Anda di halaman 1dari 18

Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar (Learning Organization)


Ade Heryana, S.St, MKM
Email: heryana@esaunggul.ac.id
Dosen Prodi Kesmas Universitas Esa Unggul

TRANSFORMASI ORGANISASI

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan organisasi mengalami


transformasi yang cukup radikal. Michael J. Marquardt (2002) dalam bukunya berjudul
Building the Learning Organization menggambarkan transformasi organisasi dalam tabel 1
berikut.
Tabel 1. Transformasi Organisasi

Dimensi Old New


Tugas utama/penting Fisik Mental
Hubungan kerja Hirarki Satu per satu (Peer to peer)
Level organisasi Banyak Sedikit
Struktur organisasi Fungsional Multidisiplin
Batas-batas organisasi Tetap Tidak jelas
Motivasi kompetisi Pertumbuhan vertikal Outsourcing & kerjasama
Gaya manajemen Otokratik Partisipatif
Budaya Patuh Komitmen dan hasil
Orang-orang Homogen Beragam
Fokus strategi Efisiensi Inovasi

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa perkembangan organisasi ke depan akan lebih


mengedapankan kemampuan mengelola mental, hubungan yang tidak hirarkis, level organisasi
yang tidak banyak, strukturnya multidisiplin, batas-batas organisasi tidak jelas,
mengedepankan kerjasama dan outsourcing, gaya manajemen yang patisipatif, budaya yang
mengutaman komitmen dan hasil, pekerja yang beragam, dan mementingkan inovasi dibanding
efisiensi.

PENGERTIAN ORGANISASI PEMBELAJAR

Sebagaimana diketahui bahwa pendekatan reduksionis (pendekatan yang membagi-


bagi permasalahan ke dalam bagian-bagian yang kecil, kemudian dirangkai kembali) sudah
kurang relevan pada era keterbukaan informasi saat ini. Dunia semakin terkoneksi secara masif
dan permasalahan semakin kompleks dan dinamis. Tidak terkecuali pada bidang kesehatan.

1
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Website konsultasi dokter sekarang banyak ditemukan sejak bisnis start-up menjamur,
sehingga pasien tidak perlu datang ke pelayanan kesehatan jika sekedar menanyakan kondisi
kesehatan.
Satu pendekatan organisasional yang disarankan oleh Senge (1990) adalah Organisasi
Pembelajar (Organization Learning) dalam bukunya yang terkenal berjudul The Fifth
Discipline yang menjelaskan seni dan praktik dalam membangun dan mengelola Organisasi
Pembelajar. Lalu apakah Organisasi Pembelajar itu?
Menurut Senge (1990) Organisasi Pembelajar (OP) adalah organizations where
people continually expand their capacity to create the results they truly desire, where new and
expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where
people are continually learning how to learn together. Dari definisi tersebut ada empat ciri-
ciri Organisasi Pembelajar, yaitu:
1. Orang-orang yang terdapat dalam organisasi (karyawan, mahasiswa, anggota, dan
sebagainya) secara terus-menerus mengembangkan kapasitas dan kemampuan
mereka yang bertujuan menghasilkan karya/prestasi sesuai keinginan mereka yang
sebenarnya. Jadi pada era OP, pemimpin mendukung pengikutnya untuk
mengembangkan diri dan berkreasi sesuai minatnya. Paradigma kepemimpinan yang
menghambat kreativitas pengikutnya sudah mulai ditinggalkan. Google merupakan salah
satu contoh perusahaan yang menerapkan ciri-ciri organisasi pembelajar seperti ini,
sehingga tumbuh menjadi perusahaan yang besar dan mendunia.
2. Memelihara pola pemikiran yang baru dan dinamis. Pemimpin pada era OP tidak
mengekang pemikiran yang nyeleneh, justru memeliharanya agar menjadi sesuatu yang
produktif atau berdampak positif. Paradigma kepemimpinan yang mengekang ide-ide baru
tidak akan terjadi pada organisasi pembelajar. Kalau kita buka aplikasi perusahaan ojek
online Gojek maka muncul jenis layanan/jasa yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh
pelanggan atau pesaing perusahaan ini. Awalnya hanya Go-ride dan Go-car, kini ada Go-
box, Go-send, Go-food, Go-massage dan sebagainya. Ada pula layanan Go-med yang
merupakan kolaborasi Gojek dengan 1000 apotek di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya.
Bahkan perusahaan ini berencana bekerjasama dengan kementerian keuangan untuk
melayani jasa pembayaran pajak. Inovasi produk/jasa ini tidak mungkin ada jika organisasi
mengekang kreativitas anggotanya.
3. Memberi kebebasan kepada pengikutnya untuk menyampaikan aspirasi secara
kolektif. Pemimpin pada era OP tidak melarang anggotanya bersama-sama
menyampaikan aspirasi. Justru aspirasi tersebut didengarkan dan dikembangkan ke arah

