Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN DESAIN INOVATIF

“Pengaruh Hand Up Elivasi 30 Derajat Kepada Pasien Stroke”

Oleh :

Emma Ardiana Nim :201133022


Kornelia Lea Nim :201133035
Lulu Noharia Nim :201133039
Muhammad Hafiz Nim :201133047
Nelta Cory Itaty Nim :201133050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN 2020/2021
PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
Menjadi Institusi Pendidikan Keperawatan yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat Regional
Tahun 2020

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif Yang Berbasis Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif Yang Berbasis IPTEK dan
Teknologi Tepat Guna
4. Mengembangkan Program Pendidikan Keperawatan yang unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri
Transparan, dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama Baik Lokal Maupun Regional
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala
rahmat dan kurunia yang telah dilimpahkan kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan Desain Inovasi Pengaruh Hand Up Elivasi 30 Derajat Pada Pasien
Stroke Di Ruang Icu Rsud Dr Rubini Mempawah, Saya menyadari bahwa laporan
desain inovasi ini dapat tersusun berkat bantuan semua pihak, untuk itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns Puspa wardhani M.Kep selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi Ners
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Pontianak.
2. Ns.Fahrul ardiansya , S.Kep, M.Kep, Sp. Kmb selaku Clinical Teacher
3. Ns johan, S.Kep Selaku Clinical Lapangan
Akhir kata saya berharap semoga laporan desain inovasi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, Khususnya rekan-rekan mahasiswa Keperawatan dan mahasiswa
Prodi Pendidikan Profesi Ners khusunya.

Mempawah , Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Tujuan Desain Inovasi...............................................................................3

C. Pengumpulan Data....................................................................................4

D. Manfaat......................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6

A. Konsep Dasar Keluarga.............................................................................6

B. Konsep Dasar ODGJ.................................................................................8

BAB 3 LAPORAN KASUS..................................................................................14

A. Persyaratan PMO....................................................................................17

B. Peran seorang PMO (Pengawas Minum Obat ).......................................20

C. Karakteristik pasien PMO.......................................................................23


D. Tingkat Sosial Ekonomi Pasien dan PMO
E. tingkat Sosial Ekonomi Pasien dan PMO................................................24

