Anda di halaman 1dari 8

ESSAY KEPEMIMPIAN DAN ADMINISTRASI KESEHATAN

“ Lima Pilar Organisasi Pembelajaran”

DISUSUN OLEH:
Annisa Nur Syahadah
J410200115
Kelas B

DOSEN PENGAMPU :

Tanjung Anitasari Indah Kusumaningrum, S.KM., M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

2022
Learning Organization atau Organisasi belajar adalah suatu konsep dimana organisasi
dianggap mampu untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran mandiri (self leraning)
sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon
beragam perubahan yang muncul.

BAB 1

PERSONAL MASTERY (PENGUASAAN PRIBADI)

Belajar untuk memperluas kapasitas personal dalam mencapai hasil kerja yang paling
diinginkan, dan menciptakan lingkungan organisasi yang menumbuhkan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan dirimereka menuju pencapaian sasaran dan makna bekerja sesuai
dengan harapan yang mereka pilih.

Mastery salah satu disiplin dalam organisasi pembelajaran mempunyai peran yang sangat
penting (Wahyudi 2009), karena tanpa personal mastery sebagai manusia yang belajar di
dalam organisasi atau tanpa individu yang belajar tidak akan ada pembelajaran pada tingkat
organisasi. Senge mengutip pendapat Kazuo Inamori, pendiri dan pimpinan Kyocera bahwa
manusia di dalam organisasi merupakan sumber daya organisasi dengan kekuatan yang aktif
(the active force) karena mampu berpikir, mempunyai keinginan dan bertindak, tanpa
manusia, sumber daya lain dalam organisasi tidak akan bergerak, tanpa personal mastery
tidak akan ada kelompok yang belajar demikian pula tidak ada organisasi yang belajar. Oleh
karena itu personal mastery juga dinyatakan sebagai the spirit of the learning organization.
Selanjutnya apa yang dilakukan oleh seorang personal mastery. Seseorang yang
mempunyai kualitas personal mastery yang tinggi akan senantiasa meningkatkan
kemampuannya untuk berkreasi dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan dalam
kehidupan. Dua hal pokok sebagai suatu aktivitas yang harus dilaksanakan oleh personal
mastery, yaitu: pertama, senantiasa melakukan klarifikasi melalui berbagai usaha, upaya dan
tindakan tentang hal–hal yang dianggap penting bagi seseorang, kelompok dan organisasi.
Hal–hal yang dianggap penting ini dinyatakan dalam suatu rumusan tentang sesuatu yang
diharapkan dan ingin dicapai. Kegiatan ini menjadi dasar dalam upaya merumuskan visi
(vision, what we want). Kedua; senantiasa belajar bagaimana melihat realitas saat ini lebih
jelas (it is vital to know where you are now). Visi dan realitas mempunyai suatu gap (jarak).
Mendampingkan antara visi dan realitas akan menghasilkan suatu tegangan yang disebut
dengan tegangan kreatif (creative tension) yaitu suatu kekuatan yang berupaya membawa
realitas dan visi menjadi satu kesatuan. Pada intinya personal mastery adalah belajar
bagaimana menghasilkan dan mendukung keberadaan tegangan kreatif dalam kehidupan
organisasi.
Selain itu, personal mastery juga sebagai suatu keahlian pada level tertentu (a special
level of proficiency in every aspect of life–personal and professional). Seseorang yang
mempunyai personal mastery dengan kualitas unggul mempunyai ciri–ciri yaitu : mempunyai
“a special sense of purpose”yang berada di belakang visi dan tujuan, melihat kenyataan
sebagai teman bukan musuh, belajar menerima dan bekerja dengan kekuatan perubahan,
mencari dan melihat kenyataan terus menerus secara akurat, merasa menjadi bagian dari yang
lain, tidak mengorbankan orang lain untuk suatu keunikan, merasa bagian dari proses
kreativitas yang lebih besar, mempengaruhi tetapi tidak melakukan kontrol sesuai dengan
kehendaknya sendiri, personal mastery bukan sesuatu yang dimiliki tetapi suatu proses yang
dilaksanakan sebagai a life long discipline dan hidup dalam mode belajar yang terus menerus
“never arrive” serta menyadari kekurangan, ketidakmampuan dan kelebihan atau area
perkembangan yang dimiliki.
Seseorang yang mempunyai personal mastery akan mengambil inisiatif, mempunyai
sensitivitas yang lebih luas dan dalam untuk melaksanakan tanggung jawabnya di
dalam pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Personal mastery juga akan belajar lebih
cepat. Namun beberapa pendapat juga menolak keberadaan seseorang yang memiliki
personal mastery. Pendapat tersebut didorong dengan alasan secara kuantitas tidak ada
hubungan antara personal mastery dengan produktivitas. Mendayagunakan seseorang
yang tidak selaras dengan organisasi akan menjadi kontra produktif. Oleh karena itu,
personal mastery keberadaannya harus diselaraskan dengan disiplin organisasi pembelajaran
lainnya dalam hal ini share vision dan mental models, sehingga seseorang dengan personal
mastery yang baik tidak mengambil langkah yang bertentangan dengan berbagai aspek dalam
organisasi sehingga memberi konsekuensi yang tidak baik bagi organisasi. Personal mastery
mempunyai beberapa disiplin, yaitu : Pertama, visi pribadi (personal vision)