2
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

yang positif. Organisasi pembelajar dihuni oleh pemimpin yang ingin mendengarkan
pengikutnya, bukan pemimpin yang ingin didengarkan perintahnya. Walikota Kediri
secara berkala pada tahun 2017 mengadakan acara Kopi Tahu sebagai upaya untuk
mendengarkan aspirasi masyarakat. Acara ini diadakan secara berkala dan bergantian di
kantor kelurahan yang ditunjuk. Disamping itu dari kegiatan ini masyarakat dapat
mengetahui program-program yang diberikan oleh walikota seperti pelayanan kesehatan,
layanan psikolog gratis, dan beasiswa.
4. Orang-orang yang terdapat di dalam organisasi secara terus-menerus mempelajari
bagaimana caranya untuk belajar bersama-sama. Pada era OP, anggota organisasi
secara sukarela belajar bersama-sama (tidak individual) untuk mendapatkan pembelajaran
dalam rangka menyelesaikan masalah mereka. Dalam kegiatan penelitian yang penulis
ikuti tentang penggunaan aplikasi BPJS Kesehatan di Puskesmas (disebut aplikasi P-Care)
terdapat salah satu Puskesmas yang secara sadar untuk membentuk tim yang secara
bersama-sama mempelajari aplikasi tersebut, tanpa menunggu sosialisasi atau pelatihan
dari BPJS. Kondisi ini membutuhkan pemimpin yang mampu mengajak dan mendorong
pengikutnya untuk belajar bersama-sama. Berbagai organisasi saat ini cenderung
melakukan pembelajaran secara bersama-sama membentuk wadah yang disebut dengan
Komunitas Pembelajar (learning community).
Terlihat bahwa konsep Organisasi Pembelajar sangat menarik dan mengesankan.
Organisasi Pembelajar lahir untuk menggantikan pendekatan klasik yang disebut dengan
Controlling Organization atau Organisasi Pengawasan yang syarat dengan pengendalian
kepada bawahan. Lalu apakah Organisasi Pembelajar dapat dijalankan? Senge (1990)
menyatakan ada dua alasan kenapa Organisasi Pembelajar sangat mungkin dijalankan, antara
lain:
a. Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang senang belajar atau makhluk pembelajar.
Sejak lahir manusia belajar jalan, meraih benda, berbicara, hingga ia bekerja dan telah
lansia tetap melakukan pembelajaran.
b. Pada dasarnya bagi manusia belajar bukanlah kebutuhan, melainkan kecintaan terhadap
obyek yang dipelajari. Kecintaan terhadap pembelajaran menyebabkan manusia memiliki
pengalaman hidup yang dijadikan sebagai masukan untuk pencapaian tujuan. Pengalaman-
pengalaman yang dijalankan oleh orang/kelompok ini sebenarnya adalah organisasi
pembelajar.

3
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

ORGANISASI YANG GAGAL BELAJAR

Ketika mendengar teman baik Anda tidak naik kelas, tentu kita membayangkan
kemalangan menimpa teman tersebut. Kegagalan dalam belajar merupakan hal yang selalu
dihindari oleh manusia termasuk oleh organisasi pembelajar. Kegagalan ini disebut juga
Learning Disability. Seperti apakah ciri-ciri organisasi yang gagal dalam pembelajaran? Senge
(1990) tujuh ciri-ciri yang menunjukkan organisasi gagal dalam pembelajaran, yakni:

1. Anggota kelompok hanya memikirkan tugas dan tanggung jawab dirinya sendiri
Menurut Senge (1990) kondisi ini dianalogikan dengan ungkapan i am on my
position. Setiap orang dalam organisasi dituntut untuk dapat menyelesaikan tugasnya
secara mandiri. Namun organisasi tidak mungkin menghindar dari perubahan di luar
dirinya. Sehingga menurut prinsip viablity dalam sistem (Hester & Kevin, 2014), setiap
sistem dan subsistem dalam organisasi harus bergabung dengan sistem dan subsistem lain
untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian organisasi yang gagal menjadi pembelajar anggotanya sebagian
besar anggotanya tidak mau memikirkan tujuan perusahaan yang lebih luas. Misalnya
Seorang manajer pelayanan di RS sering mengalami kesulitan menghadapi petugas
kesehatan yang hanya mementingkan posisinya dirinya saja. Dengan alasan kompetensi,
tidak jarang petugas kesehatan menolak menggantikan sementara petugas kesehatan yang
kebetulan sakit dan tidak hadir. Bahkan beberapa petugas kesehatan tidak mau
mempelajari disiplin dan area kerja di luar dirinya.

2. Menganggap orang-orang di luar kelompok sebagai musuh


Organisasi pembelajar merupakan sistem yang terbuka dan dipengaruhi oleh
lingkungan di sekitarnya. Dengan demikian, orang-orang yang berada di luar organisasi
dengan berbagai perilakunya (ada yang berkontribusi positif dan negatif) tidak bisa
diabaikan. Organisasi pembelajar berupaya mendapatkan kontribusi positif dari orang-
orang di luar atau lingkungan sekitarnya.
Pada organisasi yang tidak melakukan pembelajaran, sebagian anggotanya hanya
berfokus pada posisi mereka sendiri, tidak menyadari bahwa apa yang dilakukannya bisa
mempengaruhi orang lain di luar kelompoknya. Kemudian ketika apa yang dilakukan
mereka memberi dampak negatif bagi diri mereka sendiri, hal itu menurutnya disebabkan

4
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

orang lain di luar kelompok. Senge (1990) menganalogikan kondisi ini dengan sebutan
the enemy out there yang merupakan konsekuensi dari sikap i am on my position.
Seringkali anggota kelompok membentuk benteng untuk melindungi dirinya dan
kelompok dari orang luar yang mereka anggap musuh. Paradigma ini menyebabkan
organisasi menjadi sekumpulan orang-orang yang secara eksklusif hanya menerima
masukan dari dalam kelompoknya saja. Orang-orang yang ada di luar kelompok harus
dikalahkan dan mengikuti permainan mereka yang ada dalam kelompok. Banyak
organisasi dan perusahaan yang akhirnya tidak mampu bertahan karena melihat
organisasi/perusahaan lain sebagai musuh bukan sebagai mitra.

