Nama Kelompok :
Annisa 2014901210103
Dwie AnggiaWulandari 2014901210104
Dessy Ana Anggraini 2014901210146
1
DAFTAR ISI
SAMPUL...................................................................................................................
DAFTAR IS..............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasae Teori....................................................................................2
B. Asuhan Keperawatan..................................................................................6
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...................................................................................................9
B. Analisa Data................................................................................................18
C. Diangnosa Keperawatan ...........................................................................18
D. Perencanaan Keperawatan ......................................................................19
E. Implementasi Keperawatan......................................................................21
F. Evaluasi Keperawatan...............................................................................22
BAB 4 ANALISIS JURNAL
A. Rumusan Masalah......................................................................................26
B. Metode Penelitian.......................................................................................26
C. Hasil Penelusuran.......................................................................................27
D. Diskusi.........................................................................................................31
E. Kesimpulan.................................................................................................32
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................33
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai
paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di tubuh. Biasanya
bagian tengah granuloma tubercular mengalami microsis perkijuan. Infeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis biasanya menimbulkan hipersensitifitas tipe lambat,
yang dapat dideteksi dengan uji tuberculin. Agen infeksius utama,
Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Brahm, 2012).
Salah satu dari gejala penyakit TB Paru adalah dyspnea atau yang biasa dikenal
dengan sesak napas yakni perasaan sulit bernapas dan biasanya merupakan gejala
utama dari penyakit kardiopulmonal. Orang yang mengalami sesak napas sering
mengeluh napasnya terasa pendek dan dangkal (Price dan Lorraine, 2005).
Pengaturan posisi pada pasien TB Paru sangat penting terutama untuk
mengurangi gejala sesak napasnya. Pengaturan posisi semi fowler dan orthopnea
perlu diberikan kepada pasien TB Paru.
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.2 PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman TB menyerang paru –
paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri TB
ditularkan melalui droplet yang berasal dari tenggrokan dan paru – paru pada
penderita dengan Acute Respiratory Distress.
Pada orang yang sehat, penyebaran dan infeksi bakteri TB tidak menunjukkan
tanda
dan gejala spesifik, karena tubuh masih memiliki imunitas yang mampu
membuat
dinding pertahanan di dalam tubuh. Sejala pada penderita TB aktif yaitu:
batuk, nyeri
dada, letargi, keringat malam, penurunan berat badan secara drastis, dan
demam tinggi sampai dengan 40C. (WHO, 2014).
Klasifikasi TB menurut WHO dapat dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1. Kategori 1, dengan manifestasi klinis sebagai berikut:
a. kasus BTA positif
b. kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, yaitu:
a. kasus kambuh
b. kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3, yaitu:
a. kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas
b. kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori Satu
4. Kategori 4 yaitu pada penderita TB kronik.
2.3 ETIOLOGI
Penyeyebab dari penyayakit tuberculosis paru adalah mikobakteri yang hanya
dapat dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Pada
penyebarannya, Basil tidak memiliiliki spora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan, sinar matahari, maupun sinar ultraviolet. Ada dua macam
2
mikobakteri TB yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin dapat
ditemukan dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil
tipe human bisa berada di sputum, droplet, terutama di udara terbuka yang
berasal dari penderita TBC. Seseorang akan rentan terinfeksi TBC bila
menghirup bercak ini. (Wim de Jong et al, 2005).
Cara penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. pada 5aktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
c. umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Eentilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. percikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
d. daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
e. faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko penularan
a. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
b. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
Terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI= sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)
orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
c. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
d. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif
menjadi positif.
2.4 PATOFISIOLOGI
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap
3
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan berhari- hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas
atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian
baru oleh makrofag. Pebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh
makrofag kewar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan silia dalam
sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah
bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
4
dan adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit
aktif.
4. foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
5. histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.
6. pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan
satuarasi desigen sekunder terhadap infiltrasi perenkim atau fibrosis,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
2.7 PATWAY
5
TUBERCULOSIS MILIER
2.8 DEFINISI
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk Tuberkulosa paru dengan
terbentuknya granuloma. $ranuloma yang merupakan perkembangan
penyakit dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji ‘milet’
(sejenis gandum), berdiameter 1-2 mm. Tuberkulosis jenis ini bisa terjadi
pada semua golongan umur, namun sebagian besar penderita berumur
kurang dari 4 tahun.
