Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KASUS DAN ANALISIS JURNAL

PEMBERIAN POSISI PADA PENDERITA


TB PARU MILIER DI RUANG DAHLIA
RSUD ULIN BANJARMASIN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Medikal Bedah


PEMBIMBING
CT: Era Widia Sari, Ns., M.Kep
CI : Murjani, Ns., M.Kep

Nama Kelompok :

Annisa 2014901210103
Dwie AnggiaWulandari 2014901210104
Dessy Ana Anggraini 2014901210146

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2021

1
DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................
DAFTAR IS..............................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasae Teori....................................................................................2
B. Asuhan Keperawatan..................................................................................6
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian...................................................................................................9
B. Analisa Data................................................................................................18
C. Diangnosa Keperawatan ...........................................................................18
D. Perencanaan Keperawatan ......................................................................19
E. Implementasi Keperawatan......................................................................21
F. Evaluasi Keperawatan...............................................................................22
BAB 4 ANALISIS JURNAL
A. Rumusan Masalah......................................................................................26
B. Metode Penelitian.......................................................................................26
C. Hasil Penelusuran.......................................................................................27
D. Diskusi.........................................................................................................31
E. Kesimpulan.................................................................................................32
BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................33
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA

i
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah suatu penyakit granulomatosa kronis menular yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya mengenai
paru, tetapi mungkin menyerang semua organ atau jaringan di tubuh. Biasanya
bagian tengah granuloma tubercular mengalami microsis perkijuan. Infeksi oleh
Mycobacterium tuberculosis biasanya menimbulkan hipersensitifitas tipe lambat,
yang dapat dideteksi dengan uji tuberculin. Agen infeksius utama,
Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh
dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Brahm, 2012).

Di seluruh dunia, TB paru merupakan penyakit infeksi terbesar nomor 2 penyebab


tingginya angka mortalitas dewasa sementara di Indonesia TB paru menduduki
peringkat 3 dari 10 penyebab kematian dengan proporsi 10% dari mortalitas total.
WHO juga memperkirakan bahwa pada tahun 2002 - 2020, akan ada 1 miliar
orang terinfeksi TB paru, dari jumlah tersebut 5-10 persen akan berkembang
menjadi penyakit, dan 40 persen yang terkena penyakit tersebut akan berakhir
dengan kematian (Priombodo, 2008).

Salah satu dari gejala penyakit TB Paru adalah dyspnea atau yang biasa dikenal
dengan sesak napas yakni perasaan sulit bernapas dan biasanya merupakan gejala
utama dari penyakit kardiopulmonal. Orang yang mengalami sesak napas sering
mengeluh napasnya terasa pendek dan dangkal (Price dan Lorraine, 2005).
Pengaturan posisi pada pasien TB Paru sangat penting terutama untuk
mengurangi gejala sesak napasnya. Pengaturan posisi semi fowler dan orthopnea
perlu diberikan kepada pasien TB Paru.

Sehubungan dengan uraian tersebut peran perawat sangat dibutuhkan untuk


memberikan asuhan keperawatan dalam bentuk pengaturan posisi tidur.
Pengaturan posisi tidur yang tepat pada pasien TB paru dengan gejala sesak napas
sangat penting, maka dengan demikian kelompok tertarik untuk melakukan
analisa kasus dan jurnal terkait tentang efektifitas posisi semi fowler dan posisi
orthopnea terhadap penurunan sesak napas pasien TB paru.

1
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.2 PENGERTIAN
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman TB menyerang paru –
paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri TB
ditularkan melalui droplet yang berasal dari tenggrokan dan paru – paru pada
penderita dengan Acute Respiratory Distress.

Pada orang yang sehat, penyebaran dan infeksi bakteri TB tidak menunjukkan
tanda
dan gejala spesifik, karena tubuh masih memiliki imunitas yang mampu
membuat
dinding pertahanan di dalam tubuh. Sejala pada penderita TB aktif yaitu:
batuk, nyeri
dada, letargi, keringat malam, penurunan berat badan secara drastis, dan
demam tinggi sampai dengan 40C. (WHO, 2014).
Klasifikasi TB menurut WHO dapat dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1. Kategori 1, dengan manifestasi klinis sebagai berikut:
a. kasus BTA positif
b. kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, yaitu:
a. kasus kambuh
b. kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3, yaitu:
a. kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas
b. kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori Satu
4. Kategori 4 yaitu pada penderita TB kronik.

2.3 ETIOLOGI
Penyeyebab dari penyayakit tuberculosis paru adalah mikobakteri yang hanya
dapat dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Pada
penyebarannya, Basil tidak memiliiliki spora sehingga mudah dibasmi dengan
pemanasan, sinar matahari, maupun sinar ultraviolet. Ada dua macam

2
mikobakteri TB yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin dapat
ditemukan dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil
tipe human bisa berada di sputum, droplet, terutama di udara terbuka yang
berasal dari penderita TBC. Seseorang akan rentan terinfeksi TBC bila
menghirup bercak ini. (Wim de Jong et al, 2005).
Cara penularan
a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
b. pada 5aktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.
c. umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama. Eentilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. percikan
dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab.
d. daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
e. faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Risiko penularan
a. Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak.
Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko
penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
b. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
Terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI= sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)
orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
c. ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.
d. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif
menjadi positif.

2.4 PATOFISIOLOGI
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap

3
dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar
ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman. Dalam suasana lembab dan
gelap kuman dapat tahan berhari- hari sampai berbulan-bulan. BCG partikel
infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas
atau paru-paru. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian
baru oleh makrofag. Pebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh
makrofag kewar dari cabang trakea bronchial bersama gerakan silia dalam
sekretnya.

Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh
lainnya. Bila, masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
bagian paru menjadi TB milier. Dari sarang primer akan timbul peradangan
saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah
bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Gejala klinis tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala
respiratorik
dan gejala sistemik.
1. Gejala respiratorik
a. Batuk lebih dari 3-4 minggu
b. Batuk darah
c. Nyeri dada.
2. Gejala sistemik
a. Demam
b. gejala sistemik lain% malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan
menurun.

