Oleh :
VISI
Menjadi Institusi Pendidikan Keperawatan yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020
MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif Yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif Yang Berbasis IPTEK dan
Teknologi Tepat Guna
4. Mengembangkan Program Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri
Transparan, dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal Maupun Regional
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala
rahmat dan kurunia yang telah dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Desain Inovasi Pengaruh Hand Up Elivasi 30 Derajat Pada Pasien
Stroke Di Ruang Icu Rsud Dr Rubini Mempawah, Saya menyadari bahwa laporan
desain inovasi ini dapat tersusun berkat bantuan semua pihak, untuk itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns Puspa wardhani M.Kep selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak.
2. Ns.Fahrul ardiansya , S.Kep, M.Kep, Sp. Kmb selaku Clinical Teacher
3. Ns johan, S.Kep Selaku Clinical Lapangan
Akhir kata saya berharap semoga laporan desain inovasi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, Khususnya rekan-rekan mahasiswa Keperawatan dan mahasiswa
Prodi Pendidikan Profesi Ners khusunya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
C. Pengumpulan Data....................................................................................4
D. Manfaat......................................................................................................4
A. Persyaratan PMO....................................................................................17
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................25
A. Kesimpulan..............................................................................................25
B. Saran........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Stroke adalah penyebab kematian yang utama. Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS. Hal ini teramati pula di banyak
negara. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker
secara global. (Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016).
Stroke hemoragik sekitar 10 - 15% mengakibatkan perdarahan intra serebral terhitung dari
seluruh stroke dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark serebral. (Nasisi, 2017)
Peningkatan intra kranial akan menyebabkan herniasi ke arah batang otak sehingga
mengakibatkan gangguan pusat pengaturan organ vital, gangguan pernafasan, hemodinamik,
kardiovaskuler dan kesadaran (Anurogo, 2018).
Oleh karena itu peningkatan intrakranial merupakan kegawatdaruratan yang harus diatasi
dengan segera. Dalam studi penelitian yang dilakukan oleh Schneider, dkk (2014 dalam
Muhammad, 2017) menyatakan bahwa salah satu penatalaksanaan penurunan peningkatan intra
kranial adalah dengan mengatur posisi kepala elevasi 15- 30° untuk meningkatkan venous
drainage dari cerebral ke jantung. Elevasi kepala 15- 30º aman sepanjang tekanan perfusi serebral
dipertahankan lebih dari 70 mmHg dengan melihat indikator MAP (Mean Arterial Pressure).
Disamping itu tindakan elevasi kepala 15- 30º tersebut juga diharapkan venous return (aliran
balik) ke jantung berjalan lebih optimal sehingga dapat mengurangi edema intaserebral karena
perdarahan. Tetapi fenomena di Rumah sakit Margono Purwokerto posisi tidur dengan elevasi
kepala 15- 30º belum digunakan secara optimal sebagai tindakan karena belum ada evidece based
nursing practice (bukti ilmiah) yang dijadikan sebagai acuan tindakan.
Disamping itu berdasarkan survey pendahuluan 10 pasien stroke hemorargik yang
dilakukan oleh peneliti di Rumah sakit Margono di dapatkan hasil 7 pasien dengan tekanan darah
tidak normal / stabil, terjadi penurunan kesadaran, mual, muntah dan MAP rata –rata antara 60-70
mmHg dengan posisi flat atau elevasi kepala di bawah 15- 30º serta belum adanya SPO ( Standar
Prosedur Operasi ) untuk mengatur posisi kepala pada pasien dengan kasus stroke hemoragik.
Tujuan desain inovasi ini adalah untuk Mengetahui pengaruh elevasi posisi kepala pada klien
stroke hemoragik terhadap tekanan rata-rata arterial, tekanan darah dan tekanan intra kranial di
RSUD dr Rubini Mempawah Tahun 2021.
2. Tujuan Karya Tulis Ilmiah
a. Tujuan umum
Memberikan inovasi hand up elevasi 30º pada pasien stroke hemoragik untuk mengurangi
tekanan darah dan tekanan intra kranial dan diharapkan mampu memahami dan menerapkan
inovasi hand up elevasi 30º pada pasien stroke hemoragik.
b. Tujuan khusus
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan yang tepat terhadap klien dengan
Stroke.
2) Mampu melakukan tindakan menurunkan tekanan intracranial dengan
menggunakan hand up elevasi 30º.
3) Mampu mengaplikasikan hand up elevasi 30º sebagai pengganti terapi
farmakologi dalam proses menurunkan tekanan darah dan tekanan intrakranial.
4) Mampu mengevaluasi proses penurunan tekanan intrakranial setelah dilakukan
hand up elevasi 30º.
3. Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengumpulan informasi melalui indra pengelihatan, perabaan, pendengaran, penciuman, dan
alat perasa. Observasi ini dilakukan terus menerus selama klien mendapat asuhan
keperawatan. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dan melakukan asuhan
keperawatan terhadap klien.
b. Wawancara
Wawacara yang dilakukan adalah tanya jawab dengan keluarga yang menyangkut dengan
kasus klien.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan mengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengambil dari
pemeriksaan klien. Dapat berupa tabel, gambar, atau daftar periksa. Penulis dalam melakukan
pengkajian selalu mencatat hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang ada pada klien.