2.9 PATOGENESIS
Pada anak dan orang dewasa, Tuberkulosis Milier terjadi bila fokus di
paru pecah dan masuk ke dalam arteri atau vena sehingga terjadi
bakterimia. kuman penyebab penyakit kronis seperti tuberkulosa ini
sering menyebabkan berbagai macam reaksi imunologi, yang akibatnya
bisa lebih parah dari pada akibat erosif kuman. dalam hal
tuberkulosis terbentuk granuloma-granuloma yang berbatas tegas oleh
sifat kronis penyakit tuberkulosis dan reaksi imunologik penderita.
Apabila bakteri pirogen memasuki pembuluh darah, artinya terjadi
septisemia. Maka reaksi antara septisemia dan reaksi imunologik ini
menentukan apakah nantinya tanda dan gejala penyakit akan menjadi
ringan atau berat. Begitu pula dengan prognosisnya baik atau buruk, serta
apakah penyebaran basil tuberkulosis terkendali atau tidak.
6
dijumpai. Di negara berkembang TB milier harus dicurigai, bila setelah
menderita campak, batuk rejan atau infeksi interkuren lainnya, anak sakit-
sakitan dan berat badanya menurun. Walaupun terdapat febris, penderita
TB Milier biasanya tidak tampak sakit berat.
Batuk biasanya tidak ada atau ringan saja. Sesak nafas dan sianosis
mungkin dijumpai pada kasus yang berat. Pada pemeriksaan paru sering
tidak didapatkan kelainan. Krepitasi mungkin terdengar
bila anak disuruh bernafas dalam. Limpa biasanya membesar, sedang hepar
tidak selalu. Pemeriksaan funduskopi mata sering menunjukkan gejala
patognomonik pada sebagian besar kasus, yaitu ditemukannya tuberkel
koroid. Dan pada sebagian penderita bisa ditemukan tanda-tanda
meningitis.
7
ventilasi
4. Ketidak seimbangan Nutrisi terpenuhi, Berat - Tentukan makanan
nutrisi kurang dari badan meningkat kesukaan
kebutuhan tubuh - Timbang berat badan
- Tentukan target berat
badan
5. Hipertermi Termoregulasi dalam - Kompres hangat
batas normal (36,5 0C - - Regulasi suhu tubuh
370C) - Kaji TTV
8
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jum’at/04 Juni 2021
Ruangan : Dahlia (Paru)
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 59 thn
Alamat : Jl. Tembus Mantuil
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ojek
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 04 Juni 2021
Diagnosa Medis : TB Paru Milier on terapi + Covid-19 2 kali
No. RM :
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasa saat pengkajian hari Kamis, 03 Juni 2021. Klien mengeluh sesak
nafas, klien mengeluh tidak nafsu makan, klien mengatakan sulit tidur.
9
3. Riwayat Kesehatan/penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelum menderita TB Paru Milier dan positif Covid-
19, klien belum pernah menderita penyakit seperti yang klien derita saat ini
atau penyakit lainnya. klien juga sebelumnya tidak pernah menjalani
operasi. Klien mengatakan sudah merokok sejak ± 30 tahun yang lalu dan
biasanya menghabiskan 12 batang rokok dalam sehari.
X X
Keterangan:
: Perempuan X : Meninggal
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 112 x/mnt
Suhu : 36,4 ºC
RR : 28x/mnt
SPO2 : 97%
Tingkat kesadaran klien:
Eye : 4 (membuka mata spontan)
Verbal : 5 (berorientasi dengan baik)
10
Motorik : 6 (dapat mengikuti perintah
GCS: : 4, V: 5, M: 6 = 15 (Compos Mentis)
2. Kulit
Kulit klien tampak berwarna sawo matang, keadaan umum klien baik, kulit
klien tampak cukup bersih, kulit klien cukup lembab, tidak tampak adanya
ulkus/luka, turgor kulit klien kembali dalam waktu kurang dari 1 detik dan
tidak tampak adanya bentuk kelainan pada kulit klien.
11
peradangan pada mulut, tidak ada kelainan bentuk dan gangguan lainnya
pada mulut dan gigi klien.
