Soal
1. Apa yang diharapkan oleh dunia internasional dalam memperbaiki primary health care
dengan menerapkan interprofesional collaboration dan kerjasama internasional
2. Buat ringkasan dari bacaan diatas terkait dengan pentingnya Inter Professional Skill dalam
implementasi pelayanan kesehatan di Indonesia
3. Apa yang anda perhatikan saat ini dengan kondisi di Indonesia:
a. Ketersediaan sumber daya dan Keterampilan Pelayanan UKM dan UKP
b. Integrasi pelayanan kesehatan antar berbagai pelayanan UKP khususnya untuk
penyakit-penyakit kronis
4. Apa yang bisa dilakukan oleh Indonesia untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di tingkat
primer (UKM dan UKP) dengan memanfaatkan Inter Professional Collabaration dan
keberadaan berbagai lembaga internasional yang ada di Indonesia.
Jawab :
Langkah yang bisa dilakukan oleh Indonesia untuk memperbaiki pelayanan kesehatan di tingkat
primer (UKM dan UKP) dengan memanfaatkan Inter Professional Collabaration dan keberadaan
berbagai lembaga internasional yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :
Indonesia adalah satu di antara banyak negara berkembang yang tidak luput dari masalah
kesehatan. Penyakit menular maupun penyakit tidak menular terus merajalela di setiap penjuru
negeri ini. Komponen sistem kesehatan pun sudah berusaha terus menerus dalam menanggulangi
dan mencegah masalah-masalah kesehatan di Indonesia.
Tim Kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
di era global seperti saat ini. Pelayanan bermutu dapat diperoleh melalui praktik kolaborasi antar
profesional kesehatan. Profesional kesehatan yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi,
bidan, apoteker, ahli gizi, juga kesehatan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri profesional
kesehatan yang disebutkan di atas, sangatlah penting keberadaannya dalam pelayanan kesehatan
di tingkat primes sampai tersier, maupun di masyarakat.
Pendidikan Interprofesi yang disebut Interprofesional Education atau disingkat dengan
IPE adalah sebuah inovasi yang sedang dikembangkan dan dalam dunia pendidikan profesi
kesehatan baik di 'ndonesia ataupun di dunia. Interprofessional Education merupakan suatu
proses dimana sekelompok mahasiswa atau pro1esi kesehatan yang memiliki perbedaan latar
belakang pro1esi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai
tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain (WHO, 1988)
Pelayanan primer yang berbasis pada personal (patient center care) pada prinsipnya
mengelola problem individu, tujuan yang diharapkan dan aturan atau prosedur yang akan
diterapkan. Posisi pelayanan primer merupakan upaya pelayanan di tingkat kontak pertama.
Perkembangan IPE di Indonesia, Dikti Kemendikbud RI membentuk program HPEQ
yang diberi dana oleh bank dunia untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia
melalui peningkatan kualitas institusi pendidikan tinggi bidang kesehatan dengan menerapkan
IPE pada mahasiswa sejak tahap pendidikan tinggi. Dalam Permenkes 75/2014 dijelaskan bahwa
visi pelayanan kesehatan primer saat ini adalah comprehensive primary health care yang mana
dalam implementasinya dilakukan intervensi IPC pada pelayanan kesehatan primer. Saat ini
kementerian kesehatan membentuk sebuah program nusantara sehat dalam rangka meningkatkan
Interprofessional Collaboration pada 120 pelayanan kesehatan primer di Indonesia terutama di
perbatasan.
Pada target RPJMN pemenuhan Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan RS tahun 2015
sampai 2019, dalam IPE dan IPC, diharapkan Puskesmas memiliki 5 jenis tenaga kesehatan
preventif dan promotif (UKM), sedangkan Rumah Sakit Kabupaten/Koota kelas C diharapkan
memiliki 4 dokter spesialis dasar dan 3 dokter spesialis penunjang (UKP).
Terdapat berbagai macam permasalah sumber daya manusia kesehatan di Indonesia, dari
produksi tenaga kesehatan yang besar, tetapi berujung dengan tidak terserapnya dengan baik
yang menyebabkan pelayanan kesehatan berbagai tenaga kesehatan tidak optimal.
Berdasarkan data diatas, maka digagaslah sebuah bentuk kolaborasi tenaga kesehatan
atau biasa disebut dengan Interprofessional Collaboration (IPC) yang dianggap dapat
memperbaiki pelayanan kesehatan melalui kolaborasi antara tenaga kesehatan dari tingkat primer
melalui Program Nusantara Sehat.
Nusantara Sehat merupakan sebuah upaya peningkatan dan penguatan akses pelayanan
kesehatan di daerah, yang mencakup upaya preventif, promotif, dan kuratif. Sekelompok
pemuda pemudi yang terdiri dari lima sampai sembilan orang dengan profesi kesehatan, seperti
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan,
ahli laboratorium medik, tenaga gizi, dan tenaga kefarmasian; ditempatkan sebagai tim untuk
bekerja sama mengidentifikasi permasalahan kesehatan di daerah penugasan masing-masing.
Tujuannya adalah agar mereka mampu menghasilkan inovasi yang berdampak bagi peningkatan
pelayanan kesehatan di tingkat dasar secara nyata bagi masyarakat.
Data dibawah ini akan menjelaskan, jika Kementrian Kesehatan melalui program
Nusantara Sehat membentuk sebuah penerapan Interprofessional Collaboration (IPC).
Kemenkes. 2017. Capaian Tim Nusantara Sehat Selama Tahun 2015-2016. Dari <
http://www.depkes.go.id/article/view/17011600002/capaian-tim-nusantara-sehat-selama-tahun-
2015-2016-.html> Diakses pada 28 November pukul 15. 01 WIB
Sumantri, Usman. 2018. Peran dan Dukungan Kementrian Kesehatan dalam
Pengembangan dan Pemberdayaan Tenaga Kesehatan Masyarakat di Indonesia.
IAKMI:Lampung. Dari < www.iakmi.or.id/web/index.php/post.../16-materi-simposium-
2kesehatan.pdf> Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 18.42 WIB
Siokal, Brajakson. 2017. Mengapa IPE Penting Dalam Pendidikan Profesi Kesehatan?.
Dari <http://www.bcf.or.id/publications/others/518-mengapa-ipe-penting-dalam-pendidikan-
profesi-kesehatan.html> Diakses pada 27 November 2018 pukul 23.02 WIB
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Buku Ajar Imunisasi.
Pusdiklatnakes Kemenkes RI: Jakarta. Dari < http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/10/03Buku-Ajar-Imunisasi-06-10-2015-small.pdf> Diakses pada 28
November 2018 pukul 20.07 WIB