• Diarahkan pada identifikasi daerah-daerah rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan dan melakukan kegiatan
–kegiatan mitigasi yang bersifat struktural (seperti membangun konstruksi) maupun non struktural seperti penataan ruang, building code dan
sebagainya.
Mitigasi • Langkah-langkah mitigasi termasuk teknik rekayasa dan konstruksi tahan bahaya serta kebijakan lingkungan dan sosial yang lebih baik dan
kesadaran masyarakat.
• Upaya- upaya yang dilakukan lebih bersifat mengintegrasikan upaya penangulangan bencana dengan program pembangunan. Misalnya melalui
Pembangunan
pekuatan ekonomi, penerapan teknologi, penegntasan kemiskinan dan sebagainya.
• Dalam paradigma sekarang, pengurangan resiko bencana yang merupakan rencana terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah serta
meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Disaster
• Dalam implementasinya kegiatan pengurangan resiko bencana nasional akan disesuaikan dengan rencana pengurangan risiko bencana pada
Risk tingkat regional dan internasional.
Reduction • Sebagai subyek masyarakat diharapkan dapat aktif mengakses saluran informasi formal dan non-formal, sehingga upaya pengurangan risiko
bencana secara langsung dapat melibatkan masyarakat. Pemerintah bertugas mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber daya memadai
untuk pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan paradigma tersebut, pada 18 – 22 januari tahun 2005
di kobe – jepang, di selenggarakan konferensi pengurangan bencana dunia (World Conference on Disaster Reduction)
yang menghasilkan beberapa substansi dasar dalam mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial,
ekonomi dan lingkungan .
HYOGO FRAMEWORK FOR ACTION
Substansi dasar tersebut yang selanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005- 2015 yaitu :
• Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang pelaksanaanya harus di
dukung oleh kelembagaan yang kuat.
• Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini.
• Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan
terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat.
• Mengurangi faktor risiko yang mendasari penyebab bencana.
• Memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respons yang dilakukan
lebih efektif.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
• Sejak penerapan Hyogo Framework for Action pada tahun 2005, kemajuan
telah dicapai dalam mengurangi risiko bencana di tingkat lokal, nasional,
regional dan global dengan negara dan pihak terkait lainnya, yang mengarah ke
penurunan angka kematian dalam kasus beberapa bahaya.
• Secara keseluruhan, Kerangka Aksi Hyogo telah menjadi instrumen penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan kelembagaan, menghasilkan
komitmen politik dan fokus dan catalysing tindakan oleh berbagai pemangku
kepentingan di semua tingkat.
• Pada 18 Maret 2015 Sendai Framework For Disaster Risk Reduction sebagai
instrument penerus Hyogo Framework For Action 2005 – 2015.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
7 TUJUH TARGET SENDAI FRAMEWORK FOR DISASTER RISK REDUCTION 2015 -2030
1) Secara substansial mengurangi kematian bencana global yang pada tahun 2030, yang bertujuan untuk menurunkan
rata-rata per 100.000 angka kematian global dalam dekade 2020-2030 dibandingkan periode 2005-2015.
2) Secara substansial mengurangi jumlah orang yang terkena dampak secara global pada tahun 2030, bertujuan untuk
menurunkan rata-rata angka global yang per 100.000 pada dekade 2020 -2030 dibandingkan dengan periode 2005-
2015.
3) Mengurangi kerugian ekonomi bencana langsung dalam kaitannya dengan produk domestik bruto (PDB) pada 2030.
4) Secara substansial mengurangi kerusakan bencana untuk infrastruktur kritis dan gangguan pelayanan dasar, di
antaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk melalui pengembangan ketahanan mereka pada 2030.
5) Secara signifikan meningkatkan jumlah negara dengan strategi pengurangan risiko bencana nasional dan lokal pada
tahun 2020.
6) Secara substansial meningkatkan kerja sama internasional untuk negara-negara berkembang melalui dukungan yang
memadai dan berkelanjutan untuk tindakan nasional mereka untuk pelaksanaan Kerangka ini pada 2030.