Paru-paru:
Inspeksi:
- Perkembangan dada klien tampak simetris antara kiri dan kanan
- Tampak adanya otot bantu pernapasan
- Frekuensi nafas 28x/mnt
- Tidak ada lesi dan sikatrik
Palpasi:
- Dada simetris antara kiri dan kanan
- Tidak ada benjolan
- Tidak terdapat nyeri tekan pada dada
Perkusi: terdengar bunyi redup
Auskultasi: suara nafas klien terdengar ronchi
9. Abdomen
- Inspeksi: tidak terdapat massa pada abdomen klien, tidak terdapat asites
dan warna kulit klien sawo matang.
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen klien dan tidak
terdapat benjolan.
- Perkusi: terdengar bunyi timpani
- Auskultasi: bising usus normal 13x/mnt.
D 4444 4444 S
4444 4444
Keterangan:
0: Tidak ada gerakan
1: Sedikit kontraksi
12
2: Bisa bergerak tetapi tidak bisa melawan gravitasi
3: Bisa melawan gravitasi tapi tidak lama
4: Bisa melawan gravitasi
5: Melawan penuh gravitasi dan beban
2. Personal hygiene
Di rumah : Klien mengatakan di rumah mandi sebanyak 2x sehari secara
mandiri, klien mengatakan cukup sering mencuci rambutnya, klien
mengatakan di rumah biasanya dia sikat gigi 2x sehari. Klien mengatakan
di rumah biasanya dia sikat gigi 2x sehari.
Di RS : Klien mandi 1x sehari dengan dibantu keluarga selama di rumah
sakit, beberapa hari sekali baru keramas, gosok gigi 1x sehari.
3. Nutrisi
Di rumah : Klien makan nasi, sayur beserta lauk pauk, klien makan 3x
sehari. Makanan kesukaan klien adalah ikan goreng. Untuk makanan
pantangan klien mengatakan tidak ada.
Di RS : Klien makan 3x sehari, klien mengeluh tidak nafsu makan, klien
mengatakan hanya mampu menghabiskan 2 sendok dari makanannya, klien
diberikan diet BBTKTP.
4. Eliminasi
Di rumah : Klien mengatakan biasanya BAB 1x sehari dan BAK 5-6x
sehari secara teratur. Konsentrasi BAB lembek dan coklat kekuningan.
Konsentrasi BAK berwarna kekuningan. Klien mengatakan tidak
mengalami kesulitan dalam BAB maupun BAK.
Di RS : Klien mengatakan tidak ada perubahan pada pola BAB dan BAK
selama di rumah sakit.
5. Seksualitas
Klien berjenis kelamin laki-laki, klien sudah menikah, klien memiliki 4
orang anak, 1 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, klien mengatakan tidak
ada keluhan pada seksualitas.
6. Psikososial
Keadaan psikologis klien baik, klien dapat menerima tentang penyakit
13
yang saat ini klien rasakan dan berharap bisa segera sembuh. Anak klien
mengatakan klien selalu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti
berkumpul dengan keluarga dan tetangga pada sore hari ketika sebelum
sakit.
7. Spritual
Klien beragama Islam dan sebelum sakit selalu melaksanakan sholat 5
waktu. Selama di rumah sakit klien tidak sholat dan hanya berdoa untuk
kesembuhannya.
D. DATA FOKUS
Data subyektif :
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengeluh tidak nafsu makan
- Klien mengatakan sulit tidur.
- Klien mengatakan hanya mampu menghabiskan 2 sendok dari
makanannya.
- Selama di rumah sakit klien mengatakan jarang tidur siang dan tidur di
malam hari sekitar 3-4 jam.
