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman
untuk kulit bayi.

5
h. Lemon
Aroma lemon memberi efek menenangkan dan mengangkat suasana hati.
Aromaterapi lemon juga dapat mengencangkan, menstimulasi, menyegarkan
kulit. Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat antioksidan,
antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah hipertensi, kelenjar
hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki metabolisme, menunjang sistem
kekebalan tubuh serta memperlambat kenaikan berat badan.
i. Mawar
Aroma mawar dapat membantu mengurangi stres, kesedihan dan
menstabilisasi kondisi tubuh.
j. Orange
Dapat digunakan untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar,
debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.
k. Patchouli
Aroma Patchouli dapat membantu menenangkan dan membuat kulit terasa
lebih sensual Aroma Patchouli dapat membantu menenangkan dan membuat
kulit terasa lebih sensual.
l. Peppermint
Aroma peppermint bisa membantu meningkatkan daya ingat dan kewaspadaan
serta yang mengalami kelelahan. Aroma Peppermint juga menyegarkan, dan
menghidupkan kulit. Aromanya juga dapat membasmi bakteri, virus dan
parasit yang bersarang di pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan
paru, mengaktifkan produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal
karena kadas/kurap, herpes, kudis karena tumbuhan beracun.
m. Rosemary
Aroma rosemary memberi efek pada munculnya perasaan puas dan efek
positif pada mood dan kinerja, dan menurunkan tingkat hormon kortisol yaitu
hormon pemicu stres. memperlancar peredaran darah, menurunkan kolesterol,
mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan, kerontokan rambut, membantu
mengatasi kulit kusam sampai di lapisan terbawah. Mencegah kulit kering,
berkerut yang menampakkan urat-urat kemerahan.
n. Sandalwood(cendana)
Dapat membantu menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin,
mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan, membantu mengatasi
sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati. Juga bisa digunakan sebagai
penyeimbang, aprodisiak, antiseptik, untuk mengobati batuk dan radang
tenggorokan (Hutasoit, Aini S. 2002).

6
B. Minyak Atsiri
1. Pengertian Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan minyak dari tanaman yang komponennya secara
umum mudah menguap sehingga banyak yang menyebut minyak terbang. Minyak
atsiri disebut juga etherial oil atau minyak eteris karena bersifat seperti eter dalam
bahasa internasional biasa disebut essential oil (minyak essen) karena bersifat
khas sebagai pemberi aroma/bau (Satrohamidjojo, H. 2004).
Minyak atsiri dalam keadaan segar dan murni umumnya tidak berwarna,
namun pada penyimpanan yang lama warnanya berubah menjadi lebih gelap

2. Indikasi dan kontraindikasi


Minyak Atsiri kurang baik bagi orang tertentu :
a. Wanita hamil : Hindari minyak pennyroyal, mugwort, marjoram, sage,
selasih, jasmin, adas, adas bintang,peppermint, oregano,rosemary,
tarragon, cypress, karena dapat menyebabkan kontraksi uterus, rahim
berlebihan, sehingga berpeluang keguguran lebih besar.
b. Epilepsi : Hindari adas bintang,birch, adas, hyssop, sage dan timi.
c. Tekanan darah tinggi : Hindari minyak adas, birch, hyssop, rosemary, sage,
pinus dan timi.
d. Kulit yang sensitif terhadap iritasi : Hindari menggunakan minyak adas,
birch, jeruk lemon, sereh, melissa, pala, peppermint, tea tree dan timi lebih
dari tiga tetes.
Bahan yang digunakan untuk aroma terapi harus alami, perlu memperhatikan jenis
dan kemasan produk ( Permenkes 2004), sebagai berikut :
a. Minimal berlabel Therapeutical Grade dan natural
b. Atau berlabel Pure plant essential oil
c. Yang berlabel Fragrance oil dan Parfum oil tidak boleh digunakan
pada aroma terapi
d. Pada kemasan harus ada informasi tentang tanaman yang digunakan, cara
pengolahan, efek negatif dll.
e. Dilarang menggunakan minyak atsiri bukan dari hasil sulingan (steam
distilasi)