3. Bersifat seolah-olah proaktif, namun sebenarnya reaktif


Proaktif merupakan prasyarat yang harus dimiliki organisasi pembelajar. Proaktif
berbeda dengan reaktif yang lebih bersifat pasif. Namun bila proaktif dilakukan karena
untuk menjatuhkan orang lain (enemy out there) maka hal ini bisa dikatakan sebagai
reaktif. Pengertian reaktif adalah keinginan orang untuk beraksi namun tanpa disadari
membiarkan masalah menjadi sulit ditangani. Reaktif dianggap juga memiliki kesamaan
dengan defensif atau cenderung bertahan dan menolak segala masukan. Organisasi yang
bersifat reaktif hanya akan menghabiskan energi dan sumberdaya yang dimiliki untuk
mencapai kesia-siaan. Senge (1990) menganalogikan kondisi ini dengan ungkapan the
illusion taking charge.
Sejak digulirkan Dana Desa oleh pemerintah, telah terbentuk Satgas Dana Desa
yang mengaudit penggunaan dana desa agar sesuai dengan peruntukannya yang dilakukan
secara acak. Pendekatan selama ini dalam penggunaan dana adalah reaktif, yaitu
pemerintah memeriksa/mengaudit setelah ada laporan. Kalaupun dilakukan
audit/pengawasan secara proaktif tujuannya bukan untuk memperbaiki sistem, tetapi lebih
kepada reaksi terhadap situasi.
Hal ini juga terjadi pada pengawasan ketenagakerjaan termasuk penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan. Seorang anggota DPR dalam acara
talkshow di TV mengkritik bahwa pengawasan yang dilakukan Kemenaker terhadap
penerapan K3 bersifat reaktif karena menunggu laporan dari perusahaan. Salah satu
dampak dari pengawasan yang reaktif adalah terbakarnya pabrik petasan yang
menyebabkan puluhan pekerja meninggal.

4. Hanya memikirkan kejadian jangka pendek


5
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Organisasi pembelajar yang berlandaskan pemikiran sistem menyadari bahwa


setiap kejadian tidak datang dengan sendirinya, melainkan timbul karena ada kejadian
sebelumnya. Prinsip circular causality pada sistem menyatakan bahwa setiap sistem akan
memberikan dampak kepada sistem lainnya. Sistem A akan berdampak pada sistem B.
Sistem B akan berdampak pada sistem C. Sistem C akan berdampak pada sistem A dan
seterusnya.
Organisasi yang tidak melakukan pembelajaran, sebagian anggotanya hanya
memikirkan masalah jangka pendek. Disamping itu bila ada permasalahan, tidak mau
memikirkan akar penyebabnya. Senge (1990) menganalogikan kondisi ini dengan
ungkapan the fixation of event.
Program kesehatan yang dijalankan suatu organisasi sering dijalankan tanpa
perencanaan jangka panjang. Ada anggapan bahwa masalah-masalah kesehatan dapat
diatasi hanya dengan memberi penyuluhan kepada masyarakat atau petugas/kader
kesehatan. Padahal penyuluhan merupakan intervensi jangka pendek yang harus
ditindaklanjuti dengan upaya-upaya lainnya.
Contoh lain pada dunia akademik. Seringkali mahasiswa saat menjelang ujian
memohon kisi-kisi. Diharapkan agar dosen memberitahu jenis pertanyaan yang akan
keluar saat ujian sehingga mahasiswa hanya fokus belajar pada kisi-kisi tersebut.
Pembelajaran adalah proses yang panjang. Seorang bijak mengatakan ketika tujuan
belajar adalah memperoleh nilai A, maka Anda hanya dapat nilai A. Tetapi Anda akan
mendapat hikmah dari ilmu, jika tujuan belajar Anda adalah memperoleh ilmu. Begitu
pula, pemimpin yang terjebak pada pemikiran jangka pendek akan kehilangan momentum
untuk memajukan organisasinya.

5. Terlena dengan zona nyaman


Prinsip dynamic equilibrium pada sistem menjelaskan bahwa setiap organisasi
akan mengalami gangguan dari luar dan akan kembali ke kondisi stabil. Meski dalam
kondisi stabil, kondisi di luar sistem tetap dinamis dan akan terus mengalami perubahan.
Organisasi pembelajar berusaha melakukan inovasi dan keluar dari kondisi stabil atau
zona nyaman.
Kita bisa belajar dari kondisi yang dihadapi katak. Seekor katak akan lompat ketika
dimasukkan ke dalam panci berisi air panas. Namun katak akan terlena ketika dimasukkan
ke dalam panci berisi air dingin, kemudian dipanaskan di atas kompor. Katak yang nyaman
dengan air dingin tidak menyadari bahwa air tersebut lama-kelamaan mendidih dan

