Anda di halaman 1dari 11

FAKTOR BAHAYA PSIKOSOSIAL

DI TEMPAT KERJA

Disusun Oleh :
1. Damaris Ayu Kurniawati : 2051700033
2. Dyah Ayu Rahmadhani : 2051700042
3. Hesti Ratnasari : 2051700003

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Faktor Bahaya Psikososial di Tempat Kerja”.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata
kuliah Higiene Lingkungan Kerja yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah ini
menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Sukoharjo, 18 November 2022
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan
yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga
kerja dan orang lain yang ada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan
kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu disiplin dengan ruang
lingkup yang luas yang meliputi beberapa bidang khusus. Dalam pengertian yang
luas, K3 mengarah kepada pengendalian hazard dan risiko untuk meminimalkan
terjadinya injury ataupun accident, promosi dan pemeliharaan derajat tertinggi dari
fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada pekerja di semua tempat kerja, pencegahan
pada para pekerja terhadap efek buruk kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, perlindungan terhadap para pekerja dalam lingkungan kerja dari risiko
yang berakibat pada kesehatan yang buruk, adaptasi, pekerjaan terhadap manusia
(ILO,1996).
Kondisi kerja yang telah berubah, dampak pada faktor risiko psikososial telah
meningkat maka kinerja karyawan akan semakin rendah. Psikologis tuntutan
pekerjaan adalah salah satu risiko psikososial utama dalam pekerjaan dan mengacu
pada aspek pekerjaan yang akan membutuhkan usaha mental atau emosional.
Meskipun tidak selalu negatif, tuntutan pekerjaan psikologis dapat memicu reaksi
ketegangan dan stres ketika mereka membutuhkan terlalu banyak usaha. Jika
berkelanjutan, psikologis tuntutan pekerjaan dapat mengakibatkan sakit
(Niedhammer, Chastang, Sultan-Taieb, Vermeylen, & Parent-Thirion, 2012).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hazard?
2. Apa bahaya psikososial?
3. Bagaimana kondisi dan apa kategori hazard psikososial?
4. Apa itu Stress Kerja?
5. Bagaimana upaya pencegahan hazard psikososial?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mengertahui pengertian dari hazard!
2. Mahasiswa mengetahui pengertian bahaya psikososial!
3. Mahasiswa mengetahui kondisi dan kategori hazard psikososial!
4. Mahasiswa mengetahui apa itu Stress Kerja!
5. Mahasiswa mengetahui bagaimana upaya pencegahan hazard psokososial!
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hazard
Menurut Suardi R. (2005) menyatakan bahwa hazard adalah sesuatu yang
berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencangkup substansi, proses
kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan kerja. Menurut A.M. Sugeng Budiono,
dalam artikelnya “hazards’’ yang sering disebut potensi bahaya merupakan sumber
resiko yang potensial mengakibatkan kerugian baik material, lingkungan maupun
manusia. Safety Engineer Career Engineer Career Workshop (2003) mengidefinisikan
hazard sebagai kondisi fisik yang berpotensi menyebabkan kerugian/ kecelakaan bagi
manusia atau lingkungan. Ketika hazard timbul, maka peluang terjadinya efek-efek
yang buruk tersebut akan muncul.
Menurut ILO (1986) hazard psikososial didefinisikan sebagai interaksi antara
kompetensi tenaga berserta berbagai kebutuhan dengan isi pekerjaan, organisasi kerja
dan menejemen, kondisi lingkungan kerja dan organisasional. Melalui persepsi dan
penggalamanya, definisi ini mengacu pada interaksi tenaga kerja dengan pekerjaannya
memiliki pengaruh yang dapat mengganggu kesehatan.
Hazard psikososial merupakan faktor dan situasi yang berkaitan dengan
tempat kerja yang dapat memicu stress, ketengangan emosional, dan masalah
interpersonal. Hal- hal yang berpotensi yang dapat membahayakan pekerja dari
hazard pesikososial ini diantaranya seperti jam kerja yang pajang dan tidak adanya
rotasi shift kerja, tekanan di tempat kerja, penyalahgunaan narkoba dan alkohol,
gangguan sekuasal, dan lain-lain.