Data objektif :
1. Inspeksi:
Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 112 x/mnt
Suhu : 36,4 ºC
RR : 28x/mnt
SPO2 : 97%
14
(172-100) ± 10%
72 +8,0 = 80
72-8,0 = 64
Jadi, BBI klien kisaran 64 kg sampai dengan 80 kg.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan: 03 Juni 2021
- Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Asam Urat 11.0 3.5-7.2
Calsium 10.2 8.4-10.0
15
Tanggal Pemeriksaan: 24 Mei 2021
- Foto Thorax:
Hasil:
a) Cor: ukuran dan bentuk normal
b) Pulmo: tampak infiltrate paru bilateral, tak tampak hilus melebar,
corakan bronchovaskuler normal
c) Sinus tajam
d) Diafragma normal
Kesimpulan:
16
zollinger-ellison.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
omeprazole, pasien yang
sedang mengkonsumsi
obat-obatan yang
mengandung rilpivirine,
netfinavir, atazanavir
Inj. Meropen Obat resep Indikasi: untuk menangani 1 gr/8 jam IV
Meropen em 1 gr berbagai penyakit infeksi
em bakteri, seperti meningitis,
infeksi kulit yang parah,
infeksi organ dan lapisan
perut atau infeksi saluran
pernapasan
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
meropenem
Obat Rifampi Obat keras Indikasi: untuk mengobati 4 tablet/24 Oral
4FDC cin 150 penyakit tuberculosis dan jam
mg, INH infeksi oleh bakteri
75 mg, mycobacterium
pyrazina oportunistik tertentu
mide Kontraindikasi:
400 mg, hipersensitif terhadap
ethambu kandungan dalam obat
tol HCI 4FDC
275 mg
Obat Zinc Obat bebas Indikasi: untuk membantu 20 mg/24 Oral
Zinc sulfate memperkuat sistem jam
20 mg kekebalan tubuh dan
mengatasi defisiensi zinc
pada kasus diare
Kontraindikasi: hindari
penggunaan pada penderita
dengan defisiensi tembaga
(copper)
obat Vitamin Obat bebas Indikasi: bermanfaat untuk 5000 IU/24 Oral
vitamin D3 pembentukan tulang, jam
D (chlolec menjaga kesehatan
alciferol jantung, otak dan otot
) 1000 Kontraindikasi: kadar
IU kalsium tinggi dalam
darah, kelebihan vitamin
D, alergi terhadap vitamin
D
Obat Codein Obat resep Indikasi: meredakan nyeri 10 mg/8 jam Oral
Codein fosfat 10 Kontraindikasi: anak-anak,
mg pasca operasi tonsilektomi
dan adenoidektomi
Obat Allopuri Obat resep Indikasi: mencegah 100 mg/16 Oral
allopurin nol 100 pengendapan asam urat jam
ol mg dan kalsium fosfat
17
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
allopurinol, serangan asam
urat akut
Obat Paraceta Obat bebas Indikasi: meredakan nyeri 500 mg/8 Oral
Paraseta mol 500 ringan hingga sedang jam
mol mg Kontraindikasi:
hipersensitif/alergi
terhadap paracetamol
B. Analisa Data
C. Diagnosa keperawatan
18
1. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
3. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan (sesak)
D. Perencanaan Keperawatan
19
b.d faktor 2. Identifikasi kebutuhan 3. Monitor penurunan dan 3. membantu
biologis nutrisi peningkatan BB mengetahui
3. Bebas dari tanda status nutrisi
malnutrisi. klien
4. Monitor intake kalori 4. Mengetahui
dan gizi intake kalori dan
gizi klien
5. Kolaborasi dengan ahli 5. Membantu
gizi tentang kebutuhan memaksimalkan
kalori dan tipe makanan pemenuhan gizi
yang dibutuhkan klien
3 (00198) Ganggua Tujuan:: 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui ada
n pola Setelah dilakukan tindakan efek-efek
medikasi terhadap pola
tidur b.d keperawatan 1x24 jam medikasi pada
kendala klien diharapkan gangguan tidur pasien
lingkung pola tidur klien bisa
2. Jelaskan pentingnya
an teratasi 2. Mempermudah
(sesak) Kriteria hasil : tidur yang adekuat pemahaman klien
1. Jumlah jam tidur dalam tentang pola tidur
3. Ciptakan lingkungan
3. Untuk
batas normal 6-8
yang nyaman meningkatkan
jam/hari kenyamanan
tidur yang
2. Pola tidur, kualitas
optimal
dalam batas normal 4. Untuk
4. Diskusikan dengan
mempermudah
3. Mampu
pasien dan keluarga mengetahui
mengidentifikasihal-hal teknik tidur yang
tentang teknik tidur
optimal
yang meningkatkan tidur
pasien
5. Memberikan
5. Anjurkan berdoa,
ketenangan
berdzikir sebelum tidur
sesuai agama yang
dianut
6. Posisi yang
6. Anjurkan mengambil
nyaman
posisi yang nyaman membuat pasien
tidur menjadi
untuk tidur
nyenyak
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari /Tanggal: Jum’at, 04 Juni 2021
20
N Jam Nomor Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
o Tindakan Diagnosa
NANDA
1 10:30 (00032) 1. Mengkaji frekuensi, 1. RR: 27x/mnt, SPO2:
kedalaman pernapasan dan 97%, klien tampak
ekspansi dada. masih sesak nafas, klien
10:35 masih tampak
menggunakan otot
10:45 bantu pernapasan
2. Mengauskultasi bunyi napas, 2. Suara nafas klien masih
10:50 dan catat adanya bunyi napas terdengar ronchi
tambahan.