7
f. Wadah harus terbuat dari gelas warna gelap dan tertutup rapat
g. Harus disimpan di tempat yang sejuk dan kering, tidak terkena sinar
matahari langsung
h. Bahan penutup kemasan harus tahan terhadap minyak atsiri

3. Cara Penggunaan Minyak Atsiri yang Aman


a. Produk minyak atsiri campuran hanya boleh digunakan selama tiga bulan.
b. Penghirupan tidak boleh menggunakan minyak atsiri yang dapat mengiritasi
mukosa seperti : Kamfer, adas dll.
c. Minyak atsiri harus diencerkan dengan dosis yang tepat.
d. Tidak semua minyak atsiri dapat digunakan pada ibu hamil
e. Dosis dan jenis minyak atsiri harus diperhatikan untuk bayi, ibu menyusui
dan lanjut usia.
f. Gunakan minyak atsiri alami dan perhatikan efeknya.
g. Penggunaannya harus dilakukan uji kepekaan terhadap kulit terlebih dahulu.
h. Penggunaannya harus bervariasi dan satu jenis minyak atsiri hanya boleh
dipergunakan maksimal dua minggu berturut-turut.
i. Perhatikan reaksi tubuh ( efek samping : rasa mual, pening dll )
j. Bila kena mata dinetralisir dengan minyak nabati dan jangan menggunakan air
k. Tidak boleh menggunakan minyak mineral yang terbuat dari bahan sintetis
seperti baby oil sebagai minyak karier karena bersifat toksis
l. Jika minyak atsiri tumpah, harus dibersihkan dengan air/lap basah, tisu.
Teknik untuk memilih minyak aroma terapi alami yang murni :
a. Teteskan pada kertas
b. Baui aromanya
c. Gunakan harga minyak esensial mawar (rose) atau melati (jasmine) yang
sangat mahal sebagai patokan
d. Dikemas dalam botol kaca berwarna gelap
e. Minyak tidak dapat dihasilkan secara alami seperti lily, lotus, magnolia,
peach, strawberry, green tea, apel. Semuanya merupakan minyak sintetis
kecuali bila harganya amat mahal (Dewi, P.A.P,. 2013).

4. Cara Memproduksi Minyak Atsiri


Setiap bagian tanaman seperti akar, batang, daun,rimpang, buah, bunga,
biji dapat digunakan sebagai bahan baku minyak atsiri.
Metode yang umumnya digunakan dalam pembuatan minyak atsiri :
a. Penyulingan

8
Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen cairan atau padatan
dari berbagai macam campuran berdasarkan titik uap atau perbedaan kecepatan
menguap bahan. Metode penyulingan menggunakan alat berupa ketel suling.
Umumnya ketel yang digunakan terbuat dari kaca yang tahan panas dan dari
stainless steel.
Metode penyulingan yang biasa digunakan oleh industri penyulingan diantaranya:
1) Sistem Kukus
Sistem kukus dilakukan dengan cara memanaskan bahan baku menggunakan
uap hasil pemanasan. Biasanya digunakan untuk menyuling minyak atsiri yang
berasal dari bahan baku daun, tangkai bunga, rimpang.
Proses tahapan penyulingan dengan sistem kukus yaitu:
a) Keringkan bahan baku hingga layu dan potong-potong menjadi lebih kecil
b) Masukkan kedalam ketel suling sesuai kapasitasnya, lalu panaskan.dlm proses
ini uap panas dan uap minyak melalui pipa menuju kondensor
c) Di dalam kondensor, uap air dan minyak akan mengembun menjadi cairan
d) Cairan berupa minyak dan air terpisah karena perbedaan berat jenis
Kelebihan metode kukus yaitu biaya pembelian alat lebih murah karena
relatif sederhana.
Kelemahan metode kukus yaitu ketel yang digunakan umumnya tidak
mampu memproduksi uap yang banyak.
2) Sistem Uap Langsung
Sistem penyulingan ini umumnya digunakan untuk menyuling bahan baku
minyak atsiri yang berasal dari kulit batang, kayu, dan biji-bijian yang keras.
Pada sistem ini ketel suling dan tangki air sebagai sumber uap panas
(boiler) diletakkan secara terpisah. Sumber air boiler dapat menggunakan air yang
berasal dari tangki penampungan air.
Tahapan penyulingan dengan sistem uap yaitu :
a) Bahan dipotong kecil- kecil
b) Masukkan bahan ke dalam ketel suling
c) Isi boiler dengan air, kemudian panaskan hingga suhu uap mencapai 150oC
d) Alirkan uap panas dari boiler ke dalam ketel suling hingga uap meresap ke
dalam sel-sel bahan uap air dan minyak mengalir melalui kondensor
e) Uap minyak atsiri dan air diembunkan menjadi cairan
3) Sistem Penyulingan dengan Air

