Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS 5W + 1H DAN SWOT DIMENSI PERSONAL MASTERY

Dosen Pengampu Matakuliah Manajemen Pembelajaran:

1. Fajar Arifin Ilham (210121600402)


2. Fitria Maya Iswara (210121600414)
3. Ifan Hilmawan W. (210121600486)
4. Nadila Eka S. (210121600448)
5. Nirmala Putri L. (210121600413)
6. Rafidah Hanief A. (210121600456)
7. Shafa Syahidah (210121600473)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2022
Abstrak

Peter Senge mendefinisikan Learning Organization sebagai organization in which


you cannot not learn because learning is so insinuated into the fabric of life. Dimensi yang
membedakan antara organisasi pembelajar dan organisasi bukan pembelajar adalah
penguasaan disiplin belajar tertentu, atau penguasaan komponen teknologi tertentu. Untuk
dapat memberikan perbaikan sistem bagi organisasi pembelajar ini, organisasi harus
memiliki dan menguasai 5 (lima) disipilin Organisasi Pembelajaran, yakni: (1) Personal
Mastery, (2) Mental Models, (3) Shared Vision, (4) Team Learning, dan (5) System
Thinking. Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas lebih lanjut salah satu dari kelima
disiplin Organisasi Pembelajaran yaitu mengenai Personal Mastery. Penguasaan pribadi
(Personal Mastery) merupakan suatu proses pembelajaran kehidupan seseorang, bukan
sesuatu yang sudah dimiliki (Senge, 1995). Beberapa contoh tempat penerapannya adalah
sekolah dan perusahaan. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan dan pengembangan pribadi dalam suatu organisasi dapat dilakukan dengan cara
kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan.
BAB I

LEARNING ORGANIZATION

A. Pengertian Learning Organization


Pengertian terkait “Learning Organization” menurut Peter Sengne yang
dikutip dalam (Sutapa, 2007) memiliki beberapa pengartian, yaitu: (1) where people
continually expend their capacity to create the result they truly desire; (2) where
new expansive pattern of thinking are nurture; (3) where collective aspiration is set
free; and (4) where people are continually learning how to learn together.
Sengne juga menjelaskan dasar pentingnya organisasi dalam menerapakan
Learning Organization, antara lain: (1) to this problem come from yesterday
solution; (2) the harder you push, the harder the system pushed back; (3) behavior
growth better before it grows worst; (4) the easy way out usually lead back in; (5)
the cure can be worst then deases; (6) flaster is slower; (7) cause & effect are not
closely realted in time and space; and (8) small changes can produce big result, but
the area of highest leverage are often the least obvious.
Definisi lainnya dari Learning organization didefinisikan sebagai cakupan
pembelajaran secara individu, kelompok, maupun organisasi dengan mendorong
proses yang berkesinambungan bagi pembelajaran organisasi dan individu (Chang
& Lee, 2007). Dari definisi Learning Organization tersebut dapat disimpulkan
sebagai seuatu organisasi pembelajar yang terampil guna menciptakan, memperoleh,
mentransfer (knowledge) serta memodifikasi prilaku pelakunya untuk
mencerminkan pengetauhan dan wawasan baru. Jadi pemahaman Learnig
Organization ini dapat dikorelasikan dengan dinamika kehidupan yang terus
mengalami perkembangan dan menciptakan tantangan serta permasalahan baru yang
bahwa bersifat dynamic complexity seperti kondisi atau keadaan dalam hubungan
sebab akibat bersifat tidak kentara, dan pengaruh berbagai intervensi bersifat tidak
tampak jelas, kondisi yang mana tindakan yang sama memiliki pengaruh yang
berbeda dalam jangka pendek dan panjang, Kondisi yang mana suatu tindakan
mempunyai satu konsekuensi di satu pihak, dan memiliki konsekuensi yang sama
sekali berbeda di bagian lain dari suatu sistem, serta Kondisi yang mana intervensi
sering menghasilkan konsekuensi yang tidak kentara (peter M. Senge, 1990).

