Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT STRES KERJA PERAWAT

INSTALASI GAWAT DARURAT DI RUMAH SAKIT DI BANDUNG

Ekanti Pratiwi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung
Email : ekntprtw21@gmail.com
ABSTRAK
Stres kerja perawat IGD adalah keadaan tidak menyenangkan yang dialami perawat dan
gambaran diri dari setiap tuntutan yang didapat dari pekerjaan dan lingkungan kerja. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi stres kerja perawat IGD adalah beban kerja, hubungan
interpersonal, dan tipe kepemimpinan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang
bertugas di IGD RSU Pindad dan RS Muhammadiyah Bandung sebanyak 35 orang. Penelitian ini
menggunakan teknik total sampling. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rank
Spearman. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa tingkat stres kerja tertinggi adalah stres kerja
sedang (40%) serta ada hubungan yang signifikan secara statistik (p value <0,05) antara variabel
beban kerja dengan stres kerja (p value = 0,03) dan variabel tipe kepemimpinan dengan stres kerja
(p value = 0,04). Serta tidak ada hubungan secara statistik (p value >0,05) antara variabel hubungan
interpersonal dengan stres kerja (p value = 0,07) karena interaksi dan komunikasi antar teman
sejawat berjalan dengan baik. Saran bagi Rumah Sakit hendaknya menyesuaikan beban kerja
dengan kemampuan dan jumlah tenaga keperawatan di IGD, bagi perawat IGD tetap menjaga
hubungan interpersonal yang baik dengan teman sejawat, atasan, pasien, maupun keluarga pasien,
bagi kepala ruangan hendaknya memberi motivasi dan penghargaan serta dapat memberdayakan
bawahannya dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya stres kerja pada perawat IGD.
Kata kunci : beban kerja, faktor, hubungan interpersonal, stres kerja, tipe kepemimpinan.

ABSTRACT
The work stress of an emergency nurse was an unpleasant situation experienced by nurses and a self-image
of any demands that are obtained from work and the work environment. As for several factors that affect the work
stress of emergency department nurses are workload, interpersonal relationships, and, leadership type. The population
in this study were all nurses on duty at the ED Pindad Hospital and Muhammadiyah Hospital Bandung as many
as 35 people. This study uses a total sampling technique. Analysis of the data used in this study was the Rank
Spearman. The results of this study state that the highest level of work stress was moderate work stress (40%) and
there is a statistically specific relationship (p value <0.05) between workload variables with work stress (p value =
0.03) and leadership type variables with work stress (p value = 0.04) . Conversely there was no statistical
relationship (p value> 0.05) between the interpersonal relationship variables with work stress (p value = 0.07)
because interaction and communication between peers goes well. Suggestions for hospitals should adjust the workload
with the ability and number of nursing staff in the emergency room, for emergency nurses while maintaining good
interpersonal relationships with colleagues, superiors, patients, and patients' families, the head nurse should provide
motivation and appreciation and be able to empower his subordinates properly so as to prevent the occurrence of work
stress in emergency room nurses.
Keywords : factors, interpersonal relationships, leadership type, work stress, workload
PENDAHULUAN oleh penelitian sebelumnya dimana banyak

ditemukan fenomena perawat yang tidak


Kunjungan pasien di Instalasi Gawat
sabar, suka marah, berbicara ketus dengan
Darurat (IGD) terus bertambah tiap
pasien dan keluarga pasien, bahkan terjadi
tahunnya. Peningkatan terjadi sekitar 30% di
kelalaian dalam bekerja seperti kesalahan
seluruh IGD rumah sakit dunia menurut
dalam pemberian obat, dan keterlambatan
Bashkin et al, (2015) dalam (Deviantony,
melakukan injeksi (Setiyana, 2013).
2017). Data kunjungan masuk pasien ke IGD
Penelitian tentang stres perawat IGD
Indonesia adalah 4.402.205 pasien (13%) dari
yang dilakukan di Malaysia oleh Lexshimi
total seluruh kunjungan di rumah sakit umum
(2007 dalam Purwaningsih, 2013), yang
(Menteri Kesehatan RI, 2014). Data rata-rata
hasilnya menunjukkan 100% perawat yang
kunjungan pasien rawat jalan sebanyak 2.000
menjadi responden mengatakan pernah
pasien per hari, sedangkan di IGD mencapai
mengalami stres selama bertugas di ruang
90-120 pasien per hari (Wulandari, 2015). Di
IGD. Menurut American National Association
RSU Pindad sendiri, data kunjungan pasien
for Occupational menempatkan kejadian stres
IGD pada tahun 2018 adalah 13.353 orang
kerja pada perawat berada diurutan paling
atau sekitar 37 orang per hari. Dan di RS
atas pada empat puluh pertama kasus stres
Muhammadiyah kunjungan pasien IGD
kerja. Tingginya angka kejadian stres kerja
kurang lebih 70-100 orang per hari.
pada perawat juga terlihat di Indonesia
Perawat merupakan ujung tombak
(Purwaningsih, 2013).
pelayanan Rumah Sakit karena selalu
Berdasarkan beberapa penelitian
berinteraksi secara langsung dengan pasien,
terdahulu didapatkan bahwa faktor-faktor
keluarga pasien, dokter, dan tenaga kesehatan
yang mempengaruhi tingkat stress perawat
lainnya (Pitaloka, 2010) dan menempatkan
antara lain : (1) Beban kerja berlebih
perawat berisiko tinggi mengalami kelelahan
(Lexshimi, 2007; Kasmarani, 2012; Rahmatia,
kerja (Asrifuddin, 2017). Hal ini dibuktikan
2017; Ekawati, 2017; Fauzan, 2017); (2) yang masih kurang dari kebutuhan sehingga