6
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

akhirnya tidak sanggup untuk melompat. Katak ini terjebak dalam zona nyaman. Sehingga
Senge (1990) menganalogikan kondisi ini dengan ungkapan the parable of boiled frog.
Saat berkumpul dengan teman dalam organisasi sering terlontar kata-kata
mumpung masih lama, santai saja. Pada akhirnya tidak disadari bahwa waktu berjalan
terus dan kita tidak memiliki waktu untuk mempersiapkan diri. Akhirnya menghadapi satu
peristiwa dengan modal apa adanya. Sebaiknya jangan terlalu lama memelihara zona
nyaman.
Sebelum diterapkan Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan,
Universal Health Coverage (UHC) atau kondisi yang menunjukkan seluruh rakyat
Indonesia mendapatan pelayanan kesehatan sangat rendah. Kondisi saat itu
menggambarkan pelayanan kesehatan hanya dapat diakses oleh mereka yang memiliki
uang. Berpuluh-puluh tahun penyelenggara pelayanan kesehatan (terutama RS) berada
dalam comfort zone yaitu melayani upaya pengobatan (kuratif) kepada masyarakat yang
memiliki sumberdana, dengan mengesampingkan upaya promotif dan preventif.
Dampaknya derajat kesehatan masyarakat terutama pada rakyat miskin masih rendah.

6. Tidak pernah secara langsung belajar dari pengalaman


Prinsip information redundancy pada sistem menyatakan bahwa organisasi akan
dibanjiri dengan duplikasi informasi yang bisa memberi dampak negatif dan positif. Jika
bisa dikelola dengan baik maka informasi ini akan membawa pengaruh positif bagi
organisasi. Informasi-informasi tersebut timbul akibat adanya kegiatan yang dilakukan
organisasi, yang disebut dengan pengalaman. Organisasi pembelajar berusaha
mendapatkan pembelajaran dari pengalaman yang didapat dan diupayakan diperolah
secara langsung. Namun demikian, tidak selamanya tindakan yang dilakukan berdasarkan
pengalaman akan membawa dampak yang baik bagi orang lain.
Seringkali organisasi mengambil pelajaran dari pengalaman organisasi lainnya,
bukan pengalaman secara langsung. Pemimpin kadang tidak mau atau malas melakukan
kajian mendalam sebelum pengalaman orang lain diterapkan di organisasinya. Senge
(1990) menganalogikan kondisi ini dengan ungkapan the delussion of learning from
experince. Apa yang terbaik bagi organisasi lain, belum tentu baik bagi organisasi sendiri.

7. Memposisikan tim manajemen secara berlebihan


Dalam pendekatan sistem, terdapat prinsip yang disebut dengan suboptimization.
Menurut prinsip ini meskipun organisasi memiliki tim yang dianggap optimal, namun

7
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

hasilnya belum tentu maksimal. Sebuah organisasi yang berisi jajaran manajemen yang
cerdas, berpengalaman, dan ahli di bidangnya sering dianggap sebagai dream team.
Kenyataannya ini adalah mitos yang menyesatkan. Senge (1990) menganalogikan kondisi
ini dengan ungkapan the myth of management team.
Pelayanan kesehatan yang dikelola oleh manajemen yang dianggap canggih (berisi
orang-orang cerdas lulusan universitas ternama, berpengalaman di perusahaan
multinasional) seringkali kandas di tengah jalan. Program kesehatan yang didesain oleh
konsultan berpengalaman di luar negeri sering dianggap akan membawa hasil yang
memuaskan. Budaya mencitrakan tim manajemen sebagai the dream team tidak
mencerminkan organisasi pembelajar, karena kemauan belajar atau mengembangkan diri
pada pengikutnya yang berada di level bawah menjadi rendah.

MODEL ORGANISASI PEMBELAJAR

Menurut Marquardt (2002) organisasi pembelajar memiliki model yang terdiri dari lima
subsistem yaitu learning (pembelajaran), organization (organisasi), people (orang-orang),
technology (teknologi), dan knowledge (pengetahuan/sains). Lihat gambar 1 berikut.

Organization

Knowl Learning
People
edge

Technology

Gambar 1. Model Sistem Organisasi Pembelajar

1. Subsistem Learning (Pembelajaran)


Susbsistem ini merupakan subsistem utama dari sistem organisasi pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran dapat dilakukan oleh 3 level yang berbeda yaitu
a. Pembelajaran level individu (individual learning)
Pembelajaran yang dilakukan oleh individu umumnya berupa peningkatan
keterampilan, pemahaman, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan, dan
diperoleh melalui belajar mandiri, instruksi berbasis teknologi, dan observasi.

8
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

b. Pembelajaran level kelompok/tim (group or team learning)


Pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok/tim meliputi peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan kompetensi yang diperoleh melalui atau bersama dengan
kelompok/tim.
c. Pembelajaran level organisasi (organizational learning)
Pembelajaran yang dilakukan pada level organisasi digambarkan melalui peningkatan
kemampuan secara intelektual atau produktivitas melalui komitmen untuk perbaikan
berkesinambungan dalam organisasi.
Pendekatan pembelajaran dapat dilakukan dengan tiga metode berikut: 1) Adaptive
learning yaitu cara pembelajaran berdasarkan pengalaman dan kemudian melakukan
modifikasi berdasarkan pengalaman tersebut; 2) Anticipatory learning yaitu proses
pembelajaran yang diperoleh dengan membuat peramalan/prediksi terhadap berbagai
keadian di masa depan; dan 3) Action learning yaitu proses pembelajaran berdasarkan
kegiatan yang dilakukan saat ini.
Keterampilan yang dibutuhkan untuk memulai atau memaksimalkan organisasi
pembelajara ada lima jenis, yakni:
a. Systems thinking (berfikir sistem)
b. Mental models (model mental)
c. Personal mastery (penguasaan diri)
d. Self-directed learning (pembelajaran mandiri)
e. Dialogue (dialog)
2. Subsistem Organisasi
Organisasi merupakan subsistem dari learning organization yang merupakan
wadah bagi berjalannya organisasi pembelajar. Subsistem ini terdiri dari empat komponen:
visi, budaya, strategi, dan struktur.
Visi memberi arahan kemana organisasi akan berjalan. Dalam menjalankan tugas
dan kegiatanya, organisasi tidak lepas dari budaya yang berlaku seperti segala nilai-nilai,
kepercayaan, tradisi, ritual, atau adat istiadat. Untuk menjalankan visinya, organisasi juga
membutuhkan strategi yang merupakan rencana aksi, metodologi, taktik, dan langkah-
langkah yang harus diambil. Strategi tersebut dijalankan oleh seluruh departemen, level,
atau bagian dalam organisasi yang disebut dengan struktur.
3. Subsistem people (orang-orang atau personel)

9
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Subsistem ini adalah para stakeholder yang memiliki kepentingan dengan


organisasi, yang terdiri dari: karyawan, pelanggan, partner bisnis, supplier, komunitas, dan
manajemen/pimpinan.
4. Subsistem knowledge (pengetahuan)
Subsistem ini berfungsi mengelola pengetahuan/ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan dan dihasilkan oleh organisasi, yang terdiri dari enam elemen, antara lain:
acquition (akuisisi), creation (kreasi), storage (penyimpanan), analysis and data mining
(analisa dan pengolahan data), transfer and dissemination (transfer dan penyampaian), dan
application and validation (aplikasi dan validasi).
Acquition adalah proses mengumpulkan data dan informasi yang ada baik dari
dalam atau luar perusahaan. Creation adalah proses penciptaan pengetahuan dari berbagai
riset atau studi. Storage adalah proses memberi identitas/kode dan menempatkan berbagai
ilmu pengetahuan agar dapat dengan mudah diakses oleh karyawan atau anggota
organisasi. Transfer and dissemination adalah proses perpindahan informasi dan ilmu
pengetahuan baik secara mekanis, elektronis atau interpersonal baik yang intens maupun
tidak intens pada organisasi. Application and validation adalah meliputi penggunaan dan
penilaian ilmu pengetahuan oleh anggota organisasi.
5. Subsistem teknologi
Subsistem teknologi berfungsi memberikan dukungan, dan sebagai alat dalam
mengintegrasikan jaringan teknologi dan informasi yang memungkinkan terjadinya akses
dan pertukaran informasi dan pembelajaran. Teknologi dalam organisasi pembelajar
digunakan untuk:
a. Mengelola ilmu pengetahuan yang dilakukan dengan teknologi berbasis komputer
dengan mengumpulkan, koding, menyimpan, dan mentransfer informasi dalam
organisasi dan dunia luar.
b. Meningkatkan pembelajaran yang meliputi pelatihan dengan menggunakan video,
audio, dan multimedia berbasis komputer.

FAKTOR PENYEBAB DIBUTUHKANNYA ORGANISASI PEMBELAJAR

Marquardt (2002) mengidentifikasi ada delapan hal yang melatarbelakangi perlunya


atau dibutuhkannya organisasi pembelajar, antara lain:
1. Globalisasi dan ekonomi global

10
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Tidak dapat dihindari bahwa era globalisasi sudah menguasai hidup masyarakat.
Saat ini lebih mudah mendapatkan teman atau kolega dari berbagai belahan dunia berkat
perkembangan teknologi informasi. Organisasi di bidang kesehatan tidak bisa lepas dari
globalisasi yang terjadi di bidang kesehatan. Globalisasi bukan hanya menyangkut
kemudahan tenaga kesehatan asing bekerja di Indonesia, atau namun juga terjadi
perubahan pada pola penyakit.
Akhir Oktober 2017 Indonesia menyelenggarakan Konferensi Kesehatan Global
yang lebih menitikberatkan pada keamanan terhadap serangan emerging infectious disease
untuk mencegah penyebaran penyakit infeksi dari satu belahan dunia ke belahan dunia
lain, dan untuk pertama kalinya pertahanan terhadap penyakit menular melibatkan militer.
Sebuah studi kolaborasi antara WHO, World Bank, dan WMO mengatakan bahwa
perubahan iklim menjadi salah satu masalah kesehatan global, antara lain gelombang
panas (heat wave). Pemasanan global bukan hanya menyebabkan kematian akibat suhu
yang tinggi, namun juga menyebabkan penyebaran penyakit seperti DBD,
Schistosomiasis, polusi udara akibat pembakaran bahan bakar fosil, dan kegagalan panen.
Dengan demikian, globalisasi berkontribusi terhadap adanya kompleksitas dan
kejadian-kejadian yang sulit dikontrol yang hanya dapat diatasi dengan cara berfikir sistem
dalam organisasi pembelajar.
2. Teknologi
Perubahan teknologi yang cepat menyebabkan tempat kerja menjadi lebih virtual
dibanding fisik. Tahun 1990an sudah diramalkan bahwa pada abad 21 akan ada virtual
office yaitu kantor yang dapat dikendalikan dari belahan dunia dengan teknologi internet.
Penulis sendiri saat ini tercatat menjadi konsultan di perusahaan Gerson Lehrman Group
(GLG) yang berpusat di China. Proses rekrutmen dan seleksi terjadi secara virtual melalui
aplikasi atau email, tanpa pernah menginjak gedung kantor GLG.
Teknologi telemedicine juga telah mengubah konsultasi dokter dengan pasien
menjadi virtual. Beberapa rumah sakit dan klinik swasta di Jakarta telah mengaplikasikan
teknologi ini. Beberapa pekerjaan medis saat ini sudah mengandalkan teknologi robotic
untuk akurasi dan kecepatan tindakan. Bukan tidak mungkin, sebagian fungsi tenaga
kesehatan masyarakat dalam pengawasan kondisi kesehatan di berbagai lingkungan akan
digantikan dengan teknologi drone.
Perubahan teknologi meyebabkan pemimpin organisasi bukan hanya dapat
mengelola sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya, akan tetapi harus mampu
mengelola berbagai ilmu pengetahuan secara efisien dalam organisasi pembelajar.

