Anda di halaman 1dari 5

SILVIANDRA PELITASARI SIMANDJUNTAK

NIM : 043021746

1. Jelaskan mengapa organisasi di Cianjur bertransfromasi menjadi organisasi belajar (


LO )
Jawaban :
Learning organization/ LO atau organisasi pembelajar adalah organisasi yang
memberikan kesempatan dan mendorong setiap individu yang ada dalam organisasi
tersebut untuk terus belajar dan memperluas kapasitas dirinya. Peter Senge
mendefinisikan learning organization sebagai organisasi dimana orang-orang di
dalamnya mengexpand kapasitas yang dimilikinya. Orang-orang tersebut dibina dan
dikembangkan sehingga mereka bebas memberikan aspirasi kepada perusahaan. Dalam
learning organization, terjadinya proses pembelajaran sangat,tergantung pada individu-
individu yang berada dalam organisasi, karena mereka adalah pelaku pembelajaran
organisasi. Seperti yang dikatakan dalam konsep Peter Senge "organisation learn only
though individuals who learn" bahwa organisasi yang belajar hanyalah melalui
individu-individu yang belajar. Memang pembelajaran yang dilakukan individu tidak
menjamin terjadinya pembelajaran organisasi, tetapi tanpa pembelajaran individu tidak
akan terjadi pembelajaran organisasi. Namun, dalam learning organization bukan hanya
individu yang terus melakukan pembelajaran namun organisasi juga harus terus belajar,
selayaknya manusia.
Penekanan atas penggunakan paradigma organisme yang hidup di dalam
memahami organisasi pembelajar menghasilkan suatu pendekatan yang berpusat pada
disiplin pemikiran kesisteman (systems thinking). Secara utuh, hal ini saling terkait
dengan empat disiplin lainnya berupa personal mastery, mental models, team learning,
shared vision.
Kondisi organisasi dan upaya transformasi menjadi organisasi pembelajar seorang
pakar organisasi pembelajar membagi organisasi menjadi empat kelompok berdasarkan
kecenderungannya pada pembelajaran kolektif.
Kelompok I.
Organisasi pembelajar, yaitu organisasi yang pimpinan dan para staf sama-sama
memiliki kemauan dan kemampuan yang berkembang baik dalam melakukan
pembelajaran kolektif.
Kelompok II.
Organisasi yang mengalami kekecewaaan (frustrated organization). Pimpinan pada
Organisasi sangat baik di dalam pembelajaran organisasi tetapi karyawan-karyawannya
tidak mampu melakukannya.
kelompok III.
Organisasi yang menimbulkan kekecewaan (frustrating organization). Pada organisasi
ini,situasi sebaliknya terjadi. Para staf sangat baik di dalam melakukan pembelajaran
kolektif namun hal ini tidak dapat diimbangi oleh kelompok pimpinan. Kelompok
pimpinan justru sangat yakin dan lebih terampil dalam menerapkan pendekatan
organisasi yang berakar pada birokrasi.