Hubungan interpersonal (Lexshimi, 2007; menyebabkan tingkat lembur tinggi.

Kusumaningtias, 2010; Nancy Theresa Blake,


Peneliti juga melakukan studi
2012; Harnani, 2012; Rahmatia, 2017;
pendahuluan di RS Muhammadiyah Bandung
Ekawati 2015; Suparwati, 2015); (3) Tipe
pada tanggal 05 Agustus 2019, didapatkan
kepemimpinan (Kaban, 2018; Prasetio, 2018;
hasil dari 10 responden, 4 orang mengatakan
Widiyanto, 2015; Purwanti, 2017;
memiliki kesulitan tidur, merasa perawat di
Umasangadji, 2019; Bachri, 2016).
IGD masih kurang, sulit berkomunikasi

Berdasarkan studi pendahuluan yang dengan orang lain terutama di lingkungan

dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10 Juli kerja, dan merasa pekerjaannya berpengaruh

2019 di RSU Pindad didapatkan data dari 10 buruk terhadap fisik dan emosinya, 4 orang

responden 4 orang mengalami kesulitan mengatakan jam kerjanya lebih banyak dari

tidur, mudah marah, kurang konsentrasi saat yang lain, merasa jumlah pasien dan perawat

bekerja, dan bekerja lebih dari 42 jam per tidak seimbang, dan sulit mengontrol emosi,

minggu, 3 orang mengatakan merasa cemas 2 orang mengatakan merasa perawat di IGD

saat bekerja karena masih baru bekerja di masih kurang sehingga terjadi

IGD, mengalami kesulitan tidur, dan merasa ketidakseimbangan antara jumlah pasien dan

pekerjaannya mempengaruhi kesehatan perawat.

fisiknya, 2 orang mengalami gangguan tidur,


Tingkat stres perawat dapat dicegah
merasa pekerjaan yang diberikan cukup berat,
dan dikurangi dengan cara mengidentifikasi
dan merasa gelisah saat berhadapan dengan
dan mengendalikan faktor-faktor yang
pasien, dan 1 orang mengatakan merasa
mempengaruhi tingkat stres di IGD.
pekerjaannya membuatnya terlalu lelah. Hasil
Sehingga, faktor-faktor yang mempengaruhi
wawancara dengan kepala ruangan IGD RSU
tingkat stres perawat di IGD perlu di teliti
Pindad didapatkan data beban kerja di IGD

RSU Pindad berat karena tenaga keperawatan


lebih lanjut agar tingkat stres perawat di IGD berusia 31-40 tahun, dan 1 responden atau