B. Prinsip-Prinsip Learning Organization


Didalam Bukunya “The Fifth Discipline: The Art and Practice of the
Learning Organization” (peter M. Senge, 1990) menjelaskan bahwa terdapat 5
disiplin atau prinsip dalam Learning Organization, antara lain:
a) Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
b) Model/Pola Mental (Mental Mode)
c) Visi Bersama (Shared Vision)
d) Belajar Tim (Team Learning)
e) Pemikiran Sistem (System Thinking)
Pengertian terkait 5 disiplin dalam Learning Organization ini telah dijelaskan
oleh Suprayogi dalam Karyanya “Mentransformasikan Organisasi Menjadi
Learning Organization”, yaitu:
 Penguasaan Pribadi (Personal Mastery) : penguasaan pribadi adalah suatu
budaya dan norma lembaga yang terdapat dalam organisasi yang diterapkan
sebagai cara bagi semua individu dalam organisasi untuk bertindak dan melihat
dirinya. Penguasaan pribadi merupakan suatu disiplin yang antara lain
menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi
pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan memandang
realitas secara obyektif. Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan belajar
untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk menciptakan hasil yang paling
kita inginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong
semua anggotanya mengembangkan diri mereka sendiri ke arah sasaran-sasaran
dan tujuan-tujuan yang mereka pilih.
 Model/Pola Mental (Mental Mode) : Model mental adalah suatu prinsip yang
mendasar dari Learning Organization, karena dengannya, organisasi dan
individu yang ada di dalamnya diperkenankan untuk berpikir dan merefleksikan
struktur dan arahan (perintah) dalam organisasi dan juga dari dunia luar selain
organisasinya. Senge menyebutkan bahwa model mental adalah suatu aktivitas
perenungan, terus menerus mengklarifikasikan, dan memperbaiki gambaran-
gambaran internal kita tentang dunia, dan melihat bagaimana hal itu
membentuk tindakan dan keputusan kita. Model mental terkait dengan
bagaimana seseorang berpikir dengan mendalam tentang mengapa dan
bagaimana dia melakukan tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi. Model
mental merupakan suatu pembuatan peta atau model kerangka kerja dalam
setiap individu untuk melihat bagaimana melakukan pendekatan terhadap
masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, model mental bisa dikatakan
sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep diri tersebut dia akan
mengambil keputusan terbaiknya.
 Visi Bersama (Shared Vision) : Visi bersama adalah suatu gambaran umum
dari organisasi dan tindakan (kegiatan) organisasi yang mengikat orang-orang
secara bersama-sama dari keseluruhan identifikasi dan perasaan yang dituju.
Dengan visi bersama organisasi dapat membangun suatu rasa komitmen dalam
suatu kelompok, dengan membuat gambaran-gambaran bersama tentang masa
depan yang coba diciptakan, dan prinsip-prinsip serta praktek praktek penuntun
yang melaluinya kita harapkan untuk bisa mencapai masa depan.
 Belajar Tim (Team Learning) : Belajar tim adalah suatu keahlian percakapan
dan keahlian berpikir kolektif, sehingga kelompok-kelompok manusia secara
dapat diandalkan bisa mengembangkan kecerdasan dan kemampuan yang lebih
besar daripada jumlah bakat para anggotanya
 Pemikiran Sistem (System Thinking) : Pemikiran sistem (berpikir sistem)
adalah suatu kerangka kerja konseptual, yaitu suatu cara dalam menganalisis
dan berpikir tentang suatu kesatuan dari keseluruhan prinsipprinsip Learning
Organization. Tanpa kemampuan menganalisis dan mengintegrasikan disiplin-
disiplin Learning Organization, tidak mungkin dapat menerjemahkan
disiplindisiplin itu ke dalam tindakan (kegiatan) organisasi yang lebih luas.
Disiplin ini membantu kita melihat bagaimana kita mengubah sistem-sistem
secara lebih efektif, dan bertindak lebih selaras dengan proses-proses yang lebih
besar dari alam dan dunia ekonomi. Secara sederhana berpikir sistem ini dapat
dikatakan sebagai melihat organisasi sebagai satu kesatuan yang tidak
terpisahkan (Utama, 2017).
BAB II

PRINSIP PERSONAL MASTERY

A. Pengertian Penguasaan Pribadi


Penguasaan pribadi adalah suatu budaya dan norma lembaga yang terdapat
dalam organisasi yang diterapkan sebagai cara bagi semua individu dalam organisasi
untuk bertindak dan melihat dirinya. Penguasaan pribadi merupakan suatu disiplin
yang antara lain menunjukkan kemampuan untuk senantiasa mengklarifikasi dan
mendalami visi pribadi, memfokuskan energi, mengembangkan kesabaran, dan
memandang realitas secara obyektif. Penguasaan pribadi juga merupakan kegiatan
belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk menciptakan hasil yang
paling kita inginkan, dan menciptakan suatu lingkungan organisasi yang mendorong
semua anggotanya mengembangkan diri mereka sendiri ke arah sasaran-sasaran dan
tujuan-tujuan yang mereka pilih.

B. Siapa Pelaku Penting dalam Penerapan Penguasaan Pribadi


Orang-orang dengan personal mastery yang tinggi, hidup dalam keadaan
selalu belajar. Mereka tidak pernah merasa sampai pada tujuan (arrive at). Ada
kalanya bahasa seperti istilah personal mastery bukan merupakan sesuatu yang
Anda miliki. Personal mastery adalah proses. Personal mastery adalah disiplin
sepanjang masa. Orang dengan personal mastery tinggi, sangat sadar akan kekurang
pengetahuannya mereka. Mereka sangat percaya diri.

C. Kapan Penerapan Penguasaan Pribadi Dibutuhkan


Adapun praktik personal mastery adalah sebagai berikut: (1) Klarifikasi Visi
Pribadi (Clarifying Personal Vision). Keberadaan seseorang dalam organisasi harus
mempunyai visi pribadi. Untuk mencapai visi harus berpijak pada realita saat ini.
Sebab antara visi dan realita saat ini ada kesenjangan (gap). Ia dihadapkan pada
tegangan kreatif (creative tension) dan tegangan emosional (emotional tension); (2)
Mempertahankan Tegangan Kreatif (Holding Creative Tension). Penguasaan
Tegangan Kreatif memunculkan kapasitas bertahan dan besar; dan (3) Membuat
Pilihan (Making Choice). Pilihan yang dapat dilakukan adalah membiarkan visi
terkikis (Emotional Tension) atau memotivasi untuk mencapai tujuan (Creative
Tension).

D. Mengapa Penguasaan Pribadi Perlu Diterapkan


Penguasaan pribadi adalah suatu budaya dan norma lembaga yang terdapat
dalam organisasi yang diterapkan sebagai cara bagi semua individu dalam organisasi
untuk bertindak dan melihat dirinya. Oleh karena itu, individu tidak bisa berhenti
belajar. Dia harus memiliki visi pribadi, kreatif dan harus berkomitmen pada
kebenaran. Organisasi hanya dapat berkembang apabila para anggota yang berada di
dalamnya memiliki keinginanan dan kemampuan untuk terus belajar.

E. Dimana Penerapan Penguasaan Pribadi yang Tepat


Penguasaan pribadi dapat diterapkan pada segala bidang, yang terpenting
masih termasuk dalam learning organization. Beberapa contoh tempat
penerapannya adalah sekolah dan perusahaan.