11
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

3. Pergeseran radikal pada dunia kerja


Dunia kerja telah mengalami perubahan yang radikal. Banyak perusahaan yang
menggunakan telekonferensi untuk melakukan kegiatan pertemuan atau meeting di kantor,
sehingga memangkas biaya transportasi. Beberapa perusahaan menawarkan teknologi
webinar yaitu seperangkat alat yang digunakan untuk menyelenggarakan seminar atau
pelatihan jarak jauh.
Perkembangan ke depan, kunci utama keberhasilan bisnis pada perusahaan bukan
lagi pada modal usaha, sumberdaya manusia, atau fasilitas. Namun keberhasilan tersebut
akan diukur dari pengetahuan (knowledge), informasi, dan ide-ide yang dimiliki
perusahaan. Ke depan, makin dibutuhkan pelayanan kesehatan yang spesifik pada bidang
tertentu. Akan banyak dibutuhkan rumah sakit khusus dan klinik-klinik khusus, sehingga
bermunculan Klinik Hemodialisa, Klinik Sunat, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, dan
sebagainya.

4. Meningkatnya pengaruh pelanggan


Di masa mendatang, peran pelanggan akan semakin sentral. Organisasi atau
perusahaan yang mengabaikan kebutuhan pelanggan akan ditinggalkan secara perlahan-
lahan. Bahkan dalam pelayanan BPJS Kesehatan, ada kebijakan yang membebaskan
pasien memilih pelayanan kesehatan dan pindah ke pelayanan kesehatan jika kurang puas
dalam pelayanan. Dampaknya kebutuhan akan mutu pelayanan semakin meningkat.
Pemerintah melalui Kemenkes sedang menerapkan akreditasi sebagai standar mutu bagi
seluruh pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah.
Implikasinya adalah organisasi harus memperolah informasi yang sebanyak-
banyaknya tentang kualitas pelayanan melalui penggalian atau survey kepuasan. Setiap
ada keluhan pasien, organisasi pelayanan kesehatan harus mengambil pelajaran dan
melakukan continues improvement atau perbaikan terus menerus.

5. Berkembangnya pemikiran bahwa ilmu pengetahuan dan pembelajaran sebagai aset


organisasi
Nilai perusahaan saat ini dinilai bukan dari aset fisik seperti modal, peralatan,
gedung dan sebagainya, melainkan pada knowledge dan kemauan karyawannya untuk
melakukan pembelajaran. Dengan demikian kunci bersaing ada pada inovasi.

12
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Majalah Forbes merilis 10 besar orang kaya di Amerika Serikat yang lima
diantaranya adalah pemilik perusahaan yang mengandalkan inovasi yaitu Bill Gates
(Microsoft), Jeff Bezos (Amazon), Mark Zuckerberg (Facebook), Larry Page (Google),
dan Sergey Brin (Google). Hal ini menunjukkan tarnsformasi bahwa perusahaan besar
telah bergeser dari perusahaan manufaktur yang mengandalkan aset fisik (Toyota, Hewlett
Packard, Exxon, dsb) ke perusahaan start-up yang mengandalkan aset mental seperti
inovasi.

6. Perubahan pada peran dan harapan pekerja


Dunia sedang mengalami perubahan dari era industri ke era ilmu pengetahuan yang
berdampak pada peran dan harapan tenaga kerja. Pekerja makin memiliki kebebasan untuk
menentukan hak dan kesejahteraannya. Dalam sejarah ketenagakerjaan di Indonesia, baru
beberapa tahun ini ada kewajiban seluruh perusahaan mendaftarkan karyawannya menjadi
anggota BPJS Ketenagakerjaan, termasuk penetapan hari libur nasional pada setiap
tanggal 1 Mei.
Adanya BPJS Ketenagakerjaan juga menuntut perusahaan atau organisasi
menerapkan learning organization seperti adanya upaya untuk lebih meningkatkan
kompetensi dokter perusahaan dalam mendiagnosa penyakit akibat kerja. Kosekuensinya
dokter perusahaan harus benar-benar paham dan mau mempelajari kriteria umum penyakit
akibat kerja yang berhubungan dengan pajanan di lingkungan kerja.

