Anda di halaman 1dari 32

DISASTER RISK REDUCTION

By : Hanura Aprilia, Ns.,M.Kep


Disaster in Indonesia
• Menurut United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR)
Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana alam di dunia.
• Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap penduduk
atau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam.
• Bencana alam tsunami; Dari 265 negara Indonesia peringkat pertama dengan
5.402.239 orang terkena dampaknya. Mengalahkan Jepang (4.497.645 korban),
Bangladesh (1.598.546 korban), India (1.114.388 korban), dan Filipina (894.848
korban).
• Bencana alam tanah longsor; Dari 162 negara Indonesia peringkat pertama
dengan 197.372 orang terkena dampaknya. Mengungguli India (180.254 korban),
China (121.488 korban), Filipina (110.704 korban), dan Ethiopia (64.470 korban)
Disaster in Indonesia
• Bencana alam gempa bumi. Dari 153 negara Indonesia meraih peringkat ketiga
dengan 11.056.806 orang terkena dampaknya setelah Jepang (13.404.870) dan
Filipina (12.182.454). Dua peringkat di bawah Indonesia adalah China (8.139.068)
dan Taiwan masing-masing dengan 8.139.068 dan 6.625.479 korban.
• Bencana alam banjir; Dari 162 negara Indonesia berada diurutan ke-6 dengan
1.101.507 orang yang terkena dampaknya. Peringkat sebelumnya berurutan
diduduki oleh  Bangladesh (19,279,960 korban), India (15.859.640), China
(3.972.502), Vietnam (3.403.041), dan Kamboja (1.765.674).
• Bencana alam angin topan; Ranking pertama dikuasai Jepang dengan 22.548.120
korban disusul oleh Filipina, China, India, dan Taiwan.
• Bencana alam kekeringan; Peringkat pertama adalah negara China dengan
71,297,700 disusul India, Amerika Serikat, Pakistan, dan Ethiopia.
RAWAN BENCANA

• Kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis,


sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu.

- UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana -


KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
PERGESERAN PARADIGMA DALAM KONSEP PENANGGULANGAN PENGURANGAN
RISIKO BENCANA
• Menganggap bencana itu suatu peristiwa atau kejadian yang tak terelakan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan,
sehingga fokus dari penanggulangan bencana lebih bersifat bantuan (relief) dan kedaruratan (emergency). Paradigma relief atau
Konvensional bantuan darurat yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan darurat berupa :pangan, penampungan darurat, kesehatan dan
pengatasan krisis.

• Diarahkan pada identifikasi daerah-daerah rawan bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan dan melakukan kegiatan
–kegiatan mitigasi yang bersifat struktural (seperti membangun konstruksi) maupun non struktural seperti penataan ruang, building code dan
sebagainya.
Mitigasi • Langkah-langkah mitigasi termasuk teknik rekayasa dan konstruksi tahan bahaya serta kebijakan lingkungan dan sosial yang lebih baik dan
kesadaran masyarakat. 

• Upaya- upaya yang dilakukan lebih bersifat mengintegrasikan upaya penangulangan bencana dengan program pembangunan. Misalnya melalui
Pembangunan
pekuatan ekonomi, penerapan teknologi, penegntasan kemiskinan dan sebagainya.

• Dalam paradigma sekarang, pengurangan resiko bencana yang merupakan rencana terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah serta
meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
Disaster
• Dalam implementasinya kegiatan pengurangan resiko bencana nasional akan disesuaikan dengan rencana pengurangan risiko bencana pada
Risk tingkat regional dan internasional.
Reduction • Sebagai subyek masyarakat diharapkan dapat aktif mengakses saluran informasi formal dan non-formal, sehingga upaya pengurangan risiko
bencana secara langsung dapat melibatkan masyarakat. Pemerintah bertugas mempersiapkan sarana, prasarana dan sumber daya memadai
untuk pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA

• Disaster Risk Reduction pengurangan risiko bencana adalah


konsep dan praktek mengurangi risiko bencana melalui upaya
sistematis untuk menganalisis dan mengurangi faktor-faktor
penyebab bencana. 
• Mengurangi paparan bahaya, mengurangi kerawanan terhadap
orang dan properti, manajemen bijaksana lahan dan
lingkungan, dan meningkatkan kesiapsiagaan dan peringatan
dini untuk dampak yang buruk.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA

Sebagai salah satu tindak lanjut dalam menghadapi perubahan paradigma tersebut, pada 18 – 22 januari tahun 2005
di kobe – jepang, di selenggarakan konferensi pengurangan bencana dunia (World Conference on Disaster Reduction)
yang menghasilkan beberapa substansi dasar dalam mengurangi kerugian akibat bencana, baik kerugian jiwa, sosial,
ekonomi dan lingkungan .
HYOGO FRAMEWORK FOR ACTION
Substansi dasar tersebut yang selanjutnya merupakan lima prioritas kegiatan untuk tahun 2005- 2015 yaitu :
• Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah yang pelaksanaanya harus di
dukung oleh kelembagaan yang kuat.
• Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini.
• Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan
terhadap bencana pada semua tingkatan masyarakat.
• Mengurangi faktor risiko yang mendasari penyebab bencana.
• Memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana pada semua tingkatan masyarakat agar respons yang dilakukan
lebih efektif.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA

• Sejak penerapan Hyogo Framework for Action pada tahun 2005, kemajuan
telah dicapai dalam mengurangi risiko bencana di tingkat lokal, nasional,
regional dan global dengan negara dan pihak terkait lainnya, yang mengarah ke
penurunan angka kematian dalam kasus beberapa bahaya.
• Secara keseluruhan, Kerangka Aksi Hyogo telah menjadi instrumen penting
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan kelembagaan, menghasilkan
komitmen politik dan fokus dan catalysing tindakan oleh berbagai pemangku
kepentingan di semua tingkat.
• Pada 18 Maret 2015 Sendai Framework For Disaster Risk Reduction sebagai
instrument penerus Hyogo Framework For Action 2005 – 2015.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA

SENDAI FRAMEWORK FOR DISASTER RISK REDUCTION 2015 -2030


• Perjanjian yang tidak mengikat, yang mengakui bahwa Negara memiliki peran
utama untuk mengurangi risiko bencana, tetapi tanggung jawab yang harus
dibagi dengan para pemangku kepentingan lainnya termasuk pemerintah
daerah, sektor swasta dan pemangku kepentingan lainnya. 
• Hal ini bertujuan untuk hasil berikut: 

“Pengurangan substansial risiko dan kerugian bencana dalam kehidupan, mata


pencaharian dan kesehatan dan aset ekonomi, fisik, sosial, budaya dan
lingkungan orang, bisnis, masyarakat dan negara.”
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA

7 TUJUH TARGET SENDAI FRAMEWORK FOR DISASTER RISK REDUCTION 2015 -2030
1) Secara substansial mengurangi kematian bencana global yang pada tahun 2030, yang bertujuan untuk menurunkan
rata-rata per 100.000 angka kematian global dalam dekade 2020-2030 dibandingkan periode 2005-2015. 
2) Secara substansial mengurangi jumlah orang yang terkena dampak secara global pada tahun 2030, bertujuan untuk
menurunkan rata-rata angka global yang per 100.000 pada dekade 2020 -2030 dibandingkan dengan periode 2005-
2015. 
3) Mengurangi kerugian ekonomi bencana langsung dalam kaitannya dengan produk domestik bruto (PDB) pada 2030. 
4) Secara substansial mengurangi kerusakan bencana untuk infrastruktur kritis dan gangguan pelayanan dasar, di
antaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk melalui pengembangan ketahanan mereka pada 2030. 
5) Secara signifikan meningkatkan jumlah negara dengan strategi pengurangan risiko bencana nasional dan lokal pada
tahun 2020. 
6) Secara substansial meningkatkan kerja sama internasional untuk negara-negara berkembang melalui dukungan yang
memadai dan berkelanjutan untuk tindakan nasional mereka untuk pelaksanaan Kerangka ini pada 2030. 
7) Secara substansial meningkatkan ketersediaan dan akses ke sistem peringatan dini multi-hazard dan informasi risiko
bencana dan penilaian kepada orang-orang pada tahun 2030.
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA
PRIORITAS AKSI Sendai Framework For Disaster Risk Reduction 2015 -2030
• Prioritas 1. Memahami risiko bencana
Manajemen risiko bencana harus didasarkan pada pemahaman risiko bencana di semua dimensi kerentanan,
kapasitas, paparan orang dan aset, karakteristik bahaya dan lingkungan. Pengetahuan tersebut dapat digunakan
untuk penilaian risiko, pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan respon.
• Prioritas 2. Penguatan tata kelola risiko bencana untuk mengelola risiko bencana
Tata kelola risiko bencana di tingkat nasional, regional dan global sangat penting untuk pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan, respon, pemulihan, dan rehabilitasi. Ini menumbuhkan kolaborasi dan kemitraan.
• Prioritas 3. Investasi dalam pengurangan risiko bencana untuk ketahanan
Investasi publik dan swasta dalam pencegahan risiko bencana dan pengurangan melalui langkah-langkah struktural
dan non-struktural yang penting untuk meningkatkan ekonomi, sosial, kesehatan dan ketahanan budaya orang,
masyarakat, negara dan aset mereka, serta lingkungan.
• Prioritas 4. Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif dan untuk "Membangun Kembali
Lebih Baik" dalam pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi
Pertumbuhan risiko bencana berarti ada kebutuhan untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana untuk respon,
mengambil tindakan untuk mengantisipasi peristiwa, dan memastikan kapasitas di tempat untuk respon yang
efektif dan pemulihan di semua tingkatan. Tahap pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi adalah kesempatan
penting untuk membangun kembali dengan lebih baik, termasuk melalui mengintegrasikan pengurangan risiko
bencana ke dalam langkah-langkah pembangunan.
Bagaimana dengan Indonesia ?
Bahaya (Hazard)
Apakah hal ini
Berdasarkan United International Strategy for Disaster Reduction (UN-ISDR), semuanya
bahaya ini dibedakan menjadi lima kelompok yaitu : mengancam
Indonesia?
• Bahaya beraspek geologi antara lain gempa bumi, tsunami, gunung api,
gerakan tanah (mass movement) sering dikenal sebagai tanah longsor.
• Bahaya beraspek hidrometeorologi antara lain : banjir, kekeringan, angin
topan, gelombang pasang.
• Bahaya beraspek bilogi antara lain : wabah penyakit, hama dan penyakit
tanaman dan hewan/ ternak.
• Bahaya beraspek teknologi antara lain : kecelakaan transportasi, kecelakaan
industri, kegagalan teknologi.
• Bahaya beraspek lingkungan antara lain : kebakaran hutan, kerusakan
lingkungan, pencemaran limbah.
Bagaimana dengan Indonesia ?

Kerentanan (vulnerability)
Kerentanan (vulnerability) merupakan kondisi dari suatu komunitas atau Bagaimana dengan
Indonesia?
masyarakat yang mengarah atau menyebabkna ketidakmampuan dalam
menghadapi ancaman bahaya.
• Kerentanan fisik (infrastruktur) menggambarkan suatu kondisi fisik
(infrastruktur) yang rawan terhadap faktor bahaya (hazard) tertentu.
• Kerentanan sosial menggambarakan kondisi tingkat kerapuhan social
dalam menghadapi bahaya (hazard).
• Kerentanan ekonomi menggambarkan suatu kondisi tingkat
kerapuhan ekonomi dalam menghadapi ancaman bahaya (hazards).
DISASTER RISK REDUCTION
KONSEP PENGURANGAN RESIKO BENCANA

• Pendekatan melalui paradigma pengurangan risiko merupakan jawaban yang


tepat untuk melakukan upaya penaggulangan bencana pada era otonomi
daerah.
• Dalam paradigma ini setiap individu, masyarakat di daerah diperkenalkan
dengan berbagai ancaman yang ada di wilayahnya, bagaimana cara mengurangi
ancaman (hazards ) dan kerentanan (vulnerability) yang dimiliki, serta
meningkatkan kemampuan (capacity) masyarakat dalam menghadapi setiap
ancaman.
PENYELENGGARAN PENANGULANGAN BENCANA
Kerangka Aturan Nasional

Pasal 28 Ayat (1) UUD 1945


Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,kehormatan, martabat, 
dan harta benda yang di bawahkekuasaannya, serta berhak rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.