3. Memberikan pada klien 3. Klien mengatakan
10:55 posisi semi fowler. merasa nyaman dalam
posisi semi-fowler
4. Memberikan posisi 4. Klien mengatakan
orthopnea kurang nyaman dalam
posisi orthopnea karena
pinggangnya yang sakit
5. Berkolaborasi dalam 5. Klien tampak masih
pemberian oksigen memakai alat bantu
tambahan. pernafasan nasal kanul
3 lpm
2 11:00 (00002) 1. Mengkaji pola makan klien 1. Klien mengatakan
11:05 2. Mengkaji kebiasaan makan hanya mampu
klien dan makanan menghabiskan 2 sendok
kesukaannya dari makanannya.
2. Klien mengatakan tidak
11:10 memiliki kebiasaan saat
makan dan tidak
pemilih dalam makanan
3. BB klien: 61 kg, klien
11:15 3. Memonitor penurunan dan tidak mengalami
peningkatan BB peningkatan ataupun
penurunan berat badan
selama di rumah sakit
4. Klien diberikan diet
4. Berkolaborasi dengan ahli BBTKTP.
gizi tentang kebutuhan kalori
dan tipe makanan yang
dibutuhkan
3 11:20 (00198) 1. Menjelaskan pentingnya 1. Klien tampak mulai
mengerti tentang
tidur yang adekuat
penjelasan perawat
akan pentingnya tidur
11:25 yang adekuat
21
nyaman klien
11:35
22
- Klien - BB klien: 61 makan klien
mengatakan kg dan makanan
hanya mampu - Klien asih kesukaannya
menghabiskan tampak 3. Memonitor
3 sendok dari diberikan diet penurunan dan
makanannya. BBTKTP. peningkatan BB
4. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang
kebutuhan
kalori dan tipe
makanan yang
dibutuhkan
3 13:50 (00198) - Klien - Klien masih Masalah belum 1. Menjelaskan
mengatakan tampak lemas teratasi pentingnya
masih sulit - Konjungtiva tidur yang
tidur klien masih adekuat
- Klien tampak anemis 2. Menciptakan
mengatakan lingkungan
masih tidak yang nyaman
bisa tidur 3. Mendiskusikan
siang dengan pasien
dan keluarga
tentang teknik
tidur pasien
4. Menganjurkan
berdoa,
berdzikir
sebelum tidur
sesuai agama
yang dianut
5. Menganjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
untuk tidur
23
nafas nafas kedalaman
- Klien - Klien masih pernapasan dan
mengatakan tampak ekspansi dada.
merasa lebih menggunakan 2. Mengauskultasi
nyaman dengan otot bunyi napas,
posisi setengah pernapasan dan catat
duduk - Klien masih adanya bunyi
tampak napas
memakai alat tambahan.
bantu 3. Memberikan
pernafasan pada klien
nasal kanul 3 posisi semi
lpm fowler.
- Perkusi paru- 4. Berkolaborasi
paru: terdengar dalam
bunyi redup pemberian
- Suara nafas oksigen
klien terdengar tambahan.