7. Keragaman dan mobilitas di tempat kerja


Globalisasi yang terjadi pada saat ini menyebabkan tingginya keanekaragaman
pekerja dari berbagai latar belakang seperti kewarganegaraan, pendidikan, budaya, dan
sebagainya, tidak terkecuali pada tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan asing yang masuk
ke Indonesia saat ini masih didominasi oleh tenaga medis dokter.
Implikasinya adalah perusahaan atau organisasi harus mampu menampung
perbedaan-perbedaan yang ada pada tenaga kerja mereka. Dikembangkan budaya untuk
saling mengenal dan memahami latar belakang masing-masing pekerja. Hal ini akan
terjadi bila perusahaan menerapkan learning organization.

8. Peningkatan perubahan dan kompleksitas yang cepat


Prof Rhenald Khasali akhir-akhir ini sering menjelaskan tentang era disruptif yaitu
era yang mengharuskan setiap perusahaan melakukan hal yang bersifat sustaining

13
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

inovation atau inovasi yang dapat menciptakan pasar (pelanggan) baru. Dengan demikian
perusahaan harus terbuka dengan segala perubahan. Ciri-ciri era disruption adalah
perubahan yang datang begitu cepat dan permasalahan yang semakin kompleks.
Learning organizaton yang baik dikelola oleh pemimpin yang mau menghadapi
perubahan dan ada kemauan untuk bekerja dengan kompleksitas yang tinggi. Hal ini
disebabkan mereka yang mengelola learning organization merupakan orang-orang yang
sadar akan pentingnya informasi dan pembelajaran, sehingga mereka selalu siap dengan
kondisi apapun.

KARAKTERISTIK PEMIMPIN ORGANISASI PEMBELAJAR

Senge (1990) mempelajari dengan baik proses penemuan pesawat terbang oleh Wright
bersaudara, dan dimulainya pembuatan pesawat secara komersial oleh perusahaan manufaktur
besar, McDonald Douglas. Perusahaan ini menghasilkan pesawat dengan merek dagang DC
dan Boeing. Senge melihat bahwa terciptanya pesawat komersil tersebut diperoleh melalui
disiplin organisasi pembelajar (disciplines of organization learning).
Disiplin organisasi pembelajar pada dasarnya adalah karakter atau ciri-ciri
kepemimpinan yang ada pada sebuah organisasi pembelajar. Karakteristik organisasi
pembelajar menurut Senge (1990) ada lima yaitu: 1) Personal mastery; 2) Mental models; 3)
Building shared vision; 4) Team learning, dan 5) Systems thinking. Dengan demikian karakter
kepemimpinan pada organisasi pembelajar adalah:
1. Menguasai personal/pribadi (Personal mastery)
Organisasi pembelajar dapat berjalan jika dipimpin oleh pemimpin yang
menguasai diri atau yang mampu mengontrol dirinya sendiri untuk berbuat baik.
Seseorang yang mampu menguasai diri umumnya paham akan kekuatan dan kelemahan
dirinya, sehingga mampu menangkap peluang serta menahan ancaman yang datang kepada
dirinya. Pengusaan diri memerlukan satu kemampuan yang disebut dengan kecerdasan
emosional.
2. Model mental yang baik (mental models)
Model mental menggambarkan asumsi-asumsi dan pengalaman tentang diri kita
sendiri, orang lain, institusi, lingkungan dan setiap hal dalam dunia yang dibawa ke dalam
otak/benak seseorang. Bila model mental pemimpin terhadap organisasi dan pengikutnya
baik, maka organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya akan baik.
3. Membangun visi yang disampaikan kepada dan dipahami oleh anggota (shared vision)

14
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Pemimpin organisasi pembelajar selalu memiliki mimpi yang jaraknya melebihi


mimpi pengikutnya, yang disebut dengan visi. Visi tersebut tidak boleh disimpan dalam
pikiran pemimpin saja, namun harus disampaikan agar dapat dipahami arah organisasi
yang dipimpin. Kemampuan membangun visi merupakan syarat utama membentuk
organisasi pembelajar.
4. Membentuk tim pembelajar (team learning)
Tim pembelajar terbentuk karena adanya dialog. Dalam dialog, setiap anggota
kelompok meninggalkan asumsi-asumsi dalam pemikiran mereka dan terdorong untuk
berfikir besama-sama. Pemimpin sebaiknya mau melakukan dialog untuk memotivasi
anggota kelompok menjadi individu pembelajar.
5. Berfikir sistem (systems thinking)
Seperti dijelaskan pada artikel tentang Teori Sistem, berfikir sistem dibutuhkan
karena masalah di dunia semakin kompleks. Dibutuhkan pemimpin yang melihat masalah
sebagai bagian dari masalah yang lebih besar, tidak terkotak-kotak, atau mementingkan
kelompoknya. Pemimpin juga harus bisa menjalankan seluruh empat karakter di atas
secara bersama-sama. Itulah sebabnya berfikir sistem merupakan disiplin kelima (fifth
disciplines) dalam organisasi pembelajar.

KESIMPULAN

Organisasi telah mengalami transformasi ke arah yang lebih terbuka dengan


mengutamakan inovasi dan kerjasama, serta mengedepankan budaya komitmen dan hasil.
Pergeseran ini melahirkan satu pendekatang yang disebut dengan Organisasi Pembelajaran
(Learning Organization).
Terdapat empat ciri-ciri Organisasi Pembelajar menurut Senge (1990) yaitu 1) Orang-
orang yang ada di dalamnya selalu mengembangkan kapasitas dan kemampuan; 2) Memelihara
pola pemikiran yang baru dan dinamis; 3) Memberi kebebasan untuk menyampaikan aspirasi
secara kolektif; dan 4) Orang-orang yang ada di dalamnya terus melakukan pembelajaran
secara bersama-sama.
Suatu organisasi dapat mengalami kondisi yang disebut dengan Learning Disability,
dengan tujuh ciri-ciri yang dianalogikan dengan ungkapan menurut Senge (1990) sebagai
berikut: a) Im on my position; b) The enemy out there; 3) The ilussion taking charge; 4) The
fixation of event; 5) The parable of boiled frog; 6) The delussion of learning from experience;
dan 7) The myth of management team.