dapat dicegah dan dikurangi. sebagian kecil (3%) perawat berusia 41-50

tahun. Berdasarkan jenis kelamin diketahui


METODE PENELITIAN
bahwa sebanyak 22 responden atau lebih dari
Penelitian ini merupakan penelitian
setengahnya (63%) berjenis kelamin
korelasional dengan pendekatan cross sectional.
perempuan dan 13 responden atau kurang
Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat
dari setengahnya (37%) berjenis kelamin laki-
IGD RSU Pindad dan RS Muhammadiyah
laki. Berdasarkan tingkat pendidikan
Bandung sebanyak 35 orang. Teknik sampling
diketahui bahwa sebanyak 30 responden atau
yang digunakan adalah total sampling.
sebagian besar perawat D3, 3 responden atau
Pengumpulan data dilakukan dengan
sebagian kecil (8%) perawat S1, dan 2
menggunakan kuesioner Workplace Stress Scale
responden atau sebagian kecil (6%) perawat
(Executive Stress Coach New York), Occupational
NERS. Serta berdasarkan masa kerja
Role Stressor (Haybatollahi, 2009), Work Stress
diketahui bahwa sebanyak 29 responden atau
Profile (Oliver, 2017), dan Kuesioner Tipe
sebagian besar (83%) perawat bekerja ≤10
Kepemimpinan (Fahrurozi, 2014). Analisis
tahun dan sebanyak 6 responden atau
data univariat yang digunakan adalah
sebagian kecil (17%) perawat bekerja >10
distribusi frekuensi dan analisis bivariat yang
tahun.
digunakan adalah Rank Spearman.

Gambaran Stres Kerja


HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.2. Gambaran Stres Kerja
Karakteristik Responden
Stres Kerja Jumlah Persentase (%)
Berdasarkan hasil penelitian dapat
Berat 13 37
diketahui bahwa sebanyak 25 responden atau Sedang 14 40
lebih dari setengahnya (71%) merupakan Ringan 8 23
Total 35 100
perawat berusia 21-30 tahun, 9 responden

atau kurang dari setengahnya (26%) perawat


Berdasarkan hasil penelitian dapat responden atau sebagian kecil (11%) perawat

diketahui bahwa sebanyak 13 orang atau mengalami stres kerja ringan. Sedangkan

kurang dari setengahnya (37%) mengalami pada kelompok beban kerja sedang terdapat

stres kerja berat, sebanyak 14 responden atau sebanyak 3 responden atau sebagian kecil

kurang dari setengahnya (40%) mengalami (9%) perawat mengalami stres kerja berat, 11

stres kerja sedang, dan sebanyak 8 responden responden atau kurang dari setengahnya

atau sebagian kecil (23%) mengalami stres (31%) perawat mengalami stres kerja sedang,

kerja ringan. dan 4 responden atau sebagian kecil (11%)

perawat mengalami stres kerja ringan. Hasil


Hubungan Beban Kerja dengan Stres
uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,03
Kerja
Stres Kerja artinya pada alpha 0,05 terdapat korelasi atau
Beban Total
Berat Sedang Ringan hubungan antara beban kerja dengan stres
Kerja
n % n % n % n %
kerja perawat. Dengan koefisien korelasi
Berat 10 29 3 9 4 11 17 51
sebesar 0,71 yang berarti kekuatan korelasi
Sedang 3 9 11 31 4 11 18 49
Ringan 0 0 0 0 0 0 0 0 kuat.

Jumlah 13 38 14 40 8 22 35 100 Hal ini mungkin dikarenakan rasio

Berdasarkan hasil penelitian perawat tidak seimbang dengan jumlah

didapatkan hasil bahwa proporsi perawat kunjugan pasien IGD. Jumlah perawat IGD

yang mengalami stres kerja berat, sedang, dan dari masing-masing Rumah Sakit yang diteliti

ringan relatif berbeda diantara perawat yang masih belum mencukupi standar perhitungan

memiliki beban kerja berat dan sedang. kebutuhan perawat. Perhitungan kebutuhan

Kelompok beban kerja berat sebanyak 10 perawat di dua Rumah Sakit tersebut

responden atau kurang dari setengahnya menggunakan rumus Douglas dengan hasil

(29%) perawat mengalami stres kerja berat, 3 kebutuhan perawat di IGD adalah 21 orang.

responden atau sebagian kecil (9%) perawat Jumlah kunjungan pasien di RSU Pindad

mengalami stres kerja sedang, dan 4 yaitu kurang lebih 36 orang setiap shift dan di
RS Muhammadiyah Bandung jumlah p<0,05) yaitu sebesar 0,016 yang berarti ada

kunjungan pasien di IGD dapat mencapai 70- hubungan antara beban kerja dengan stres

100 orang setiap shift. Beban kerja yang tidak kerja.