Personal mastery merupakan kemampuan anggota organisasi. Personal mastery


berarti individu yang belajar untuk dapat menghasilkan kekuatan (creative tension)
yang mendekatkan jarak (gap) antara visi dengan realitas. Pembelajaran oleh individu
dilakukan melalui proses memahami realitas organisasi dengan mengindentifikasi berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi eksistensi diri dan organisasinya dengan cara antara lain
pengumpulan data sebagai sebagai dasar analisa yang akan digunakan untuk mempredikasi
tantangan yang dihadapi ke depan, baik dalam hal kualitas dan kuantitas sumber daya
organisasi, kemajuan dan perkembangan serta pemanfaatan teknologi maupun perangkat
Undang–Undang.

BAB 2

MENTAL MODELS (MODEL MENTAL)

Proses bercermin, sinambung memperjelas, dan meningkatkan gambaran diri kita


tentang dunia luar, dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan dan tindakan kita.
Asumsi-asumsi dasar yang melekat merupakan citra yang berpengaruh bagi anggota
organisasi dalam memahami berbagai fenomena. Model mental merupakan pemikiran atau
gambaran internal seseorang yang dipegang secara mendalam mengenai bagaimana
lingkungan di sekitarnya bekerja atau suatu gambaran yang melatarbelakangi seseorang
dalam bertindak dan berpikir tentang berbagai hal. Oleh karena menjadi hal yang melatar
belakangi seseorang dalam bertindak, maka sangat mungkin seseorang pada waktu tertentu
berperilaku positif-kuat dan bisa juga pada waktu yang lain berperilaku negatif-lemah.

Model mental juga menuntun kepada individu bagaimana proses organisasi


mengambil tindakan secara maksimal dalam mewujudkan tujuan organisasi. Dari perspektif
yang berbeda, mental model juga bisa dipahami sebagai keterampilan untuk menemukan
prinsip dan nilai-nilai bersama. Penemuan prinsip dan nilai dapat mendorong tumbuhnya
semangat dan komitmen untuk sukses di masa datang secara individu maupun organisasi.

Sebagai pemimpin Kesehatan masyarakat dituntut untuk memiliki sikap mental model
dimana pemimpin harus bisa mengambil Tindakan demi mewujudkan tujuan organisasi.
Pemimpin juga harus dapat menumbuhkan motivasi dan semangat anggotanya untuk
mensukseskan tujuan organisasi tersebut dimasa yang akan datang. Pemimpin juga harus
dapat menuntun anggotanya bagaimana cara menghadapi hal hal yang ada dalam organisasi
dengan baik dan memahami masalah yang mungkin mempengaruhi anggota maupun
organisasi tersebut. Bagaimana seorang pemimpin menuntun anggotanya agar dapat
berkembang melalui organisasi tersebut dengan baik.

Sebagai pemimpin pun harus dapat menentukan prinsip yang akan diambil dan nilai
nilai yang berjalan selaras dengan tujuan organisasi tersebut. Memiliki pilar mental model
artinya pemimpin harus memiliki pikiran yang positif dan menghindari pikiran-pikiran
negative. Dengan memiliki prinsip mental model pemimpin dapat mengetahui bagaimana
lingkungan sekitar maupun organisasinya berjalan.

