Anda di halaman 1dari 5

UPAYA MENCEGAH HAZARD PSIKOSOSIAL

Syifahanun Septiani

syifahanun.s@yahoo.co.id

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan di dalam
dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya keselamatan,
dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan kesehatan kerja’,
dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang pertama mengandung arti
sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific approach) dan disisi lain mempunyai
pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena
itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied
science).

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam
upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi dapat
dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan ilmiah dan
praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan keselamatan yang mungkin
terjadi.( Rijanto, 2010 ). Keselamatan pasien adalah bebas dari cideran fisik dan psikologis
yang menjamin keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi
terjadinya kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan
dan meningkatkan pelayanan yang optimal (canadian nursing association, 2004)
International  council nurse (2002) mengatakan bahwa keselamtan pasien merupakan hal
mendasar dalam mutu pelayanan keperawatan.

Peningkatan keselamatan pasien meliputi tindakan nyata dalam rekrukmen, pelatihan dan
retensi tenaga profesional, pengembangan kinerja, menejemen resiko dan lingkungan yang
aman,  pengendalian infeksi , penggunaan obat-obatan yang aman, peralatan dan lingkungan
perawatan yang aman serta akumulasi pengetahuan ilmiah yang terintegrasi serta berfokus
pada kesekamatan pasien yang di sertai dengan dukungan infrastruktur terhadap
pengembangan yang ada. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis
bidang pekerjaan tanpa kecuali.Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan.Dalam pelaksanaan K3
sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang digunakan,
yang artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang
efektif dan efisien.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja maka di setiap perusahaan
yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang dan memiliki risiko besar terhadap
kecelakaan dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Permenaker No. 5 Tahun 1996).
Metode

Artikel ilmiah ini menggunakan metode membaca dan menganalisa, kajian dari beberapa
referensi seperti, jurnal, buku dan e-book. dan juga membandingkan beberapa jurnal yang
berhubungan dengan kemampuan perawat dalam memberikan Keselamatan dan kesehatan
kerja. Dari analisi berbagai sumber digunakan Untuk mengetahui kemampuan perawat dalam
memberikan upaya mencegah hazard psikososial.

Hasil

Hazard merupakan semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan
cedera (kecelakaan kerja) atau penyakit akibat kerja. Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu
kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera parah atau
sakit akibat kerja dan terpaparnya seseorang atau alat pada suatu bahaya. Bahaya psikososial
kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain kerja, organisasi kerja dan
manajemen kerja, serta segala aspek yang berhubungan dengan lingkungan sosial kerja yang
berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada psikologi dan fisik-fisiologi pekerja ( Cox dan
Griffiths,2002) dalam Research on Work-Related Stress 2002.

Pembahasan

Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori


karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan bahaya
( hazardous ). Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk
menggambarkan bahaya kaitannya dengan hubungan kerja ( context to work ) atau isi dari
pekerjaan ( content of work ). Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan
stress dan berbahaya bagi kesehatan. Banyak dari berbagai kejadian penyakit berhubungan
dengan psikologi kesehatan dan berisiko terkena penyakit jantung.
Bila seseorang sedang mempunyai masalah dalam keluarganya, kemudian ketika dia sedang
bekerja, dia selalu memikirkan masalah tersebut dan tidak fokus, sehingga ada kemungkinan
dia akan mendapatkan kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan.

Bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya  yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi  aspek-
aspek psikologis ketenagakerjaan  yang kurang baik atau kurang mendapatkan  perhatian
seperti :
1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai  dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya.
2. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh
3. Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam organisasi kerja
4.  Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga

Bahaya  psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik
dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini
dengan baik maka karyawan tersebut  akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan
mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan  produktivitas kerja keryawan.
Gejala stress :
1. Kepuasan kerja rendah
2. Kinerja yang menurun
3. Semangat dan energy menjadi hilang
4. Komunikasi tidak lancar
5. Pengambilan keputusan buruk
6. Kreativitas dan inovasi berkurang
7. Pendekatan individu dan organisasi
Gangguan emosional yang muncul:
1. Cemas
2. Gelisah
3. Gangguan kepribadian
4. Penyampingan seksual
5. Ketergantungan alcohol atau obat-obatan terlarang

 Potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenaga
kerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti: penempatan tenaga
kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau
pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan
kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi
dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat
kerja.

Faktor psikososial utama yang berperan adalah stress, dimana stressor kerja dapat berupa
hubungan antar pekerja maupun beban kerja (secara kuantitatif atau kualitatif). Hasil studi di
Jepang menunjukkan bahwa: Kelelahan fisik akibat kerja sebesar 70 – 74% Kelelahan mental
akibat kerja sebesar 73 – 75% (lebih tinggi) Penderita jantung koroner memiliki waktu kerja
lebih dari 60 jam per minggu (tinggi) Di Indonesia, stress akibat kerja juga dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, seperti jantung koroner, gangguan mental
emosional, gangguan haid, gangguan tidur, abortus, dsb

Penutup
a. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pada potensi bahaya psikososial
dapat menyebabkan stress kerja yang dapat berakibat fatal bahkan sampai
menyebabkan kematian. Penyediaan perlindungan terhadap bahaya, prioritas pertama
seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara
individu. Sangat perlu adanya manajemen lingkungan kerja dari industri agar seorang
tenaga kerja berada dalam keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang
bersangkutan dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktifitas kerjanya secara
optimal, maka perlu ada keseimbangan yang positif-konstruktif, antara unsur beban
kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
b. Saran
Solusi yang tepat dari kasus stress kerja adalah dengan merubah sistem kerja yang ada
diperusahaan tersebut agar dapat memberi kenyamanan kepada para pekerjanya.
Selain itu juga menyesuaikan upah setiap pekerja berdasarkan pekerjaan yang mereka
lakukan, dengan begitu akan tumbuh motivasi mereka dalam bekerja. Sehingga para
pekerja dapat bekerja dengan semangat yang nantinya akan berdampak baik bagi
perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi yaitu suatu kekuatan potensial yang ada
didalam diri manusia yang dapat dikembangkannya sendiri atau dapat dikembangkan
dari sejumlah kekuatan dari luar yang ada berkisar sekitar imbalan materi dan non
materi yang dapat mempengaruhi hasil kerjanya. 

DAFTAR PUSTAKA
Murniasih, Erny (2012).Peraturan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan : Sebelum dan
Sesudah Pengalihan ke Daerah, Jakarta: Majalah Defis, Ed.3

Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019, March). Investigating nurses’ coping strategies in their
workplace as an indicator of quality of nurses’ life in Indonesia: a
preliminary study. In IOP conference series: Earth and Environmental
science (Vol. 248, No. 1, p. 012031). IOP Publishing.

Pratama, Ricky. 2012. Studi Bahaya Psikososial terhadap Stress Kerja pada Petugas
Pemadam Kebakaran Kota Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sriwijaya.

Rockefeller (2013) ‘Health Vulnerabilities of Informal Workers’, in Innovation for The Next
1000 years, p. 4.

Reese, C.D. 2017. Occupational Safety and Health : Fundamental Principles and
Philosophies. CRC Press by Taylor & Francis Group : New York.

Irzal. 2016. Dasar-Dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Kencana : Jakarta.

Department of Occupational Safety and Health. 2008. Guidelines for Hazard Identification,
Risk Assesment and Risk Control. Malaysia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.

Harrianto, R. 2012. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Herqutanto., H. Harsono., M. Damayanti., dan Elsa P. Setiawati. 2017. Stres Kerja pada
Perawat di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
Artikel Penelitian. Vol 5, No. 1

Anda mungkin juga menyukai