optimal, baik terlalu tinggi maupun terlalu Sedangkan berdasarkan hasil

rendah, akan menjadi penyebab munculnya penelitian Saribu (2012) didapatkan hasil

stres kerja. bahwa beban kerja perawat IGD RSUD Haji

Beban kerja yang terlalu tinggi akan Abdul Manan Simatupang Kisaran berada

menyebabkan pemakaian energi yang pada kategori sedang yaitu 47,27

berlebihan, sehingga memicu terjadinya (SD=11,483) dan stres kerja berada pada

kelelahan, baik kelelahan mental maupun kategori stres kerja sedang yaitu 64,90

fisik yang dapat menyebabkan terjadinya (SD=17,426). Hasil uji korelasi Pearson

overstress. Sedangkan intensitas pembebanan menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yang terlalu rendag akan menyebabkan rasa antara beban kerja dengan stres kerja perawat

jenuh dan menimbulkan kebosanan pada (r = 0,840, p = 0,000). Hal ini berbeda dengan

pekerja yang menyebabkan terjadinya hasil penelitian Erdius (2017) penelitian ini

understress (Tarigan, 2004). Hal ini didukung menemukan tidak terdapat hubungan antara

oleh penelitian Ahmadun (2017) bahwa beban kerja dengan stres kerja perawat di RS

beban kerja perawat Puskesmas Kuala Dr. H. Mohamad Rabain Muara Ehim.

Kampar menunjukkan beban kerja berat Menurut Erdius (2017) hal ini disebabkan

sebanyak 7 orang (46,7%), beban kerja karena sebagian besar usia responden pada

sedang sebanyak 2 orang (13,3%), dan beban rentang 21-35 tahun karena pada masa ini

kerja ringan sebanyak 5 orang (40, 0%). Stres kekuatan otot dan kardiorespirasi pada

kerja ringan sebanyak 8 orang (53,3%), stres tingkat optimum.

kerja sedang sebanyak 7 orang (46,7%), dan Perbedaan hasil penelitian tersebut

stres kerja berat 0%. Hasil uji statistik dapat disebabkan karena perbedaan

menggunakan Kendall Tau (t = 0,616; instrumen yang digunakan, dalam penelitian


Erdius (2017) instrumen yang Berdasarkan hasil penelitian

digunakan yaitu Formula Ilyas, indikator yang diketahui bahwa proporsi perawat yang

diukur yaitu kekuatan otot dan perbandingan mengalami stres kerja berat, sedang, dan

waktu duduk dengan waktu tindakan. ringan relatif berbeda diantara perawat yang

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala memiliki hubungan interpersonal buruk dan

ruangan IGD RSU Pindad pada tanggal 29 baik. Kelompok hubungan interpersonal

Juli 2019 dikatakan bahwa beban kerja buruk ada 3 responden atau sebagian kecil

meningkat karena jumlah tenaga keperawatan (9%) perawat mengalami stres kerja berat, 2

di IGD RSU Pindad masih kurang dari responden atau sebagian kecil (5%) perawat

jumlah seharusnya, sehingga jumlah jam mengalami stres kerja sedang, dan 2

lembur meningkat, serta pembagian shift yang responden atau sebagian kecil (5%) perawat

cukup timpang karena shift pagi mulai bekerja mengalami stres kerja ringan. Sedangkan

dari jam 07.00-15.00 (8 jam) dan shift sore- pada kelompok hubungan interpersonal baik

malam mulai bekerja dari jam 15.00-07.00 (16 terdapat 10 responden atau kurang dari

jam). Sedangkan hasil wawancara dengan setengahnya (29%) perawat mengalami stres

kepala tim RS Muhammadiyah Bandung pada kerja berat, 12 responden atau kurang dari

tanggal 9 Agustus 2019 dikatakan bahwa setengahnya (35%) perawat mengalami stres

beban kerja meningkat karena jumlah kerja sedang, dan 6 responden atau sebagian

kunjungan pasien IGD lebih banyak daripada kecil (17%) perawat mengalami stres kerja

jumlah tenaga keperawatan. ringan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value

sebesar 0,07 artinya pada alpha 0,05 tidak


Hubungan antara Hubungan
terdapat korelasi atau hubungan antara
Interpersonal dengan Stres Kerja
hubungan interpersonal dengan stres kerja
Stres Kerja
Hubungan Total
Berat Sedang Ringan perawat. Dengan koefisien korelasi sebesar
Interpersonal
N % n % n % n % 0,17 yang berarti kekuatan korelasi sangat
Buruk 3 9 2 5 2 5 7 20
lemah. Berdasarkan kuesioner didapatkan
Baik 10 29 12 35 6 17 28 80
Jumlah 13 38 14 40 8 22 35 100
hasil bahwa mayoritas hubungan tentang lingkungan disekitarnya akan

interpersonal tersebut buruk dengan keluarga membantu karyawan dalam mengatasi

pasien karena keluarga pasien sering tekanan-tekanan di lingkungan kerja sehingga

menuntut sesuatu yang diluar kemampuan akan mencegah terjadinya stres kerja.