B. Bahaya psikososial
Bahaya psikososial kerja dapat diidentifikasi sebagai aspek-aspek dari desain
kerja organisasi kerja dan menejemen kerja serta segala aspek yang berhubungan
dengan lingkungan sosial kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada
psikologi dan fisik-fisiologi perkerja (Cox & Griffiths, 2005) dalam research on work
related stress 2002). Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi berberapa aspek
berdasarkan kategori karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana
dapat menyebabkan bahaya. Hal ini dapat menunjukan bahwa karakteristik kerja
dapat digunakan untuk mengambarkan bahaya kaitanya dengan hubungan kerja
atau isi dari pekerja. Kondisi yang tak pasti dari aspek kerja ini dapat menimbulkan
stress dan berbahaya bagi kesehatan. Resiko yang di timbulkan dengan adanya bahaya
psikososial ini adalah stress kerja
Bahaya psikososial yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang ditimbulkan
oleh kondisi dari aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau
kurang mendapatkan perhatian seperti:
1. Penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya.
2. Sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai.
3. Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh.
4. Pentingnya mempelajari bahaya psikososial dan stress kerja adalah agar
produktifitas kerja dapat tetap terjaga
5. Hubungan antara individu tidak serasi dalam orgaisasi kerja
Bahaya pesikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap
konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seseorang karyawan tidak dapat
mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam
kondisi bosan, jenuh, stress dan akan menggalami gangguan serta keluhan penyakit
serta menurunkan produktifitas kerja karyawan. Dalam hal ini yang menyebabkan
stress yaitu:
1. Kepuasan kerja redah
2. Kinerja yang rendah
3. Kreatifitas dan inovasi rendah
4. Semangat dan energi menjadi hilang
5. Komunikasi tidak lancar
6. Pengelolaan stress dapat dilakukan melalui pendekatan individu dan organisasi
Sedangkan yang menyebabkan gangguan emosi yaitu:
1. Gelisah
2. Cemas
3. Gangguan kepribadian
4. Penyimpangan social

C. Kondisi dan kategori hazard psikososial


1. Kondisi Hazard Psikososial
 Oenempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minta,
kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya. System seleksi
dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai.
 Kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh.
 Hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja.
 Pentingnya mempelajari Bahaya Psychosocial dan Stress Kerja adalah agar
produktivitas kerja dapat tetap terjaga.
2. Kategori Hazard Psikososial
 Fungsi dan budaya organisasi komunikasi yang buruk
 Rendahnya dukungan untuk pemecahan masalah dan pengembangan
pribadi
 Kurangnya pemahaman terhadap tujuan organisasi
 Peran dalam organisasi ambiguitas
 Konflik peran
 Tanggung jawab terhadap orang lain
 Pengembangan karir ketidakpastian dan stagnasi karir
 Underpromotion atau over promotion
 Insentif yang buruk
 Rendahnya nilai social terhadap pekerjaan
 Latitude keputusan/ pengendalian partisipasi yang rendah pada pembuatan
keputusan
 Kurangnya pengendalian terhadap pekerjaan
 Hubungan interpersonal pada pekerjaan isolasi social atau fisik
 Buruknya hubungan dengan atasan
 Konflik interpersonal
 Kurangnya dukungan social Home-work interface Konflik demand of
work and home
 Dukungan rendah dari rumah
 Masalah dualism karir Lingkungan Kerja dan perlengkapan kerja.

