Anda di halaman 1dari 19

Faktor Psikologi Kesehatan Kerja di Klinik Medika

D
I
S
U
S
U
N

Oleh

Nama

: LAILA HANDRIANI GINTING

Nim

: 1504075

Kelas

: JALUR KHUSUS A1

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada saya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang faktor
psikologis di lingkungan kerja saya Klinik Medika .
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Medan, 25 Oktober 2015

Penyusun,
Laila Handriani Ginting

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

2
3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi Menurut Beberapa Ahli

2.2 Keselamatan Kerja

2.3 Kecelakaan Kerja

2.4 Pengertian Lingkungan Kerja

2.5 Faktor-faktor Psikologis Dalam Lingkungan Kerja Klinik Medika

2.6 Dampak Yang Ditimbulkan Oleh Gangguan Psikologis

10

2.7 Solusi Dalam Mengatasi Gangguan psikologi di Klinik Medika

13

BAB III PENUTUP

14

3.1 Kesimpulan

14

3.2 Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya, di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan kerja. Di lingkungan kerja itu sendiri terdapat
potensi-potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Termasuk potensi bahaya psikologi.
Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti penempatan pekerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, temperamen, pendidikan, sistem seleksi dan klasifikasi pekerja yang tidak sesuai,
kurangnya keterampilan pekerja dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya
latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmonis dan tidak
serasi dalam organisasi kerja.
Bahaya psikologi dapat disimpulkan menjadi beberapa aspek berdasarkan kategori
karakteristik kerja, organisasi, dan lingkungan kerja, dimana dapat menyebabkan bahaya. Hal
ini menunjukkan bahwa karakteristik kerja dapat digunakan untuk menggambarkan bahaya
kaitannya dengan hubungan kerja (context to work) yang dapat meliputi budaya dan fungsi
organisasi, peran dalam organisasi, perkembangan karir, pengawasan kerja, hubungan
interpersonal dan isi dari pekerjaan (content of work) yang dapat meliputi desain kerja, beban
kerja, jadwal kerja, lingkungan kerja dan peralatan kerja. Kondisi yang tidak pasti dari aspek
kerja ini dapat menimbulkan stress dan berbahaya bagi kesehatan.

Stres kerja karena adanya potensi bahaya psikologi juga dapat dialami oleh pekerja
klinik medika. Pekerja klinik dituntut kemahiran dan keterampilannya dalam menghadapi
pasien secara optimal. Apabila stress dan ketegangan yang berkepanjangan, tanpa adanya
penyelesaian yang segera akan berdampak timbulnya gangguan kesehatan fisik dan mental
pekerja. Selanjutnya, gangguan kesehatan tersebut akan menjadi stress baru dan membentuk
suatu lingkaran setan. Pada gilirannya, kesehatan yang terganggu tersebut juga akan
mengganggu tampilan kerja individu. Pekerja menjadi kurang fokus, motivasi kerja menurun
dan tingkat keterampilannya menurun. Hal ini tentu akan menggannggu proses pelayanan
secara umum.
Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang
stress kerja yang dialami pekerja klinik medika sebagai akibat dari adanya bahaya psikologi
di perusahaan tersebut.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui defenisi potensi bahaya psikologi di lingkungan kerja Klinik Medika.
2. Mengetahui faktor-faktor bahaya psikologi dalam lingkungan kerja di klinik medika.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh bahaya psikologi di klinik medika.
4. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya psikologi di
lingkungan kerja pada klinik medika.

1.3 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas maka manfaat yang diharapkan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui definisi potensi bahaya psikologi di lingkungan kerja
2. Dapat mengetahui faktor-faktor bahaya psikologi dalam lingkungan kerja di klinik
medika.
3. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh bahaya psikologi di lingkungan
kerja pada klinik medika.
4. Dapat mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya psikologi di
lingkunga kerja klinik medika.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 pengertian psikologi menurut beberapa ahli


Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan
gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara
harafiah psikologi diartikan

sebagal ilmu

jiwa

Istilah psyche atau

jiwa

masih

sulit

didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya,
meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa
sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Pengertian psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990),
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat
dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk ,
berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah
laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang
disadari maupun yang tidak disadari.

2.2 Keselamatan kerja


Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari sering disebut
dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya.
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.3 Kecelakaan Kerja


Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian
terhadap proses.Kondisi yang tidak aman dapat meningkatkan kemungkinan pekerja untuk
terkena kecelakaan kerja.