atau wewenang perawat. Sedangkan Hubungan yang baik antar anggota dari suatu

hubungan interpersonal perawat dengan kelompok kerja dianggap sebagai faktor

teman sejawat atau atasan baik. Disebutkan utama dalam kesehatan individu dan

bahwa semakin baik kualitas hubungan organisasi (Andi, 2012). Hal ini didukung

interpersonal seorang pekerja di lingkungan oleh penelitian Rahmatia (2017) bahwa

kerjanya maka akan semakin kecil sebaguan besar responden menyatakan

kemungkinan pekerja tersebut untuk hubungan interpersonal sudah baik yaitu

mengalami stres di tempat kerja (Tarigan, sebesar 42 responden, pada hasil uji Chi

2004). Hubungan interpersonal adalah cara Square pada tingkat kepercayaan 95% atau

berkomunikasi seseorang dengan orang lain alpha 0,05 didapatkan sig (0,321)

yang bukan hanya sekedar menyampaikan isi menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

pesan, tetapi juga menentukan kadar yang bermakna antara hubungan

hubungan interpersonalnya. interpersonal dengan stres kerja perawat RSJ

Semakin baik hubungan Provinsi Sulawesi Tenggara.

interpersonal maka, semakin terbuka orang Pada penelitian Ekawati (2015)

untuk mengungkapkan dirinya; makin cermat didapatkan hasil tidak ada hubungan antara

persepsinya terhadap orang lain; sehingga hubungan interpersonal dengan stres kerja

makin efektif komunikasi yang berlangsung perawat dikarenakan sebagian besar (71%)

diantara komunikan (Andi, 2012). Dalam hubungan interpersonal perawat tergolong

kaitannya dengan penanganan stres kerja, baik. Namun dalam penelitian Suparwati

kemampuan yang baik untuk (2015) didapatkan hasil bahwa terdapat

mengungkapkan masalah dan persepsi hubungan yang signifikan antara hubungan


interpersonal dengan tingkat stres kerja partisipatif, otokratis, dan lassiez faire.

perawat. Gambaran hubungan interpersonal Kelompok tipe kepemimpinan partisipatif

yang muncul di ruang rawat inap dewasa ada 6 responden atau sebagian kecil (17%)

bangsal X RSU PKU Muhammadiyah Bantul perawat mengalami stres kerja berat, 3

saat wawancara dan observasi ditemukan responden atau sebagian kecil (9%) perawat

sebagian perawat ada yang tidak saling mengalami stres kerja sedang, dan 3

berinteraksi, sebagian perawat juga ada yang responden atau sebagian kecil (9%) perawat

tidak saling menghormati saat mengalami stres kerja ringan. Pada kelompok

berkomunikasi, terdapat hubungan dengan tipe kepemimpinan otokratis terdapat 6

teman yang tidak harmonis, saling tidak responden atau sebgaian kecil (17%) perawat

terbuka jika terjadi masalah (Suparwati, mengalami stres kerja berat, 8 responden atau

2015). sebagian kecil (22%) perawat mengalami stres

kerja sedang, dan 5 responden atau sebagian


Hubungan Tipe Kepemimpinan dengan
kecil (19%) perawat mengalami stres kerja
Stres Kerja
ringan. Sedangkan pada kelompok tipe
Stres Kerja
Tipe Total
Berat Sedang Ringan kepemimpinan lassiez faire terdapat 1
Kepemimpinan
N % n % n % n % responden atau sebagian kecil (3%) perawat
Demokratis 0 0 0 0 0 0 0 0
mengalami stres kerja berat, 3 responden atau
Partisipatif 6 17 3 9 3 9 12 34
sebagian kecil (9%), dan tidak satupun
Otokratis 6 17 8 22 5 14 19 54
Lassiez Faire 1 3 3 9 0 0 4 12 responden (0%) perawat mengalami stres

Jumlah 13 37 14 40 8 23 35 100 kerja sedang. Hasil uji statistik diperoleh nilai

Berdasarkan hasil penelitian diketahui p value sebesar 0,04 artinya pada alpha 0,05

bahwa proporsi perawat yang mengalami terdapat korelasi atau hubungan antara tipe

stres kerja berat, sedang, dan ringan relatif kepemimpinan dengan stres kerja perawat.

berbeda diantara perawat yang memiliki Dengan koefisien korelasi sebesar 0,32 yang

pemimpin dengan tipe kepemimpinan berarti kekuatan korelasi cukup.