ronchi
- SPO2: 98%
- RR: 26x/mnt
2 09:20 (00002) - Klien - Klien tampak Masalah belum 1. Mengkaji pola
mengeluh tidak dapat teratasi makan klien
masih tidak menghabiskan 2. Mengkaji
nafsu makan makanannya kebiasaan
- Klien - BB klien: 61 makan klien
mengatakan kg dan makanan
hanya mampu - Klien asih kesukaannya
menghabiskan tampak 3. Memonitor
3 sendok dari diberikan diet penurunan dan
makanannya. BBTKTP. peningkatan BB
4. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang
kebutuhan
kalori dan tipe
makanan yang
dibutuhkan
3 09:30 (00198) - Klien - Klien tampak Masalah belum 1. Menjelaskan
mengatakan masih lemas teratasi pentingnya
masih sulit - Konjungtiva tidur yang
tidur klien masih adekuat
- Klien tampak anemis 2. Menciptakan
mengatakan lingkungan
masih tidak yang nyaman
bisa tidur 3. Mendiskusikan
siang dan tidur dengan pasien
di malam hari dan keluarga
sekitar 3-4 jam tentang teknik
tidur pasien
4. Menganjurkan
berdoa,
berdzikir
24
sebelum tidur
sesuai agama
yang dianut
5. Menganjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
untuk tidur
BAB 4
ANALISA JURNAL
1. Rumusan Masalah
25
Mana yang lebih efektif pemberian posisi semi fowler dan posisi orthopnea untuk
menurunkan sesak ?
(Patient, Population or
Menurunkan sesak nafas pada penderita TB Paru
problem)
c. Hasil Penelusuran
No JudulJurnal Validity Important Applicable
1. Posisi Semi a. Desain rancangan a. Berdasarkan - Tindakan yang tidak
Fowler penelitian yang kelompok umur membutuhkan biaya
Terhadap digunakan yaitu pre dan sebagian besar 15-50 dan waktu yang
Respiratory post test group design, tahun. banyak.
26
Rate Untuk jumlah frekuensi b. Berdasar jenis - Memberikan manfaat
Menurunkan pernafasan sesudah kelamin, responden yang banyak dan lebih
Sesak Pada diberikan posisi semi berjenis kelamin laki- mudah dalam
Pasien Tb fowler terhadap laki tindakannya.
Paru perubahan sesak c. Dari hasil analisis
nafas pengaruh pemberian
b. Populasi dan sampel posisi semi fowler
semua penderita TB terhadap menurunnya
paru diruang rawat inap sesak nafas pada
Rumah Sakit Pelni pasien TB Paru,
Jakarta tahun bahwa pasien/subjek
2018 yang diberikan
c. Besar sampel : perlakuan yaitu Hasil
Sampel dalam penelitian penelitian tentang
ini adalah Pasien yang analisis intervensi
sedang dirawat posisi semi fowler
di Rumah Sakit Pelni, terhadap respiratory
Pasien yang bersedia rate untuk
menjadi responden dan menurunkan sesak
mengikuti penelitian, nafas pada pasien TB
Pasien TB paru yang paru di Rumah Sakit
mengalami sesak nafas, Pelni Jakarta
pasien yang kesadaran yang dilakukan
nya baik, Pasien TB selama 3 hari dalam
paru berjenis kelamin 2x pertemuan setiap
laki2 pasien yang bisa harinya, subjek I dan
diajak kerjasama dengan Subjek II
jumlah keseluruhan 22 mengalami
orang. Namun ada 2 penurunan sesak
orang yang dijadikan nafas dengan angka
subjek I dan II dalam respiratory rate
penelitian ini. normal 12 – 20x/mnt
setelah dilakukan
intervensi posisi semi
fowler.
27
d. Dari hasil analisa
menunjukan bahwa
hampir seluruh
penderita mengalami
penurunan sesak
nafas yaitu
15 orang (93,75%),
sedangkan sebagian
kecil pasien tidak
2. mengalami
penurunan sesak
nafas yaitu 1 orang
(6,25%). Untuk - Tindakan yang tidak
variable posisi semi membutuhkan biaya
fowler diuji dengan dan waktu yang
uji paired t banyak.
– test didapatkan - Memberikan manfaat
signifikansi sebesar p yang banyak dan lebih
= 0.000 (p<0,005), mudah dalam
terdapat penurunan tindakannya.
sesak
nafas sebelum dan
sesudah diberikan
posisi semi fowler .