2.6 PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG


1. kultur sputum : positif untuk mycobacterium tuberculosis
2. Ziehl-Neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat
3. Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa
lalu

4
dan adanya anti bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit
aktif.
4. foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
5. histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.
6. pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati,
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan
satuarasi desigen sekunder terhadap infiltrasi perenkim atau fibrosis,
kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

2.7 PATWAY

5
TUBERCULOSIS MILIER

2.8 DEFINISI
Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk Tuberkulosa paru dengan
terbentuknya granuloma. $ranuloma yang merupakan perkembangan
penyakit dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji ‘milet’
(sejenis gandum), berdiameter 1-2 mm. Tuberkulosis jenis ini bisa terjadi
pada semua golongan umur, namun sebagian besar penderita berumur
kurang dari 4 tahun.

Beberapa bulan setelah terbentuknya komplek primer, basil tuberkulosis


menyebar keseluruh tubuh. Pada Tuberkulosis Milier, terjadi penyebaran
hematogen ke seluruh tubuh. Penyebaran ini menyebabkan orang menjadi
sakit. Penyebaran bakteri pada TB Milier lebih lambat dari jenis TB
lainnya. Dmumnya Tuberkulosis Milier terjadi dalam waktu 5 tahun
setelah infeksi primer.

2.9 PATOGENESIS
Pada anak dan orang dewasa, Tuberkulosis Milier terjadi bila fokus di
paru pecah dan masuk ke dalam arteri atau vena sehingga terjadi
bakterimia. kuman penyebab penyakit kronis seperti tuberkulosa ini
sering menyebabkan berbagai macam reaksi imunologi, yang akibatnya
bisa lebih parah dari pada akibat erosif kuman. dalam hal
tuberkulosis terbentuk granuloma-granuloma yang berbatas tegas oleh
sifat kronis penyakit tuberkulosis dan reaksi imunologik penderita.
Apabila bakteri pirogen memasuki pembuluh darah, artinya terjadi
septisemia. Maka reaksi antara septisemia dan reaksi imunologik ini
menentukan apakah nantinya tanda dan gejala penyakit akan menjadi
ringan atau berat. Begitu pula dengan prognosisnya baik atau buruk, serta
apakah penyebaran basil tuberkulosis terkendali atau tidak.

2.10 GAMBARAN KLINIS


Gejala TBC Milier timbul perlahan/lahan dan sifatnya tidak spesifik.
Gejala bisa berupa : febris, letargi, keringat malam, nafsu makan
berkurang, dan berat badan menurun. febris yang bersifat turun naik
sampai 40C dan berlangsung lama adalah gejala yang paling sering

6
dijumpai. Di negara berkembang TB milier harus dicurigai, bila setelah
menderita campak, batuk rejan atau infeksi interkuren lainnya, anak sakit-
sakitan dan berat badanya menurun. Walaupun terdapat febris, penderita
TB Milier biasanya tidak tampak sakit berat.

Batuk biasanya tidak ada atau ringan saja. Sesak nafas dan sianosis
mungkin dijumpai pada kasus yang berat. Pada pemeriksaan paru sering
tidak didapatkan kelainan. Krepitasi mungkin terdengar
bila anak disuruh bernafas dalam. Limpa biasanya membesar, sedang hepar
tidak selalu. Pemeriksaan funduskopi mata sering menunjukkan gejala
patognomonik pada sebagian besar kasus, yaitu ditemukannya tuberkel
koroid. Dan pada sebagian penderita bisa ditemukan tanda-tanda
meningitis.

2.11 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
3. Nyeri
4. Hipertermi
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

No Diagnosa Keprawatan NOC NIC


1. Nyeri Nyeri berkurang/ - Pemijatan
teratasi - Mengatur posisi
- Teknik relaksasi
2. Gangguan Pertukaran Respon Ventilasi - Manajemen jalan
Gas Mekanik :Dewasa, napas
Stasus Pernapasan : - Ventilasi mekanik
Pertukaran gas - Terapi oksigen
- Pemantauan tanda-
tanda vital
3. Ketidakefektifan Mengeluarkan sputum, - Batuk efektif
Bersihan Jalan Napas jalan nafas tetap paten - Posisi semipowler
- Mobilisasi untuk
memfasilitasi
ekspansi dada dan

7
ventilasi
4. Ketidak seimbangan Nutrisi terpenuhi, Berat - Tentukan makanan
nutrisi kurang dari badan meningkat kesukaan
kebutuhan tubuh - Timbang berat badan
- Tentukan target berat
badan
5. Hipertermi Termoregulasi dalam - Kompres hangat
batas normal (36,5 0C - - Regulasi suhu tubuh
370C) - Kaji TTV

8
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jum’at/04 Juni 2021
Ruangan : Dahlia (Paru)
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 59 thn
Alamat : Jl. Tembus Mantuil
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ojek
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Tanggal Masuk RS : 29 Mei 2021
Tanggal Pengkajian : 04 Juni 2021
Diagnosa Medis : TB Paru Milier on terapi + Covid-19 2 kali
No. RM :

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. Y
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Tembus Mantuil
Hubungan dengan klien : Anak

A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasa saat pengkajian hari Kamis, 03 Juni 2021. Klien mengeluh sesak
nafas, klien mengeluh tidak nafsu makan, klien mengatakan sulit tidur.

2. Riwayat Kesehatan /penyakit sekarang


Anak klien mengatakan klien sebelumnya pada bulan Januari sempat di
rawat di RS Suaka Insan dengan keluhan sesak nafas dan dinyatakan
positif Covid-19 lalu dipindahkan ke RSUD Ulin Banjarmasin. Selanjutnya
di rawat di ruang mawar ±14 hari dan setelah dinyatakan sembuh klien
pulang ke rumah. Namun saat bulan Mei kemarin klien kembali sesak
nafas dan nyeri pinggang lalu di bawa ke RS Sultan Suriansyah di sana
klien diberitahukan menderita penyakit TB Paru Milier dan mendapatkan
OAT kategori I. Klien sempat rawat inap di sana selama 3 hari sebelum
akhirnya kembali dinyatakan positif Covid-19 untuk yang kedua kalinya,
lalu klien dipindahkan ke RSUD Ulin Banjarmasin dan kembali di rawat di
ruang mawar selama ± 25 hari dan setelah dinyatakan negatif Covid-19
klien pun dipindahkan ke ruang Dahlia.

9
3. Riwayat Kesehatan/penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelum menderita TB Paru Milier dan positif Covid-
19, klien belum pernah menderita penyakit seperti yang klien derita saat ini
atau penyakit lainnya. klien juga sebelumnya tidak pernah menjalani
operasi. Klien mengatakan sudah merokok sejak ± 30 tahun yang lalu dan
biasanya menghabiskan 12 batang rokok dalam sehari.