BAB 3

SHARED VISION (VISI BERSAMA)

Membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan mengembangkan


gambaran bersama tentang masa depan yang akan diciptakan, prinsip dan praktek yang
menuntun cara kita mencapai tujuan masa depan tersebut. Keterampilan untuk menggali
gambaran masa depan organisasi secara bersama-sama akan menumbuhkan komitmen sejati
dan kesadaran diri anggotanya. Dengan membangun visi bersama maka akan menimbulkan
semangat anggota organisasi atas masa depan yang diciptakan bersama sehingga muncul
motivasi kuat dari dalam dan akhirnya secara sukarela memberikan kontribusi yang terbaik
untuk organisasi.

Dalam membangun dan mengembangkan menjadi organisasi pembelajar dibutuhkan


sinkronisasi antara visi pribadi dan visi organisasi. Memahami dan mengejawantahkan visi
organisasi penting, namun tanpa memiliki kemauan dan tekad bagaimana memahami apa
yang menjadi visi pribadi bagi setiap anggota pembelajar, maka hal itu tidak akan membawa
kesuksesan dalam membangun organisasi pembelajar.

Menyatukan antara visi pribadi dengan visi organisasi memang bukan pekerjaan
mudah, apalagi terhadap pegawai yang sudah memiliki masa kerja lama dan jabatan yang
tinggi. Salah satu cara agar visi pribadi dengan visi organisasi bisa kongruen adalah dengan
melakukan penjajagan bagi para calon pegawai pada saat rekrutmen dan seleksi. Melalui
sejumlah instrumen yang standar dan valid, akan diketahui sejauh mana seseorang memiliki
visi yang sama terhadap organisasi. Teknik dan cara ini mungkin dipandang terlalu teoritis
atau sebaliknya pragmatis bagi sebagian orang, tetapi hal ini sangat penting dan strategis bagi
organisasi. Salah satu kelemahan dalam menyatukan visi pribadi dengan organisasi adalah
bahwa visi sebagai harapan, impian, dan atau cita-cita pribadi atau organisasi di masa datang
memiliki potensi untuk berubah sesuai dengan kondisi yang mempengaruhinya.

Pemimpin Kesehatan masyarakat harus memiliki prinsip visi Bersama karena dalam
suatu organisasi perlu adanya rasa memiliki organisasi tersebut agar dapat berkontribusi
Bersama sama untuk mensukseskan tercapainya tujuan organisasi tersebut. Visi setiap orang
dalam organisasi tentunya tidak sama oleh karenanya Ketika pemimpin memiliki pilar visi
Bersama ia akan dapat menyatukan beberapa visi yang berbeda tersebut menjadi satu
kesatuan organisasi. Sebelum melakukan penyamaan visi tiap anggota pemimpin perlu
mengerti bagaimana menyinkronkan visi pribadi dan organisasi dan kemudian juga akan
membuat para anggota maupun pemimpin organisasi memiliki tekad untuk memajukan
organisasi tersebut.

BAB 4

TEAM LEARNING (BELAJAR BEREGU)

Mentransformasikan pembicaraan dan keahlian berfikir (thinking skills), sehingga


suatu kelompok dapat secara sah mengembangkan otak dan kemampuan yang lebih besar
dibanding ketika masing-masing anggota kelompok bekerja sendiri.

Kemampuan anggota organisasi untuk menahan atau mengesampingkan asumsi-


asumsi pribadi agar bebas berpikir bersama-sama sebagai satu sistem organisasi. Disiplin
kelima ini membutuhkan partisipasi dan perasaan saling membutuhkan satu sama lain agar
dapat bertindak sesuai dengan rencana yang telah disepakati bersama. Kemampuan dan
keberanian dalam bertindak menjadi syarat untuk menciptakan nilai tambah organisasi,
karena rencana tanpa diikuti tindakan riil tidak memiliki arti apa-apa. Dalam konteks ini,
bagaimana membangun komunikasi dan koordinasi menjadi faktor yang krusial dan
menentukan. Kemampuan beradaptasi setiap anggota organisasi dalam setiap proses
pembelajaran terhadap anggota yang lain sangat dibutuhkan bahkan menjadi salah satu faktor
penting bagi keberhasilan organisasi pembelajar.

Pemimpin Kesehatan masyarakat pun diwajibkan untuk memiliki keahlian dalam


berfikir. Bagaimana mengembangkan pikiran dengan menghadirkan keputusan, inovasi
maupun solusi atas segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi. Pemimpin juga harus tau
bagaimana caranya untuk mengajak anggota bekerja Bersama bukannya bekerja sendirian,
karena segala sesuatu yang dilakukan sendiri akan terasa lebih berat.

