PENDAHULUAN
Seiring kita memasuki era baru, kita memulai era tersebut dalam evolusi kehidupan
termasuk dalam hal struktur organisasi. Perubahan besar dalam lingkungan ekonomi yang
disebabkan oleh globalisasi dan teknologi telah memaksa perusahaan untuk mengubah diri
secara signifikan untuk bertahan hidup di dunia baru dan ekonomi barunya. Organisasi dengan
kemampuan berpikir besar dan kemampuan belajar dengan cepat akan menjadi pemimpin
global. Sebuah organisasi harus belajar dan beradaptasi dengan lebih cepat dengan perubahan
lingkungan atau, sebagai konsekuensinya perusahaan tidak akan bisa bertahan. Peneliti
berasumsi bahwa dalam 10 tahun kedepan, perusahaan yang menerapkan Organizational
Learning-lah yang akan bertahan. Organisasi yang tidak atau gagal bertransformasi menjadi
organisasi pembelajar akan punah selayaknya dinosaurus; mereka tidak selamat karena gagal
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang cepat.
Pada materi-materi sebelumnya kita sudah disajikan apa itu Organisasi Pembelajar dan
apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi untuk dapat bertransformasi menjadi Organisasi
Pembelajar. Pada paper ini, penyaji akan berfokus pada pentingnya Pembelajaran
Organisasional (Organizational Learning), bagaimana sebuah organisasi bertransformasi
menjadi Organisasi Pembelajar (Learning Organization), apa saja tantangannya dan
bagaimana pendapat para ahli dengan menyertakan studi terkait dengan Organizational
Learning.
1. Permintaan akan Pembelajaran Baru
Manville (dalam Marquardt, 2002) menulis bagaimana kita sekarang “menuntut
pembelajaran baru dengan cara kerja yang lebih gesit, lebih disesuaikan dan lebih relevan,
namun yang juga memungkinkan kita untuk tampil lebih baik dan melakukannya dengan
cara yang lebih cepat dan efektif mencapai ambang batas untuk membuat perbedaan”
Belajar dengan demikian akan menjadi proses yang kritis, tetapi hanya jika dipandang
secara strategis dan tertanam secara operasional dalam kinerja aktual. Untuk menarik dan
mempertahankan karyawan berbakat, organisasi global yang sukses akan menggunakan
pembelajaran sebagai daya tawar yang nyata kepada karyawan baru, dengan mengatakan,
"Bergabunglah dengan kami, dan Anda akan belajar lebih baik, lebih banyak, dan lebih
cepat daripada yang Anda lakukan dengan pesaing kami." Evolusi ini tidak terjadi secara
kebetulan. Ini berkembang melalui eksperimen harian dan "belajar tentang pembelajaran"
dari manajer dan eksekutif garis depan yang mengetahui pentingnya dan mendorong
penerapannya. Dan kita tidak hanya berbicara tentang mengubah elemen eksternal
organisasi — produk, aktivitas, atau strukturnya — tetapi, lebih tepatnya, tentang
mengubah cara operasi intrinsiknya: nilai, pola pikir, dan bahkan tujuan utamanya.
1) Studi Kasus
Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan pada koperasi retail makanan Italia
(COOP) dengan 80 toko tersebar di empat regional. COOP memiliki anggota sebanyak
600.000 anggota dan lebih dari 3.000 karyawan. Didirikan pada akhir 1980-an, COOP
mengalami perkembangan yang pesat terkait dengan jumlah toko, produk yang
ditawarkan dan klien yang dilayani. Pertumbuhan ini tidak hanya meningkatkan posisi
COOP di pasar namun juga menghasilkan konsekuensi berupa mulai adanya jarak antara
pemilik-konsumen dengan pemangku kepentingan.
2) Temuan Penelitian
Dari pandangan secara umum, ada total 153 bukti yang menghubungkan antara
hambatan dengan integrase keberlanjutan. Sebagian besar bukti yang tertera merupakan
hambatan terhadap Pembelajaran Organisasional, yang beroperasi pada dimensi integrasi
dan institusionalisasi.
a. Manajer level atas
Wawancara yang dilakukan dengan tiga manajer level menuntun kepada 32
bukti. Bukti ini mengidentifikasi bahwa ada hambatan integrasi terhadap
keberlanjutan dalam strategi COOP. Para manajer level atas yang diwawancarai
mengatakan bahwa transfer pengetahuan dan pendelegasian tanggungjawab ke
manajer level menengah kebawah tidak berjalan beriringan dengan pertumbuhan
organisasi.
b. Manajer level menengah
Manajer level menengah berpendapat bahwa pengawasan oleh manajer level
atas terhadap proposal operasional sangat rendah. Ketika manajer level menengah
menawarkan proposal proyek baru atau ketika mereka ingin mengimplementasikan
strategi berkelanjutan, supervisi yang diberikan manajer tingkat atas cenderung
rendah. Menurut opini para manajer level menengah, menawarkan proposal secara
inisiatif akan menimbulkan risiko bahwa para manajer level atas hanya akan
menganggap hal tersebut merupakan hanya sekedar kebaruan di bidang mereka.