UU No 28 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


Pemerintah Daerah provinsi dan kabupaten kota mempunyai peran
strategis dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan memenuhi hak asasi manusia; sedangkan fungsi pelayanan
diarahkan pada pemberdayaan sehingga dengan potensi yang
dimiliki (lebih dikenal sebagai kearifan lokal, masyarakat dapat
mengambil peran secara utuh dalam kerangka pencegahan
termasuk pengurangan risiko bencana di daerahnya sendiri dan atau penggerakan peran serta bagi daerah lainnya.
Kerangka Aturan Nasional

UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana


Pengelolaan bencana merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional dalam serangkaian kegiatan baik
sebelum, pada saat maupun sesudah terjadinya bencana. Selama ini masih dirasakan adanya kelemahan baik dalam
pengelolaan bencana maupun yang terkait dengan landasan hukum karena belum ada undang-undang yang secara
khusus mengatur hal tersebut

UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


Strategi implementasi penyelenggaran penataan ruang sebagai bagian dari upaya pengurangan risiko bencana:
Penerapan peraturan zonasi secara konsisten yang merupakan kelengkapan dari rencana detail tata ruang.
Penekanan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan secara sistemik melalui penetapan peraturan zonasi,
perijinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi. Penegakan hukum yang ketat dan konsisten
untuk mewujudkan tertib tata ruang
Penyelenggaraan penanggulangan bencana
• Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat,
dan rehabilitasi.
• Bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan
bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh dalam
rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, risiko, dan
dampak bencana.
• Penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi tahap
 Prabencana,
 Saat Tanggap Darurat,
 Dan Pascabencana.
Pra Bencana
Situasi Tidak Terjadi Bencana Situasi Terdapat Potensi Bencana
 Perencanaan penanggulangan bencana; merupakan  Kesiapsiagaan
bagian dari perencanaan pembangunan.  Peringatan dini
 Pengurangan risiko bencana;  Mitigasi Bencana
 Pencegahan;
 Pemaduan dalam perencanaan pembangunan;
 Persyaratan analisis risiko bencana;
 Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;
 Pendidikan dan pelatihan; dan
 Persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana.
Tanggap Darurat 
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat 
• Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; untuk
mengidentifikasi:  cakupan lokasi bencana; jumlah korban; kerusakan prasarana dan sarana;
gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan; dan kemampuan sumber daya
alam maupun buatan.
• Penentuan status keadaan darurat bencana; 
• Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana melalui upaya:  pencarian dan
penyelamatan korban; pertolongan darurat; dan/atau evakuasi korban. 
• Pemenuhan kebutuhan dasar yang meliputi :  kebutuhan air bersih dan sanitasi; pangan;
sandang; pelayanan kesehatan; pelayanan psikososial; dan  penampungan dan tempat hunian. 
• Perlindungan terhadap kelompok rentan yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok
rentan (bayi, balita, dan anak-anak; ibu yang sedang mengandung atau menyusui; penyandang
cacat; dan orang lanjut usia) berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan
kesehatan, dan psikososial. 
• Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital, dilakukan dengan memperbaiki dan/atau
mengganti kerusakan akibat bencana. 
Pascabencana
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana meliputi:
• Rehabilitasi; perbaikan lingkungan daerah bencana; perbaikan prasarana dan sarana umum; pemberian bantuan
perbaikan rumah masyarakat; pemulihan sosial psikologis; pelayanan kesehatan; rekonsiliasi dan resolusi konflik;
pemulihan sosial ekonomi budaya; pemulihan keamanan dan ketertiban; pemulihan fungsi pemerintahan; dan
pemulihan fungsi pelayanan publik. 

• Rekonstruksi, dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: pembangunan kembali prasarana
dan sarana; pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat; penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat; peningkatan
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; peningkatan fungsi pelayanan publik; dan peningkatan pelayanan utama
dalam masyarakat.
Untuk menilai sejauh mana penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik,
berikut beberapa indikator yang dapat digunakan:

ASPEK UMUM
Secara umum efisiensi dan keberhasilan pelaksanaan pengurangan risiko bencana
dapat diukur dari:
• Peningkatan jumlah jiwa yang selamat pada kejadian bencana
• Penurunan jumlah korban yang terluka/cedera akibat bencana
• Penurunan signifikan persentase masyarakat yang terkena dampak kejadian
bencana
• Persentase jumlah penduduk korban bencana yang dapat dihitung pada waktu
tertentu setelah bencana
• Tersedianya standar ketahanan bangunan dan lahan
• Kapasitas penanganan tanggap darurat
Untuk menilai sejauh mana penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik,
sesuai dengan RAN-PB, berikut beberapa indikator yang dapat digunakan:

ASPEK KETAHANAN TERHADAP BENCANA


Ditinjau dari aspek ketahanan dalam menghadapi bencana, keberhasilan Pengurangan Risiko Bencana dapat
diukur dari:
• Distribusi tingkat pendapatan masyarakat
• Tingkat pencapaian pendidikan
• Tingkat penggunaan pelayanan medis
• Tingkat pengangguran
• Ketersediaan dan ketahanan bangunan perumahan
• Angka kelahiran dan kematian pada berbagai kelompok sosial
• Kualitas hidup
• Ketahanan hidup
• Ketahanan lingkungan
• Ketahanan ekonomi lokal
Untuk menilai sejauh mana penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik,
sesuai dengan RAN-PB, berikut beberapa indikator yang dapat digunakan:

ASPEK CAKUPAN WILAYAH


Secara nasional keberhasilan pengurangan risiko bencana dapat dilihat
dari Indeks Risiko Bencana dan Indeks Ketahanan Bencana Nasional.
• Indeks Risiko Bencana Nasional digunakan untuk mengukur risiko
bencana di suatu negara yang meliputi penilaian terhadap indikator
bencana, indikator fi sik dan ketahanan sosio-ekonomi masyarakat
• Indeks Ketahanan Bencana Nasional, digunakan untuk mengukur
kapasitas manajemen risiko bencana, kelembagaan, kepedulian
terhadap risiko bencana, kesiapan pendanaan dan kesiapan tanggap
darurat
Untuk menilai sejauh mana penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik,
sesuai dengan RAN-PB, berikut beberapa indikator yang dapat digunakan:

ASPEK KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA


Keberhasilan upaya pengurangan risiko bencana dalam suatu wilayah tidak bisa lepas dari implementasi kebijakan
dan pelaksanaan pengurangan risiko bencana yang dapat dilihat dari:
• Tingkat kesiapan dan waktu yang diperlukan untuk tanggap darurat
• Periode pemulihan dan tingkat efisiensi pemulihan
• Kerugian dibandingkan dengan biaya pemulihan
• Besaran biaya sistem pengurangan risiko bencana
• Lingkup perencanaan dan pengelolaan kebencanaan
• Penyediaan pendukung sosial/program jaring pengaman sosial untuk mendukung ketahanan terhadap bencana
• Kesinambungan sumber dan alokasi pendanaan untuk manajemen bencana
• Lingkup, relevansi dan kemampuan riset dalam mengidentifi kasi bencana, risiko dan ketahanan terhadap
bencana
• Proses untuk mengkaji ulang, memperbarui dan memelihara Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana secara
rutin
• Kapasitas jaringan kerjasama yang memadukan kepentingan pemerintah, swasta, LSM, perkumpulan
profesi dan individu
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai