Anda di halaman 1dari 7

TOPIK INTEGRASI IPE DALAM PRAKTIS TERBARU:

Baca dan Pahami bahan bacaan berikut:

1. Interprofessional collaboration in primary health care: a review of facilitators and barriers


perceived by involved actors
2. Global Conference on Primary Health Care: From Alma-Ata towards universal health
coverage and the Sustainable Development Goals
3. Perpres No. 72/2012 tentang Sistem Kesehatan
4. Permenkes No. 75 tentang Puskesmas dan Permenkes No.44 tentang Manajemen Puskesmas

Soal
1. Apa yang diharapkan oleh dunia internasional dalam memperbaiki primary health care
dengan menerapkan interprofesional collaboration dan kerjasama internasional
2. Buat ringkasan dari bacaan diatas terkait dengan pentingnya Inter Professional Skill dalam
implementasi pelayanan kesehatan di Indonesia
3. Apa yang anda perhatikan saat ini dengan kondisi di Indonesia:
a. Ketersediaan sumber daya dan Keterampilan Pelayanan UKM dan UKP
b. Integrasi pelayanan kesehatan antar berbagai pelayanan UKP khususnya untuk
penyakit-penyakit kronis
4. Apa yang bisa dilakukan oleh Indonesia untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di tingkat
primer (UKM dan UKP) dengan memanfaatkan Inter Professional Collabaration dan
keberadaan berbagai lembaga internasional yang ada di Indonesia.

Jawab :

Langkah yang bisa dilakukan oleh Indonesia untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di tingkat
primer (UKM dan UKP) dengan memanfaatkan Inter Professional Collabaration dan keberadaan
berbagai lembaga internasional yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
Indonesia adalah satu di antara banyak negara berkembang yang tidak luput dari masalah
kesehatan. Penyakit menular maupun penyakit tidak menular terus merajalela di setiap penjuru
negeri ini. Komponen sistem kesehatan pun sudah berusaha terus menerus dalam menanggulangi
dan mencegah masalah-masalah kesehatan di Indonesia.
Tim Kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
di era global seperti saat ini. Pelayanan bermutu dapat diperoleh melalui praktik kolaborasi antar
profesional kesehatan. Profesional kesehatan yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi,
bidan, apoteker, ahli gizi, juga kesehatan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri profesional
kesehatan yang disebutkan di atas, sangatlah penting keberadaannya dalam pelayanan kesehatan
di tingkat primes sampai tersier, maupun di masyarakat.
Pendidikan Interprofesi yang disebut Interprofesional Education atau disingkat dengan
IPE adalah sebuah inovasi yang sedang dikembangkan dan dalam dunia pendidikan profesi
kesehatan baik di 'ndonesia ataupun di dunia. Interprofessional Education merupakan suatu
proses dimana sekelompok mahasiswa atau pro1esi kesehatan yang memiliki perbedaan latar
belakang pro1esi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai
tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain (WHO, 1988)
Pelayanan primer yang berbasis pada personal (patient center care) pada prinsipnya
mengelola problem individu, tujuan yang diharapkan dan aturan atau prosedur yang akan
diterapkan. Posisi pelayanan primer merupakan upaya pelayanan di tingkat kontak pertama.
Perkembangan IPE di Indonesia, Dikti Kemendikbud RI membentuk program HPEQ
yang diberi dana oleh bank dunia untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia
melalui peningkatan kualitas institusi pendidikan tinggi bidang kesehatan dengan menerapkan
IPE pada mahasiswa sejak tahap pendidikan tinggi. Dalam Permenkes 75/2014 dijelaskan bahwa
visi pelayanan kesehatan primer saat ini adalah comprehensive primary health care yang mana
dalam implementasinya dilakukan intervensi IPC pada pelayanan kesehatan primer. Saat ini
kementerian kesehatan membentuk sebuah program nusantara sehat dalam rangka meningkatkan
Interprofessional Collaboration pada 120 pelayanan kesehatan primer di Indonesia terutama di
perbatasan.
Pada target RPJMN pemenuhan Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan RS tahun 2015
sampai 2019, dalam IPE dan IPC, diharapkan Puskesmas memiliki 5 jenis tenaga kesehatan
preventif dan promotif (UKM), sedangkan Rumah Sakit Kabupaten/Koota kelas C diharapkan
memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang (UKP).
Terdapat berbagai macam permasalah sumber daya manusia kesehatan di Indonesia, dari
produksi tenaga kesehatan yang besar, tetapi berujung dengan tidak terserapnya dengan baik
yang menyebabkan pelayanan kesehatan berbagai tenaga kesehatan tidak optimal.

Gambar 1. Permasalahan SDM Kesehatan

Berdasarkan data diatas, maka digagaslah sebuah bentuk kolaborasi tenaga kesehatan
atau biasa disebut dengan Interprofessional Collaboration (IPC) yang dianggap dapat
memperbaiki pelayanan kesehatan melalui kolaborasi antara tenaga kesehatan dari tingkat primer
melalui Program Nusantara Sehat.

Nusantara Sehat merupakan sebuah upaya peningkatan dan penguatan akses pelayanan
kesehatan di daerah, yang mencakup upaya preventif, promotif, dan kuratif. Sekelompok
pemuda pemudi yang terdiri dari lima sampai sembilan orang dengan profesi kesehatan, seperti
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan,
ahli laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian; ditempatkan sebagai tim untuk
bekerja sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di daerah penugasan masing-masing.
Tujuannya adalah agar mereka mampu menghasilkan inovasi yang berdampak bagi peningkatan
pelayanan kesehatan di tingkat dasar secara nyata bagi masyarakat.

Nusantara Sehat adalah program yang dicanangkan oleh Kementerian Kesehatan RI


dalam upaya perwujudan fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI, yaitu penguatan pelayanan
kesehatan primer. Program ini dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan oleh pemerintah
guna menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Dibentuk tahun 2015,
program ini telah menjadi wadah bagi profesional kesehatan untuk memperkuat akses dan
meningkatkan pelayanan kesehatan primer di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan
terluar (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK) di Indonesia.

Data dibawah ini akan menjelaskan, jika Kementrian Kesehatan melalui program
Nusantara Sehat membentuk sebuah penerapan Interprofessional Collaboration (IPC).