Berdasarkan kuesioner didapatkan perawat karena tipe kepemimpinan yang

hasil bahwa tipe kepemimpinan yang digunakan adalah tipe kepemimpinan

diterapkan oleh kepala ruangan adalah tipe demokratis. Tipe kepemimpinan demokratis

kepemimpinan otokratis, karena segala adalah kemampuan mempengaruhi orang

keputusan ditentukan oleh kepala ruangan lain agar mau bekerja sama untuk mencapai

dan kepala ruangan jarang memberi motivasi tujuan yang telah ditetapkan bersama antara

maupun penghargaan. Hal ini sejalan dengan pemimpin dengan bawahan (Amalia, 2017).

penelitian Bachri (2016) menjelaskan nilai


SIMPULAN
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu 0,001 yang
Berdasarkan hasil penelitian dan
berarti gaya kepemimpinan memiliki
pembahasan kesimpulan yang dapat diambil
hubungan yang signifikan terhadap stres kerja
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
perawat. Penelitian Widiyanto (2015) juga

menunjukkan adanya hubungan antara tipe 1. Perawat yang mengalami stres kerja

kepemimpinan dengan tingkat stres kerja berat sebesar 37%, stres kerja sedang

perawat karena tipe kepemimpinan otokratis sebesar 40%, dan stres kerja ringan

adalah tipe kepemimpinan yang berorientasi sebesar 23%.

pada tugas. Menggunakan kekuasaan posisi 2. Terdapat hubungan yang bermakna

dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin antara beban kerja dengan tingkat stres

menentukan semua tujuan yang akan dicapai kerja perawat IGD (p value = 0,03).

dalam pengambilan keputusan. Informasi 3. Tidak terdapat hubungan yang

diberikan hanya pada kepentingan tugas. bermakna antara hubungan

Motivasi dilakukan dengan imbalan dan interpersonal dengan tingkat stres kerja

hukuman. Sedangkan pada penelitian perawat IGD (p value = 0,07).

Umasangadji (2019) menunjukkan bahwa 4. Terdapat hubungan yang bermakna

tidak ada hubungan antara tipe antara tipe kepemimpinan dengan

kepemimpinan dengan tingkat stres kerja


tingkat stres kerja perawat IGD (p value perawat IGD sehingga stres kerja

= 0,04). perawat IGD tidak terjadi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


SARAN
Peneliti selanjutnya dapat melakukan
Berdasarkan kesimpulan dari hasil
penelitian serupa dengan sampel yang
penelitian tersebut dapat diajukan saran-saran
lebih banyak, metode pendekatan yang
sebagai berikut :
berbeda, dan mencari faktor-faktor lain

1. Bagi Institusi Pendidikan yang dapat mempengaruhi tingkat stres

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai kerja perawat IGD.

sumber pengetahuan, terutama yang


DAFTAR PUSTAKA
berhubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi tingkat stres kerja Ahmadun, Muhammad.(2017).Hubungan


Beban Kerja Perawat dengan Stres
perawat IGD. Kerja di Puskesmas Kuala Kampar
Kabupaten Pelawan Provinsi
2. Bagi Institusi Kesehatan Baru.Naskah Publikasi.

Institusi kesehatan hendaknya Aiska, Selviani.(2014).Analisis Faktor-Faktor


yang Berpengaruh pada Tingkat Stres
menyesuaikan beban kerja dengan Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia Yogyakarta.Naskah Publikasi.
jumlah tenaga keperwatan. Serta
Akbar.(2013).Hubungan Antara Kecerdasan
Emosi dengan Stres Keja pada
pemimpin hendaknya memotivasi serta
Perawat . Journal Ecopsy Volume 1 No
1.
memberdayakan bawahannya dengan
Amanda.(2012).Ageing, Work-related Stress and
baik agar dapat meningkatkan kepuasan Health.TAEN-The Age Employment
Network.
kerja sehingga tidak terjadi stres kerja.
Amalia.(2017).Gaya Kepemimpinan
3. Bagi Profesi Keperawatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Sayang Rakyat Provinsi
Perawat hendaknya dapat Sulawesi Selatan.Repositori UNHAS.
mengantisipasi penyebab terjadinya stres Ambarwati.(2014).Pengaruh Beban Kerja
Terhadap Stres Perawat IGD dengan
kerja dengan mengetahui faktor-faktor Dukungan Sosial Sebagai Variabel
Moderating.Skripsi.Semarang :
yang mempengaruhi tingkat stres kerja
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ekawati.(2015).Hubungan Karakteristik
Universitas Diponegoro. Individu dan Hubungan
Interpersonal dengan Stres Kerja
pada Petugas Penjagaan (Sipir) di
Andi.(2012).Hubungan Interpersonal (Pengertian, Lapas Kelas IIA Wanita Semarang.
Teori, Tahap, Jenis, dan Faktor yang Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal)
mempengaruhi Hubungan Interpersonal). Volume 3 No 3.

