Anda di halaman 1dari 9

CARA MENCEGAH HAZARD PSIKOSOSIAL PADA PERAWAT

Dialusi Manalu

Dialusi.Manalu@gmail.com

PENDAHULUAN

Kegiatan di Rumah Sakit mempunyai risiko berasal dari faktor fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial, variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan Rumah Sakit menentukan
tingkat risiko K3.Salah satu pekerjaan yang memerlukan perhatian dalam beban kerja adalah
keperawatan. Orang-orang yang terlibat dalam sistem keperawatan dikenal sebagai perawat.
Secara lebih lengkap perawat didefinisikan sebagai seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi
keperawatan, baik di dalam maupun luar negeri yang diakui pemerintah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Beban kerja perawat merupakan
kontributor utama dari keselamatan pasien, terutama perawat di lingkungan/bagian kritis
(Carayon dan Gurses, 2005). Kesehatan kerja merupakan suatu unsur kesehatan yang berkaitan
dengan lingkungan kerja dan pekerjaan, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja. Sedangkan, keselamatan kerja merupakan suatu
sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian
berupa luka atau cidera, cacat atau kematian, kerugianharta benda, kerusakan peralatan atau
mesin dan kerusakan lingkungan secara luas. Menurut Mangkunegara (2002, p.163) bahwa
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari
lingkungan kerja. Faktor psikososial telah menjadi perhatian utama dalam kesehatan kerja.
Perubahan yang terjadi di dalam pasar tenaga kerja yaitu globalisasi meningkat, kompetisi,
fleksibilitas, dan bentuk baru organisasi kerja. Faktor psikososial memilki urgensi tersendiri
untuk memperoleh perhatian khusus berkaitan dengan produktifitas dan kinerja petugas
kesehatan yang bertugas.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran faktor psikososial
terhadap kinerja pada petugas kesehatan.

METODE

Metode yang digunakan pada enulisan ini adalah metode literature review dan
pendekatan artikel non penelitian dalam bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis
kajian lalu mengembangkan dengan bahasa sendiri dan eksplorasi jurnal atau artikel, maupun
ebook yang relevan, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam dan
membahas tentang sasaran keselamatan pasien. Adapun jurnal atau artikel maupun ebook yang
digunakan pada literature review ini adalah sumber yang diterbitkan dari kurun waktu 8 tahun
terakhir atau tahun paling tua 2012, Literatur yang digunakan sejumlah 10 jurnal yang berasal
dari jurnal nasional. Hasil cara mencegah hazard psikososial pada peawat.

HASIL

Pada hakekatnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu usaha untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari berbagai risiko kecelakaan dan bahaya, baik fisik,
mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Disamping
itu, keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan dapat menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi. Kualitas hidup sebagai persepsi seseorang tentang posisinya
dalam kehidupan, dalam hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan
berhubungan dengan cita – cita, pengharapan dan pandangan – pandangannya, yang merupakan
pengukuran yang multidimensi, tidak terbatas hanya efek fisik maupun pengobatan (Eiser &
Morse, 2000). Kondisi kerja telah berubah, dampak pada faktor risiko psikososial telah
meningkat (Niedhammer, dkk. 2012), maka kinerja perawat akan semakin rendah. Psikologis
tuntutan pekerjaan adalah salah satu risiko psikososial utama dalam pekerjaan dan mengacu pada
aspek pekerjaan yang akan membutuhkan usaha mental atau emosional. Hampir dua pertiga
(60,7%) dari bidan mengalami moderat tingkat tinggi kelelahan emosional dan sepertiga (30,3%)
mengalami depersonalisasi berkaitan dengan kelelahan kerja. Perbedaan yang signifikan
ditemukan antara kelompok bidan berupa shift kerja yang berlebihan, dan beberapa masalah
psikososial termasuk dalam beban kerja yang berlebihan.

Menurut Mosadeghrad (2013), sepertiga dari perawat rumah sakit di Iran mengalami stres
kerja yang tinggi diakibatkan oleh jumlah upah yang tidak memadai, kurangnya staf, kurangnya
promosi, ketidaknyamanan saat bekerja dan kurangnya dukungan manajemen. Lebih dari 35%
dari perawat menyatakan bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk meninggalkan rumah
sakit, jika mereka dapat menemukan peluang pekerjaan yang baru. Menurut Houdmont. (2012)
sebanyak 27.037 PNS, stres kerja meningkat antara tahun 2005 dan 2010 serta paparan pekerjaan
faktor psikososial seperti beban kerja yang tinggi, kontrol pekerjaan yang rendah, dukungan
sebaya rendah, hubungan yang buruk, ketidakjelasan peran dan konflik, dan kurangnya
konsultasi dan informasi tentang perubahan (Malard, 2015). Karyawan Rumah Sakit
Banyumanik Semarang menyatakan adanya pengaruh beban kerja dan kecerdasan emosional
terhadap kinerja sebesar 65,8%. (Casmiati dkk, 2015).