7) Secara substansial meningkatkan ketersediaan dan akses ke sistem peringatan dini multi-hazard dan informasi risiko
bencana dan penilaian kepada orang-orang pada tahun 2030.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
PRIORITAS AKSI Sendai Framework For Disaster Risk Reduction 2015 -2030
• Prioritas 1. Memahami risiko bencana
Manajemen risiko bencana harus didasarkan pada pemahaman risiko bencana di semua dimensi kerentanan,
kapasitas, paparan orang dan aset, karakteristik bahaya dan lingkungan. Pengetahuan tersebut dapat digunakan
untuk penilaian risiko, pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan respon.
• Prioritas 2. Penguatan tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana
Tata kelola risiko bencana di tingkat nasional, regional dan global sangat penting untuk pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, respon, pemulihan, dan rehabilitasi. Ini menumbuhkan kolaborasi dan kemitraan.
• Prioritas 3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketahanan
Investasi publik dan swasta dalam pencegahan risiko bencana dan pengurangan melalui langkah-langkah struktural
dan non-struktural yang penting untuk meningkatkan ekonomi, sosial, kesehatan dan ketahanan budaya orang,
masyarakat, negara dan aset mereka, serta lingkungan.
• Prioritas 4. Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif dan untuk "Membangun Kembali
Lebih Baik" dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi
Pertumbuhan risiko bencana berarti ada kebutuhan untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana untuk respon,
mengambil tindakan untuk mengantisipasi peristiwa, dan memastikan kapasitas di tempat untuk respon yang
efektif dan pemulihan di semua tingkatan. Tahap pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah kesempatan
penting untuk membangun kembali dengan lebih baik, termasuk melalui mengintegrasikan pengurangan risiko
bencana ke dalam langkah-langkah pembangunan.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Bahaya (Hazard)
Apakah hal ini
Berdasarkan United International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), semuanya
bahaya ini dibedakan menjadi lima kelompok yaitu : mengancam
Indonesia?
• Bahaya beraspek geologi antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api,
gerakan tanah (mass movement) sering dikenal sebagai tanah longsor.
• Bahaya beraspek hidrometeorologi antara lain : banjir, kekeringan, angin
topan, gelombang pasang.
• Bahaya beraspek bilogi antara lain : wabah penyakit, hama dan penyakit
tanaman dan hewan/ ternak.
• Bahaya beraspek teknologi antara lain : kecelakaan transportasi, kecelakaan
industri, kegagalan teknologi.
• Bahaya beraspek lingkungan antara lain : kebakaran hutan, kerusakan
lingkungan, pencemaran limbah.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Kerentanan (vulnerability)
Kerentanan (vulnerability) merupakan kondisi dari suatu komunitas atau Bagaimana dengan
Indonesia?
masyarakat yang mengarah atau menyebabkna ketidakmampuan dalam
menghadapi ancaman bahaya.
• Kerentanan fisik (infrastruktur) menggambarkan suatu kondisi fisik
(infrastruktur) yang rawan terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu.
• Kerentanan sosial menggambarakan kondisi tingkat kerapuhan social
dalam menghadapi bahaya (hazard).
• Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat
kerapuhan ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya (hazards).
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
• Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: pembangunan kembali prasarana
dan sarana; pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat; penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; peningkatan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama
dalam masyarakat.
Untuk menilai sejauh mana penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik,
berikut beberapa indikator yang dapat digunakan:
ASPEK UMUM
Secara umum efisiensi dan keberhasilan pelaksanaan pengurangan risiko bencana
dapat diukur dari:
• Peningkatan jumlah jiwa yang selamat pada kejadian bencana
• Penurunan jumlah korban yang terluka/cedera akibat bencana
• Penurunan signifikan persentase masyarakat yang terkena dampak kejadian
bencana
• Persentase jumlah penduduk korban bencana yang dapat dihitung pada waktu
tertentu setelah bencana
• Tersedianya standar ketahanan bangunan dan lahan
• Kapasitas penanganan tanggap darurat
Untuk menilai sejauh mana penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik,
sesuai dengan RAN-PB, berikut beberapa indikator yang dapat digunakan: