D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Nama
Nim
: 1504075
Kelas
: JALUR KHUSUS A1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada saya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang faktor
psikologis di lingkungan kerja saya Klinik Medika .
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Penyusun,
Laila Handriani Ginting
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2
3
BAB II PEMBAHASAN
10
13
14
3.1 Kesimpulan
14
3.2 Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Stres kerja karena adanya potensi bahaya psikologi juga dapat dialami oleh pekerja
klinik medika. Pekerja klinik dituntut kemahiran dan keterampilannya dalam menghadapi
pasien secara optimal. Apabila stress dan ketegangan yang berkepanjangan, tanpa adanya
penyelesaian yang segera akan berdampak timbulnya gangguan kesehatan fisik dan mental
pekerja. Selanjutnya, gangguan kesehatan tersebut akan menjadi stress baru dan membentuk
suatu lingkaran setan. Pada gilirannya, kesehatan yang terganggu tersebut juga akan
mengganggu tampilan kerja individu. Pekerja menjadi kurang fokus, motivasi kerja menurun
dan tingkat keterampilannya menurun. Hal ini tentu akan menggannggu proses pelayanan
secara umum.
Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang
stress kerja yang dialami pekerja klinik medika sebagai akibat dari adanya bahaya psikologi
di perusahaan tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui defenisi potensi bahaya psikologi di lingkungan kerja Klinik Medika.
2. Mengetahui faktor-faktor bahaya psikologi dalam lingkungan kerja di klinik medika.
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh bahaya psikologi di klinik medika.
4. Mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya psikologi di
lingkungan kerja pada klinik medika.
1.3 Manfaat
Berdasarkan latar belakang di atas maka manfaat yang diharapkan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Dapat mengetahui definisi potensi bahaya psikologi di lingkungan kerja
2. Dapat mengetahui faktor-faktor bahaya psikologi dalam lingkungan kerja di klinik
medika.
3. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh bahaya psikologi di lingkungan
kerja pada klinik medika.
4. Dapat mengetahui solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi bahaya psikologi di
lingkunga kerja klinik medika.
BAB II
PEMBAHASAN
sebagal ilmu
jiwa
jiwa
masih
sulit
didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya,
meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa
sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Pengertian psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990),
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat
dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku
manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku
individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka
adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk ,
berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan,
berperasaan dan lain sebagainya.Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah
laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang
disadari maupun yang tidak disadari.
Tidak memilki hubungan yang baik atau harmonis dalam organisasi kerja (terhadap
pimpinan atau rekan kerja).
menuntut adanya pola kerja bergilir dan tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubahubah dapat menyebabkan kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan
pada bioritmik (irama tubuh).
Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain tingkat gaji dan jaminan
sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah, yang berdampak pekerja terpaksa melakukan
kerja tambahan secara berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan stres.
6
2. Keamanan Bekerja
Keamanan yang diciptakan suatu perusahaan akan mewujudkan pemeliharaan
karyawan dengan baik, namun keamanan bekerja ini tidak bisa diciptakan oleh
pimpinan perusahaan. Keamanan bekerja akan tercipta bila semua elemen yang ada di
perusahaan secara bahu-membahu menciptakan kondisi keamanan yang stabil.
Keamanan kerja untuk memang harus diperhatikan baik itu untuk keamanan terhadap
peralatan yang digunakan dan keamanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja harus
memenuhi syarat-syarat keamanan dari orang-orang yang berniat jahat dan ruangan
kerja yang aman dari aktivitas tamu dan pergerakan umum. Tentang keselamatan kerja
ini sudah ada peraturannya, yang harus dipatuhi oleh setiap perusahaan.Artinya setiap
perusahaan menyediakan alat keselamatan kerja, melatih penggunaanya.Hal ini
dimaksudkan
agar
karyawan
dapat
bekerja
dengan
tenang
dan
nyaman.
Kesadaran diri
Setiap manusia yang ingin berubah harus memiliki kesadaran mengintrospeksi
diri sendiri dan diarahkan pada nilai-nilai maupun kepentingan sosial.
2.
Hati nurani
3.
Kehendak bebas
Sebagai pribadi yang otonom, masing-masing manusia mempunyai kehendak
bebas untuk melakukan sebuah tindakan, tapi tidak identik dengan kebebasan.
Kehendak bebas lebih menunjuk pada situasi kemandirian, tidak terkekang
dan dilakukan atas dasar tanggung jawab.
4.
Imajinasi kreatif
Dalam diri manusia terdapat imajinasi kreatif, dimana seseorang mampu
meramalkan keadaan dimasa yang akan datang, dengan menciptakan ide-ide
baru secara kreatif dan inovatif.
5.
6.
Sinergi
Merupakan keterpaduan seluruh sumber daya organisasi yang selaras, serasi
dan seimbang untuk mencapai tujuan yang optimal secara efektif, efisien dan
memuaskan.
7.
