Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN ANALISIS JURNAL

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020
Laporan Analisis Jurnal
Pengaruh Tehnik Distraksi Menghardik Dengan Spiritual terhadap
Halusinasi Pasien

DISUSUN OLEH:

Nama : Ilmi Dqrmawan, S.Kep

NPM : 1914901110029

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2020
1. Pendahuluan
Skizofrenia adalah suatu kelainan neurobiologis otak yang menyebabkan gangguan
dalam berpikir, merasakan dan sulit berinteraksi (Swearingen, 2016). Skizofrenia
disebutkan juga sebagai suatu penyakit neurobiologis yang mempengaruhi otak yang
menyebabkan timbulnya gangguan dan keanehan pada pikiran, persepsi, emosi, gerakan
dan perilaku (Videbeck, 2011). Skizofrenia dapat diartikan suatu gangguan neurobiologis
otak berat yang mempengaruhi cara berpikir, kemauan, emosi dan tingkah laku sehingga
fungsi fisik, sosial, ekonomi dan pekerjaan terabaikan karena ketidakmampuan menilai
kenyataan. Skizofrenia merupakan masalah dunia. WorldHealth Organization (WHO
2016) menyatakan sekitar 21 juta penduduk dunia mengalami skizofrenia atau sebanyak
1,7 per 1.000 penduduk. Rhoads & Murphy (2015) mendiskripsikan skizofrenia terjadi
pada 1% populasi umum. Indonesia dirilis dalam RISKESDAS (2018) angka kejadian
gangguan jiwa berat salah satunya skizofrenia adalah 7 per mil dan Aceh menunjukkan
angka kejadian 9 per mil yaitu diatas rata-rata nilai nasional. Skizofrenia ada dua gejala
dominan yaitu gejala negatif dan gejala positif. Gejala positif diantaranya adalah
halusinasi. Halusinasia dalah distorsi persepsi palsu yang terjadi padarespon
neurobiologis maladaptif tanpa stimulus eksternal atau internal yang terjadisaat kesadaran
penuh dan dapat terjadi padasemua pancaindra (Stuart 2016;Stephanie etal. 2018).
Halusinasi dapat diartikan suatupersepsi yang salah dalam keadaan sadar tanpaada
rangsangan pada semua pancaindra. Penyebab dari halusinasi meliputi respon metabolik
terhadap stres, gangguan neurokimiawi, lesi otak, usaha tidak sadaruntuk
mempertahankan ego dan ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah (Schultzand
Videbeck 2013). Suryani (2013) dan Sari & Wijayanti (2014), menemukan bahwaha
lusinasi diawali oleh kecemasan yang berkepanjangan. O’Brien et al (2014) dan Dayet al
(2014) menyatakan halusinasi berkaitan dengan pengalaman yang dipersepsikan kurang
menyenangkan berkaitan dengan hargadiri dan akan muncul secara bertahap. Halusinasi
dibagi menjadi empat tahap (Stuart2016). Pertama tahap Comforting dimana halusinasi
tampak menyenangkan dengan cemas sedang. Kedua tahap Condemning dimana
halusinasi menyalahkan pasien dan pasien mulai cemas berat. Tahap ketiga adalah
Controlling dimana halusinasi sudah mengendalikan pasien hingga pasien sangat cemas
berat dan keempat tahap Conquering dimana halusinasi sudah melebur dan pasien sangat
ketakutan sampai panik dan tidak dapat membedakan khayalan dan kenyataan.
Upthegrove et al (2016), membuktikan bahwa awal halusinasi dirasa menyenangkan dan
pasien menerima secara pasif karena sedang mempertahankan ego selanjutnya halusinasi
mulai memaksa dan memerintah yang mengakibatkan kegelisahan secara fisik juga
emosional. Halusinasi dapat terjadi pada semua pancaindra. Stuart (2016) membagi
halusinasi menjadi tujuh yaitu auditorik, visual, olfaktori, gustatori, taktil, kinestetik dan
cinestetik. Halusinasi pendengaran dialami sebanyak70%, 20% halusinasi visual dan 10%
untukhalusinasi lainnya (Stuart, 2016; Suryani,2013). Chaudhury (2010), Puri et al
(2013), O’Brien et al (2014) dan ELhay et al (2017) menyatakan halusinasi pendengaran
adalah halusinasi paling umum terjadi pada pasien skizofrenia. Halusinasi pendengaran
merupakan yang paling banyak ditemukan pada pasien skizofrenia sehingga perlu
diketahui dampak-dampaknya.
Dampak negatif halusinasi pendengaran dapatmelukai dirinya sendiri atau orang lain
(Schultz & Videbeck, 2013;Puri et al., 2013). Kumari et al (2013), ELhay et al (2017)
dan Luhrmann et al (2015) menyatakan pasien sangat terganggu dan gelisah karena
seringnya frekuensi, banyaknya jumlah tekanan dan tingginya intensitas tekanan dari
halusinasi pendengaran yang membuat mereka suli tmembedakan khayalan dengan
kenyataan yang membuat mereka depresi. Jackson et al (2009) menyebutkan 46% pasien
skizofrenia mengalami depresi. Depresi pada pasien skizofrenia dengan halusinasi
mengakibatkan 9%-13% bunuh diri dan 20%-50% diantaranya mulai melakukan
percobaan bunuh diri (Stuart2016). Jurnal KeperawatanVolume11 No3 September 2019,
Hal177-190 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Dampak halusinasi sangat
mengancam jiwa yang memerlukan penangganan cepat dan harus tepat (Puri et al., 2013;
Stuart,2016;Swearingen, 2016). Penanganan intensifdi unit pelayanan diperlukan bila
halusinasi sudah mencelakakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan (Swearingen
2016). Sulistyono et al (2017) menemukan pasien yang mengalami halusinasi pada tahap
contolling dan conqeuring maka prioritas tindakan manajemen krisis harus didahulukan
bersamaan dengan fungsi kolaborasi tanpa mengenyampingkan psikoterapi dari perawat.
Kolaborasi dengan psikofarmaka adalah cara penanganan halusinasi disamping
psikoterapi. Obat-obatan yang dipakai adalah oba tanti psikotik golongan tipikal dan
golongan atipikal sesuai dengan tanda dan gejala (Rhoads & Murphy, 2015; Puri et
al.,2013;Stuart, 2016). Halusinasi dapat terken dalisekitar 80% dengan kombinasi obat-
obatan, konseling direktif dan terapi suara (Kaneko etal, 2010). Psikoterapi adalah cara
kedua untuk menurunkan halusinasi pasien. Psikoterapi dalam keperawatan jiwa menurut
Stuart (2016) yaitu tehnik menstimulasi lingkungan secara minimal dan tehnik distraksi
dengan kebisingan membantu meredam halusinasi. Sedangkan O’Brien et al (2014),
menyatakan dengan melibatkan pasien pada aktifitasin terpersonal merupakan distraksi
pengabaikan dan pengalihan untuk menghadirkan kenyataan. Distraksi menghardik,
mengabaikan dan mengalihkan cara efektif yang dilakukan perawat untuk membantu
pasien agar dapat membedakan khayalan dengan kenyataan.
Keliat & Akemat (2014) menjelaskan ada empat cara mengontrol halusinasi dalam
standar asuhan keperawatan generalis, pertama tehnik distraksi menghardik dengan
suarayang keras dan mengatakan“pergi…pergi…kamu suara palsu saya tidakmau
dengar”, kedua dengan patuh obat, ketiga bercakap-cakap dan keempat melakukan
aktifitas terjadwal. Carolina (2008) dan Wardani (2016) yang menyatakan keempat
tehnik distraksi berpengaruh pada peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi.
Semua tehnik distraksi dan kolaborasi diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
pasien mengontrol halusinasi.
Zarghami et al (2012) dan Kaneko et al (2010) berpendapat hanya distraksi melawan
dengan suara keras, kombinasi obat-obatan dan konseling direktif dapat menurunnya