2.4 Pengertian Lingkungan Kerja


Menurut Mardiana (2005) Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pekerja
melakukan pekerjaannya sehari-hari. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa
aman dan memungkinkan para pekerja untuk dapat berkerja optimal.
Menurut Nitisemito (2001) Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada
disekitar pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang
diembankan.

Faktor Psikologis sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Psikologis


seseorang sangat berpengaruh pada konsentrasi dalam melakukan suatu pekerjaan. Bila
konsentrasi sudah terganggu maka akan mempengaruhi tindakan-tindakan yang akan
dilakukan ketika bekerja. Sehingga kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.
Contoh faktor psikologis yang dapat mempengaruhi konsentrasi adalah :

Masalah-masalah dirumah yang terbawa ke tempat kerja.

Suasana kerja yang tidak kondusif.

Adanya pertengkaran dengan teman kerja.

Penempatan kerja yang tidak sesuai dengan keterampilan,minat dan bakat.

Tidak memilki hubungan yang baik atau harmonis dalam organisasi kerja (terhadap
pimpinan atau rekan kerja).

Jadwal kerja atau beban kerja yang berlebihan.

Tempat kerja yang terlalu jauh dari tempat tinggal.

2.5 Faktor-faktor Psikologis dalam Lingkungan Kerja klinik medika


1. Beban Kerja
Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis
beroperasi

8 - 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan kesehatan

menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubahubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh).

Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan
sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan
kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
6
2. Keamanan Bekerja
Keamanan yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan pemeliharaan
karyawan dengan baik, namun keamanan bekerja ini tidak bisa diciptakan oleh
pimpinan perusahaan. Keamanan bekerja akan tercipta bila semua elemen yang ada di
perusahaan secara bahu-membahu menciptakan kondisi keamanan yang stabil.
Keamanan kerja untuk memang harus diperhatikan baik itu untuk keamanan terhadap
peralatan yang digunakan dan keamanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja harus
memenuhi syarat-syarat keamanan dari orang-orang yang berniat jahat dan ruangan
kerja yang aman dari aktivitas tamu dan pergerakan umum. Tentang keselamatan kerja
ini sudah ada peraturannya, yang harus dipatuhi oleh setiap perusahaan.Artinya setiap
perusahaan menyediakan alat keselamatan kerja, melatih penggunaanya.Hal ini
dimaksudkan

agar

karyawan

dapat

bekerja

dengan

tenang

dan

nyaman.

Alex S Nitisemito (1996:11) berpendapat bahwa Apabila perusahaan dapat


memberikan jaminan keamanan, ketenangan dalam bekerja maka akan timbul
semangat kerja dan gairah kerja
Menurut Stephen Covey dalam buku First Thinks First menjelaskan adanya potensi
kemampuan manusia sebagai prasyarat mewujudkan sebuah komitmen, artinya manusia
sebagai makhluk yang dinamis sehingga mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu
perubahan terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya.
Hal ini disebabkan oleh:
1.

Kesadaran diri
Setiap manusia yang ingin berubah harus memiliki kesadaran mengintrospeksi
diri sendiri dan diarahkan pada nilai-nilai maupun kepentingan sosial.

2.

Hati nurani

Setiap manusia memiliki hati nurani, sehingga manusia mampu membedakan


mana yang baik dan mana yang buruk.

3.

Kehendak bebas
Sebagai pribadi yang otonom, masing-masing manusia mempunyai kehendak
bebas untuk melakukan sebuah tindakan, tapi tidak identik dengan kebebasan.
Kehendak bebas lebih menunjuk pada situasi kemandirian, tidak terkekang
dan dilakukan atas dasar tanggung jawab.

4.

Imajinasi kreatif
Dalam diri manusia terdapat imajinasi kreatif, dimana seseorang mampu
meramalkan keadaan dimasa yang akan datang, dengan menciptakan ide-ide
baru secara kreatif dan inovatif.

5.

Back To Basic Management


Artinya kembali kepada manusia itu sendiri, karena SDM pada dasarnya
mampu melakukan suatu perubahan terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.

6.

Sinergi
Merupakan keterpaduan seluruh sumber daya organisasi yang selaras, serasi
dan seimbang untuk mencapai tujuan yang optimal secara efektif, efisien dan
memuaskan.

7.