4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori atau karya inovasi yang diperoleh di pelayanan
kesehatan dan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan
pada klien dengan stroke.
b. Bagi Keluarga
Hasil penulisan ini dapat membantu anggota dalam menangani masalah stroke, informasi
kepada keluarga tentang stroke dan bagaimana proses penanganan klien dengan
meningkatkan pengetahuan serta menerapkan merawat dengan kasus stroke menggunakan
inovasi pemberian hand up elevasi 30°.
c. Bagi Profesi Kesehatan
Hasil desain inovasi ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam pengembangan ilmu
keperawatan di masa yang akan datang pada penyakit stroke hemoragik. dengan
menggunakan hand up elivasi 30°. Dan diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan
dalam pengobatan non farmakologis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
otak yang disebabkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzar & Bare,
2001 dalam Tembaru, 2018). Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah
serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam jaringan otak atau area sekitar
(Rochmawati, 2012). Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah (Geofani, 2017). Stroke hemoragik adalah perdarahan ke dalam jaringan otak
atau perdarahan subarachnoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
yang dapat menganggu aliran darah ke otak dan menyebabkan kerusakan pada otak.
2. Tanda gejala
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat
e. Disatria (bicara cedel atau pelo) merupakan kesulitan bicara terutama dalam
f. Gangguan penglihatan/diplopia
g. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
3. Klasifikasi
Juwono (2016) mengemukakan bahwa berdasarkan jenisnya, stroke hemoragik dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Perdarahan Intra Serebri (PIS) / Intracerebral Hemorrhage (ICH)
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang disebabkan
oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau
angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi tersebut, paling sering
disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan intraserebral
menyumbang sekitar 10% dari semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi
penyebab kematian akibat stroke. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh
hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik,
diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia,
pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat,
amiloidosis serebrovaskular.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA) / Subarachnoid Hemorrage (SAH)
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan
selaput otak (rongga subaraknoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan
lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges).
Subarachnoid hemorrhage adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat
menghasilkan cacat permanen yang serius.
4. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan oleh
arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti
mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya
karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang
lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Menurut Arum (2015), faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke
antara lain :
makanan
tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan
k. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri
m. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml
untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo- peritoneal bila ada hidrosefalus
obstrukis akut.
n. Terapi obat-obatan
a. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya terjadi
b. Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktifitas listrik otak
c. Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala clauster
7. Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik sperti stroke
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan
b. Lumbal fungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka
terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan
c. CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
permukaan otak.
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari heemoragik
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak
leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal,
trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien
pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah
seperti warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam
dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin, PTT
Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien
sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit ini termasuk ke dalam salah
BAB 3
LAPORAN KASUS
Pengertian
Head up adalah suatu posisi menaikkan kepala dari tempat tidur sekitar 15° – 30°.
Tujuan
Untuk menurunkan TIK tanpa menurunkan CCP, jika elevasi lebih tinggi dari 30
maka tekanan perfusi otak akan turun.
Indikasi
1. Menurunkan tekanan intra kranial pada kasus trauma kepala, lesi otak atau gangguan
neurologi
2. Memfasilitasi venos drainage dari kepala
Kontra Indikasi
Pasien Hipotensi
Prosedur kerja
NO. ASPEK
A. PRA INTERAKSI
1. Mempersiapkan alat :
Blok pengganjal tempat tidur atau tempat tidur yang bisa di stel
2. Meverifikasi data
B. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam / menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien
C. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menutup pintu, jendela, tirai
3. Menggangkat bagian kepala tempat tidur (15° - 30°)
D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan
E. PENAMPILAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapeutik
3. Ketelitian selama tindakan
4. Keamanan klien selama tindakan
5. Keamanan perawat selama tindakan
BAB 4
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan “ inovasi pemberian kompres aloevera untuk menurunkan
suhu pada hipertermi di wilayah Kota Magelang. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam penurunan suhu tubuh An.N yang semula
37,50C menjadi 36,50C. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan kompres
aloevera merupakan cara yang efektif untuk menurunkan suhu tubuh secara
nonfarmakologi dengan metode perpindahan panas melalui konduksi dan
evaporasi. Aloevera mengandung 95% air yang berfungsi untuk
menurunkan suhu tubuh. Aloevera yang di kompreskan pada dahi klien akan
mempengaruhi pembuluh darah menjadi vasolidasi sehingga memberikan
sinyal kepada hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh. Pemberian
kompres aloevera yang bersifat sementara jika dalam dua hari tidak
mengalami penurunan suhu diharapkan untuk kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain.
2. Saran
a. Saran bagi profesi kesehatan
saran bagi profesi kesehatan menerapkan aplikasi pemberian kompres aloevera sebagai
pertolongan pertama untuk menangani kasus demam.
b. Saran untuk institutsi pendidikan
Penulis berharap bagi institutsi pendidikan untuk mengembangkan cara menangani
demam dengan menggunakan kompres aloevera serta menambah ilmu pengetahuan
tentang menengani kasus demam pada anak.
c. Saran untuk masyarakat
Saran untuk masyarakat dapat menerapkan pengobatan tradisional menggunakan
kompres aloevera karena memiliki efek samping yang tidak berbahaya.
d. Saran untuk keluarga anak
Menerapkan kompres aloevera untuk manangani demam karena mudah untuk lakukan
serta meningkatkan pengetahuan penanganan demam.
e. Saran untuk anak
Harapannya anak yang mengalami demam selalu menjaga kondisi tubuhnya dan
meningkatkan nutrisi dan cairan yang lebih untuk membantu penyembuhan proses
penyakit
f. Saran untuk penulis
Lebih mendalami permasalahan yang terjadi dan menambah referensi terkait dengan
pembahasan untuk menurunkan demam selain menggunakan kompres aloevera.