9
Sistem penyulingan dengan air merupakan sistem paling sederhana
dibandingkan dengan sistem lainnya. Tangki penyulingan yang dibutuhkan yakni
tangki bahan baku (ketel suling) dan kondensor.
Kelemahan sistem penyulingan ini yaitu:
a) Waktu penyulingan relatif lebih lama
b) Membutuhkan pengawasan ekstra
c) Jumlah minyak yang didapat lebih rendah
d) Mutu minyak yang dihasilkan juga rendah
e) Tidak cocok untuk bahan baku yang larut dalam air

b. Ekstraksi
Cara ekstraksi merupakan sistem pembuatan minyak atsiri yang bahan
bakunya memiliki rendemen kecil, rusak pada suhu tinggi, dan rata-rata larut
dalam air. Cara ini biasanya dipakai untuk menyuling bagian bunga seperti bunga
mawar, melati dan sedap malam.
Cara ekstraksi yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan pelarut
menguap. Prinsipnya adalah dengan melarutkan minyak atsiri di dalam bahan
pelarut organik yang mudah menguap. Pelarut yang umumnya digunakan adalah
alkohol, heksana, metanol, kloroform aseton dan sebagainya.

c. Pengepresan
Sistem pengepresan biasanya dilakukan untuk bahan baku minyak atsiri
berupa biji dan buah. Teknik pengepresan menggunakan alat pres atau mesin
pengepres contohnya minyak jeruk (orange oil) (Hutasoit, Aini S. 2002).

10
BAB III
LAPORAN HASIL PRAKTIK

Tempat dan Waktu Praktikum :


Pratikum ini dilakukan pada tanggal 13 Desember 2016 dan lokasi
praktikum di Universitas Hindu Indonesia, Denpasar. Praktikum dimulai dari
pengenalan, pengaplikasiannya, serta pengolahan Aroma Terapi.
Aromaterapi dalam praktik kebidanan dapat diterapkan pada kehamilan
persalinan, nifas, remaja dan menopause. Berikuit ini asuhan kebidanan yang
berbasis komplementer dalam siklus hidup perempuan dan cara membuat minyak
atsiri, antara lain :

A. Penggunaan Aromaterapi pada Remaja


1. Manfaat Penggunaan Aromaterapi pada Remaja
a. Aromaterapi bekerja dengan menenangkan tubuh
b. Aromaterapi membersihkan kulit dari aneka mikroba yang berada pada
kulit, membersihkan kulit dari semua parasit seperti bakteri, jamur, virus
dan lainnya.
c. Memberikan manfaat psikologis
Dapat mengaktifkan pusat emosi di korteks otak sehingga membuat orang
menjadi merasa rileks dan santai
d. Meringankan rasa nyeri
Beberapa jenis aromaterapi yang sering digunakan misalnya lavender,rose,
lemon, vanilla, dan juga green tea
e. Memberikan manfaat pada saat menstruasi
Mandi menggunakan minyak geranium dapat membantu dalam
mengurangi kehilangan darah yang berat. Sedangakan minyak Mawar,
lavender dan sage dapat membantu untuk meringankan kram pada saat
menstruasi.

f. Memberikan manfaat pada pencernaan


Gangguan pencernaan dapat dikurangi dengan menggunakan aromaterapi,
seperti: peppermint oil juga dapat memberikan aroma yang menyegarkan
dan dapat membantu untuk mengurangi sakit perut