BAB 4 PENUTUP.................................................................................................25

A. Kesimpulan..............................................................................................25

B. Saran........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Stroke adalah penyebab kematian yang utama. Pola penyebab kematian di rumah sakit
yang utama dari data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di RS. Hal ini teramati pula di banyak
negara. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker
secara global. (Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 2016).
Stroke hemoragik sekitar 10 - 15% mengakibatkan perdarahan intra serebral terhitung dari
seluruh stroke dan memiliki tingkat mortalitas lebih tinggi dari infark serebral. (Nasisi, 2017)
Peningkatan intra kranial akan menyebabkan herniasi ke arah batang otak sehingga
mengakibatkan gangguan pusat pengaturan organ vital, gangguan pernafasan, hemodinamik,
kardiovaskuler dan kesadaran (Anurogo, 2018).
Oleh karena itu peningkatan intrakranial merupakan kegawatdaruratan yang harus diatasi
dengan segera. Dalam studi penelitian yang dilakukan oleh Schneider, dkk (2014 dalam
Muhammad, 2017) menyatakan bahwa salah satu penatalaksanaan penurunan peningkatan intra
kranial adalah dengan mengatur posisi kepala elevasi 15- 30° untuk meningkatkan venous
drainage dari cerebral ke jantung. Elevasi kepala 15- 30º aman sepanjang tekanan perfusi serebral
dipertahankan lebih dari 70 mmHg dengan melihat indikator MAP (Mean Arterial Pressure).
Disamping itu tindakan elevasi kepala 15- 30º tersebut juga diharapkan venous return (aliran
balik) ke jantung berjalan lebih optimal sehingga dapat mengurangi edema intaserebral karena
perdarahan. Tetapi fenomena di Rumah sakit Margono Purwokerto posisi tidur dengan elevasi
kepala 15- 30º belum digunakan secara optimal sebagai tindakan karena belum ada evidece based
nursing practice (bukti ilmiah) yang dijadikan sebagai acuan tindakan.
Disamping itu berdasarkan survey pendahuluan 10 pasien stroke hemorargik yang
dilakukan oleh peneliti di Rumah sakit Margono di dapatkan hasil 7 pasien dengan tekanan darah
tidak normal / stabil, terjadi penurunan kesadaran, mual, muntah dan MAP rata –rata antara 60-70
mmHg dengan posisi flat atau elevasi kepala di bawah 15- 30º serta belum adanya SPO ( Standar
Prosedur Operasi ) untuk mengatur posisi kepala pada pasien dengan kasus stroke hemoragik.
Tujuan desain inovasi ini adalah untuk Mengetahui pengaruh elevasi posisi kepala pada klien
stroke hemoragik terhadap tekanan rata-rata arterial, tekanan darah dan tekanan intra kranial di
RSUD dr Rubini Mempawah Tahun 2021.
2. Tujuan Karya Tulis Ilmiah
a. Tujuan umum
Memberikan inovasi hand up elevasi 30º pada pasien stroke hemoragik untuk mengurangi
tekanan darah dan tekanan intra kranial dan diharapkan mampu memahami dan menerapkan
inovasi hand up elevasi 30º pada pasien stroke hemoragik.
b. Tujuan khusus
1) Mampu melakukan pengkajian keperawatan yang tepat terhadap klien dengan
Stroke.
2) Mampu melakukan tindakan menurunkan tekanan intracranial dengan
menggunakan hand up elevasi 30º.
3) Mampu mengaplikasikan hand up elevasi 30º sebagai pengganti terapi
farmakologi dalam proses menurunkan tekanan darah dan tekanan intrakranial.
4) Mampu mengevaluasi proses penurunan tekanan intrakranial setelah dilakukan
hand up elevasi 30º.
3. Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengumpulan informasi melalui indra pengelihatan, perabaan, pendengaran, penciuman, dan
alat perasa. Observasi ini dilakukan terus menerus selama klien mendapat asuhan
keperawatan. Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung dan melakukan asuhan
keperawatan terhadap klien.
b. Wawancara
Wawacara yang dilakukan adalah tanya jawab dengan keluarga yang menyangkut dengan
kasus klien.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan mengumpulan data dengan cara mempelajari dan mengambil dari
pemeriksaan klien. Dapat berupa tabel, gambar, atau daftar periksa. Penulis dalam melakukan
pengkajian selalu mencatat hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang ada pada klien.
4. Manfaat
a. Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan teori-teori atau karya inovasi yang diperoleh di pelayanan
kesehatan dan dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan keperawatan
pada klien dengan stroke.
b. Bagi Keluarga
Hasil penulisan ini dapat membantu anggota dalam menangani masalah stroke, informasi
kepada keluarga tentang stroke dan bagaimana proses penanganan klien dengan
meningkatkan pengetahuan serta menerapkan merawat dengan kasus stroke menggunakan
inovasi pemberian hand up elevasi 30°.
c. Bagi Profesi Kesehatan
Hasil desain inovasi ini dapat sebagai pengetahuan dan masukan dalam pengembangan ilmu
keperawatan di masa yang akan datang pada penyakit stroke hemoragik. dengan
menggunakan hand up elivasi 30°. Dan diharapkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan
dalam pengobatan non farmakologis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Stroke Hemoragik

1. Definisi

Stroke/penyakit Stroke atau cedera serebrovaskuler adalah kehilangan fungsi

otak yang disebabkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzar & Bare,

2001 dalam Tembaru, 2018). Stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh darah

serebral sehingga terjadi perdarahan ke dalam jaringan otak atau area sekitar

(Rochmawati, 2012). Stroke Hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah

sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu

daerah (Geofani, 2017). Stroke hemoragik adalah perdarahan ke dalam jaringan otak

atau perdarahan subarachnoid, yaitu ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan

jaringan yang menutupi otak (Yuniarsih, 2020).

Jadi dapat disimpulkan bahwa stroke hemoragik adalah pecahnya pembuluh

darah di otak sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan di dalam jaringan otak

yang dapat menganggu aliran darah ke otak dan menyebabkan kerusakan pada otak.

2. Tanda gejala
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian
mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke hemoragik, gejala klinis meliputi:
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia

(paralisis) yang timbul secara mendadak.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi akibat

perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau terjadinya


gangguan metabolik otak akibat hipoksia

d. Afasia (kesulitan dalam bicara) Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi

bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa.

e. Disatria (bicara cedel atau pelo) merupakan kesulitan bicara terutama dalam

artikulasi sehingga ucapannya menjadi tidak jelas.

f. Gangguan penglihatan/diplopia

g. Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.

Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena terganggunya

saraf yang mensarafi bladder dan bowel.

h. Vertigo, mual, muntah, nyeri kepala, terjadi karena peningkatan tekanan

intrakranial, edema serebri

3. Klasifikasi
Juwono (2016) mengemukakan bahwa berdasarkan jenisnya, stroke hemoragik dibagi
menjadi 2 yaitu:
a. Perdarahan Intra Serebri (PIS) / Intracerebral Hemorrhage (ICH)
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang disebabkan
oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau
angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu kondisi tersebut, paling sering
disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis. Perdarahan intraserebral
menyumbang sekitar 10% dari semua stroke, tetapi memiliki persentase tertinggi
penyebab kematian akibat stroke. Perdarahan ini banyak disebabkan oleh
hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma kriptogenik,
diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia,
pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat,
amiloidosis serebrovaskular.
b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA) / Subarachnoid Hemorrage (SAH)
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan tiba-tiba ke dalam rongga diantara otak dan
selaput otak (rongga subaraknoid) diantara lapisan dalam (pia mater) dan
lapisan tengah (arachnoid mater) para jaringan yang melindungan otak (meninges).
Subarachnoid hemorrhage adalah gangguan yang mengancam nyawa yang bisa cepat
menghasilkan cacat permanen yang serius.
4. Etiologi
Terhalangnya suplai darah ke otak pada stroke perdarahan (stroke hemoragik) disebabkan oleh
arteri yang mensuplai darah ke otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang
mendadak tinggi dan atau oleh stress psikis berat. Peningkatan tekanan darah yang mendadak
tinggi juga dapat disebabkan oleh trauma kepala atau peningkatan tekanan lainnya, seperti
mengedan, batuk keras, mengangkat beban, dan sebagainya. Pembuluh darah pecah umumnya
karena arteri tersebut berdinding tipis berbentuk balon yang disebut aneurisma atau arteri yang
lecet bekas plak aterosklerotik (Junaidi, 2011).
Menurut Arum (2015), faktor-faktor resiko yang dapat menyebabkan stroke

antara lain :

a. Hipertensi (tekanan darah tinggi)


Tekanan darah tinggi merupakan peluang terbesar terjadinya stroke. Hipertensi
mengakibatkan adanya gangguan aliran darah dan diameter pembuluh darah akan mengecil
sehingga darah yang mengalir ke otak pun berkurang. Dengan pengurangan aliran darah
ke otak, maka otak kekurangan suplai oksigen dan glukosa, lama- kelamaan jaringan otak
akan.
b. Penyakit jantung
Penyakit jantung seperti koroner dan infark miokard (kematian otot jantung) menjadi factor
terbesar terjadinya stroke. Jantung merupakan pusat aliran darah tubuh. Jika pusat
pengaturan mengalami kerusakan, maka aliran darah tubuh pun menjadi terganggu,
termasuk aliran darah menuju otak.
c. Diabetes mellitus
Pembuluh darah pada penderita diabetes melltus umumnya lebih kaku atau tidak lentur.
Hal ini terjadi karena adanya peningkatan atau penurunan kadar glukosa darah secara tiba-
tiba sehingga dapat menyebabkan kematian otak.
d. Hiperkolesterlemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kadar kolesterol dalam darah berlebih. LDL
yang berlebih akan mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah. Kondisi
seperti ini lama-kelamaan akan menganggu aliran darah, termasuk aliran darah ke otak.
e. Obesitas
Obesitas atau overweight (kegemukan) merupakan salah satu faktor terjadinya
stroke. Hal itu terkait dengan tingginya kadar kolesterol dalam darah. Pada orang
dengan obesitas, biasanya kadar LDL (Low- Density Lipoprotein) lebih tinggi
disbanding kadar HDL (High- Density Lipoprotein).
f. Merokok
Menurut berbagai penelitian diketahui bahwa orang-orang yang merokok mempunyai kadar
fibrinogen darah yang lebih tinggi dibanding orang-orang yang tidak merokok.
Peningkatan kadar fibrinogen mempermudah terjadinya penebalan pembuluh darah
sehingga pembuluh darah menjadi sempit dan kaku. Karena pembuluh darah menjadi
sempit dan kaku, maka dapat menyebabkan gangguan aliran darah.
5. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto (2013), penatalaksanaan umum stroke pada fase akut terdiri atas :
a. Terapi cairan.
Stroke beresiko terjadinya dehidrasi karena penurunan kesadaran atau mengalami disfagia.
Terapi cairan ini penting untuk mempertahankan sirkulasi darah dan tekanan darah. The
American Heart Association sudah menganjurkan normal saline 50 ml/jam selama jam-jam
pertama dari stroke iskemik akut.
b. Terapi oksigen
Pasien stroke iskemik dan hemoragik mangalami gangguan aliran darah ke otak sehingga
kebutuhan oksigen sangat penting untuk mengurangi hipoksia dan juga untuk
mempertahankan metabolism otak. Pertahankan jalan napas, pemberian oksigen,
penggunaan ventilator, merupakan tindakan yang dapat dilakukan sesuai hasil pemeriksaan
analisa gas darah atau oksimetri
c. Penatalaksanaan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
Peningkatan intra cranial biasanya disebabkan karena edema serebri, oleh karena itu
pengurangan edema penting dilakukan misalnya.
d. Monitor fungsi pernapasan : Analisa Gas Darah
e. Monitor jantung dan tanda-tanda vital, pemeriksaan EKG
f. Evaluasi status cairan dan elektrolit
g. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri

h. Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi labung dan pemberian

makanan

i. Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan j) Monitor tanda-

tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi sensorik dan

motorik, nervus cranial dan reflex

j. Evaluasi status cairan dan elektrolit

k. Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah resiko injuri

l. Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil, fungsi

sensorik dan motorik, nervus cranial dan reflex

m. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml
untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo- peritoneal bila ada hidrosefalus
obstrukis akut.
n. Terapi obat-obatan

1) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium


2) Diuretic : manitol 20%, furosemid
3) Antikolvusan : fenitoin
6. Koplikasi
Menurut Geofani (2017) stroke hemoragik dapat menimbulkan beberapa

komplikasi antara lain :

a. Komplikasi yang sering terjadi pada masa lanjut atau pemulihan biasanya terjadi

akibat immobilisasi seperti pneumonia, dekubitus, kontraktur, thrombosis vena

dalam, atropi, inkontinensia urine dan bowel

b. Kejang, terjadi akibat kerusakan atau gangguan pada aktifitas listrik otak

c. Nyeri kepala kronis seperti migraine, nyeri kepala tension, nyeri kepala clauster

d. Malnutrisi, karena intake yang tidak adekuat.

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Robinson dan Saputra (2014) pemeriksaan penunjang pada pasien

stroke antara lain adalah sebagai berikut :

a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik sperti stroke

perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan

ditemukan adanya aneurisma

b. Lumbal fungsi
Biasanya pada pasien stroke hemoragik, saat pemeriksaan cairan lumbal maka

terdapat tekanan yang meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan

menunjukkkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau pada intracranial

c. CT-Scan
Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan

otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan

biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke

permukaan otak.

d. Macnetic Resonance Imaging (MRI)


Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan

biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari heemoragik

e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari

jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak

g. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit, Eritrosit.


Hal ini berguna untuk mengetahui apakah pasien menderita anemia. Sedangkan

leukosit untuk melihat sistem imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal,

berarti ada penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien

h. Test darah koagulasi


Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin time, partial

thromboplastin (PTT), International Normalized Ratio (INR) dan agregasi

trombosit. Keempat test ini gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien

menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan perdarahan atau

pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya sudah menerima obat pengencer darah

seperti warfarin, INR digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam

dosis yang benar. Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati heparin, PTT

bermanfaat untuk melihat dosis yang diberikan benar atau tidak.

i. Test kimia darah


Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat, dll.

Apabila kadar gula darah atau kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien

sudah menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit ini termasuk ke dalam salah

satu pemicu stroke.

B. HAND UP ELEVASI KEPALA 30°


Elevasi kepala 30 derajat merupakan praktik yang umum dilakukan untuk tata
laksana stroke. Walau demikian, penelitian terkini mempertanyakan apakah posisi
kepala elevasi ini leih baik dibandingkan dengan posisi supinasi. Posisi supinasi
diperkirakan dapat meningkatkan perfusi serebral, tetapi di sisi lain meningkatkan
resiko pneumonia aspirasi. Posisi elevasi kepala dapat mengurangi tekanan intrakranial
pada pasien dengan iskemi hemisferik luas atau stroke hemoragik. Pedoman klinis
belum menyarankan secara pasti posisi yang terbaik untuk pasien stroke akut.