D. Stress Keja
Hazard psikososial yang sering muncul dalam dunia kerja adalah stress kerja,
dimana stress kerja ini dapat menimbulkan dampak yang merugikan terhadap
kesehatan fisik, mental (psikologis) dan sosial. Seyle dalam Kreitner dan Kinicki
(2005) menjelaskan bahwa karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan stres pada awal
mulanya berasal dari kajian secara medis mengenai respon fisik terhadap tantangan-
tantangan yang mengenai tubuh
1. Definisi Stress Keja
Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan stres sebagai respon adaptif
dihubungkan oleh karaktersitik dan atau proses psikologis individu, yang
merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau peristiwa
yang menempatkan tuntutan psikologis/fisik khusus pada seseorang. Stres kerja
tidak dapat dihindari, namun stres kerja dapat dikurangi dan dikelola. Stres kerja
apabila dikelola dengan baik dapat menjadi pendorong dan meningkatkan
intensitas kerja, sedangkan apabila tidak dikelola dengan baik stres kerja akan
menimbulkan permasalahan yang berdampak negatif bagi individu dan
perusahaan.
2. Model Stres di Tempat Kerja
Stressor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stres (Kreitner dan
Kinicki, 2005:353). Dengan kata lain stressor adalah suatu prasyarat untuk
mengalami respon stres. Konsep Stres kerja diadaptasi dari model stress kinerja,
dan indicator stressor yang dikembangkan oleh Ivansevich dan Matteson,
“Organizational Stressor and Heart Disease”, (dalam Kreitner dan Kinicki,
2005:354) yang antara lain meliputi: Level individual, Level kelompok, Level
organisasional, dan Level ekstra organisasional.
a. Stressor level individual yaitu yang secara langsung dikaitkan dengan
tugas pekerjaan seseorang (person-job interface). Contoh yang paling
umum stressors level individual ini adalah:
 Role overload merupakan kondisi dimana pegawai memiliki terlalu
banyak pekerjaan yang harus dikerjakan atau di bawah tekanan
jadwal waktu yang ketat.
 Role conflict. Terjadi ketika berbagai macam pegawai memiliki
tugas dan tanggung jawab yang saling bertentangan satu dengan
yang lainnya. Konflik ini juga terjadi ketika pegawai diperintahkan
untuk melakukan sesuatu tugas/pekerjaan yang berlawanan dengan
hati nurani atau moral yang mereka anut.
 Role ambiguity. Terjadi ketika pekerjaan itu sendiri tidak
didefinisikan secara jelas. Oleh karena pegawai tidak mampu untuk
menentukan secara tepat apa yang diminta organisasi dari mereka,
maka mereka terus menerus merasa cemas apakah kinerja mereka
telah cukup atau belum.
 Responsibility for other people. Hal ini berkaitan dengan kemajuan
karir pegawai. Kemajuan karir yang terlalu lambat, terlalu cepat,
atau pada arah yang tidak diinginkan akan menyebabkan para
pegawai mengalami tingkat stres yang tinggi. Apalagi jika mereka
harus bertanggung jawab terhadap karir seseorang yang lain akan
menyebabkan level stres menjadi
b. Stressor level kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku
manajerial. Para manager menciptakan stres pada para pegawai dengan:
 Menunjukan perilaku yang tidak konsisten
 Gagal memberikan dukungan yang memadai
 Menunjukkan ketidak pedulian
 Memberikan arahan yang tidak memadai
 Menciptakan suatu lingkungan produktivitas yang tinggi
 Memusatkan perhatian pada hal yang negative, sementara hal
positif diabaikan
c. Stessor level organisasi mempengaruhi sejumlah besar pegawai. Budaya
organisasi merupakan contoh utama dari stressor level organisasional.
Suatu lingkungan kerja yang mempunyai tekanan yang tinggi sementara
tidak ada tempat bagi pegawai untuk melepaskan stres mereka, maka akan
menimbulkan kobaran respon stres. Oleh karenanya, organisasi perlu
mengembangkan budaya organisasi. yang dapat mengurangi stres.
d. Stressor level organisasi ini meliputi:
 Kebudayaan
 Struktur
 Teknologi
 Perubahan dalam kondisi kerja
e. Stressor level ekstraorganisasional disebabkan oleh factor-faktor di luar
organisasi seperti permasalahan keluarga, masalah keuangan, dinamika
perubahan angkatan kerja, dan kondisi lingkungan seperti polusi suara,
kepadatan, dan udara.
Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau
sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada
seseorang. Koslowsky (dalam Kreinter dan Kinicki, 2005) membagi empat jenis
konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu:
 Psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi,
kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.
 Perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan
atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnya
semangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit.
Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di