B. Penggunaan Aromaterapi pada Kehamilan

11
1. Manfaat pada masa kehamilan
a. Membantu menghilangkan stres, meningkatkan energi, dan meringankan
ketidaknyamanan fisik yang terkait dengan kehamilan.
b. Mampu memelihara kulit serta menghaluskan jaringan parut yang umum
timbul pada masa kehamilan.
c. Untuk meningkatkan kesehatan dan mood pada wanita hamil.
d. Membantu menstabilkan hormone yang bergejolak selama kehamilan
2. Kontraindikasi
b. Beberapa minyak aromaterapi yang harus dihindari saat kehamilan
diantaranya mawar, cedarwood, kemangi (basil), thyme, dan serai

c. Penggunaan aromaterapi dianjurkan setelah ibu hamil melewati trimester


pertama
3. Syarat
a. Pilih yang sudah diencerkan
b. Pemakaian yang berlebihan saat hamil bisa menyebabkan mual, muntah
dan pusing.
c. Dosis yang tidak tepat dapat mengganggu kerja ginjal dan hati
d. Agar hasil maksimal, konsultasikan dulu ke ahlinya
4. Jenis Aromaterapi yang dapat digunakan Selama Kehamilan
a. Minyak cendana, lemon, jahe, ketumbar
Manfaat : Mengatasi morning sickness
Pemakaian : Teteskan ke tisu, lalu hirup
b. Minyak lemon
Manfaat : Mencegah varises
Pemakaian : Oleskan di kaki dan betis, bagian yang kerap muncul
varises
c. Minyak jeruk orange, wortel, kemenyan
Manfaat : Mengurangi risiko stretchmark
Pemakaian : Oleskan di kulit perut
d. Minyak jahe, kayu putih, lada hitam
Manfaat : Mengatasi nyeri, mengurangi ketegangan dan kejang otot,
melancarkan sirkulasi darah
Pemakaian : Oleskan minyak yang sudah diencerkan ke betis, sambil
dipijat lembut

C. Penggunaan Aromaterapi pada Persalinan


1. Manfaat Penggunaan Aromaterapi pada Persalinan
a. Membantu meningkatkan relaksasi sekaligus melatih pernapasan yang
bermanfaat dalam persalinan.
b. Membantu menenangkan sang ibu, mempertahankan kekuatan rahim saat
melahirkan, membantu pernapasan, dan menurunkan tekanan darah.

12
c. Aromaterapi dengan minyak esensial yang bersifat emmenagouic dapat
membantu melancarkan persalinan, merangsang kontraksi, mengurangi
rasa sakit, serta memperlancar ASI.
2. Jenis Aromaterapi yang dapat digunakan pada Persalinan
a. Minyak lavender, geranium
Manfaat : Mengatasi kram di kaki, melancarkan sirkulasi dan
pernafasan, dapat menginduksi persalinan.
Pemakaian : Oleskan di pergelangan dan telapak kaki dengan sedikit di
pijat. Kemudian teteskan ke tisu lalu hirup.
b. Minyak jojoba
Manfaat : Melembutkan daerah seputar vagina agar lebih lentur
sehingga tidak perlu digunting saat persalinan.
Pemakaian : Oleskan di pergelangan dan telapak kaki dengan sedikit di
pijat

D. Penggunaan Aromaterapi pada Masa Nifas


Fase nifas 42 hari harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh ibu pasca
melahirkan jika ingin berat dan bentuk badannya kembali ideal. Proses
mengecilnya kembali rahim ke ukuran semula tentu akan berlangsung secara
bertahap. Masa nifas biasanya berlangsung sekitar 42 hari.
1. Jenis dan Manfaat Aromaterapi pada Masa Nifas
a. Aromaterapi Juniper
Khusus perawatan berhubungan dengan penyumbatan seperti peregangan
pembuluh darah, wasir dan selulit.
b. Aromaterapi Sandalwood
Menyembuhkan infeksi vagina pasca persalinan
c. Aromaterapi Jasmine
Pembangkit gairah cinta
d. Aromaterapi Geranium
Berkhasiat mengencangkan payudara

E. Penggunaan Aromaterapi pada Menopause


Menopause merupakan pengertian dari berhentinya masa kesuburan dan
masa reproduksi wanita yang ditandai dengan berhentinya masa menstruasi atau
siklus bulanan seiring bertambahnya usia dan penurunan hormon. Menopause
berasal dari kata mens yang artinya siklus menstruasi dan pausis yang berasal
dari bahasa Yunani yang artinya penghentian.