Disiplin
Disiplin harus mampu ditanamkan pada seluruh SDM dengan cara sebagai
berikut :

Mengenal dirinya sendiri.

Mendisiplinkan diri.

Memimpin dengan keteladanan.


8

Menanamkan semangat kemandirin.

Menghindari sikap dan prilaku negatif.

Menganggap disiplin sebagai cerminan ibadah.

Setiap individu mampu mempertemukan budaya dengan tuntutan eksternal dan hambatan
internal yaitu selaras, serasi dan seimbang.
1. Kepemimpinan
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, kedudukan pimpinan dalam
suatu organisasi sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan, karena itu orang selalu mencari model kepemimpinan yang sesuai dengan
organisasi yang bersangkutan.
Ciri-ciri kepemimpinan yang baik yaitu :
o Tidak mengenal kemenangan atas dasar mayoritas.
o Terjadinya kerjasama antara atasan dan bawahan.
o Atasan dan bawahan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
o Dapat memecahkan masalah dengan cara musyawarah dan mufakat.

o Pergaulan di lingkungan kerja didasari rasa kekeluargaan dan kasih sayang.


2. Kerja Sama Melalui Kelompok
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif diperlukan kerja sama, sehingga
mereka akan berhasil menciptakan iklim yang baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan tersebut secara vital sehingga berpengaruh pada perkembangan
organisasi dan usahanya.

Faktor psikilogis diklinik medika masih kurang,itu terlihat dari kurangnya kesadaran
pegawai kesehatan dalam melakukan perlindungan diri terhadap penanganan kepada
pasien .Seperti jarang memakai masker saat berhadapan dengan pasien,cara membuang jarum
suntik setelah selesai dipakai dan kurangnya keamanan pada saat bekerja terutama diruangan
gawat darurat.

2.6 Dampak yang ditimbulkan oleh gangguan psikologis


Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang mendapatkan
perhatian seperti penempatan pekerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian,
motivasi, tempramen, pendidikan, system seleksi, dan klasifikasi terhadap pekerja yang tidak
sesuai, kurangnya ketrampilan pekerja dalam melakukan pekarjaannya sebagai akibat
kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmonis
dan tidak serasi dalam organisasi kerja.
Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja adalah stress kerja sebagai faktor
psikologis, menurut penelitian Baker (Rini 2002) stres kerja dapat menurunkan daya tahan

tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung sering dan mudah terserang
penyakit sehingga kurang berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stress menjadi dua, yaitu:
Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.

10

Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Pengertian stress dengan stress kerja hampir sama, hanya saja ruang lingkup untuk
pengertian stress jauh lebih luas, karena bisa terjadi dan disebabkan oleh lingkungan kerja
maupun di luar lingkungan kerja, sedangkan stress kerja hanya terjadi di lingkungan kerja.
Hubungan antara stres kerja dengan resiko kecelakaan kerja bersifat positif. Terbukti
bahwa semakin stres berkaitan dengan pekerjaan maka resiko kecelakaan semakin tinggi.
Pekerja yang mengalami stres dalam pekerjaannya akan cenderung bersikap negatif seperti
menjadi cemas, was-was, sulit tidur, gangguan pola makan, dan menjadi lebih diam dari
biasanya. Stres yang tidak cepat diatasi oleh pekerja menyebabkan pekerja tidak konsentrasi
dalam melaksanakan tugas dan merasa frustasi dalam menyelesaikan tanggung jawab kerja
sehingga pekerja melakukan kesalahan ketika sedang bekerja.
Stres kerja timbul karena individu itu sendiri, dimana kesalahan dapat terjadi karena
masalah pribadi dan keraguan yang menggambarkan bagaimana individu menghadapi tugas,

misalnya pekerja mengerjakan suatu tugas namun mengalami kegagalan menyebabkan


pekerja menjadi merasa gagal.
Adapun dampak dari stres menurut Everly dan Girdano (Munandar, 2001) stress
mempunyai dampak pada suasana hati (mood), otot kerangka (musculoskeletal) dan organorgan dalam badan (visceral).
Faktor manusia memiliki peranan penting dimana manusia sebagai pelaku pekerjaan
memiliki banyak kekurangan, seperti kurangnya pengetahuan, kurang keterampilan, motivasi
yang kurang baik, stres fisik dan mental menyebabkan kecelakaan kerja terjadi, sehingga
bukan hanya melihat kondisi, tetapi manusia juga sebagai operator memiliki banyak
kelemahan .