F. Bagaimana Cara Penerapan Penguasaan Pribadi


Penerapan penguasaan pribadi mencakup pembelajaran untuk
mempertahankan visi pribadi dan gambaran jernih tentang realitas saat ini. Dengan
melakukan hal ini, akan membangkitkan kekuatan dalam diri sendiri yang disebut
“tegangan kreatif” Tegangan menurut sifat alaminya, memerlukan penyelesaian, dan
sebagian besar penyelesaian alami terhadap tegangan yaitu dengan mendekatkan
realitas dengan apa yang diinginkan. Selain itu, Hal-hal yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan dan pengembangan pribadi dalam suatu organisasi dapat
dilakukan dengan cara kemampuan menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu
beradaptasi baik terhadap lingkungan pekerjaan maupun terhadap pekerjaan itu
sendiri, serta kemampuan mengasah pengetahuan yang sesuai dengan bidang
pekerjaan yang dilakukan.
BAB III

ANALISIS SWOT PADA PRINSIP PERSONAL MASTERY

A. Strengths (Kekuatan)
Kekuatan yang dimiliki personal mastery berasal dari diri masing-masing
individu. Kekuatan tersebut ada karena kesadaran diri, ketajaman perspektual,
penguasaan emosional, keterbukaan, fleksibilitas dan adaptasi, otonomi, serta akal
dan daya kreatif. individu di dalam organisasi terus memfokuskan diri untuk
meningkatkan kemampuan dan kapabilitas diri dengan belajar dan memfokuskan
energi untuk terus menerus memperdalam visi pribadi.
Contoh dalam penerapan penguasaan pribadi di lembaga sekolah yaitu
kekuataan personal mastery di sekolah menjadikan kemampuan guru, staf, pimpinan
dan siswa agar menjadi pembelajar yang senantiasa belajar secara mandiri dan
bersama-sama meraih visi pribadi dan visi bersama.

B. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan dalam personal mastery ini adalah ketika seseorang tidak dapat
mengontrol diri dan hanya fokus terhadap penguasaan diri tanpa mementingkan
suatu organisasi (team) yang tengah dijalani. Contoh dalam penerapan di lembaga
sekolah yaitu seperti dalam setting sekolah umum, waktu pembelajaran yang terlalu
beragam. Sehingga apabila guru memberikan perbaikan dalam jam kelas, maka
perhatian guru secara berkelanjutan terpecah antara siswa pandai dan siswa kurang
pandai. Dan hal ini kadang-kadang secara tidak disadari oleh guru telah
menghabiskan waktu lebih lama sengan siswa yang lamban, sehingga bagi siswa
yang cepat mengerti akan merasa banyak waktu terbuang.

C. Opportunities (Peluang)
Peluang yang ada dalam persoal mastery adalah dengan penguasaan diri
seseorang dapat belajar untuk meningkatkan kapasitas pribadi kita untuk
menciptakan hasil yang paling kita inginkan, dan menciptakan suatu lingkungan
organisasi yang mendorong semua anggotanya mengembangkan diri mereka sendiri
ke arah sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan yang mereka pilih dengan visi misi yang
telah dimiliki sebelumnya.

D. Threats (Ancaman)
Bahkan dalam organisasi belajar, masalah yang mungkin ditemui pada proses
belajar atau menyebabkan hal itu mengalami kemunduran. Sebagian besar masalah
timbul dari suatu organisasi tidak sepenuhnya merangkul semua aspek yang
diuraikan di atas diperlukan dalam organisasi belajar. Jika masalah ini dapat
diidentifikasi, bekerja dapat mulai memperbaiki mereka.
a. Organisasi penghambat untuk belajar
Beberapa organisasi telah menemukan sulitnya untuk merangkul
penguasaan pribadi karena sebagai sebuah konsep itu adalah manfaat tak
berwujud dan tidak dapat diukur. Selain itu, penguasaan pribadi dapat dilihat
sebagai ancaman bagi organisasi. Ancaman ini dapat menjadi nyata, seperti
Senge menunjukkan, bahwa "untuk memberdayakan orang-orang dalam
organisasi dapat menjadi kontraproduktif". Dengan kata lain, jika individu tidak
terlibat dengan sebuah visi bersama, penguasaan pribadi dapat digunakan untuk
memajukan visi mereka sendiri.
Dalam beberapa organisasi kurangnya budaya belajar dapat menjadi
penghalang untuk belajar. Hal ini penting agar tercipta sebuah lingkungan di
mana individu dapat berbagi pembelajaran, sehingga lebih banyak orang dapat
memperoleh manfaat dari pengetahuan dan individu menjadi berdaya. Sebuah
Organisasi Pembelajar (Learning Organization) perlu merangkul sepenuhnya
penghapusan struktur hirarkis tradisional. Ini adalah sebuah penghalang untuk
pengembangan visi bersama dan berbagi pengetahuan.