13
1. Jenis dan Manfaat Penggunaan Aromaterapi pada Menopause
a. Aromaterapi Geranium
Berkhasiat untuk yang menopause
b. Aromaterapi Lavender
Memiliki efek menenangkan dan membantu memberikan kelegaan kepada
wanita-wanita yang melalui masa menopause. Semprotan minyak lavender di
udara dapat mempengaruhi sel-sel saraf emosional sehingga membuat lebih
rileks. Jika minyak lavender digunakan untuk mandi, minyak lavender ini dapat
meremajakan kulit, sehingga menghilangkan wanita dari masalah menopause.

F. Proses Pembuatan Minyak Atsiri


Pada saat pembelajaran praktik, telah di demonstrasikan mengenai teknik
destilasi atau penyulingan untuk membuat minyak atsiri pada jahe merah. Minyak
atsiri adalah senyawa mudah menguap yang tidak larut di dalam air yang berasal
dari tanaman diantaranya terkandung dalam rimpang jahe. Dalam proses
pengolahan jahe agar menghasilkan minyak atsiri, diawali dengan memisahkan
rimpang jahe dari jaringan tanaman melalui proses destilasi. Pada proses ini
jaringan tanaman dipanasi dengan air atau uap air. Lalu minyak atsiri akan
menguap dari jaringan bersama uap air yang terbentuk atau bersama uap air yang
dilewatkan pada bahan.
Ada tiga bagian alat yang merupakan peralatan dasar penyulingan, yaitu:
ketel suling (retor), pendingin (kondensor), dan penampung hasil kondensasi
(receiver), sedangkan untuk penyulingan uap diperlukan bagian tambahan yaitu
ketel uap.
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan pada proses destilasi
antara lain:
1. Bahan baku (Raw material)
Pilih bahan baku yang jelas mempunyai randemen minyak tinggi.
Pengukuran rendemen minyak dilakukan di laboratorium atau bisa juga dilakukan
sendiri dengan alat Stahl Distillation.
Sebelum disuling bahan baku harus dirajang dahulu untuk mempermudah
keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel dalam jaringan tanaman.
Tentukan juga perlakuan awal raw material, apakah bahan basah, layu atau
kering. Ini sangat penting karena setiap bahan baku memerlukan penenangan yang

14
berbeda. Sebagai contoh perlakuan nilam sebaiknya dalam keadaan kering dengan
kadar air antara 22-25%. Jika yang masuk ketel adalah nilam basah membutuhkan
waktu destilasi lebih lama.
2. Alat Penyulingan
Untuk mendapatkan produk minyak atsiri yang berkualitas, gunakan alat
yang tidak bereaksi/menimbulkan kontaminasi terhadap produk minyak. Material
yang baik adalah dengan glass/pyrex dan stainless steel. Untuk material glass
hanya mampu untuk skala laboratorium, sedang skala industri biasa digunakan
stainless steel.
3. Condensor (Pendingin)
Alat ini digunakan untuk kondensasi (mengembunkan) uap yang keluar
dari ketel. Prinsip kerja alat adalah merubah fase uap menjadi fase cair karena
pertukaran kalor pada pipa pendingin. Pada alat berskala laboratorium bisa
menggunakan condensor lurus (liebig), sedang untuk skala industri harus
menggunakan kondensor yang lebih besar. Kondensor untuk skala produksi
berbahan stainless dalam bentuk pipa spiral agar kontak dengan air pendingin
lebih lama dan area perpindahan kalor juga lebih panjang.
4. Separator (Pemisah Minyak)
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak atsiri dengan air berdasarkan
perbedaan berat jenis. Separator untuk alat suling sistem kukus kohobasi tersedia
2 macam yaitu untuk minyak dengan density (massa jenis) rendah dan minyak
density tinggi.
5. Receiver Tank (Tangki Penampung)
Digunakan untuk menampung minyak atsiri, bisa dari bahan glass atau
stainless steel. Untuk bahan glass, gunakan botol gelap agar minyak terhindar dari
masuknya sinar matahari langsung sehingga tidak menurunkan grade minyak.
Campuran uap air dan minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang
suhunya relatif rendah. Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri
inilah yang sangat mudah dipisahkan karena kedua bahan tidak dapat saling
melarutkan.
Dalam metode penyulingan, kandungan minyak atsiri dalam sebuah
rimpang jahe, kurang lebih sebesar satu hingga tiga persen. Ada beberapa teknik