4. Riwayat Kesehatan/Penyakit Keluarga


Klien mengatakan di kelurga tidak ada yang memiliki penyakit TB Paru
Milier atau Positif Covid-19 seperti klien derita saat ini, ataupun penyakit
keturunan lainnya seperti alergi, asma, penyakit jantung, stroke, anemia,
hemopilia, arthritis, migrain, DM, kanker dan gangguan emosional.
Genogram:

X X

Keterangan:

: Laki-laki : Garis perkawinan

: Perempuan X : Meninggal

: Klien : Garis Keturunan

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 112 x/mnt
Suhu : 36,4 ºC
RR : 28x/mnt
SPO2 : 97%
Tingkat kesadaran klien:
Eye : 4 (membuka mata spontan)
Verbal : 5 (berorientasi dengan baik)

10
Motorik : 6 (dapat mengikuti perintah
GCS: : 4, V: 5, M: 6 = 15 (Compos Mentis)

Antropometri sebelum masuk RS Sekarang masuk RS


TB: 172cm TB: 172 cm
BB: 80 kg BB: 61 kg
BBI= (TB-100) ± 10%
(172-100) ± 10%
72 +8,0 = 80
72-8,0 = 64
Jadi, BBI klien kisaran 64 kg sampai dengan 80 kg.

- Klien tampak lemas


- Klien tampak sesak nafas
- Klien tampak tidak dapat menghabiskan makanannya

2. Kulit
Kulit klien tampak berwarna sawo matang, keadaan umum klien baik, kulit
klien tampak cukup bersih, kulit klien cukup lembab, tidak tampak adanya
ulkus/luka, turgor kulit klien kembali dalam waktu kurang dari 1 detik dan
tidak tampak adanya bentuk kelainan pada kulit klien.

3. Kepala dan leher


Keadaan umum kepala baik, kepala simetris, tidak ada kelainan pada
kepala klien. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
kelenjar limfa, tidak ada tumor, tidak ada pelebaran vena jugularis, klien
tidak mengalami keterbatasan gerak ditandai dengan klien dapat menoleh
ke kiri dan ke kanan atas serta bawah.

4. Penglihatan dan Mata


Kelopak mata, buku mata, alis dan lipatan epikantus dengan ujung atas
telinga normal, Visus mata 6/6 (baik), klien dapat membaca papan nama
perawatdari jarak 1 meter, konjungtiva terlihat anemis, sklera klien normal,
klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

5. Penciuman dan hidung


Kebersihan hidung cukup baik, hidung klien tampak simetris, tidak ada
perih, sekret ataupun mimisan yang menghalangi penciuman klien, klien
tampak sesak, klien tampak memakai alat bantu pernafasan nasal kanul 3
lpm, fungsi sistem penciuman klien baik, tidak tampak adanya kelainan
bentuk dan kelainan lainnya pada hidung klien.

6. Pendengaran dan telinga


Keadaan daun telinga normal, klien mengatakan tidak pernah menjalani
operasi pada telinganya, fungsi pendengaran klien normal, klien tidak
terlihat menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada kelainan bentuk
dan gangguan lainnya pada telinga klien.

7. Mulut dan gigi


Bentuk mulut simetris, tidak tampak adanya palatoskizis, jumlah gigi klien
lengkap, klien tidak memiliki gangguan menelan, klien tidak mengalami

11
peradangan pada mulut, tidak ada kelainan bentuk dan gangguan lainnya
pada mulut dan gigi klien.

8. Dada, Pernafasan dan sirkulasi


Jantung:
- Sirkulasi: pada ujung-ujung jari tidak terdapat luka, bibir terlihat
kering.
- Inspeksi: ictus cordis di ics 4 dan 5
- Palpasi : nadi reguler, ictus cordis teraba dan terlihat di ics 4 dan 5
- Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
- Auskultasi: bunyi jantung S1 dan S2 tunggal (lup-dup), tidak terdapat
bunyi tambahan lain.

Paru-paru:
Inspeksi:
- Perkembangan dada klien tampak simetris antara kiri dan kanan
- Tampak adanya otot bantu pernapasan
- Frekuensi nafas 28x/mnt
- Tidak ada lesi dan sikatrik
Palpasi:
- Dada simetris antara kiri dan kanan
- Tidak ada benjolan
- Tidak terdapat nyeri tekan pada dada
Perkusi: terdengar bunyi redup
Auskultasi: suara nafas klien terdengar ronchi

9. Abdomen
- Inspeksi: tidak terdapat massa pada abdomen klien, tidak terdapat asites
dan warna kulit klien sawo matang.
- Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan pada abdomen klien dan tidak
terdapat benjolan.
- Perkusi: terdengar bunyi timpani
- Auskultasi: bising usus normal 13x/mnt.

10. Genetalia dan reproduksi


Klien berjenis kelamin laki-laki, klien sudah menikah, klien memiliki 4
orang anak, 1 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, klien mengatakan tidak
ada gangguan maupun keluhan pada sistem reproduksinya.

11. Ekstrimitas atas dan bawah


Struktur ekstremitas atas dan bawah klien simetris, klien tampak dibantu
keluarganya saat berjalan menuju kamar mandi, klien terpasang infus NS
20 tpm di tangan kirinya, tidak ada kelaianan tulang atau sendi.
Skala kekuatan otot:
Skala otot:

D 4444 4444 S

4444 4444
Keterangan:
0: Tidak ada gerakan
1: Sedikit kontraksi

12
2: Bisa bergerak tetapi tidak bisa melawan gravitasi
3: Bisa melawan gravitasi tapi tidak lama
4: Bisa melawan gravitasi
5: Melawan penuh gravitasi dan beban

C. KEBUTUHAN FISIK, PSKOLOGI, SOSIAL DAN SPRITUAL


1. Aktivitas dan istirahat (di rumah/sebelum sakit dan di rumah
sakit/saat sakit)
Di Rumah : Klien melakukan seluruh aktivitas sehari-harinya sendiri. Saat
siang klien tidur selama 2-3 jam. Sedangkan malam hari sekitar 7-8 jam.
Di RS : klien tampak dibantu keluarganya saat berjalan menuju kamar
mandi, selama di rumah sakit klien mengatakan jarang tidur siang dan tidur
di malam hari sekitar 3-4 jam. Klien mengatakan sulit tidur.
Skala aktivitas:
Skala aktivitas klien 2.
Keterangan:
0: mandiri
1: memerlukan penggunaan alat
2: memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3: memerlukan bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan.
4: ketergantungan total

2. Personal hygiene
Di rumah : Klien mengatakan di rumah mandi sebanyak 2x sehari secara
mandiri, klien mengatakan cukup sering mencuci rambutnya, klien
mengatakan di rumah biasanya dia sikat gigi 2x sehari. Klien mengatakan
di rumah biasanya dia sikat gigi 2x sehari.
Di RS : Klien mandi 1x sehari dengan dibantu keluarga selama di rumah
sakit, beberapa hari sekali baru keramas, gosok gigi 1x sehari.

3. Nutrisi
Di rumah : Klien makan nasi, sayur beserta lauk pauk, klien makan 3x
sehari. Makanan kesukaan klien adalah ikan goreng. Untuk makanan
pantangan klien mengatakan tidak ada.
Di RS : Klien makan 3x sehari, klien mengeluh tidak nafsu makan, klien
mengatakan hanya mampu menghabiskan 2 sendok dari makanannya, klien
diberikan diet BBTKTP.

4. Eliminasi
Di rumah : Klien mengatakan biasanya BAB 1x sehari dan BAK 5-6x
sehari secara teratur. Konsentrasi BAB lembek dan coklat kekuningan.
Konsentrasi BAK berwarna kekuningan. Klien mengatakan tidak
mengalami kesulitan dalam BAB maupun BAK.
Di RS : Klien mengatakan tidak ada perubahan pada pola BAB dan BAK
selama di rumah sakit.

5. Seksualitas
Klien berjenis kelamin laki-laki, klien sudah menikah, klien memiliki 4
orang anak, 1 anak laki-laki dan 3 anak perempuan, klien mengatakan tidak
ada keluhan pada seksualitas.

6. Psikososial
Keadaan psikologis klien baik, klien dapat menerima tentang penyakit

13
yang saat ini klien rasakan dan berharap bisa segera sembuh. Anak klien
mengatakan klien selalu bersosialisasi dengan lingkungan sekitar seperti
berkumpul dengan keluarga dan tetangga pada sore hari ketika sebelum
sakit.

7. Spritual
Klien beragama Islam dan sebelum sakit selalu melaksanakan sholat 5
waktu. Selama di rumah sakit klien tidak sholat dan hanya berdoa untuk
kesembuhannya.

D. DATA FOKUS
Data subyektif :
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengeluh tidak nafsu makan
- Klien mengatakan sulit tidur.
- Klien mengatakan hanya mampu menghabiskan 2 sendok dari
makanannya.
- Selama di rumah sakit klien mengatakan jarang tidur siang dan tidur di
malam hari sekitar 3-4 jam.

Data objektif :
1. Inspeksi:

- Klien tampak lemas


- Klien tampak sesak nafas
- Klien tampak tidak dapat menghabiskan makanannya
- Klien tampak memakai alat bantu pernafasan nasal kanul 3 lpm,
- Tampak adanya otot bantu pernapasan
- Konjungtiva klien tampak anemis
2. Palpasi:

- Tidak terdapat nyeri tekan pada dada


- Tidak terdapat massa pada abdomen klien
3. Perkusi:
Paru-paru:
- Terdengar bunyi redup
4. Auskultasi:
Paru-paru:
- Suara nafas klien terdengar ronchi

Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 112 x/mnt
Suhu : 36,4 ºC
RR : 28x/mnt
SPO2 : 97%

Antropometri sebelum masuk RS Sekarang masuk RS


TB: 172cm TB: 172 cm
BB: 80 kg BB: 61 kg
BBI= (TB-100) ± 10%

14
(172-100) ± 10%
72 +8,0 = 80
72-8,0 = 64
Jadi, BBI klien kisaran 64 kg sampai dengan 80 kg.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan: 03 Juni 2021
- Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Asam Urat 11.0 3.5-7.2
Calsium 10.2 8.4-10.0

Tanggal Pemeriksaan: 04 Juni 2021


-     Laboratorium:

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 11.0 14.0-18.0

Eritrosit 3.75 4.10-6.00

Hematokrit 33.6 42.0-52.0

RDW-CV 14.3 12.1-14.0

MCHC 32.7 33.0-37.0

Eosinofil% 4.7 1.0-3.0

Limfosit% 8.3 20.0-40.0

Monosit% 10.4 2.0-8.0

Neutrofil# 7.26 2.50-7.00

Limfosit# 0.79 1.25-4.00

Bilirubin Indirek 0.10 0.20-0.80

15
Tanggal Pemeriksaan: 24 Mei 2021
- Foto Thorax:

Hasil:
a) Cor: ukuran dan bentuk normal
b) Pulmo: tampak infiltrate paru bilateral, tak tampak hilus melebar,
corakan bronchovaskuler normal
c) Sinus tajam
d) Diafragma normal

Kesimpulan:

a) Secara radiologic or dala batas normal


b) Masih tampak pneumonia covid bilateral

F. TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)

Nama Kompos Golongan Indikasi/Kontaindikasi Dosis Cara


Obat isi Obat Pemberian
Inf. Ns NaCL Obat keras Indikasi: mengembalikan 20 tpm IV
0.9% keseimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi
Kontraindikasi: kondisi
dimana pemberian natrium
klorida dapat
membahayakan, gagal
jantung kongestif
Inj. Omepra Obat keras Indikasi: mengobati 40 mg/16 IV
Omepraz zole 40 masalah perut tertentu dan jam
ole mg kerongkongan, sindrom