halusinasi pasien. Anggraini et al (2013) dan Jusliani & Sudirman (2014), berpendapat
sama bahwa distraksi menghardik dengan suara keras dapat mengurangi halusinasi.
Distraksi menghardik adalah tindakan mandiri tanpa melibatkan orang lain. Dukungan
orang terdekat agar optimalnya kemampuan individu sangat dibutuhkan pasien untuk
meningkatkan rasa percaya diri sehingga pasien mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri tanpa bantuan orang lain (Barahmand & Sheikhahmad, 2016). Berdasarkan kajian
diatas distraksi menghardik dapat menjadi pilihan pertama untuk menurunkan halusinasi
pasien karena tidak memerlukan kehadiran orang lain. Tehnik distraksi menghardik dapat
menurunkan halusinasi. Fenomena di rumah sakit jiwa Aceh tahun 2017 dan 2018
ditemukan bahwa pasien dengan diagnose keperawatan halusinasi berada pada urutan
pertama. Modifikasi tindakan keperawatan sangat dibutuhkan untuk membantu pasien
mengurangi halusinasi sehingga pasien dapat mengoptimalkan kemampuannya dan
pasien dapat hidup sehat dimasyarakat tanpa harus dirawat inap. Nilai spiritual dapat
disandingkan karena spiritual mempengaruhi terjadinya sakit (Laroi et al. 2014).
McCarthy-Jones, et.al (2013), O’Brien et al (2014) dan Stuart (2016) menyatakan nilai
spiritual dapat mempercepat penyembuhan. Nilai Spiritual mencakup keyakinan kepada
Tuhan atau kekuatan yang lebih tinggi, praktik keagamaan, keyakinan dan praktik budaya
(Townsend, 2014). Sesuai teori Sunrise dengan pendekatan Culture care oleh Leininger
memandang beberapa nilai yang salah satunya adalah nilai spiritual yang bertujuan untuk
memampukan manusia menghadapi penyakit (Parker 2005). Perawat sangat berperan
penting dalam membantu pasien menyelesaikan masalah halusinasi. Pemahaman perawat
tentang spiritual dapat dikombinasikan dalam asuhan keperawatan jiwa agar
mendapatkan hasil Jurnal Keperawatan Volume11 No3 September 2019, Hal177-190
LPPM Sekolah Tinggi IlmuKesehatan Kendal lebih baik (O’Brien et al.,2014). Pasien
mengharapkan terapi spiritual dari perawat yang diungkapkan oleh 13% responden dapat
membantu mengurangi halusinasi, menurunkan depresi sehingga hilangnya keinginan
bunuh diri (Lucchetti et al., 2018). Terapi spiritual sudah terbukti dapat menurunkan
halusinasi pasien. Hidayati et al(2014) dan Gasril (2015) keduanya merekomendasikan
terapi zikir sebagai terapitambahan, tetapi sampai saat ini terapi zikirbelum ada dalam
standar asuhan keperawatan. Pada penelitian ini ingin dilakukan kombinasi terapi
generalis individu dengan terapi spiritual yaitu zikir yang digabungkan dengan tehnik
distraksi menghardik yang diharapkan dapat mengefisienkan dan mengefektifkan
tindakan keperawatan. Dan terapi spiritual Islam dikombinasi dalam asuhan keperawatan
walaupun pasien muslim hidup sebagai kaum minoritas (Rassool, 2018). Penelitian ini
dilaksanakan di daerah Aceh dengan sebagian besar penduduknya beragama Islam.
Masyarakat Aceh yang membudaya spiritual Islam dalam kehidupan sehari seperti dalam
merawat orang dengan masalah kejiwaan dilakukan dengan membaca ayat-ayat al-qur’an
atau berzikir (Yoesuf, 2015). Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa masalah
halusinasi pasien harus ditanggani segera. Penelitian ini dilakukan dengan
pengkombinasian terapi tehnik distraksi menghardik dengan terapi spiritual. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui gambaran tentang “pengaruh tehnik distraksi menghardik
dengan spiritual terhadap halusinasi pasien.

2. Kasus
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 14 Juli 2020, pasien mengeluh mendengar suara, pasien
terlihat berbicara sendiri dan terkadang marah sendiri karena suara yang didengarnya

Rumusan masalah
Pertanyaan Klinik :
1. Apakah pengaruh teknik distraksi menghardik spiritual dapat menurunkan gejala
halusinasi ?
2. Mana yang lebih efektif antara teknik distraksi menghardik melalui spiritual dengan
terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap Halusinasi pasien
3. Yang mana prosedur yang bisa diterapkan antara teknik distraksi menghardik melalui
spiritual dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi terhadap Halusinasi
pasien

(Patient,
Population or Skizofrenia
problem)

(Intervention) Teknik distraksi menghardik melalui spiritual

(Comparasion
or terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
Intervention)

(Outcome) Menggurangi halusinasi


Keyword: Skizofrenia, Teknik distraksi menghardik spiritual, Terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi , Halusinasi

3. Metode/strategi penelusuran bukti


● Jurnal pertama :
Judul : Pengaruh Tehnik Distraksi Menghardik Dengan Spiritual terhadap
Halusinasi Pasien
Nama peneliti : Nurlaili, Adnil Edwin Nurdin, & Dewi Eka Putri
Alamat jurnal : Jurnal Keperawatan Volume 11 No 3, p-ISSN2085-1049 LPPM
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN2549-8118
Waktu penelitian : Tahun 2019

● Jurnal kedua
Judul : Hubungan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi 1-5 Pada
Penderita Skizofrenia dengan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran di
RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Medan Tahun 2019
Nama peneliti : ERTIKA YOLANDA SILABAN
Alamat jurnal : Jurnal Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Medan ISSN 2654
- 5756
Waktu penelitian : Tahun 2019
4. Hasil Penelusuran
NO Judul Jurnal Validity Important A
1. Pengaruh Tehnik Metode penelitian : Adapun kriteria penilaian yang ● Ada beb
Distraksi Menghardik dikembangkan oleh Haddock halusinas
Penelitian ini menggunakan
Dengan Spiritual dengan total nilai 0-44. asuhan k
rancangan kuantitatif dengan
terhadap Halusinasi Penentuan tingkat atau tahap Salah sa
desain “QuasyExperimental
Pasien halusinasi melalui perjumlah tehnik
Pre-Post Test With, Penentuan
skor, yaitu bila Skor= 0 berarti dengan s
sampel menggunakan
pasien belum berada pada tahap mengata
purposive sampling.
halusinasi, bila Skor 1-11
ControlGroup”. “Pergi-p
berarti pasien berada pada tahap
tidak nya
Jumlah sampel : I (tahap comforting), bila Skor

Sebanyak 94 responden terdiri 12-22 berarti pasien berada pada

dari 47 responden kelompok tahap 2 (tahap comdemning)