Posisi
a. Berdasarkan kelompok
Orthopnea
a. Desain penelitian: Dalam umur, (Usia 15 – 55
Terhadap
penelitian ini tahun)
Penurunan
menggunakan metode b. Berdasar jenis
Sesak
(pra-exsperimental), kelamin, bahwa jenis
Pada Pasien
merupakan rancangan kelamin laki-laki
Tb Paru
Penelitian yang dengan penurunan
28
digunakan untuk sesak lebih besar dari
mencari hubungan pada perempuan.
sebabakibat dengan Hasil penelitian 10
adanya keterlibatan responden sebagian
peneliti dalam besar yaitu, 7
melakukan manipulasi responden (70%)
terhadap variabel bebas. berjenis kelamin
Desain dalam penelitian lakilaki. Dari data
ini menggunakan demografi sebagia
pendekatan desain (one besar perokok aktif
group pre-post tes c. Berdasarkan hasil
design) penelitian 10
b. Populasi dan sampel: responden penurunan
Populasi dalam sesak pasien TB
penelitian ini Paru sesudah
adalah seluruh pasien diberikan Posisi
TB Paru yang ada di Orthopnea,
Ruang Puspa Indah setengahnya yaitu 5
RSUD Nganjuk responden (50%)
memiliki sesak
c. Besar sample: sedang. Dari 10
sebanyak 15 orang dan responden, 1
digunakan teknik responden perempuan
sampling Purposive memiliki respirasi
Sampling. rate 24x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea, 5
responden 4 laki-laki
dan 1 perempuan
memiliki rasepirasi
rate 25x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea, 3
responden 2 laki-laki
dan 1 perempuan
29
memiliki respirasi
rate 26x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea, 1
responden laki-laki
memiliki respirasi
rate 27x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea.
d. Berdasarkan hasil
penelitian
didapatkan Hasil uji
wilcoxon p value =
0,025 ≤ a = (0,05) Ha
diterima dan H0
ditolak, yang artinya
ada Pengaruh Posisi
Orthopnea Terhadap
Penurunan Sesak
pada Pasien TB Paru
di Ruang Puspa
Indah RSUD
Nganjuk.
d. Diskusi
1. Posisi Semi Fowler Terhadap Respiratory Rate Untuk
Menurunkan Sesak Pada Pasien Tb Paru
Kelebihan :
- Mudah di peragakan
- Memberikan manfaat yang banyak dan lebih mudah dalam
mengaplikasikannya
30
- Tanpa Biaya
- Dapat menurunkan sesak nafas
Kekurangan :
Di antara kelemahan posisi semi-Fowler yaitu bisa terjadi hipotensi postural, di
mana ada penurunan pengembalian darah ke jantung (situasi yang dapat
dihindari dengan secara bertahap mengubah posisi pasien). Perfusi otak juga
menurun dan mungkin ada risiko emboli vena, terutama kranial. Kemudian
juga bahwa penggunaan nitro oksida harus dihindari dengan pasien dalam
posisi ini, karena meningkatkan ukuran gelembung jika emboli udara vena
terjadi.
Kekurangan :
e. Kesimpulan
1. Ada pengaruh posisi semi fowler terhadap penurunan sesak nafas
pasien TB paru,
2. Ad pengaruh posisi orthopnea terhadap penurunan sesak nafas pasien TB
paru.
3. Ditemukan perbedaan efektifitas posisi semi fowler dan posisi orthopnea
terhadap penurunan sesak nafas pasien TB paru. Pengaturan posisi yang
31
tepat dan nyaman padea pasien adalah sangat penting terutama pasien yang
mengalami sesak nafas, hasil peneletian ini menunjukan bahwa posisi semi
fowler lebih nyman dan lebih mudah di pahami oleh responden.
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman TB menyerang paru-
paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri TB
ditularkan melalui droplet. Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru,
32
tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan
dari percikan ludah yang dikeluarkan penderita TBC, ketika berbicara, batuk,
atau bersin.
Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya
rendah, misalnya penderita HIV. TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan
dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit
menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai
dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum
beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu
umumnya berupa: Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol.
Pencegahan TBC sendiri yaitu mengenakan masker saat berada di tempat
ramai, tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, tidak membuang dahak
atau meludah sembarangan.
B. Saran
Sebaiknya perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit TBC agar dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilakukan dengan baik dan benar.
33
34
35
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Infodatin Tuberkulosis. Usat Data Dan Informas
Kementerian Kesehatan RI, 1.
https://www.depkes.go.id/article/view/18030500005/waspadai
National Institute for Health and Care Excellence (NICE) : Tuberculosis Patways.
Diakses pada tanggal 20 April 2015.
36
37