16
zollinger-ellison.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
omeprazole, pasien yang
sedang mengkonsumsi
obat-obatan yang
mengandung rilpivirine,
netfinavir, atazanavir
Inj. Meropen Obat resep Indikasi: untuk menangani 1 gr/8 jam IV
Meropen em 1 gr berbagai penyakit infeksi
em bakteri, seperti meningitis,
infeksi kulit yang parah,
infeksi organ dan lapisan
perut atau infeksi saluran
pernapasan
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
meropenem
Obat Rifampi Obat keras Indikasi: untuk mengobati 4 tablet/24 Oral
4FDC cin 150 penyakit tuberculosis dan jam
mg, INH infeksi oleh bakteri
75 mg, mycobacterium
pyrazina oportunistik tertentu
mide Kontraindikasi:
400 mg, hipersensitif terhadap
ethambu kandungan dalam obat
tol HCI 4FDC
275 mg
Obat Zinc Obat bebas Indikasi: untuk membantu 20 mg/24 Oral
Zinc sulfate memperkuat sistem jam
20 mg kekebalan tubuh dan
mengatasi defisiensi zinc
pada kasus diare
Kontraindikasi: hindari
penggunaan pada penderita
dengan defisiensi tembaga
(copper)
obat Vitamin Obat bebas Indikasi: bermanfaat untuk 5000 IU/24 Oral
vitamin D3 pembentukan tulang, jam
D (chlolec menjaga kesehatan
alciferol jantung, otak dan otot
) 1000 Kontraindikasi: kadar
IU kalsium tinggi dalam
darah, kelebihan vitamin
D, alergi terhadap vitamin
D
Obat Codein Obat resep Indikasi: meredakan nyeri 10 mg/8 jam Oral
Codein fosfat 10 Kontraindikasi: anak-anak,
mg pasca operasi tonsilektomi
dan adenoidektomi
Obat Allopuri Obat resep Indikasi: mencegah 100 mg/16 Oral
allopurin nol 100 pengendapan asam urat jam
ol mg dan kalsium fosfat

17
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
allopurinol, serangan asam
urat akut
Obat Paraceta Obat bebas Indikasi: meredakan nyeri 500 mg/8 Oral
Paraseta mol 500 ringan hingga sedang jam
mol mg Kontraindikasi:
hipersensitif/alergi
terhadap paracetamol

B. Analisa Data

N Tanggal/ Data Fokus Etiologi Problem


o Jam
1 04 Juni DS: Hiperventilasi Ketidakefektifan
2021/ - Klien mengeluh sesak nafas pola napas
09:00 DO: (00032)
- Klien tampak sesak nafas
- Klien tampak memakai alat bantu
pernafasan nasal kanul 3 lpm,
- Tampak adanya otot bantu
pernapasan
- Suara nafas klien terdengar ronchi
- RR : 28x/mnt
- SPO2 : 97%
- Hasil foto thorax: Masih tampak
pneumonia covid bilateral

2 04 Juni DS: Faktor biologis Ketidakseimbangan


2021/ - Klien mengeluh tidak nafsu makan nutrisi: kurang dari
09:10 - Klien mengatakan hanya mampu kebutuhan tubuh
menghabiskan 2 sendok dari (00002)
makanannya.
DO:
- Klien tampak tidak dapat
menghabiskan makanannya
- BB klien sebelum masuk RS: 80
kg
- BB klien di RS: 61 kg

3 04 Juni DS: Kendala lingkungan Gangguan pola tidur


2021/ - Klien mengatakan sulit tidur (sesak) (00198)
09:20 - Selama di rumah sakit klien
mengatakan jarang tidur siang dan
tidur di malam hari sekitar 3-4
jam.
DO:
- Klien tampak lemas
- Konjungtiva klien tampak anemis

C. Diagnosa keperawatan

18
1. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
3. Gangguan pola tidur b.d kendala lingkungan (sesak)

D. Perencanaan Keperawatan

N No Diagnosa Nursing Outcome Nursing Intervention Rasional


o Diagno
sa
Kepera
watan
1 (00032) Ketidakef Tujuan: 1. Kaji frekuensi, 1. Untuk
ektifan kedalaman pernapasan mengetahui
Setelah dilakukn tindakan
pola dan ekspansi dada. frekuensi dan
napas b.d
keperawatan 3x24 jam kedalaman
hipervent pernapasan
diharapkan pola napas
ilasi karena
klien efektif. kedalaman
pernapasan
Kriteria Hasil:
bervariasi
1. Klien mengungkapkan tergantung
derajat gagal
sesak berkurang atau
napas.
tidak sesak 2. Auskultasi bunyi napas, 2. Perubahan bunyi
dan catat adanya bunyi napas
2. Respirasi dalam batas
napas tambahan. menunjukkan
normal obstruksi
sekunder.
3. Tidak menggunakan otot
3. Berikan pada klien 3. Posisi setengah
posisi semi fowler. duduk
memungkinkan
ekspansi paru
dan
mempermudah
pernapasan
4. Berikan posisi 4. Posisi duduk
orthopnea tinggi dapat
membantu
pengembangan
rongga dada
5. Kolaborasi dalam 5. Memaksimalkan
pemberian oksigen pernapasan dan
tambahan. menurunkan
kerja napas.
2 (00002) Ketidaks Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji pola makan klien 1. Mengetahui
eimbanga keperawatan 3x24 jam kekurangan
n nutrisi: terjadi peningkatan status nutrisi klien
kurang nutrisi. 2. Kaji kebiasaan makan 2. Membantu
dari Kriteria Hasil: klien dan makanan meningkatkan
kebutuha 1. Mengkonsumsi nutrisi kesukaannya nafsu makan
n tubuh yang adekuat klien

19
b.d faktor 2. Identifikasi kebutuhan 3. Monitor penurunan dan 3. membantu
biologis nutrisi peningkatan BB mengetahui
3. Bebas dari tanda status nutrisi
malnutrisi. klien
4. Monitor intake kalori 4. Mengetahui
dan gizi intake kalori dan
gizi klien
5. Kolaborasi dengan ahli 5. Membantu
gizi tentang kebutuhan memaksimalkan
kalori dan tipe makanan pemenuhan gizi
yang dibutuhkan klien
3 (00198) Ganggua Tujuan:: 1. Determinasi efek-efek 1. Mengetahui ada
n pola Setelah dilakukan tindakan efek-efek
medikasi terhadap pola
tidur b.d keperawatan 1x24 jam medikasi pada
kendala klien diharapkan gangguan tidur pasien
lingkung pola tidur klien bisa
2. Jelaskan pentingnya
an teratasi 2. Mempermudah
(sesak) Kriteria hasil : tidur yang adekuat pemahaman klien
1. Jumlah jam tidur dalam tentang pola tidur
3. Ciptakan lingkungan
3. Untuk
batas normal 6-8
yang nyaman meningkatkan
jam/hari kenyamanan
tidur yang
2. Pola tidur, kualitas
optimal
dalam batas normal 4. Untuk
4. Diskusikan dengan
mempermudah
3. Mampu
pasien dan keluarga mengetahui
mengidentifikasihal-hal teknik tidur yang
tentang teknik tidur
optimal
yang meningkatkan tidur
pasien
5. Memberikan
5. Anjurkan berdoa,
ketenangan
berdzikir sebelum tidur
sesuai agama yang
dianut
6. Posisi yang
6. Anjurkan mengambil
nyaman
posisi yang nyaman membuat pasien
tidur menjadi
untuk tidur
nyenyak

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari /Tanggal: Jum’at, 04 Juni 2021

20
N Jam Nomor Tindakan Evaluasi Tindakan Paraf
o Tindakan Diagnosa
NANDA
1 10:30 (00032) 1. Mengkaji frekuensi, 1. RR: 27x/mnt, SPO2:
kedalaman pernapasan dan 97%, klien tampak
ekspansi dada. masih sesak nafas, klien
10:35 masih tampak
menggunakan otot
10:45 bantu pernapasan
2. Mengauskultasi bunyi napas, 2. Suara nafas klien masih
10:50 dan catat adanya bunyi napas terdengar ronchi
tambahan.
3. Memberikan pada klien 3. Klien mengatakan
10:55 posisi semi fowler. merasa nyaman dalam
posisi semi-fowler
4. Memberikan posisi 4. Klien mengatakan
orthopnea kurang nyaman dalam
posisi orthopnea karena
pinggangnya yang sakit
5. Berkolaborasi dalam 5. Klien tampak masih
pemberian oksigen memakai alat bantu
tambahan. pernafasan nasal kanul
3 lpm
2 11:00 (00002) 1. Mengkaji pola makan klien 1. Klien mengatakan
11:05 2. Mengkaji kebiasaan makan hanya mampu
klien dan makanan menghabiskan 2 sendok
kesukaannya dari makanannya.
2. Klien mengatakan tidak
11:10 memiliki kebiasaan saat
makan dan tidak
pemilih dalam makanan
3. BB klien: 61 kg, klien
11:15 3. Memonitor penurunan dan tidak mengalami
peningkatan BB peningkatan ataupun
penurunan berat badan
selama di rumah sakit
4. Klien diberikan diet
4. Berkolaborasi dengan ahli BBTKTP.
gizi tentang kebutuhan kalori
dan tipe makanan yang
dibutuhkan
3 11:20 (00198) 1. Menjelaskan pentingnya 1. Klien tampak mulai
mengerti tentang
tidur yang adekuat
penjelasan perawat
akan pentingnya tidur
11:25 yang adekuat

2. Menciptakan lingkungan 2. Meminta kleuarga klien


agar membuat
yang nyaman
lingkungan disekeliling
11:30 klien tetap tenang untuk
membantu
meningkatkan rasa

21
nyaman klien
11:35

3. Mendiskusikan dengan 3. Klien mengatakan


11:40 merasa nyaman tidur
pasien dan keluarga tentang
telentang dengan bed di
teknik tidur pasien daerah kepala sedikit di
tinggikan

4. Menganjurkan berdoa, 4. Klien tampak mengerti


dan mau mengikuti
berdzikir sebelum tidur
saran yang perawat
sesuai agama yang dianut berikan
5. Klien tampak
5. Menganjurkan mengambil
mengambil posisi
posisi yang nyaman untuk berbaring telentang
dengan bed di daerah
tidur
kepala sedikit di
tinggikan

F. EVALUASI KEPERAWATAN (CATATAN PERKEMBANGAN/SOAP)


Hari /Tanggal: Jum’at, 04 Juni 2021
N Jam Nomor Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Paraf
o Evaluas Daignosa (S) (O) (A) Selanjutnya (P)
i NANDA
1 13:30 (00032) - Klien mengeluh - Klien masih Masalah belum 1. Mengkaji
masih sesak tampak sesak teratasi frekuensi,
nafas nafas kedalaman
- Klien - Klien masih pernapasan dan
mengatakan tampak ekspansi dada.
merasa lebih menggunakan 2. Mengauskultasi
nyaman dengan otot bunyi napas,
posisi setengah pernapasan dan catat
duduk - Klien masih adanya bunyi
tampak napas
memakai alat tambahan.
bantu 3. Memberikan
pernafasan pada klien
nasal kanul 3 posisi semi
lpm fowler.
- Perkusi paru- 4. Berkolaborasi
paru: terdengar dalam
bunyi redup pemberian
- Suara nafas oksigen
klien terdengar tambahan.
ronchi
- SPO2: 98%
- RR: 25x/mnt
2 13:40 (00002) - Klien - Klien tampak Masalah belum 1. Mengkaji pola
mengeluh tidak dapat teratasi makan klien
masih tidak menghabiskan 2. Mengkaji
nafsu makan makanannya kebiasaan

22
- Klien - BB klien: 61 makan klien
mengatakan kg dan makanan
hanya mampu - Klien asih kesukaannya
menghabiskan tampak 3. Memonitor
3 sendok dari diberikan diet penurunan dan
makanannya. BBTKTP. peningkatan BB
4. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang
kebutuhan
kalori dan tipe
makanan yang
dibutuhkan
3 13:50 (00198) - Klien - Klien masih Masalah belum 1. Menjelaskan
mengatakan tampak lemas teratasi pentingnya
masih sulit - Konjungtiva tidur yang
tidur klien masih adekuat
- Klien tampak anemis 2. Menciptakan
mengatakan lingkungan
masih tidak yang nyaman
bisa tidur 3. Mendiskusikan
siang dengan pasien
dan keluarga
tentang teknik
tidur pasien
4. Menganjurkan
berdoa,
berdzikir
sebelum tidur
sesuai agama
yang dianut
5. Menganjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
untuk tidur

Hari /Tanggal: Sabtu, 05 Juni 2021


N Jam Nomor Respon Subjektif Respon Objektif Analisis Masalah Perencanaan Paraf
o Evaluas Daignosa (S) (O) (A) Selanjutnya (P)
i NANDA
1 09:10 (00032) - Klien mengeluh - Klien masih Masalah belum 1. Mengkaji
masih sesak tampak sesak teratasi frekuensi,