11

Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja maupun perusahaan.
Pada diri pekerja, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan
yang tinggi, frustrasi dan sebagainya.Konsekuensi pada pekerja ini tidak hanya berhubungan
dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti
tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan
sebagainya.
Bagi perusahaan, konsekuensi negatif yang timbul dari stress kerja bersifat tidak
langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:
a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja.
b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
c. Menurunkan tingkat produktivitas.

d. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.


Tetapi di sisi lain stress juga bersifat positif konstruktif bagi individu dimana pekerja
yang mampu mengatasi dan mengubah stres menjadi motivasi (dorongan) agar lebih maju
dimana job performancenya meningkat, lebih cekatan dalam bekerja, lebih teliti, dan mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan memuaskan.
Sedangkan dampak positif konstruktif stress terhadap perusahaan adalah dimana
produktifitas perusahaan meningkat, daya saing perusahaan yang meningkat, kualitas output
yang baik, tingkat absensi pekerja menurun, kepuasan kerja pekerja meningkat dan finansial
perusahaan mengalami surplus.

12

Dampak yang ditimbulkan dari kejadian di medika sangat mengganggu psikologis


dalam bekerja karena pekerja takut merasa tertular oleh penyakit pasien,dan mengenai
keamanan juga mengganggu psikolgis pekerja karena terkadang pasien atau keluarga pasien
yang merasa kurang puas sering sekali mengamuk dengan petugas kesehatan dan ini
membuat kami sebagai petugas kesehatan takut akan tindakan yang dilakukan mereka karena
tidak adanya petugas keamanan di klinik medika.

2.7 Solusi dalam mengatasi gangguan psikologi di klinik medika


Mengingat faktor psikologis (stress) kerja dapat mengakibatkan gangguan pada
kesehatan bahkan kecelakaan kerja, perlu adanya solusi untuk menanggulangi permasalahan
tersebut, diantaranya adalah dengan pemberian motivasi untuk para pekerja, menempatkan
pekerja pada bagian-bagian yang sesuai dengan kemampuan, dan menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan nyaman.

Lalu beberapa langkah yang perlu dilakukan para pemimpin untuk memotivasi para
pekerjanya adalah dengan :
1. Tingkatkan motivasi kerja pekerja melalui training
2. Berikan reward bagi pekerja yang berprestasi
3. Lakukan pendekatan untuk mengoptimalkan kinerja pekerja
4. Adakan kegiatan khusus untuk membangun kekeluargaan antara para pekerja dan
perusahaan
5. Meningkatkan pemakaian pelindung diri
6. Mengusulkan petugas keamanan di klinik medika

13

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Potensi bahaya psikologi adalah potensi bahaya yang berasal atau


ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian.

Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja adalah stress kerja sebagai
faktor psikologis, menurut penelitian Baker stres kerja dapat menurunkan
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung
sering dan mudah terserang penyakit sehingga kurang berkonsentrasi
dengan pekerjaannya.

Contoh kasus di klinik medika masih kurangnya kesadaran diri dalam


memakai perlindungan diri dan kurangnya petugas keamanan di unit gawat
darurat.

Cara untuk memotivasi para pekerja di klinik adalah tingkatkan motivasi


kerja melalui training,berikan reward bagi pekerja yang
berprestasi,melakukan kegiatan khusus untuk membangu
kekeluargaan,menyediakan petugas keamanan.

3.2 Saran

Setiap pekerja harus mengetahui dampak ketidaknyamanan bekerja

dilingkungan kerja
Melakukan interaksi sosial dengan rekan-rekan kerja
Asah kemampuan dan keterampilan sehingga tidak ada terjadi kecelakaan
dalam bekerja
14

DAFTAR PUSTAKA

Hapsari Suprapto Putri, Prasti (2008). Hubungan Atara Stres Kerja dengan Resiko
Kecelakaan Kerja pada Pekerja. Perpustakaan UII.
Diakses http://repository.uii.ac.id/320/SK/I/0/00/000/000751/uiiskripsikeselamatan
%20dn%20kesehatan%20kerja-putri%20-%2004320120-8309457146 naskah
%20publikasi.pdf

Widyastuti,P. (2003),Manajemen Stres.Jakarta:EGC


Mardianto .(2012).Psikologi.medan: Perdana publising.

15

Anda mungkin juga menyukai