rumah, di tempat kerja atau di jalan.
 Kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya
konsentrasi, dan peka terhadap ancaman
 Fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa
penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit
tertentu
E. Upaya yang dilakukan untuk mencegah hazard psikososial
Upaya yang dilakukan untuk mencegah hazard psikolsosial adalah:
1. Analisis beban kerja
Proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, beban kerja fisik
maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas kerja.
Bertujuan untuk membangun/ merumuskan sistem penilaian beban kerja dan
perencanaan kebutuhan pegawai pada masing-masing unit kerja.
2. Memberi kesempatan pengembangan kerja
Pengembangan karir bertujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih baik
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Tujuan dari memberikan
kesempatan pengembangan kerja untuk meningkatkan moral kerja dan
mengguranggi kebuntuan karir.
3. Penentuan/penyesuaian desain kerja
Harjanto (2001) menjelaskan bahwa desain pekerjaan adalah rincian tugas dan
cara pelaksanaan tugas atau kegiatan yang mencangkup siapa yang megerjakan
tugas, bagaimana tugas itu dilaksanakan, dimana tugas dikerjakan dan hasil apa
yang diharapan. Tujuannya untuk meningkatkan kepuasaan kerja dan
mengguranggi timbulnya rasa bosan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu upaya perlindungan
yang ditujukan kepada semua potensi yang dapat menimbulkan bahaya, agar tenaga
kerja dan orang lain yang ada ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
Potensi-potensi yang dapat menimbulkan bahaya dapat berasal dari mesin, lingkungan
kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) melihat hazard dan risk dengan tujuan me-manage/mengendalikan hazard
dan risk tersebut untuk meminimalisasi terjadinya injury ataupun accident.
Keselamatan pasien adalah bebas dari cidera fisik dan psikologis yang menjamin
keselamatan pasien, melalui penetapan system operasional, meminilisasi terjadinya
kesalahan, mengurangi rasa tidak aman pasien dalam sistem perawatan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan yang optimal.
Bahaya psikososial kerja dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek dari desain
kerja, organisasi kerja dan manajemen kerja serta segala aspek yang berhubungan
dengan lingkungan social kerja yang berpotensi dapat menyebabkan gangguan pada
psikologi dan fisik-fisiologi pekerja dalam Research on Work Related Stress 2002.
Bahaya psikososial dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori
karakteristik kerja, organisasi dan lingkungan kerja dimana dapat menyebabkan
bahaya (hazardous). Oleh karena itu, pengenalan potensi bahaya di tempat kerja
merupakan dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.
B. Saran
Solusi yang tepat dari kasus stress kerja adalah dengan merubah sistem kerja
yang ada diperusahaan tersebut agar dapat memberi kenyamanan kepada para
pekerjanya. Selain itu juga menyesuaikan upah setiap pekerja berdasarkan pekerjaan
yang mereka lakukan, dengan begitu akan tumbuh motivasi mereka dalam bekerja.
Sehingga para pekerja dapat bekerja dengan semangat yang nantinya akan berdampak
baik bagi perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi yaitu suatu kekuatan potensial
yang ada didalam diri manusia yang dapat dikembangkannya sendiri atau dapat
dikembangkan dari sejumlah kekuatan dari luar yang ada berkisar sekitar imbalan
materi dan non materi yang dapat mempengaruhi hasil kerjanya
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliva Kemala. “FAKTOR PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN KERJA (STUDI
KASUS) PADA KARYAWAN PABRIK SSP PT. X”. Fakultas Psikologi Universitas
Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100, Depok 16424, Jawa Barat
file:///C:/Users/USER/Downloads/2077-4700-3-PB.pdf
2. Maulidya Nabila. “PENCEGAHAN PAPARAN HAZARD PSIKOSOSIAL DI
TEMPAT KERJA”.
file:///C:/Users/USER/Downloads/PENCEGAHAN%20HAZARD%20DI
%20TEMPAT%20KERJA%20-%20K3RS.pdf
3. Harjanto, Eddy. 2001. Manajemen Produksi Dan Operasi. 2nd ed. Jakarta.
Nies, Mary A, McEwewn,Melanie. (2015). Community and Familly Health Nursing -
1st Indonesian Edition. Singapore: Elsevier(Singapore) Pte.Ltd.
4. ILO (1986). Psychosocial factors at work: Recognition and control (Vol. 56).
Geneva:International Labour Office.
5. Cox, T., Griffiths, A., & Leka, S. 2005. Work organization and work-related
stress.InK.
6. Rudi Suardi (2005) Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
Jakarta: penerbit PPM.
7. Iwan Muhammad Ramdan. 2013. Higiene Industri. Yogyakarta : CV. Bimotry
Bulaksumur Visual

Anda mungkin juga menyukai