Arikunto.(2006).Penelitian Kuantitatif dan Ekawati, Wahyuni, dan


Kualitatif.Jakarta: Rineka Cipta. Astuti.(2017).Hubungan Antara
Faktor Individu, Beban Kerja, dan
Asrifuddin.(2017).Hubungan antara Beban Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja
Kerja dengan Stres Kerja pada pada Perawat di RSUD Dr. Amino
Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Gundohutomo Semarang.Jurnal
Sakit Hermana Lambean. Kesehatan Masyarakat (e-journal) Volume
5 No 5.
Atmaji.(2011).Pengaruh Stres Kerja dan
Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Enjang, A.S. (2009).Komunikasi
Perawat.Skripsi. Konseling.Bandung: Nuansa.

Azizollahet.al.(2017).Study of Job Stress Erdius.(2017).Stres Kerja pada Perawat


Among Nurses Working in Teaching Rumah Sakit di Muara Ehim: Analisis
Hospitals. Scholars Research Library. Beban Keja Fisik dan Mental.Berita
Der Pharmacia Lettre,9(1):37-42. Kedokteran Masyarakat Volume 33 No
9.
Bachri.(2016).Hubungan Gaya
Kepemimpinan, Motivasi, Stres Kerja Fauzan.(2017).Pengaruh Stres dan
dengan Kinerja Perawat.Jurnal Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Kesehatan Berkala Volume 1 No 2. Perawat di Rumah Sakit Umum
Daerah Pematangsiantar.Jurnal
Budiono.(2016).Konsep Dasar Keperawatan. Wawasan Manajemen Volume 5 No 1.
Pusdik SDM Kesehatan.
Fitri.(2013).Analisis Faktor-Faktor yang
Danang, Sulastri.(2006).Hubungan Stres Berhubungan dengan Kejadian Stres
Kerja dengan Adaptasi pada Perawat Kerja pada Karyawan Bank
di Instalasi Gawat Darurat RSUD BMT.Jurnal Kesehatan Masyarakat
Pandan Arang Boyolali. Volume 2 No 1.

Darmawan.(2013). Metode Penelitian Handoko, T. H.(2008).Manajemen Personalia


Kuantitatif. Bandung : PT REMAJA dan Sumber Daya Manusia.Yogyakarta:
ROSDAKARYA. BPFE

Deviantony.(2017).Analisis Faktor yang Harnani.(2012).Faktor yang Berhubungan


Berhubungan dengan Waktu Tunggu dengan Stres Kerja Pada Perawat
Pasien Setelah Keputusan Rawat Instalasi Gawat Darurat.Jurnal
Inap diputuskan di Zona Kuning Keperawatan Volume 5 No 1.
Instalasi Gawat Darurat RSUD dr.
Iskak Tulungagung.NurseLine Journal Haryanto.(2014).Pengaruh Stres Kerja dan
Volume 2 No 2. Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan
Kerja di RSUD Kota
Dinas Kesehatan.(2016).Profil Kesehatan Semarang.Skripsi.
Provinsi Jawa Barat.
Haybatollahi.(2009).Work Stress in the Manado.ejournal Keperawatan (e-Kep)
Nursing Profession An Evaluation of Volume 3 No 1.
Organization Causal
Attribution.Departement of Social Nasir, Abdul dan Abdul,
Psychology, University of Helsinki. Muhith.(2011).Dasar-Dasar
Herdianti.(2012).Gambaran Beban Kerja Keperawatan Jiwa, Pengantar dan
Perawat Pelaksana Unit Instalasi Teori.Jakarta: Salemba Medika.
Gawat Darurat Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.Naskah Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian
Publikasi. Kesehatan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
Oliver, Kim.(2017).An Assesment of Nurses
Hidayat.(2013).Hubungan Faktor Stres Kerja Experiences of Work Related Stress
dengan Kinerja Perawat di Instalasi Through Self-Reporting and Hair Cortisol
Gawat Darurat Rumah Sakit Premier Analysis, in a Metropolitan Hospital in
Surabaya.Jurnal Keperawatan. Western Australia.Research online.