Aspek fisik dan psikososial dinilai saling berkaitan. Secara spesifik, ditunjukkan bahwa
tingginya angka depresi berhubungan dengan buruknya fungsi fisik.Kebutuhan psikologis yang
tidak terpenuhi dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai masalah seperti depresi. Masalah
psikososial yang dialami pasien dapat memperberat kondisinya dan menyebabkan pencapaian
outcome perawatan pada fase rehabilitasi membutuhkan waktu lebih lama. Selain itu,
kecemasan, depresi dan rendahnya dukungan sosial terhadap pasien dapat menurunkan kualitas
hidupnya (Oros et.al.,2016). Jumlah pasien yang harus dilayani juga sangat berpengaruh
terhadap kondisi dan faktor psikososial para perawatnya. Untuk menunjang kondisi beban kerja
dan faktor psikososial tentunya diperlukan penilaian khusus terhadap para pegawainya, termasuk
perawat di tingkat pelaksana. Sistem penilaian untuk pegawai, khususnya perawat yang
dilakukan oleh pihak rumah sakit dilakukan pada aspek kinerja individu perawat. Kajian
mengenai beban kerja mental dan faktor psikososial belum dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Dengan alasan demikian, rumah sakit militer perlu untuk memperhatikan beban kerja mental dan
faktor psiksosisal dari perawatnya.
PEMBAHASAN

Menurut Mangkunegara (2002, p.163) bahwa Kesehatan dan keselamatan kerja adalah
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Mathis (2002), Keselamatan (safety)
adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Keselamatan kerja adalah bidang kegiatan yang ditujukan untuk
mencegah semua bentuk kecelakan di lingkungan kerja, pada dasarnya prosedur. Keselamatan
kerja ini dilaksanakan supaya ada saling kerjasama untuk mencegah terjadinya kecelakaan,
dengan keselamatan kerja tenaga kerja bisa merasa nyaman saat bekerja pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kesehatan (Health) adalah Merujuk pada kondisi
umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum. Kesehatan Kerja adalah spealisasi dalam
ilmu kesehatan atau kedokteran beserta dengan prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik maupun social.

Profesi keperawatan diketahui telah menjadi suatu profesi yang semakin kompleks dan
memiliki tuntutan untuk tetap memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Komponen yang
berkontribusi terhadap kompleksitas keperawatan adalah kebutuhan untuk merawat pasien yang
memiliki kebutuhan kompleks, seperti diagnosis penyakit yang perlu dilakukan dengan
ketajaman tinggi. Hal tersebut mengharuskan perawat memiliki fokus dalam proses perawatan
dan keterampilan koordinasi (Potter, dkk., 2005). Perawat juga mendapat peningkatan beban
kognitif (Tucker dan Spear, 2006). Beban kerja adalah salah satu faktor yang paling signifikan
dalam keperawatan. Oleh karena itu, mengukur beban kerja keperawatan merupakan langkah
penting untuk memahami hubungan antara beban kerja, daya ingat perawat, dan keselamatan
pasien (Duffield, Roche, dan Merrick, 2006). Salah satu dimensi beban kerja yang terkait dengan
keperawatan adalah beban kerja mental. Faktor penting lainnya dalam lingkungan kerja yang
memerlukan perhatian adalah faktor psikososial dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja
psikososial secara umum dipertimbangkan sebagai salah satu dari banyak masalah mengenai
lingkungan kerja dalam masyarakat modern (Kristensen, Hannerz, Hogh, dan Borg, 2005).
Dukungan psikososial merupakan mekanisme hubungan interpersonal yang dapat melindungi
seseorang dari efek stress yang buruk berupa hubungan saling percaya yang kuat. Dukungan
psikososial merupakan aktivitas perawat yang penting dalam mempersiapkan kondisi psikologis
pasien, Perawat merasa sulit untuk memberikan dukungan psikologis dikarenakan dibatasi
waktu, beban kerja mereka, hambatan bahasa, dokumentasi yang berlebihan, kurangnya
keterlibatan keluarga.

Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazards adalah sesuatu yang berpotensi menjadi
penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau aspek lainnya dari
lingkungan kerja. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dalam artikelnya “hazards” yang sering
disebut potensi bahaya merupakan sumber resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik
material, lingkungan maupun manusia. Safety Engineer Career Engineer Career Workshop
(2003) mendefinisikan Hazard sebagai kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian /
kecelakaan bagi manusia atau lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-
efek yang buruk tersebut akan muncul.

Kategori Hazards: Suardi R. (2005) Hazards primer adalah hazards yang bisa secara
langsung dan segera menyebabkan :

(1) injury atau kematian

(2) kerusakan peralatan, kendaraan, struktur atau fasilitas

(3) degradasi kapabilitas fungsional (terhentinya operasi dalam pabrik)

(4) kerugian material.

Berikut ini beberapa jenis / kategori hazards dalam industri :

1. Bahaya Fisik : kebisingan, radiasi, pencahayaan, suhu panas, suhu dingin.

2. Bahan Kimia : bahan–bahan berbahaya dan beracun, debu, uap kimia, larutan kimia.

3. Bahaya Biologi : virus, bakteri, jamur.

4. Bahaya Mekanis : permesinan, peralatan.

5. Bahaya Ergonomi : ruang sempit dan terbatas, pengangkutan barang, mendorong, menarik,
pencahayaan tidak memadai, gerakan tubuh terbatas.
6. Bahaya Psikososial : pola gilir kerja, pengorganisasian kerja, long shift, trauma,komunikasi
yang buruk dengan atasan mapun rekan kerja,kurang lengkapnya peralatan kerja serta sasaran
dan fasilitas kerja.

7. Bahaya Tingkah Laku : ketidak patuhan terhadap standar, kurang keahlian, tugas baru atau
tidak rutin. 8. Bahaya Lingkungan Sekitar : gelap, permukaan tidak rata, kemiringan, kondisi
permukaan berlumpur dan basah, cuaca, kebakaran.

Hazard psikososial masih sangat banyak dialami oleh perawat untuk itu perawat atau
institusi kesehatan yang menyediakan lapangan pekerjaan baik klinik,puskesmas,maupun rumah
sakit harus melakukan berbagai cara untuk mencegah hal tersebut. Hal yang dapat dilakukan
institusi kesehatan untuk mencegah hal tersebut dapat berupa:

1. Pola gilir kerja


Sehubungan dengan shift kerja,penelitian menunjukkan bahwa kerja sift merupakan
sumber utama dari stress bagi para pekerja. Para shift lebih sering mengeluh tentang
kelelahan dan gangguan perut daripada pekerja pagi / siang dan dampak dari kerja shift
terhadap kebiasaan makan yang mungkin menyebabkan gangguan-gangguan perut.
Pengaruhnya adalah emosional dan biological. karena gangguan ritme circardian dari
tidur / daur keadaan bangun (woke cycle). pola suhu, dan ritme pengeluaran adrenalin
(Ashar. 2001 383). Menurut Selve . para pekerja yang biasa bekerja shift lama kelamaan
akan merasa berkurang stressnya secara fisik. Namun perlu Activate Go to Sete diingat
bahwa ada pekerjaan-pekerjaan shift dimana tidak dapat timbul kebiasaan ini yaitu pada
para pekerja rig lepas pantai yang bekerja selama 12 jam bergantian. Untuk itu
memperbaiki shift diharapkan dapat menghindari hazard psikologis pada perawat.
2. Asuhan keperawatan yang berkualitas
Asuhan keperawatan yang berkualitas yang diberikan oleh perawat perlu dilindungi oleh
undang-undang. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 164
menyebutkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan. Manyele, Ngonyani, dan Eliakimu
(2008) menyatakan pemimpin termasuk pemerintah diwajibkan untuk memberikan
informasi kepada karyawan tentang bahaya-bahaya yang ada di tempat kerja serta cara
untuk menghindarinya. Salah satu tempat yang memiliki bahaya adalah rumah sakit.
Bahaya di rumah sakit akan berdampak pada kesehatan, keselamatan perawat, dan
selanjutnya pada kualitas pelayanan di rumah sakit. Hal ini perlu mendapat perhatian baik
dari perawat maupun rumah sakit. Jika keselamatan dan kesehatan perawat tidak
diperhatikan akan terjadi peningkatan absensi, ketidakpuasan bekerja, produktifitas
menurun, hilangnya kepercayaan diri, kreatifitas dan konsentrasi perawat dalam bekerja
3. Komunikasi dan hubungan tim
Komunikasi dan hubungan tim juga merupakan salah satu hal penting dalam
meningkatkan keselamatan perawat. Komunikasi dan hubungan tim merupakan sebuah
proses yang dapat dilaksanakan melalui rapat, pengumpulan informasi, pendapat dalam
melaksanakan program kerja, evaluasi program kerja, penyelesaian masalah bersama,
bimbingan serta arahan, serta penjelasan yang bermanfaat untuk mengurangi kesenjangan
komunikasi antar pimpinan dan sesama staf.
4. Pelatihan bagi perawat
Pelatihan bagi perawat merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk
meningkatkan perilaku perawat dalam menjaga keselamatan diri. Pelatihan keselamatan
diri secara berkala perlu dilakukan agar pengetahuan perawat berkembang terus-menerus
sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Selain itu, dijelaskan oleh Sutrisno
(2009) bahwa pelatihan bagi staf diperlukan untuk melengkapi keterampilan yang
memadai sehingga staf dapat mengerjakan sesuatu dengan benar dan tepat serta dapat
memperkecil kesalahan.
5. Melengkapi peralatan kerja
Kecelakaan dalam suatu proses kerja sesungguhnya merupakan hasil akhir dari suatu
aturan atau kondisi kerja yang tidak aman. Namun demikian kecelakaan itu sendiri dapat
dicegah, karena kecelakaan itu tidak terjadi dengan sendirinya. Kecelakaan biasanya
timbul sebagai gabungan dari beberapa faktor, 3 faktor yang paling utama adalah faktor
peralatan teknis, lingkungan kerja dan pekerja itu sendiri. (ILO, 1989)
PENUTUP

Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori


karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya
(hazardous). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk
menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja (context to work) atau isi dari
pekerjaan (content of work). Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan
stress dan berbahaya bagi kesehatan.Hazard psikososial merupakan hal yang sangat
berbahaya,mengganggu,dan berdampak buruk bagi hasil kerja para pekerja. Namun dalam dunia
kerja hal ini masih sangat banyak ditemu. Berbagai hal yang mendukung terjadinya psikososial
diantaranya keluarga,lingkungan kerja,kenyamanan tempat kerja,pola gilir
kerja,pengorganisasian kerja,long shift,trauma,komunikasi yang buruk dengan atasan maupun
rekan kerja,kurang lengkapnya peralatan kerjaserta sasaran dan fasilitas kerja. Untuk itu perlu
dilakukan pelatihan bagi perawat,menerapkan asuhan keperawatan yan berkualitas,memperbaiki
sift, perbaikan komunikasi,melengkapi alat kerja.

REFERENSI

Anugrah.D.(2019). Tinjauan Persepsi.Universitas Indonesia

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a preliminary study. In IOP
conference series: Earth and Environmental science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP
Publishing.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis
ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

Hidayah.N, Lilis Lestari, Maria Fudji.H.(2018). HUBUNGAN DUKUNGAN PSIKOSOSIAL


PERAWAT TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI
RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK. Program Studi
Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
Pontianak
Indragiri.S.(2018). MANAJEMEN RISIKO K3 MENGGUNAKAN HAZARD
IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC). JURNAL
KESEHATAN. DOI: http://dx.doi.org/10.38165/jk. Vol. 9 No. 1

Iridiastadi.H , Vera Septiawati , Euis Nina Saparina Yuliani, dan Hernadewita.(2020).


Psikososial dan Beban Kerja Perawat – Sebuah Penelitian di Salah Satu RS Militer di Indonesia.
Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomic). Vol. 06 No. 01

Mahdarsari.M, Hanny Handiyani , Hening Pujasari.(2016). PENINGKATAN KESELAMATAN


DIRI PERAWAT MELALUI OPTIMALISASI FUNGSI MANAJEMEN. Jurnal Keperawatan
Indonesia. DOI : 10.7454/jki.v19i3.472. Volume 19 No.3

Pratiwi.S.H, Eka Afrima.S, Ristina Mirwanti.(2017). Kebutuhan Psikososial Pasien Paska Stroke
pada Fase Rehabilitasi.JURNAL KEPERAWATAN AISYIYAH. Volume 4 | Nomor 2

Purnama Dewi.A, M. Fais Satrianegara ,Fatmawaty Mallapiang.(2017). Gambaran Faktor


Psikososial Terhadap Kinerja Pada Petugas Kesehatan di Puskesmas Kassi-Kassi Kota Makassar.
VOLUM E 3, NO. 2

Simamora, R. H. (2020). Learning of Patient Identification in Patient Safety Programs Through


Clinical Preceptor Models. Medico Legal Update, 20(3), 553-556.

Ummah.T , Ice Yulia.W , Giur Hargiana.(2018). ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL:


KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. Jurnal Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal. Volume 10 No 2

Yanitawati , Ai Mardhiyah , Efri Widianti.(2017). Hubungan Perilaku Sakit Dalam Aspek


Psikososial Dengan Kualitas Hidup Remaja Thalasemia.JURNAL KEPERAWATAN BSI. Vol.5
No.1

Anda mungkin juga menyukai