15
penyulingan minyak atsiri pada rimpang jahe yang dapat dilakukan, yaitu; metode
perebusan. Bahan baku dalam hal ini rimpang jahe direbus di dalam air mendidih.
Minyak atsiri akan menguap bersama uap air, kemudian dilewatkan melalui
kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat
suling perebus.
Setelah perebusan, dilanjutkan dengan metode pengukusan. Rimpang jahe
(bahan baku) dikukus di dalam ketel yang konstruksinya hampir sama dengan
dandang. Minyak atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang
dialirkan ke kondensor untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini
disebut suling pengukus.Kemudian metode uap langsung, dimana bahan baku
(rimpang jahe) dialiri dengan uap yang berasal dari ketel pembangkit uap. Minyak
atsiri akan menguap dan terbawa oleh aliran uap air yang dialirkan ke kondensor
untuk kondensasi. Alat yang digunakan untuk metode ini disebut alat suling uap
langsung. Pada umumnya yang dilakukan oleh kebanyakan petani, adalah metode
pengukusan karena mutu produk cukup baik, proses cukup efisien, dan harga alat
tidak terlalu mahal, sedangkan untuk untuk skala besar, metode uap langsung
yang paling baik karena paling efisien dibanding cara lainnya.
Bahan yang diperlukan dalam proses produksi minyak atsiri jahe, yakni
rimpang jahe, air serta kertas saring berlapis magnesium karbonat.Sedangkan
peralatan yang diperlukan dalam pengolahan rimpang jahe menjadi minyak atsiri
jahe, dibutuhkan seperti alat suling pengukus. Alat ini digunakan untuk menyuling
minyak atsiri dengan metode pengukusan. Lalu ketel suling, pengembun uap
(kondensor) serta penampung hasil pengembunan dan botol kaca berwarna gelap,
atau jerigen plastik kualitas tinggi.
Sebelum dilakukan poses pengolahan rimpang jahe, perlu dilakukan
beberapa persiapan, yaitu; rimpang jahe dicuci sampai bersih, kemudian dipotong
kecil-kecil (dirajang) dengan ketebalan berkisar antara 2 sampai 4 mm. Atau
rimpang jahe dapat juga digeprak (dipukul sampai memar dan pecah, tapi tidak
sampai hancur). Tahap pembersihan ini jahe yang akan disuling tidak perlu
dikuliti karena pengulitan akan menurunkan rendeman minyak atsiri jahe. Ukuran
potongan (rimpang) harus diusahakan seseragam mungkin. Ukuran yang tidak
seragam akan meyulitkan penyusunan bahan di dalam ketel secara baik.

16
Setelah bahan baku (jahe) siap, dilakukan persiapan alat, dengan terlebih dahulu
membersihkan bagian dalam ketel. Setelah itu, ketel diisi dengan air bersih,
dengan permukaan air berada 3-5 cm di bawah plat berpori yang menjadi alas
irisan jahe. Air yang paling baik diisikan adalah air hujan, karena air ini tidak akan
menimbulkan endapan atau kerak pada dinding dalam ketel.
Saat pengisian bahan ke dalam ketel, rimpang jahe yang sudah dirajang,
dimasukan ke dalam ketel. Bahan disusun dengan formasi seragam dan
mempunyai cukup rongga untuk penetrasi uap secara merata ke dalam tumpukan
bahan. Perlu diperhatikan, tumpukan bahan yang terlalu padat dapat menyebabkan
terbentuk rat holes, yaitu suatu jalur uap yang tidak banyak kontak dengan bahan
yang disuling. Tentu saja hal ini menyebabkan rendemen dan mutu minyak akan
rendah. Lalu tutup ketel dengan rapat sehingga tidak ada celah sekecil apapun
yang memungkinkan uap lolos dari celah tersebut.
Proses penyulingan ini dilakukan selama kurang lebih 16-30 jam. Minyak
jahe yang baik berwarna kuning kecoklat-coklatan. Dari hasil proses penyulingan
tersebut, minyak jahe yang diperoleh masih mengandung sejumlah kecil air.
Kandungan air ini dapat dikurangi dengan cara menyaring minyak melalui kertas
saring berlapis magnesium karbonat. Untuk memperoleh minyak atsiri jahe
dengan kandungan air yang rendah, minyak atsiri jahe harus disentrifusi dengan
kecepatan tinggi atau disaring dengan penyaring mekanis. Minyak atsiri yang
diperoleh selanjutnya disimpan dalam botol kaca yang berwarna gelap dan kering.
Botol ini harus ditutup rapat.