Hidayat, AA.(2008).Riset Keperawatan dan PERMENKES RI No.47 Tahun 2018


Tehnik Penulisan Ilmiah, Edisi 2.Jakarta: Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.
Salemba Medika.
Pitaloka, D.(2010).Pengaruh Kondisi Kerja
Kaban.(2016).Hubungan Gaya dan Beban Kerja Perawat di Ruang Rawat
Kepemimpinan Kepala Ruangan Inap RSU Kabanjahe Kab. Karo.
dengan Kepuasan Keja Perawat Skripsi. Medan : USU.
Pelaksana di Royal Prima
Hospital.Jurnal Maternitas Kebidanan Prasetio.(2018).Pengaruh Gaya
Volume 3 No 1. Kepemimpinan terhadap Stres Kerja
Anggota Polri Divisi PROPAM
Kasmarani.(2012).Pengaruh Beban Kerja Polda Jawa Barat.Jurnal Manajemen dan
Fisik dan Mental Terhadap Stres Bisnis (ALMANA) Volume 2 No1.
Kerja pada Perawat di Instalasi
Gawat Darurat (IGD) RSUD Purwaningsih.(2013).Hubungan antara
Cianjur.Jurnal Kesehatan Masyarakat Beban Kerja dengam Stres Kerja
(JKM) Volume 1 No 2. Perawat di Instalasi Gawat Darurat
RSUD Kabupaten Semarang.Jurnnal
Konstantinos, N., Christina, Manajemen Keperawatan Bolume 1 No 1.
O.(2008).Factors Influencing Stress And Job
Statisfaction Of Nurses Working In Punaji. (2012). Metode Penelitian Pendidikan dan
Psychiatric Units; A Research Pengembangan. Jakarta : KENCANA
Review.Health Science Journal Volume 2, MEDIA PERDANA GROUP.
Issue 4
Rahmatia.(2017).Faktor yang Berhubungan
Linda.(2018).Faktor-Faktor yang dengan Stres Kerja pada Perawat di
Berhubungan dengan Stres Kerja Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa
Perawat di Instalasi Gawat Darurat Provinsi Sulawesi Tenggara.Jurnal
RSUD Ulin Banjarmasin.Healthy-Mu Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
Journal Volume 2 No 1. (JIMKESMAS) Volume 2 No 6.

Lumintang.(2015).Perbedaan Tingkat Stres Rataningrum.(2012).Tingkat Stres Perawat di


Kerja Perawat Instalasi Gawat Ruang Psikiatri Intensif Rumah Sakit
Darurat dan Unit Rawat Inap di dr. H. Marzoeki Mahdi
Rumah Sakit Pancaran Kasih GMIM Bogor.Skripsi.Depok : Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Pancaran Kasih Manado.e-journal
Indonesia. Keperawatan (e-Kep) Volume 7 No 1.

Riwidikdo, H.(2013).Statistik Kesehatan : Widiyanto.(2015).Hubungan Gaya


dengan Aplikasi SPSS dalam Prosedur Kepemimpinan Kepala Ruangan
Penelitian Handoko terhadap Tingkat Stres pada Perawat
Riwidikdo.Yogyakarta: Rohima Press. Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSJD
Dr. Aminogondo Hutomo Provinsi
Sarafino.(2007).Health Psychology / Edward P. Jawa Tengah.e-Journal Volume 5 No 2.
Sarafino.New York: John Willey &
Sons. Yana.(2014).Stres Kerja pada Perawat
Instalasi Gawat Darurat di RSUD Pasar
Saribu.(2012).Hubungan Beban Kerja Rebo. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi
dengan Stres Kerja Perawat DKI Jakarta.
Pelaksanadi Ruang IGD dan ICU
RSUD Haji Abdul Manan Yusuf, A., Fitriyasari., Nihayati. (2015). Buku
Simatupang Kisaran.Repositori Institusi Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Universitas Sumatera Utara. Salemba Medika.
Setiyana.(2013).Forgiveness dan Stres Kerja
terhadap Perawat.Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan (JIPT) Volume 1 No 2.

Srifatmawati.(2012).Hubungan
Interpersonal.Jakarta: Salemba
Humanika.

Stuart, G.W. (2006). Buku Saku Keperawatan


Jiwa. Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Tindakan


Komprehensif. Bandung :Alfabeta.

Sumadi. (2013). Metodologi Penelitian. Depok :


PT RAJA GRAFINDO PERSADA.

Sunaryo.(2004).Psikologis untuk
Keperawatan.Jakarta : EGC.Hal 218-219.

Suparwati.(2015).Hubungan Interpersonal
dengan Tingkat Stres Perawat di
Ruang Rawat Inap Dewasa RSU
PKU Muhammadiyah Bantul.Naskah
Publikasi.

Suranto.(2011).Hubungan
Interpersonal.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Umasangadji.(2019).Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan
dengan Kinerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit GMIM

Anda mungkin juga menyukai