Untuk mewujudkan hal diatas tentunya pemimpin harus mampu untuk berani
bertindak untuk menciptakan keputusan atau menciptaan Gerakan yang selaras dengan
keputusan. Pemimpin juga harus memiliki pilar ini untuk menjaga koordinasi dan komunikasi
antar anggota dengan anggota lainnya dan antar anggota dengan pemimpin. Hal itu
dikarenakan jika suatu organisasi tidak didasari dengan komunikasi yang baik maka
organisasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Menjadi pemimpin artinya bagaimana
caranya dapat merangkul anggotanya Bersama menjadi satu kesatuan oleh karenanya
pemimpin perlu memiliki pilar team learning.

BAB 5

SYSTEM THINKING (BERPIKIR SISTEM)

Cara pandang, cara berbahasa untuk menggambarkan dan memahami kekuatan dan
hubungan yang menentukan perilaku dari suatu system. Faktor disiplin kelima ini membantu
kita untuk melihat bagaimana mengubah sistem secara lebih efektif dan untuk mengambil
tindakan yang lebih pas sesuai dengan proses interaksi antara komponen suatu sistem dengan
lingkungan alamnya.

Kemampuan setiap individu dalam melihat organisasi secara keseluruhan, bukan


secara parsial atau terpisah-pisah. Disiplin ini merupakan kerangka kerja (frame work) dalam
melihat hubungan saling keterkaitan diantara disiplin yang lain. Cara berpikir sistem ini oleh
(Flood, 1998); (Kerka, 1995) sebagai point terpenting dari lima pilar membangun organisasi
pembelajar dari Senge. Selain itu, dengan pendekatan sistem, organisasi bisa dipandang
sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan.

Cara berpikir menggunakan pendekatan sistem memberikan panduan bagi tiap


individu dalam memandang organisasi sebagai suatu keseluruhan dan sebagai bagian dari
lingkungan eksternal yang lebih luas. Melalui pendekatan sistem, pekerjaan para manajer
relatif mudah dalam menggerakkan karyawan untuk bekerja dan membangun organisasi
pembelajar. Dalam praktek organisasi, aktivitas bekerja, berpikir, dan pengambilan keputusan
melalui pendekatan sistem dapat membantu manajer dan supervisor dalam proses
pengambilan keputusan yang bersifat mendesak atau sangat penting.

Dalam memimpin, pemimpin harus memiliki cara pandang dan berbahasa dengan
baik untuk menentukan bagaiamana harus bersikap dalam suatu organisasi. Dengan memiliki
pilar ke-5 ini pemimpin akan berfikir lebih efektif untuk mengambil Tindakan sesuai dengan
lingkungan organisasinya. Cara berpikir pemimpin juga harus selangkah didepan para
anggotanya untuk mengambil keputusan atau Tindakan terkait. Cara berfiikir pemimpin
merupakan hal yang penting dalam menjalankan organisasi. Apalah arti memiliki seorang
pemimpin yang tidak memiliki kemampuan berfikir efektif dalam menjalani organisasi.

Dengan pikiran efektif maka akan membuatat pemimpin lebih mudah menggerakkan
anggotanya dan juga memiliki kemampuan untuk mengajari anggotanya bagaimana cara
memandang organisasinya. Ketika pemimpin sudah memiliki pilar ini makai a tidak akan
merasa kesusahan Ketika diminta mengambil keputusan atau Tindakan mendesak. Cara
pandang pemimpin juga mencerminkan bagaimana ia bertindak dalam organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Andrieane Berthoin Antal et.al. (2001). “Organizational Learning and Knowledge:


Reflection on The Dynamic o the Field and Challenge To the Future”, dalam Meinolf
Dierkers

Atmoko. W.A.(2009). Dinamika Knowing Organization di Perusahaan Konsultasi


Manajemen SDM :Studi Kasus Daya Dimensi Indonesia, , Jakarta: Universitas
Indonesia

Cunningham, WG. & Cordeiro, PA.,(2003). Educational Leadership: A Problem Based


Approach. Boston, MA: Allyn & Bacon

Marquard, M.J. (2002). Building The Learning Organization: Mastering 5 Element for
Corporate Learning, Davies-Black Publishing, An Imprint of Consulting
Psychologists Press, Inc.

Senge, P.M. The Fifth Discipline :The Art and Practice of The Learning Organization, New
York: Doubleday

Anda mungkin juga menyukai