23
nafas nafas kedalaman
- Klien - Klien masih pernapasan dan
mengatakan tampak ekspansi dada.
merasa lebih menggunakan 2. Mengauskultasi
nyaman dengan otot bunyi napas,
posisi setengah pernapasan dan catat
duduk - Klien masih adanya bunyi
tampak napas
memakai alat tambahan.
bantu 3. Memberikan
pernafasan pada klien
nasal kanul 3 posisi semi
lpm fowler.
- Perkusi paru- 4. Berkolaborasi
paru: terdengar dalam
bunyi redup pemberian
- Suara nafas oksigen
klien terdengar tambahan.
ronchi
- SPO2: 98%
- RR: 26x/mnt
2 09:20 (00002) - Klien - Klien tampak Masalah belum 1. Mengkaji pola
mengeluh tidak dapat teratasi makan klien
masih tidak menghabiskan 2. Mengkaji
nafsu makan makanannya kebiasaan
- Klien - BB klien: 61 makan klien
mengatakan kg dan makanan
hanya mampu - Klien asih kesukaannya
menghabiskan tampak 3. Memonitor
3 sendok dari diberikan diet penurunan dan
makanannya. BBTKTP. peningkatan BB
4. Berkolaborasi
dengan ahli gizi
tentang
kebutuhan
kalori dan tipe
makanan yang
dibutuhkan
3 09:30 (00198) - Klien - Klien tampak Masalah belum 1. Menjelaskan
mengatakan masih lemas teratasi pentingnya
masih sulit - Konjungtiva tidur yang
tidur klien masih adekuat
- Klien tampak anemis 2. Menciptakan
mengatakan lingkungan
masih tidak yang nyaman
bisa tidur 3. Mendiskusikan
siang dan tidur dengan pasien
di malam hari dan keluarga
sekitar 3-4 jam tentang teknik
tidur pasien
4. Menganjurkan
berdoa,
berdzikir

24
sebelum tidur
sesuai agama
yang dianut
5. Menganjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
untuk tidur

BAB 4

ANALISA JURNAL

1. Rumusan Masalah

25
Mana yang lebih efektif pemberian posisi semi fowler dan posisi orthopnea untuk
menurunkan sesak ?

(Patient, Population or
Menurunkan sesak nafas pada penderita TB Paru
problem)

Posisi Semi Fowler Terhadap Respiratory Rate Untuk


(Intervention)
Menurunkan Sesak Pada Pasien Tb Paru

(Comparasion or Pengaruh Posisi Orthopnea Terhadap Penurunan Sesak


Intervention) Pada Pasien Tb Paru

(Outcome) Sesak berkurang (respirasi dalam batas normal 12-20x/m)

2. Metode penelusuran bukti


a. Jurnal pertama
- Judul : Posisi Semi Fowler Terhadap Respiratory Rate Untuk
Menurunkan Sesak Pada Pasien Tb Paru
- Alamat jurnal : Jurnal Keperawatan Silampari, Akademi
Keperawatan Pelni Jakarta. Volume 3, Nomor 2, Juni 2020
- e-ISSN:2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
- Waktu penelitian : Tahun 2020
b. Jurnal Kedua
- Judul : Pengaruh Posisi Orthopnea Terhadap Penurunan Sesak
Pada Pasien Tb Paru
- Alamat Jurnal : Jurnal Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk.
Vol. 1 No. 2 Juli 2019. e-journal.stikessatriabhakti.ac.id
- ISSN : 137-147
- Waktu penelitian : Tahun 2019

c. Hasil Penelusuran
No JudulJurnal Validity Important Applicable
1. Posisi Semi a. Desain rancangan a. Berdasarkan - Tindakan yang tidak
Fowler penelitian yang kelompok umur membutuhkan biaya
Terhadap digunakan yaitu pre dan sebagian besar 15-50 dan waktu yang
Respiratory post test group design, tahun. banyak.

26
Rate Untuk jumlah frekuensi b. Berdasar jenis - Memberikan manfaat
Menurunkan pernafasan sesudah kelamin, responden yang banyak dan lebih
Sesak Pada diberikan posisi semi berjenis kelamin laki- mudah dalam
Pasien Tb fowler terhadap laki tindakannya.
Paru perubahan sesak c. Dari hasil analisis
nafas pengaruh pemberian
b. Populasi dan sampel posisi semi fowler
semua penderita TB terhadap menurunnya
paru diruang rawat inap sesak nafas pada
Rumah Sakit Pelni pasien TB Paru,
Jakarta tahun bahwa pasien/subjek
2018 yang diberikan
c. Besar sampel : perlakuan yaitu Hasil
Sampel dalam penelitian penelitian tentang
ini adalah Pasien yang analisis intervensi
sedang dirawat posisi semi fowler
di Rumah Sakit Pelni, terhadap respiratory
Pasien yang bersedia rate untuk
menjadi responden dan menurunkan sesak
mengikuti penelitian, nafas pada pasien TB
Pasien TB paru yang paru di Rumah Sakit
mengalami sesak nafas, Pelni Jakarta
pasien yang kesadaran yang dilakukan
nya baik, Pasien TB selama 3 hari dalam
paru berjenis kelamin 2x pertemuan setiap
laki2 pasien yang bisa harinya, subjek I dan
diajak kerjasama dengan Subjek II
jumlah keseluruhan 22 mengalami
orang. Namun ada 2 penurunan sesak
orang yang dijadikan nafas dengan angka
subjek I dan II dalam respiratory rate
penelitian ini. normal 12 – 20x/mnt
setelah dilakukan
intervensi posisi semi
fowler.

27
d. Dari hasil analisa
menunjukan bahwa
hampir seluruh
penderita mengalami
penurunan sesak
nafas yaitu
15 orang (93,75%),
sedangkan sebagian
kecil pasien tidak
2. mengalami
penurunan sesak
nafas yaitu 1 orang
(6,25%). Untuk - Tindakan yang tidak
variable posisi semi membutuhkan biaya
fowler diuji dengan dan waktu yang
uji paired t banyak.
– test didapatkan - Memberikan manfaat
signifikansi sebesar p yang banyak dan lebih
= 0.000 (p<0,005), mudah dalam
terdapat penurunan tindakannya.
sesak
nafas sebelum dan
sesudah diberikan
posisi semi fowler .