Gambar 2. Penempatan Nakes Nusantara Sehat Team Based


Setelah bertugas dalam 2 tahun pertama melakukan intervensi terhadap pelayanan
kesehatan primer di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan terluar (DTPK) dan daerah
bermasalah kesehatan (DBK) baik pelayanan primer berbasis masyarakat maupun perorangan,
hari ini Kemenkes RI mamaparkan laporan publik Program Nusantara Sehat yang komprehensif
mengenai capaian program sekaligus menyajikan potret yang terjadi di lapangan. Data-data hasil
temuan tersebut menggambarkan kondisi permasalahan dan penanganan yang dilakukan oleh tim
NS, sehingga tergambar dengan jelas dampak intervensi di lapangan selama penugasan mereka
di tahun 2015 hingga 2016.
Sejak diluncurkan oleh Kemenkes pada tahun 2015, program Nusantara Sehat telah
memperlihatkan dampak positif terhadap pelayanan kesehatan masyarakat di daerah.
Permasalahan kesehatan yang terjadi di daerah pinggiran, seperti kekurangan gizi, penyakit
menular, pola hidup sehat, serta minimnya pelayanan medis menjadi fokus utama pelaksanaan
program ini. Penguatan pelayanan kesehatan primer adalah garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan layanan kesehatan dan melakukan upaya
preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling, serta skrining (penapisan).
Secara umum, hasil capaian tim Nusantara Sehat menunjukkan terjadinya peningkatan
pada kesehatan masyarakat di berbagai bidang di masing-masing daerah. Misalnya, angka kasus
diare yang turun hingga 80% di Puskesmas Empanang, Kapuas Hulu (Kalimantan Barat),
terdatanya jumlah penderita kusta dan terjadi peningkatan kepatuhan meminum obat yang
mencapai 89,47% di Puskesmas Morotai, Maluku Utara (Maluku), imbuhnya.
Selain memperkuat layanan kesehatan primer melalui peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan dasar di DPTK dan DBK; Program Nusantara Sehat juga bertujuan menjaga
keberlangsungan pelayanan kesehatan, menggerakkan pemberdayaan masyarakat, dan dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang terpadu, serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan.
Temuan menarik lainnya adalah bahwa selama dua tahun pertama, tim Nusantara Sehat berhasil
mengidentifikasi permasalahan kesehatan di masing-masing daerah dan melakukan penguatan
tenaga kesehatan di Puskesmas setempat, sehingga dapat melakukan penanganan sesuai
kebutuhan masyarakat. Misalnya, pembinaan pengolahan limbah medis, manajemen pelayanan
kesehatan yang lebih terstruktur, dan pelatihan medis bagi sebagian besar kader posyandu yang
dilakukan di beberapa Puskesmas di Kalimantan Barat, Maluku Barat Daya, Maluku Utara, dan
Papua.
Dalam meningkatkan pelayanan di tingkat primer di Indoesia, dukungan dari lembaga
internasional juga menjadi peran yang tidak dapat dilepaskan. Salah satu lembaga kesehatan
tersebut adalah World Health Organization (WHO). Usaha kesehatan pokok yang digalakkan
oleh WHO pada pelayanan dasar di masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular
b. Kesehatan Ibu dan Anak
c. Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
d. Pendidikan Kesehatan pada msyarakat
e. Pengumpulan data untuk perencanaan pembangunan kesehatan berbasis masyarakat
f. Perawatan kesehatan masyarakat
g. Pemeriksaa, pengobatan, dan perawatan.
Dari program WHO diatas, maka telah diadopsi untuk diterapkan dalam program kesehatan
nasional di tingkat primer.
Dalam program imunisasi primer, Indonesia didukung oleh Global Alliance for Vaccine
and Immunization (GAVI), yaitu sebuah organisasi kesehatan internasional yang berkedudukan
di Geneva. GAVI memberikan bantuan hibah terhadap pemerintah Indoesia sebesar USD
40.100.000 melalui GAVI Phase 1 untuk penguatan program imunisasi.
Pada tahun 2012, GAVI Geneva meminta agar semua negara yang memperoleh Hibah
dari GAVI termasuk Indonesia untuk melaksanakan Reprogramming agar lebih fokus dalam
peningkatan cakupan imunisasi. Sejalan dengan maksud di atas, kegiatan Health System
Strengthening (HSS) yang difokuskan pada 4 (empat) tujuan sebelum reprogramming, diubah
menjadi 3 tujuan utama setelah reprogramming yaitu: Kegiatan/tindakan khusus untuk
kabupaten dengan cakupan desa UCI yang rendah, Penguatan data melalui penyempurnaan
Reporting dan Recording/ Peningkatan kualitas data melalui Data Quality Self Assessment
(DQS), Penguatan Implementasi Materi Imunisasi dan KIA.
DAFTAR PUSTAKA

TIM CFHC-IPE FK UGM, Buku Acuan Umum CFHC-IPE. Dari


<gamel.fk.ugm.ac.id/pluginfile.../Buku%20Acuan%20Umum-CFHC%20IPE-2014.pdf> Diakses
pada 28 November 2018 pukul 17.33 WIB

Kemenkes. 2017. Capaian Tim Nusantara Sehat Selama Tahun 2015-2016. Dari <
http://www.depkes.go.id/article/view/17011600002/capaian-tim-nusantara-sehat-selama-tahun-
2015-2016-.html> Diakses pada 28 November pukul 15. 01 WIB
Sumantri, Usman. 2018. Peran dan Dukungan Kementrian Kesehatan dalam
Pengembangan dan Pemberdayaan Tenaga Kesehatan Masyarakat di Indonesia.
IAKMI:Lampung. Dari < www.iakmi.or.id/web/index.php/post.../16-materi-simposium-
2kesehatan.pdf> Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 18.42 WIB

Siokal, Brajakson. 2017. Mengapa IPE Penting Dalam Pendidikan Profesi Kesehatan?.
Dari <http://www.bcf.or.id/publications/others/518-mengapa-ipe-penting-dalam-pendidikan-
profesi-kesehatan.html> Diakses pada 27 November 2018 pukul 23.02 WIB
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Buku Ajar Imunisasi.
Pusdiklatnakes Kemenkes RI: Jakarta. Dari < http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf> Diakses pada 28
November 2018 pukul 20.07 WIB

Anda mungkin juga menyukai