Stroke merupakan penyakit yang secara global ada di peringkat kedua untuk


penyebab kematian, dan di peringkat ketiga untuk penyebab disabilitas. Penyakit ini
juga lebih sering ditemukan pada negara berkembang; 70% dari stroke dapat
ditemukan di negara pendapatan rendah-menengah (low- and middle-income
countries). Di Indonesia, dari setiap 1000 orang, delapan akan terkena stroke menurut
data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2011. Terlebih lagi, stroke terjadi 15
tahun lebih awal di negara berkembang dibandingkan dengan negara maju, di saat
penderita masih dalam usia produktif. Stroke dapat dicegah dan ditatalaksanai, tetapi
permasalahannya adalah pedoman klinis yang tersedia sering kali hanya dapat
digunakan di negara maju. Tata laksana perlu menjalani pemeriksaan CT scan, yaitu
sebuah modalitas yang belum banyak tersedia di negara Indonesia. Negara berkembang
juga belum memadai dalam menangani faktor rehabilitasi, pencegahan, dan faktor
resiko yang tinggi.
Penelitian mengenai Posisi Kepala Pasien untuk Penanganan Stroke
Beberapa penelitian telah mencoba mencari hubungan antara posisi kepala
pasien pasca stroke akut dan pengaruhnya ke pasien. Hargroves et al. meneliti
pengaruh posisi kepala pada pasien pasca stroke di bagian korteks (arteri serebral
tengah) terhadap tingkat oksigenasi serebral menggunakan near infrared
spectroscopy (NIRS). Penelitian ini memiliki jumlah sampel kecil, hanya mencakup
tujuh orang, dan hasil yang ditemukan adalah bahwa posisi elevasi kepala
menyebabkan oksigenasi yang paling rendah, dan posisi supinasi memiliki oksigenasi
tertinggi. Sebuah meta analisis oleh Olavarria et al. mencari hubungan antara posisi
kepala dan blood flow velocity serebral di pasien dengan stroke iskemik akut. Hasil
yang didapat dari Olavarria et al. adalah bahwa aliran darah sangat meningkat di sisi
otak yang mengalami sumbatan (tidak ada pengaruh di sisi otak yang tidak tersumbat)
saat diposisikan pada 0 derajat atau 15 derajat dibandingkan dengan posisi elevasi
kepala 30 derajat. Hasil dari penelitian ini terbatas karena hanya 3 penelitian dengan
kualitas rendah yang digunakan untuk meta analisis ini. Kedua penelitian yang sudah
dibahas memiliki kekurangan karena membahas parameter pemeriksaan penunjang
tetapi belum mendiskusikan pengaruh posisi kepala terhadap hasil klinis pasien.
Sebuah penelitian cluster-randomized, crossover trial HeadPoST oleh
Anderson ett al. yang dipublikasikan tahun 2017 mencari tahu pengaruh posisi kepala
terhadap hasil klinis pada pasien. Penelitian ini mencakup 11,000 pasien dari sembilan
negara dan menganalisa berbagai parameter. Metode yang dilakukan adalah
mengaplikasikan salah satu posisi kepala yaitu supinasi atau elevasi kepala (≥30
derajat) terhadap berbagai kelompok stroke akut (iskemik 85% dan hemoragik) yang
dipertahankan selama 24 jam. Pasien lebih banyak yang dapat mempertahankan posisi
elevasi kepala dibandingkan posisi supinasi. Hasil yang dinilai kemudian
adalah disability  di hari ke-90 menggunakan skala Rankin dimodifikasi, serta adverse
event seperti pneumonia. Dari penelitian ini, tidak ada perbedaan pengaruh klinis yang
signifikan antara posisi supinasi atau elevasi kepala. Juga tidak ditemukan adanya
perbedaan jumlah adverse event yang signifikan dari dua kelompok tersebut.
Penelitian ini memiliki kelebihan dalam faktor jumlah pasien yang
tergabungkan dan desain yang mudah diaplikasikan, terutama saat dilihat
pengerjaannya dari sembilan negara yang berbeda. Namun penelitian ini memiliki
kekurangan untuk distribusi yang merata dari lokasi arteri yang tersumbat, dan
persentase pasien dengan stroke luas yang jauh lebih sedikit. Terapi posisi yang
diaplikasikan kepada pasien seringkali sudah melewati waktu kritis, sehingga waktu
modifikasi penumbra kemungkinan sudah terlewat. Kedua hal ini dapat mempengaruhi
hasil penelitian karena perbaikan yang diperlukan pasien kemungkinan tidak
signifikan (jumlah stroke luas yang sedikit) atau waktu penyembuhan yang sudah
terlewat.
Implikasi Klinis dan Kesimpulan
Penatalaksanaan stroke di negara berkembang masih sulit dilakukan dan
perbaikan klinis dan prognosis belum optimal. Posisi kepala pada pasien stroke akut
yang dipertimbangkan saat ini adalah supinasi dan elevasi kepala. Keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pemilihan antara kedua posisi ini
kontroversial dan belum ditentukan secara pasti oleh pedoman klinis.