Posisi
a. Berdasarkan kelompok
Orthopnea
a. Desain penelitian: Dalam umur, (Usia 15 – 55
Terhadap
penelitian ini tahun)
Penurunan
menggunakan metode b. Berdasar jenis
Sesak
(pra-exsperimental), kelamin, bahwa jenis
Pada Pasien
merupakan rancangan kelamin laki-laki
Tb Paru
Penelitian yang dengan penurunan

28
digunakan untuk sesak lebih besar dari
mencari hubungan pada perempuan.
sebabakibat dengan Hasil penelitian 10
adanya keterlibatan responden sebagian
peneliti dalam besar yaitu, 7
melakukan manipulasi responden (70%)
terhadap variabel bebas. berjenis kelamin
Desain dalam penelitian lakilaki. Dari data
ini menggunakan demografi sebagia
pendekatan desain (one besar perokok aktif
group pre-post tes c. Berdasarkan hasil
design) penelitian 10
b. Populasi dan sampel: responden penurunan
Populasi dalam sesak pasien TB
penelitian ini Paru sesudah
adalah seluruh pasien diberikan Posisi
TB Paru yang ada di Orthopnea,
Ruang Puspa Indah setengahnya yaitu 5
RSUD Nganjuk responden (50%)
memiliki sesak
c. Besar sample: sedang. Dari 10
sebanyak 15 orang dan responden, 1
digunakan teknik responden perempuan
sampling Purposive memiliki respirasi
Sampling. rate 24x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea, 5
responden 4 laki-laki
dan 1 perempuan
memiliki rasepirasi
rate 25x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea, 3
responden 2 laki-laki
dan 1 perempuan

29
memiliki respirasi
rate 26x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea, 1
responden laki-laki
memiliki respirasi
rate 27x/menit
sesudah dilakukan
posisi orthopnea.
d. Berdasarkan hasil
penelitian
didapatkan Hasil uji
wilcoxon p value =
0,025 ≤ a = (0,05) Ha
diterima dan H0
ditolak, yang artinya
ada Pengaruh Posisi
Orthopnea Terhadap
Penurunan Sesak
pada Pasien TB Paru
di Ruang Puspa
Indah RSUD
Nganjuk.

d. Diskusi
1. Posisi Semi Fowler Terhadap Respiratory Rate Untuk
Menurunkan Sesak Pada Pasien Tb Paru

Kelebihan :
- Mudah di peragakan
- Memberikan manfaat yang banyak dan lebih mudah dalam
mengaplikasikannya

30
- Tanpa Biaya
- Dapat menurunkan sesak nafas
Kekurangan :
Di antara kelemahan posisi semi-Fowler yaitu bisa terjadi hipotensi postural, di
mana ada penurunan pengembalian darah ke jantung (situasi yang dapat
dihindari dengan secara bertahap mengubah posisi pasien). Perfusi otak juga
menurun dan mungkin ada risiko emboli vena, terutama kranial. Kemudian
juga bahwa penggunaan nitro oksida harus dihindari dengan pasien dalam
posisi ini, karena meningkatkan ukuran gelembung jika emboli udara vena
terjadi.

2. Pengaruh Posisi Orthopnea Terhadap Penurunan Sesak


Pada Pasien Tb Paru
Kelebihan :
- Mudah di peragakan
- Memberikan manfaat yang banyak dan lebih mudah dalam
mengaplikasikannya
- Tanpa Biaya
- Dapat menurunkan sesak nafas

Kekurangan :

Posisi duduk yang terlalu lama dapat meningkatkan tekanan darah,


meningkatkan kadar gula darah, meningkatkan lemak tubuh sekitar pinggang,
dan kadar kolesterol abnormal.

e. Kesimpulan
1. Ada pengaruh posisi semi fowler terhadap penurunan sesak nafas
pasien TB paru,
2. Ad pengaruh posisi orthopnea terhadap penurunan sesak nafas pasien TB
paru.
3. Ditemukan perbedaan efektifitas posisi semi fowler dan posisi orthopnea
terhadap penurunan sesak nafas pasien TB paru. Pengaturan posisi yang

31
tepat dan nyaman padea pasien adalah sangat penting terutama pasien yang
mengalami sesak nafas, hasil peneletian ini menunjukan bahwa posisi semi
fowler lebih nyman dan lebih mudah di pahami oleh responden.

BAB 5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Sebagian kuman TB menyerang paru-
paru, namun juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Bakteri TB
ditularkan melalui droplet. Kuman TBC tidak hanya menyerang paru-paru,

32
tetapi juga bisa menyerang tulang, usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan
dari percikan ludah yang dikeluarkan penderita TBC, ketika berbicara, batuk,
atau bersin.

Penyakit ini lebih rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya
rendah, misalnya penderita HIV. TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan
dahak. Beberapa tes lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit
menular ini adalah foto Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai
dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum
beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat itu
umumnya berupa: Isoniazid, Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol.
Pencegahan TBC sendiri yaitu mengenakan masker saat berada di tempat
ramai, tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa, tidak membuang dahak
atau meludah sembarangan.

B. Saran
Sebaiknya perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit TBC agar dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilakukan dengan baik dan benar.

33
34
35
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. (2009). Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Salemba Medika Alie Y,


dkk. (2015). Jurnal Metabolisme

Brahm. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta:


EGC

Vol 2. No 3. STIKES Pemkab : Jombang Candra Widyanto Candra F, dkk. (2013).


Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini. Cetakan Pertama : Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Infodatin Tuberkulosis. Usat Data Dan Informas
Kementerian Kesehatan RI, 1.
https://www.depkes.go.id/article/view/18030500005/waspadai

Namuwali, D., Mendrofa, F. A., & Dwidiyanti, M. (2016). Teknik Relaksasi


Meningkatkan Kontrol Emosi pada Penderita dengan Penyakit Kronis. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, VII(3), 156–160
http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/. Diakses pada tanggal 20 April
2015.

National Institute for Health and Care Excellence (NICE) : Tuberculosis Patways.
Diakses pada tanggal 20 April 2015.

Nurarif, A.H & Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 3. Jogjakarta : Mediaction.

Price, Sylvia, A.& Lorraine, (2005).Patofisiologi Vol 1. ed 6. Jakarta : EGC.

Werdhani A., Retno. Patofisiologi, Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosis.


Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi dan Keluarga FKUI.
Diakses pada tanggal 20 April 2014. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. 2011. Jakarta.

Santana, A. C., & Muntamah, U. (2019). Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan


Jalan Napas pada Tn. M dengan Tuberculosis Paru di Ruang Dahlia RSUD
Ungaran. Universitas Ngudi Waluyo.

Banjarmasin, Juni 2021

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Era Widia Sari, Ns.,M.Kep) (Murjani, Ns.,M.Kep)

36
37

Anda mungkin juga menyukai