Gambar 1. Alat Destilasi

17
18
Gambar 2. Proses Ekstraksi Pemisahan Minyak Atsiri

Gambar 3. Minyak Atsiri Hasil Penyulingan

Demikianlah hasil pratikum yang kami dapatkan di tempat praktik. Aroma


terapi dalam asuhan kebidanan komplementer sangatlah bermanfaat bagi siklus
kehidupan perempuan yang sangat membantu baik secara fisik dan psikologis.
Beberapa peningkatan pengurangan rasa nyeri, peningkatan rasa nyaman, sirkulasi
dalam tubuh yang lebih baik menunjukkan peran aroma terapi sebagai
komplementer dalam asuhan kebidanan.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Aroma Terapi adalah teknik perawatan tubuh dengan menggunakan atau
memanfaatkan minyak atsiri (essential oil) yang berkhasiat. Dalam praktik
kebidanan, aromaterapi dapat diterapkan pada kehamilan persalinan, nifas, remaja
dan menopause. Adapun manfaatnya antara lain, melancarkan sirkulasi darah,
meringankan beberapa keluhan yang kerap timbul selama hamil, membantu
melancarkan proses persalinan, pemulihan masa nifas, dan keluhan pada masa
remaja maupun menopause. Cara penggunaan aromaterapi ini dapat dengan
penghirupan, pengompresan, pengolesan dikulit, perendaman dan akan lebih
efektif disertai pijatan.
Dalam proses pembuatan minyak atsiri untuk aromaterapi, ada tiga bagian
alat yang merupakan peralatan dasar penyulingan, yaitu: ketel suling (retor),
pendingin (kondensor), dan penampung hasil kondensasi (receiver), sedangkan
untuk penyulingan uap diperlukan bagian tambahan yaitu ketel uap. Beberapa
aspek penting yang perlu diperhatikan pada proses destilasi antara lain: bahan
baku (raw material), alat penyulingan, condensor (pendingin), separator (pemisah
minyak) dan receiver tank (tangki penampung).

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai tenaga kesehatan, sebaiknya lebih banyak lagi dalam menggali
pengobatan komplementer yang dapat diterapkan baik pada kehamilan,
persalinan, nifas, remaja maupun menopause serta dalam proses pembuatannya.
Hal ini agar tenaga kesehatan bisa lebih menjaga dan meningkatkan pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat.
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa hendaknya mempelajari dengan baik tentang terapi
komplementer salah satunya aromaterapi sehingga mahasiswa dapat
mengaplikasikannya saat sudah berada di lingkungan masyarakat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, P.A.P,. 2013. Aromaterapi Lavender Sebagai Media Relaksasi. Bagian


Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.Bali.

Gusta, A. 2000. Aromaterapi Cara Sehat dengan Wewangian Alami .Penebar


Swadaya, Jakarta

Hutasoit, Aini S. 2002. Panduan Aromatherapy Untuk Pemula. Gramedia Pustaka


Utama. Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


369/MENKES/SK/III/2007, Tentang Standar Profesi Bidan

Satrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press. 13-14.

Vickers, Andrewet et al. 2001. Massage therapiest. Western Journal of


Medicine.3:202.

21

Anda mungkin juga menyukai