BAB 3
LAPORAN KASUS

A. Hand up elevasi 30º

MEMBERIKAN POSISI HEAD UP 30°

Pengertian
Head up adalah suatu posisi menaikkan kepala dari tempat tidur sekitar 15° – 30°.

Tujuan
Untuk menurunkan TIK tanpa menurunkan CCP, jika elevasi lebih tinggi dari 30
maka tekanan perfusi otak akan turun.

Indikasi
1. Menurunkan tekanan intra kranial pada kasus trauma kepala, lesi otak atau gangguan
neurologi
2. Memfasilitasi venos drainage dari kepala

Kontra Indikasi
Pasien Hipotensi
Prosedur kerja

NO. ASPEK
A. PRA INTERAKSI
1. Mempersiapkan alat :
 Blok pengganjal tempat tidur atau tempat tidur yang bisa di stel
2. Meverifikasi data

B. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam / menyapa klien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan klien

C. FASE KERJA
1. Mencuci tangan
2. Menutup pintu, jendela, tirai
3. Menggangkat bagian kepala tempat tidur (15° - 30°)

D. FASE TERMINASI
1. Merapikan pasien
2. Mengevaluasi
3. Menyampaikan rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Merapikan alat
6. Mencuci tangan

E. PENAMPILAN
1. Ketenangan
2. Melakukan komunikasi terapeutik
3. Ketelitian selama tindakan
4. Keamanan klien selama tindakan
5. Keamanan perawat selama tindakan

BAB 4
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pembahasan “ inovasi pemberian kompres aloevera untuk menurunkan
suhu pada hipertermi di wilayah Kota Magelang. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam penurunan suhu tubuh An.N yang semula
37,50C menjadi 36,50C. Hal ini membuktikan bahwa penggunaan kompres
aloevera merupakan cara yang efektif untuk menurunkan suhu tubuh secara
nonfarmakologi dengan metode perpindahan panas melalui konduksi dan
evaporasi. Aloevera mengandung 95% air yang berfungsi untuk
menurunkan suhu tubuh. Aloevera yang di kompreskan pada dahi klien akan
mempengaruhi pembuluh darah menjadi vasolidasi sehingga memberikan
sinyal kepada hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh. Pemberian
kompres aloevera yang bersifat sementara jika dalam dua hari tidak
mengalami penurunan suhu diharapkan untuk kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain.
2. Saran
a. Saran bagi profesi kesehatan
saran bagi profesi kesehatan menerapkan aplikasi pemberian kompres aloevera sebagai
pertolongan pertama untuk menangani kasus demam.
b. Saran untuk institutsi pendidikan
Penulis berharap bagi institutsi pendidikan untuk mengembangkan cara menangani
demam dengan menggunakan kompres aloevera serta menambah ilmu pengetahuan
tentang menengani kasus demam pada anak.
c. Saran untuk masyarakat
Saran untuk masyarakat dapat menerapkan pengobatan tradisional menggunakan
kompres aloevera karena memiliki efek samping yang tidak berbahaya.
d. Saran untuk keluarga anak
Menerapkan kompres aloevera untuk manangani demam karena mudah untuk lakukan
serta meningkatkan pengetahuan penanganan demam.
e. Saran untuk anak
Harapannya anak yang mengalami demam selalu menjaga kondisi tubuhnya dan
meningkatkan nutrisi dan cairan yang lebih untuk membantu penyembuhan proses
penyakit
f. Saran untuk penulis
Lebih mendalami permasalahan yang terjadi dan menambah referensi terkait dengan
pembahasan untuk menurunkan demam selain menggunakan kompres aloevera.

Anda mungkin juga menyukai