Disiplin
Disiplin harus mampu ditanamkan pada seluruh SDM dengan cara sebagai
berikut :
Mendisiplinkan diri.
Setiap individu mampu mempertemukan budaya dengan tuntutan eksternal dan hambatan
internal yaitu selaras, serasi dan seimbang.
1. Kepemimpinan
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, kedudukan pimpinan dalam
suatu organisasi sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian
tujuan, karena itu orang selalu mencari model kepemimpinan yang sesuai dengan
organisasi yang bersangkutan.
Ciri-ciri kepemimpinan yang baik yaitu :
o Tidak mengenal kemenangan atas dasar mayoritas.
o Terjadinya kerjasama antara atasan dan bawahan.
o Atasan dan bawahan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
o Dapat memecahkan masalah dengan cara musyawarah dan mufakat.
Faktor psikilogis diklinik medika masih kurang,itu terlihat dari kurangnya kesadaran
pegawai kesehatan dalam melakukan perlindungan diri terhadap penanganan kepada
pasien .Seperti jarang memakai masker saat berhadapan dengan pasien,cara membuang jarum
suntik setelah selesai dipakai dan kurangnya keamanan pada saat bekerja terutama diruangan
gawat darurat.
tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung sering dan mudah terserang
penyakit sehingga kurang berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Quick dan Quick (1984) mengkategorikan jenis stress menjadi dua, yaitu:
Eustress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.
10
Distress, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi
seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang
diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Pengertian stress dengan stress kerja hampir sama, hanya saja ruang lingkup untuk
pengertian stress jauh lebih luas, karena bisa terjadi dan disebabkan oleh lingkungan kerja
maupun di luar lingkungan kerja, sedangkan stress kerja hanya terjadi di lingkungan kerja.
Hubungan antara stres kerja dengan resiko kecelakaan kerja bersifat positif. Terbukti
bahwa semakin stres berkaitan dengan pekerjaan maka resiko kecelakaan semakin tinggi.
Pekerja yang mengalami stres dalam pekerjaannya akan cenderung bersikap negatif seperti
menjadi cemas, was-was, sulit tidur, gangguan pola makan, dan menjadi lebih diam dari
biasanya. Stres yang tidak cepat diatasi oleh pekerja menyebabkan pekerja tidak konsentrasi
dalam melaksanakan tugas dan merasa frustasi dalam menyelesaikan tanggung jawab kerja
sehingga pekerja melakukan kesalahan ketika sedang bekerja.
Stres kerja timbul karena individu itu sendiri, dimana kesalahan dapat terjadi karena
masalah pribadi dan keraguan yang menggambarkan bagaimana individu menghadapi tugas,
11
Pada umumnya stres kerja lebih banyak merugikan diri pekerja maupun perusahaan.
Pada diri pekerja, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja, kecemasan
yang tinggi, frustrasi dan sebagainya.Konsekuensi pada pekerja ini tidak hanya berhubungan
dengan aktivitas kerja saja, tetapi dapat meluas ke aktivitas lain di luar pekerjaan. Seperti
tidak dapat tidur dengan tenang, selera makan berkurang, kurang mampu berkonsentrasi, dan
sebagainya.
Bagi perusahaan, konsekuensi negatif yang timbul dari stress kerja bersifat tidak
langsung adalah meningkatnya tingkat absensi, menurunnya tingkat produktivitas, dan secara
psikologis dapat menurunkan komitmen organisasi.
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa:
a. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja.
b. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
c. Menurunkan tingkat produktivitas.
12
Lalu beberapa langkah yang perlu dilakukan para pemimpin untuk memotivasi para
pekerjanya adalah dengan :
1. Tingkatkan motivasi kerja pekerja melalui training
2. Berikan reward bagi pekerja yang berprestasi
3. Lakukan pendekatan untuk mengoptimalkan kinerja pekerja
4. Adakan kegiatan khusus untuk membangun kekeluargaan antara para pekerja dan
perusahaan
5. Meningkatkan pemakaian pelindung diri
6. Mengusulkan petugas keamanan di klinik medika
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu sumber penyebab kecelakaan kerja adalah stress kerja sebagai
faktor psikologis, menurut penelitian Baker stres kerja dapat menurunkan
daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, akibatnya pekerja cenderung
sering dan mudah terserang penyakit sehingga kurang berkonsentrasi
dengan pekerjaannya.
3.2 Saran
dilingkungan kerja
Melakukan interaksi sosial dengan rekan-rekan kerja
Asah kemampuan dan keterampilan sehingga tidak ada terjadi kecelakaan
dalam bekerja
14
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari Suprapto Putri, Prasti (2008). Hubungan Atara Stres Kerja dengan Resiko
Kecelakaan Kerja pada Pekerja. Perpustakaan UII.
Diakses http://repository.uii.ac.id/320/SK/I/0/00/000/000751/uiiskripsikeselamatan
%20dn%20kesehatan%20kerja-putri%20-%2004320120-8309457146 naskah
%20publikasi.pdf
15