● Distraksi
intervensi dan 47 responden dan bila skor 23-33 pasien
tindakan
kelompok kontrol. berada pada tap III (tahap
melibatk
controlling) serta bila skor 34-44
distraksi
berarti pasien sudah berada pada
suara ke
tahap IV (tahap conquering).
halusinas
2. Hubungan Terapi Metode penelitian : Uji hipotesis, atau dalam hal ini ● Terapi
Aktivitas uji-t, (TAK)
Kelompok one dilakukan untuk menggun
Stimulasi Persepsi group pre-post test design membandingkan apakah mempers
ada perbedaan nilai rata-rata stimulasi
Sesi 1-5 Pada memberikan pre-test dan pengalam
Penderita
perlakuan kepada objek yang nilai rata-rata post-test penderita kehidupa
Skizofrenia dengan skezofrenia setelah terapi mendisk
Kemampuan dapat
aktivitas kelompo
Mengontrol mengendalikan variabel dan kelompok stimulasi persepsi
Halusinasi menyatakan dilakukan. mengontrol
Pendengaran di RSJ halusinasi sebelum ● Hasil dis
Prof.Dr.Muhamma adanya hubungan sebab akibat. dilakukantak sesi 1-5 mayoritas berupa
d Ildrem Medan Jumlah Sample : responden tidak mampu atau alte
Tahun 2019 mengontrol halusinasi masalah
populasi sebanyak 227 pendengaran dengan
TAK sebanyak 86,5% (32
orang. orang), dan
Besar sampel dalam penelitian 13,5% (5 orang) mempunyai ● Terapi
ini adalah 37 pasien. kemampuan stimulasi
dalam mengontrol halusinasi upaya
teknik pengambilan pendengaran proses
dengan TAK halusinas
sampel dilakukan dengan cara pasien m
setelah dilakukan
purvosive sampling serta m
tak sesi 1-5 dalam
maladap
mengontrol halusinasi di
dapatkan bahwa,
mayoritas 59,5% (22 orang)
pasien mempunyai kemampuan ● Terapi in
dalam mengontrol halusinasi sesi, dim
dan 40,5% (15orang) tidak akan
mampu dalam melakukan mengena
tindakan mengontrol halusinasi mengont
pendengaran menghar
halusinas
kegiatan
halusinas
minum o
dengan
dengan o
5. Diskusi
A. Pengaruh Tehnik Distraksi Menghardik Dengan Spiritual terhadap Halusinasi
Pasien Kelebihan :
1. Tidak memiliki efek samping membahayakan
2. Bisa di lakukan dimana saja
3. Tidak menggunakan biaya
4. Dapat meningkatkan kegiatan spiritual klien
5. Klien dapat menerapkannya dengan mudah ketika serangan halusinasi datang

Kekurangan :
1. Tidak semua pasien sama dalam menerima akan manfaat dari tehnik distraksi
menghardik dengan spiritual yang dibuktikan dengan tidak samanya
penurunan poin halusinasi pada masing-masing responden.

B. Hubungan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Sesi 1-5 Pada Penderita
Skizofrenia dengan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran di RSJ
Prof.Dr.Muhammad Ildrem Medan Tahun 2019
Kelebihan :
1. Terapi aktivitas kelompok sangat baik untuk menstimulasi persepsi untuk memotivasi
proses berpikir, mengenal halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi serta
mengurangi perilaku maladaptive
2. Merupakan kegiatan yang menarik dan edukatif untuk pasien jiwa
3. Kelebihan dalam penelitian ini adalah banyak peneliti yang mendukung
bahwa penelitian ini efektif terhadap pasien halusinasi

Kekurangan :
1. Tidak bisa dilakukan sendiri karena memerlukan beberapa orang dalam
melakukan TAK
2. Biasanya terjadi kesulitan pencocokan jadwal kegiatan dari satu orang dengan
orang yang lain.
3. Perlunya tenaga profesional dalam menjalankan TAK, karena intervensi
tindakan TAK harus terprogram sesuai tahapan cara mengontrol halusinasi
6. Kesimpulan
Dari data diatas di dapatkan hasil bahwa tehnik distraksi menghardik dengan spiritual dan
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi sama sama baik dalam mengatasi
halusinasi,namun tehnik distraksi menghardik dengan spiritual lebih mudah dan efektif
untuk di terapkan.
7. Daftar Pustaka
Nurlaili, Adnil Edwin Nurdin, & Dewi Eka Putri. 2020. Pengaruh Tehnik Distraksi
Menghardik Dengan Spiritual terhadap Halusinasi Pasien. Jurnal Keperawatan Volume
11 No 3, p-ISSN2085-1049 LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal e-ISSN2549-
8118

ERTIKA YOLANDA SILABAN. 2020. Hubungan Terapi Aktivitas Kelompok


Stimulasi Persepsi Sesi 1-5 Pada Penderita Skizofrenia dengan Kemampuan Mengontrol
Halusinasi Pendengaran di RSJ Prof.Dr.Muhammad Ildrem Medan Tahun 2019. Jurnal
Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Medan ISSN 2654 - 5756

Banjarmasin, 13 Juli 2020


Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Ica Lisnawati, Ns., M.Kep)

Ners Muda

(Ilmi Darmawan, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai