Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Siaga Bencana dan PPGD
Dosen Pengampu : Hapisah, S.SI.T., M.PH
Oleh Kelompok 4 :
1. Masriah (P07124220035)
2. Nadia Rahimah Rahmah (P071242200390
3. Nona (P07124220043)
4. Novia Randa Acin M (P07124220048)
5. Salisa Ananda Rizqa (P07124220061)
6. Sebrina Damian Vinanti (P07124220062)
7. Suci Rahma Damayanti (P07124220067)
HANDOUT
PERUBAHAN PARADIGMA PENANGGULANGAN BENCANA
Materi
A. Perubahan Paradigma Penanggulangan Bencana
Pergeseran paradigma dalam penanggulangan bencana secara
global/internasional yaitu timbulnya “Kesadaran“ akan upaya peredaman atau
pengurangan bencana yang dimulai pada tahun 1990. Selanjutnya pada bulan Mei
1994 dikaji di Yokohama yang menghasilkan Strategi dan Rencana Aksi pada
tanggal 30 Juli 1999. Dewan Ekonomi dan Sosial PBB mengeluarkan Resolusi
No. 63 Tahun 1999 tentang Dekade Pengurangan Risiko Bencana Internasional
(1990-1999). Lebih lanjut, PBB memfokuskan tindakan kepada pelaksanaan
Strategi Internasional untuk pengurangan risiko bencana (International Strategy
for Disaster Reduction – ISDR.
Landasan utama penyelenggaraan penanggulangan bencana di Indonesia
merujuk pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana. Undang-Undang ini lahir didorong oleh pengalaman pahit pasca gempa
bumi dan tsunami Acch-Nias pada Desember 2004 dan gempa bumi Yogjakarta
pada 27 Mei 2006. Hal penting dalam Undang-Undang terscbut adalah pergeseran
paradigma kebijakan dalam penanggulangan bencana dari respon menjadi
pencegahan. Pergeseran paradigma yang tercermin dalam Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2007 juga dipengaruhi oleh Hyogo Framework of Action (HFA) 2005-
2015, yang mengamanatkan 3 (tiga) tujuan strategis sebagai berikut (Bappenas,
2014):
1. Pengintegrasian risiko bencana pada kebijakan, memprioritaskan pencegahan,
mitigasi, kesiapsiagaan dan penurunan tingkat kerentanan.
1
2. Pengembangan dan penguatan kapasitas kelembagaan nasional dan daerah,
serta masyarakat, untuk bersama-sama membangun ketangguhan menghadapi
ancaman bencana
3. Penyertaan pendekatan pengurangan risiko bencana pada perencanaan dan
pelaksanaan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan pasca bencana.
2
4. Paradigma reduksi risiko (tahun 2000-an)
Paradigma ini merupakan kombinasi dari sudut pandang teknis dan
ilmiah terhadap kondisi sosial, ekonomi, politis dan lingkungan.
Penanggulangan bencana diawali dari menganalisis risiko bencana
berdasarkan ancaman/bahaya dan kerentanan, untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengelola dan mengurangi risiko, serta mengurangi
dampak bencana yang ditimbulkan. Manajemen bencana dilakukan bersama
oleh semua pemangku kepentingan (stakeholder), lintas sektor dan dengan
pemberdayaan masyarakat.
Ada tiga hal penting terkait dengan perubahan paradigma ini, yaitu:
1. Penanggulangan bencana tidak lagi berfokus pada aspek tanggap darurat
tetapi lebih pada keseluruhan manajemen risiko.
2. Perlindungan masyarakat dari ancaman bencana oleh pemerintah merupakan
wujud pemenuhan hak asasi rakyat dan bukan sematamata karena kewajiban
pemerintah
3. Penanggulangan bencana bukan lagi hanya urusan pemerintah tetapi juga
menjadi urusan bersama masyarakat dan lembaga usaha, di mana
pemerintah menjadi penanggungjawab utamanya.
3
yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan darurat berupa: pangan,
penampungan darurat, kesehatan dan pengatasan krisis. Tujuan penanggulangan
bencana berdasarkan pandangan ini adalah menekan tingkat kerugian, kerusakan
dan cepat memulihkan keadaan.
1. Paradigma Mitigasi
Paradigma yang berkembang berikutnya adalah “Paradigma
Mitigasi”, yang tujuannya lebih diarahkan pada identifikasi daerah-daerah
rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan,
dan melakukan kegiatan-kegiatan mitigasi yang bersifat struktural (seperti
membangun konstruksi) maupun non-struktural seperti penataan ruang,
building code dan sebagainya.
2. Paradigma Pembangunan
Paradigma pembangunan adalah penanggulangan bencana yang
mengarah kepada faktor-faktor kerentanan di dalam masyarakat yang ini
disebut dengan “Paradigma Pembangunan”. Upaya-upaya yang dilakukan
lebih bersifat mengintegrasikan upaya penanggulangan bencana dengan
program pembangunan. Misalnya melalui perkuatan ekonomi, penerapan
teknologi, pengentasan kemiskinan dan sebagainya.
3. Paradigma Pengurangan Resiko
Pendekatan ini merupakan perpaduan antara sudut pandang teknis
dan ilmiah dengan perhatian pada faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik
dalam perencanaan pengurangan resiko bencana. Dalam paradigma ini
penanggulangan bencana bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengelola dan menekan resiko terjadinya bencana. Hal
terpenting dalam pendekatan ini adalah memandang masyarakat sebagai
subyek dan bukan obyek dari penanggulangan bencana dalam proses
pembangunan.
4. Paradigma penanggulangan bencana
Paradigma ini sudah beralih dari paradigma bantuan darurat
menuju ke paradigma mitigasi/preventif dan sekaligus juga paradigma
pembangunan. Karena setiap upaya pencegahan dan mitigasi hingga
4
rehabilitasi dan rekonstruksinya telah diintegrasikan dalam program-program
pembangunan di berbagai sektor.
5
Kesimpulan
Saran
Mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dan meningkatkan
pengetahuan perubahan paradigma penanggulangan bencana.
6
Daftar Pustaka
Mardi Wibowo. 2010. Strategi Mitigasi Untuk Mengatasi Penyakit Akibat Sanitasi
Lingkungan Yang Buruk: Paradigma Baru Mitigasi Bencana. jakarta
Lourrinx, Effine. Dkk. 2022. “Pendidikan Lingkungan Hidup”. Yayasan Kita Menulis :
Medan