Kelompok IV.
Organisasi yang stagnan. Organisasi ditandai oleh ketidakmampuan belajar kolektif
baik dikalangan pimpinan maupun di kalangan staf. Organisasi ini tentu lebih berat
situasinya di dalam menghadapi persaingan yang semakin meningkat.
Pertanyaannya adalah bagaimana transformasi dapat dilakukan terhadapmasing-
masing organisasi dari tiga kelompok yang bukan organisasi pembelajar? secara
teoretis,dapat dikatakan bahwa transformasi hendaknya dilakukan secara holistic : baik
dari segi sisi lunak maupun dari sisi keras; baik pada level mikro (individu) maupun
pada level makro (keseluruhan organisasi).
Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah melalui perubahan paradigma dari
Segenap kalangan di dalam organisasi. Perubahan pola pikir kolektif juga perlu
dilakukan. Hal
ini dapat dilakukan melalui upaya memperjelas visi, misi, dan nilai-nilai organisasi agar
selaras dengan perkembangan zaman. Selanjutnya dilakukan pembelajaran dalam tim
yang didasari oleh kesaling percayaan dan keterbukaan. Perubahan sistem penugasan,
penilaian kinerja, sistem pengupahan, dan budaya organisasi sangat diperlukan untuk
mengekspresikan penghargaan yang tinggi terhadap manusia sebagai aset yang paling
penting dan mewujudkan rasa keadilan di dalam organisasi.
Pada akhirnya, pemimpin merupakan presedens atau pihak yang sangat
menentukan. Mereka harus mampu menjadi menjalankan tugas-tugas servant
leadership. Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu kepemimpinan
yang menyeluruh (overall leadership). Ketika setiap individu menerima tanggung
jawab sebagai pemimpin dibagiannya masing-masing, maka organisasi memiliki
kekenyalan yang diperlukan untuk beradaptasi dan unggul dalam lingkungan yang
senantiasa berubah dengan cepat.
Mengenai transformasi organisasi menjadi organisasi belajar (learning
organization/ LO) di Cianjur sudah saatnya adanya perubahan organisasi-organisasi
masa kini menjadi organisasi pembelajar (learning organization) mreupakan suatu
kondisi "sine quanon." Zaman telah berubah, organisasi-organisasi pun harus berubah.
Jika tidak berubah, ada resiko kehilangan elan, bahkan terancam
eksistensinya.Masyarakat abad 21 disebut sebagai masyarakat pengetahuan
(knowledge society). Didalam masyarakat ini, ekonomi pengetahuan merupakan pilar
penting bagi kemajuan masyarakat. Hanya dengan melakukan pembelajaran bersama
secara terus-menerus,organisasi dapat meningkatkan kapabilitasnya di dalam
memenuhi tuntutan konsumen secara unggul.
Marquardt (1996) menjabarkan organisasi pembelajar yang mampu menjawab
tantangan2 diabad 21 dengan lebih baik sebagai berikut.... learning organization is an
organization which learns powerfully and collectively and iscontinually transforming
itself to
better collect, manage, and use knowledge for corporatesuccess. It empowers people
within
and outside the company to learn as they work. Organizational learning refers to how
organizational learning occurs, the skills and processesof building and utilising
knowledge.
Pengetahuan kolektif dan kapabilitas menciptakan serta memperbaharui dan
mendayagunkan pengetahuan merupakan kunci sukses. Merujuk Marquardt (1996), hal
ini perlu didukung oleh seluruh komponen organisasi pembelajar, yaitu :
- Pembelajaran organisasi yang cerdas dan tangguh; Orang-orang, baik pimpinan
organisasi dan staf maupun konsumen dan segenap mitra bisnis yang memiliki
kematangan pribadi dan model mental yang sehat serta selalu mau belajar dan
meningkatkan kapabilitas individual dan kolektif;
- Pengorganisasian yang fleksibel dan kenyal sehingga memampukan organisasi
mampu menghadapi kompleksitas dan turbulensi lingkungan bisnis;
- Pengetahuan yang dapat diciptakan, disimpan, didesiminasikan, dandidaya
gunakan secara unggul; dan penggunaan teknologi yang mampu mendukung
pembelajaran dan penciptaan pengetahuan serta pelayanan yang bernilai tambah
unggul, khususnya pendayagunaan teknologi informasidan komunikasi.
Dengan menekankan perubahan paradigma di dalam menilai perkembangan
bisnis, Peter M.Senge (1990) memperkenalkan organisasi pembelajar sebagai
organisasi dimana orang-orang senantiasa belajar bersama untuk menciptakan hal-hal
yang benar-benar mereka inginkan. Definisi selengkapnya adalah sebagai berikut :.... a
learning organization is "an organization where people continually expand theircapacity
to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinkingare
nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually
learning how to learn together (Senge, 1990).

2. Apa karakteristik organisasi belajar di Cianjur ?


Organisasi dalam bentuk apapun dikehidupanya selalu mengalami dinamika,
berdinamika dalam membuat keputusan yang mereka raih untuk tujuan kearah yang
lebih baik. Kearah penciptaan,keuntungan yang diharapkan bagi semuanya. Untuk
tujuan penciptaan, keputusan itu. Ketika kesungguhan menjadi prinsip keputusan untuk
melakukan setiap perubahan kearah yang lebih baik, maka hasilnya pasti baik. Dalam
sebuah organisasi keputusan yang berkarakter hanya lahir diri individu-individu yang
berkarakter, itu lah yang disebut sebagai organisasi yang berkarakter. Sudahkah kita
bersungguh –sungguh melibatkan individu-individu yang berkarakter di organisasi
untuk didayagunakan bagi kepentingan organisasi.

3. Bagaimana transformasi organisasi biasa menjadi organisasi belajar di Cianjur ?


Untuk memulai mentransformasikan organisasi di mana kita berada sekarang, terlebih
dulu, mari kita cermati komponen-komponen penting yang harus ada dalam
organisasi pembelajar:
- Learning (Belajar)
- Organization (Organisasi)
- People (Orang)
- Knowlegde (Pengetahuan)
- Technology (Teknologi)
Secara kasat mata, kelima komponen tadi ada dalam organisasi manapun, baik
organisasi konvensional maupun organisasi modern yang sudah menerapkan prinsip-
prinsip pengembangan organisasi. Lalu apa bedanya? Mari kita cermati bersama.
Belajar dalam LO merupakan ruh yang memberikan gerak bagi maju mundurnya suatu
organisasi. Belajar menjadi prioritas utama dalam setiap kegiatan yang dilakukan
organisasi atau perusahaan tersebut. Setiap orang yang ada dalam LO didorong untuk
mengembangkan diri dan memperkaya kapasitas dirinya. Setiap individu terlatih dalam
skill-skill belajar, learning how: to do, to learn, to be, to life together. Mereka juga
dengan antusiasme yang luar biasa, terus berusaha menerapkan metode percepatan
belajar. Dinamika pembelajaran itu berkembang tidak hanya pada diri mereka seorang,
tapi juga berkembang pada kelompok, bahkan sudah menjadi budaya organisasi.

Anda mungkin juga menyukai