Sehingga jika disimpulkan, hambatan pembelajaran organisasional antar
manajer level atas dan menengah adalah sebagai berikut:
- Rendahnya komunikasi yang terbuka antara manajer level atas dan menengah
yang menimbulkan terhambatnya pengembangan proposal inovasi organisasi
- Rendahnya sistem penghargaan yang transparan terhadap inisiatif keberlanjutan.
- Rendahnya keikutsertaan anggota dalam pengelolaan organisasi.
- Diperlukannya sistem pengukuran yang mampu mengkualifikasikan keuntungan
organisasional yang berhubungan dengan integrase dan khususnya
institusionalisasi dari program keberlanjutan.
c. Stakeholders
Ketika para stakeholders diwawancarai, mereka mengidentifikasi lambannya
manajer level atas dalam proses pengambilan keputusan dan hal itu merupakan
hambatan dalam Pembelajaran Organisasional. Mereka mendeskripsikan COOP
sebagai organisasi monolitik, sebuah organisasi yang dikarakterisasi sebagai
organisasi yang memiliki prosedur yang panjang dan lamban dalam proses
pengambilan keputusan operasional.
Aspek yang muncul dalam wawancara ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Rendahnya fleksibilitas dalam pengambilan keputusan terkait dengan inovasi
yang dilakukan oleh manajer level atas.
- Tidak memadainya keikutsertaan stakeholders dalam proses keputusan inovasi
dan rendahnya dialog didalamnya.
- Otoritas yang berlebihan dari manajer COOP dalam berinteraksi dengan
stakeholders, baik dalam perencanaan maupun peran.
- Tidak memadainya aktivitas yang koheren antara kegiatan koperasi dan nilai
kegiatan tersebut, yang kemudian dirasa mengurangi sifat asli koperasi, yang
akhirnya membuat organisasi menjadi semakin mirip dengan bisnis dengan
orientasi profit.
Tabel : Framework kategori hambatan Pembelajaran Organisasional (Shilling and
Kluge, 2009)
2) STEPS Model
Seperti yang dijelaskan pada bagian awal, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi penghubung atau “jembatan” antara KM dan model Organisasi
Pembelajar. Khususnya, untuk mengidentifikasi pada tahap mana dari STEPS
Model yang dapat menghubungkan menuju Organisasi Pembelajar. Berikut adalah
gambar yang menjelaskan mengenai hubungan KM dan Organisasi Pembelajar
Perlu diketahui organisasi kemungkinan gagal dalam menghubungkan STEPS
Model ke dalam tahap mana mereka sudah berada. Sehingga, organisasi yang
berhasil mengidentifikasi kedua konsep adalah organisasi yang
mengimplementasikan kedua konsep dan memperkuat keduanya.
4) Deskripsi Masalah
Pada Juni 2001, gugus tugas melakukan investigasi, observasi dan wawancara
pada karyawan di berbagai departemen. Setelah tiga bulan, mereka mengidentifikasi
masalah KM seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini.
5) Masalah Terkini
Setelah 15 bulan, HS menemukan bahwa KM tidak menghasilkan hasil yang
positif terkait performa organisasional yang diharapkan. Performa organisasi tetap
stagnan, pendapatan tetap berkurang, dan turnover karyawan tetap tinggi. Akhirnya,
HS melakukan komunikasi dengan konsultan eksternal dan menemukan dua alasan
krusial mengapa HS gagal menjembatani celah dalam pengetahuan, yaitu:
1. Manajer tingkat atas terlalu ambisius dan tidak realistis dalam memadukan
pengetahuan terbaik di industri dan mengaplikasikannya ke dalam perusahaan.
2. Dukungan yang minim dari manajer level atas dalam mendorong perilaku yang
mereka harapkan.
Marquardt, Michael J. 2002. Building the Learning Organization : Mastering the 5 Elements
for Corporate Learning. Palo Alto : Davies-Black Publishing, Inc
Senge, Peter M.1990. The Fifth Discipline : the Art and Practice of the Learning Organization.
New York : Doubleday/Currency
Milway & Saxton. 2011. Stanfor Social Innovation Review : The Challenge of Organizational
Learning. California : Leland Stanford Jr. University
Jennex, Murray. 2005. Case Studies in Knowledge Management. Hershey: Idea Group
Publishing
Gephart and Marsick. 2016. Strategic Organizational Learning : Using System Dynamics for
Innovation and Sustained Performance. New York : Springer Heidelberg
Massimo, B & Nora, A. 2022. Barriers to Organizational Learning and Sustainability : the
Case of a Consumer Cooperative. Journal of Co-operative Organization and Management 10.
Guta, Alexandra Luciana. 2012. The Learning Organization – An Answer to the Challenges of
the Actual Business Environment?. CES Working Papers, ISSN 2067-7693, Alexandru Ioan
Cuza University of Iasi, Centre for European Studies, Iasi, Vol. 4, Iss. 3, pp. 340-355