b. Individu penghambat untuk belajar


Perlawanan terhadap pembelajaran dapat terjadi dalam Learning
Organization, jika tidak tersedia cukup kesadaran pada tingkat individu. Hal ini
sering dihadapi oleh orang-orang yang merasa terancam oleh perubahan atau
percaya bahwa mereka memiliki paling banyak kehilangan. Orang yang sama
yang merasa terancam oleh perubahan cenderung memiliki pikiran tertutup dan
tidak bersedia untuk menjalin keterlibatan dengan model mental. Kecuali di
implementasikan secara koheren di seluruh organisasi, Mereka melihat
pembelajaran sebagai sesuatu yang elitis dan terbatas pada tingkat yang lebih
senior dalam organisasi. ika ini kasusnya, belajar tidak akan dipandang sebagai
visi bersama. Jika pelatihan dan pengembangan adalah wajib, itu dapat dilihat
sebagai bentuk kontrol, bukan suatu bentuk pengembangan pribadi dan
mengejar penguasaan pribadi dibandingkan mengejar tujuan organisasi secara
bersama.
DAFTAR RUJUKAN

(Bawono et al., 2016)Bawono, S., Mangkuprawira, S., Daryanto, H. K., & Sarma, M.
(2016). Analisis Persepsi Penerapan Model Organisasi Pembelajaran Di Ptn “X.”
Journal of Business Strategy and Execution, 4(1), 1–23.
Chang, S. C., & Lee, M. S. (2007). A study on relationship among leadership,
organizational culture, the operation of learning organization and employees’ job
satisfaction. Learning Organization, 14(2), 155–185.
https://doi.org/10.1108/09696470710727014
Discipline, T. F. (2006). peter senge and the learning organization Peter Senge ’ s vision
of a learning organization as a group of people who are continually enhancing has
been deeply influential . We discuss the five. Harvard Business Review, 1990, 1–
18.
goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A., & Perdana. (2018). Learning is the
power of growth, and individual learning is also the resource of business growth.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Kimberley, W. (2004). The fifth element. In Automotive Engineer (London) (Vol. 29,
Issue 2). https://doi.org/10.1201/9780429196607-10
Moerdijat, L. (2020). Penerapan the Fifth Discipline Pada Pendidikan Di Indonesia Saat
Pandemi Covid-19. Sukma: Jurnal Pendidikan, 4(2), 89–120.
https://www.jurnalsukma.org/index.php/sukma/article/view/04201.2020
peter M. Senge. (1990). The fifth element. In Automotive Engineer (London) (Vol. 29,
Issue 2). https://doi.org/10.1201/9780429196607-10
Sutapa, M. (2007). Manajemen Inovasi Perguruan Tinggi Dalam Konteks Learning
Organization. Jurnal Manajemen Pendidikan UNY, 35–49.
Utama, aditia edy. (2017). PENERAPAN LEARNING ORGANIZATION PADA PT. POS
INDONESIA REGIONAL X MAKASSAR. 1–14.

Anda mungkin juga menyukai