15
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Dalam membangun Organisasi Pembelajar dapat digunakan model yang diusulkan oleh
Marquardt (2002) yang terdiri dari: 1) Learning; 2) Organization; 3) People; 4) Knowledge;
dan 5) Technology.
Organisasi Pembelajar timbul karena faktor-faktor penyebab sebagai berikut: a)
Globalisasi: b) Teknologi; c) Perubahan dunia kerja; d) Pengaruh pelanggan; e) Iptek dan
pembelajaran sebagai asent perusahaan; f) Peran dan harapan pekerja; g) Keragaman dan
mobilitas di tempat kerja; dan h) Peningkatan dan kompleksitas masalah yang makin cepat
(Senge, 1990).
Organisasi Pembelajar membutuhkan karakteristik kepemimpinan yang sesuai dengan
ciri-ciri organisasi ini. Menurut Senge (1990) karakteristik tersebut antara lain : 1) Personal
mastery; 2) Mental models; 3) Shared vision; 4) Team learning; dan 5) Systems thinking.

LATIHAN

1. Identifikasi sebuah organisasi yang ada di sekitar Anda (misal: kampus, perusahaan,
organisasi kemahasiswaan) apakah telah sesuai dengan paradigma organisasi saat ini,
seperti yang dirumuskan oleh Marquardt (2002).
Nama Organisasi: .................................................................................
Dimensi Keterangan
Tugas utama/penting
Hubungan kerja
Level organisasi
Struktur organisasi
Batas-batas organisasi
Motivasi kompetisi
Gaya manajemen
Budaya
Orang-orang
Fokus strategi

2. Isilah dengan Benar pada pernyataan di bawah ini jika sesuai dengan ciri-ciri Organisasi
Pembelajar, dan Salah jika tidak sesuai dengan ciri-ciri Organisasi Pembelajar
a. Karyawan sebuah Puskesmas selalu aktif mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Setempat (................)
b. Kepala Dinas Kesehatan kota A selalu menolak usulan yang diberikan oleh
bawahannya (.................)

16
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

c. Dalam rapat rutin bulanan, manajer SDM sebuah RS selalu meminta pada Supervisor
menyampaikan permasalahan yang dihadapi (............)
d. Staff bagian keuangan di sebuah klinik berpendapat bahwa untuk mempelajari
program/aplikasi akuntansi yang baru harus diberikan oleh instruktur handal (...........)

3. Cocokkan pernyataan di kolom kiri tabel dengan pernyataan di kolom kanan tabel yang
sesuai
Tim K3 perusahaan yakin akan tercapai
zero accident pada tahun ini karena
Im on my position
dipimpin oleh manajer K3 yang pintar dan
berpengalaman
Seorang pegawai Puskesmas pemegang
program Pencegahaan Penyakit Menular
tidak pernah memonitor kondisi The enemy out there
lingkungan karena angka kesakitan diare
menurun
Apotik ABC mengadopsi pemakaian
sistem informasi apotik mengikuti apotik
The ilussion taking charge
pesaing yang ada didekatnya tanpa
memperhitungkan kemampuannya
Karyawan bagian pelayanan rawat jalan
tidak mau peduli dengan pasien yang The fixation of event
menggunakan pelayanan rawat inap
Pimpinan bagian keselamatan kerja di RS
selalu mencari-cari siapa yang salah jika
The parable of boiled frog
ada kecelakaan kerja, tanpa mau
menginvestigasi penyebabnya
Karyawan bagian lab. klinik menyalahkan
bagian Customer Service jika ada
The delussion of learning from experience
komplain hasil pemeriksaan yang lama,
yang disebabkan oleh mesin yang rusak
Seorang petugas kurir tanpa diperintah
langsung mengantar barang ke rumah
The myth of management team
pelanggan yang dekat, karena takut
mendapat tugas mengantar yang jauh

DAFTAR ISTILAH
Acquition Action Learning
Adaptive Learning Anticipatory Learning
Application and Validation Creation
Controlling Organization Fifth Disciplines
Group Learning Individual Learning
Learning Community Learning Disability
Learning Organization Mental Models
Organisasi Pembelajar Organisasi Pengawasan

17
Kepemimpinan pada Organisasi Pembelajar| Ade Heryana, SST, MKM

Organizational learning Pendekatan Reduksionis


Personal Mastery Self-directed Learning
Shared Vision Storage
Systems Thinking Team Learning
Transfer and Dissemination Transformasi Organisasi

KEPUSTAKAAN
Bass, Bernard M. 2000. The Future Leadership of Learning Organizations dalam The Journal
of Leadership Studies Vol.7 No.3
Marquardt, Michael J. 2002. The Learning Organization: Mastering the 5 Elements for
Corporate Learning. Palo Alto: Davies-Black Publishing
Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning
Organization, New York: Currency Doubleday

18

Anda mungkin juga menyukai