Pertemuan ke-10
Pemeriksaan Morfologi Khamir
Oleh
Nama : Annisa Nur Syahadah
____________________________
NIM/Kelas: J410200115/E
Pengampu :
Dr. Ambarwati, M.Si
Asisten:
Muhammad Masykuri A
1. Alat
a. Mikroskop
b. Object glass (cekung)
c. Cover glass
d. Pipet tetes
e. Bunsen
2. Bahan
a. Cairan tape
b. Limbah industry alkohol
c. Alkohol 70%
d. Laktofenol atau metilen blue
e. Kapas
f. Spirtus
C. Cara Kerja
E. Pembahasan
1. Air Tape
Tape merupakan salah satu produk pangan fermentasi yang terkenal di Indonesia sesudah
tempe. Jenis tape yang umum di Indonesia yaitu tape singkong dan tape ketan, namun yang
paling banyak diproduksi adalah tape singkong. Proses pembuatan tape singkong meliputi:
pengupasan, pencucian, pengukusan hingga singkong menjadi matang, kemudian dicampur
dengan starter yang umum disebut sebagai ”ragi tape”, dan selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang selama + 72 jam pada kondisi semi anaerob. Setelah proses inkubasi, tape singkong telah
dapat dikonsumsi.
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi suatu perombakan
bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam bahan makanan diubah menjadi
bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau
khamir.
Ragi tape adalah bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tape, baik dari singkong
dan beras ketan. Ragi tape merupakan populasi campuran yang tediri dari spesies-spesies genus
Aspergilius, Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup
bersama-sama secara sinergis. Aspergillus menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta
memproduksi enzim glukoamilase yang akan memecah pati dengan mengeluarkan unit-unit
glukosa, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi
alkohol dan bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter dapat merombak alkohol
menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain Chlamydomucor
oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp.
Ragi untuk fermentasi tapai merupakan campuran beberapa mikroorganisme, terutama fungi
(kapang dan jamur), seperti Saccharomyces cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii,
Mucor sp., Candida utilis, Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus s, tetapi didominasi oleh
Saccharomyces cerevisiae.
2. Limbah Chiu
Proses pembuatan alkohol dilakukan dengan menambahkan mikroba yaitu mikroba golongan
khamir Saccharomyces cerevisiae yang sebelumnya telah diisolasi untuk mendapatkan biakan
murni. Dalam proses fermentasi alkohol khamir Saccharomyces cerevisiae adalah khamir yang
dapat mengubah gula menjadi etanol. Hal ini sesuai dengan,bahwa Saccharomyces cerevisiae
adalah salah satu spesies khamir yang memiliki daya konversi gula menjadi etanol sangat tinggi.
Pada prosesnya setelah sukrosa dipecah menjadi glukosa atau gula yang lebih sederhana,
kemudian khamir Saccharomyces cerevisiae dalam keadaan anaerob akan mengubah piruvat
yang telah dihasilkan dari proses glikolisis menjadi asam asetat dan CO2 dan kemudian diubah
menjadi alkohol. Hal ini sesuai dengan Faris (2010), bahwa Saccharomyces akan melakukan
respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan lingkungan kurang oksigen Saccharomyces akan
melakukan fermentasi. Dalam keadaan anaerob, asam piruvat yang dihasilkan oleh proses
glikolisis akan diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi
alkohol. Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan
NADH menjadi NAD+
3. Bakteri Saccaromyces Cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan cendawan berupa khamir (yeast) sejati tergolong
eukariot mempunyai potensi kemampuan yang tinggi sebagai imunostimulan, dan bagian yang
bermanfaat tersebut adalah dinding selnya. Saccharomyces cerevisiae secara morfologi hanya
membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi
oleh strainnya. Berkembang biak dengan membelah diri melalui “budding cell”. Reproduksinya
dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrien yang tersedia bagi pertumbuhan
sel.Saccharomyces cerevisiae yang mempunyai kemampuan fermentasi telah lama dimanfaatkan
untuk pembuatan berbagai produk makanan dan sudah banyak digunakan sebagai probiotik, β-D-
glucans pada dinding sel S. cerevisiae dapat mengikat aflatoksin yang diproduksi oleh A. Flavus.
Selain itu Saccharomyces cerevisiae merupakan spesies yang bersifat fermentatif kuat.
Tetapi dengan adanya oksigen, Saccharomyces cerevisiae juga dapat melakukan respirasi yaitu
mengoksidasi gula menjadi karbondioksida dan air. Kedua sistem tersebut menghasilkan energi,
meskipun yang dihasilkan dari respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan melalui fermentasi
(Fardiaz 1992). Saccharomyces cerevisiae akan mengubah 70 % glukosa di dalam substrat
menjadi karbondioksida dan alkohol, sedangkan sisanya tanpa ada nitrogen diubah menjadi
produk penyimpanan cadangan. Produk penyimpanan tersebut akan digunakan lagi melalui
proses fermentasi endogenous jika glukosa di dalam medium sudah habis (Fardiaz 1992).
Hifa tersusun oleh benang-benang filament. Masa hifa ini akan membentuk
miselium.Pembelahan inti berlangsung secara mitosis,diikuti segera oleh pembelahan sel.Hifa ini
umunya tidak mempunyai dinding pemisah melintang (septa) ,sehingga membentuk sel
multinuclear dan plasma sel bersambungan.Hifa semacam ini disebut coenocytic (konositik) ,dank
arena tidak ada dinding melintang atau septa disebut pula nonsepta, sedang bila terdapat sekat
filament itu disebut septa.
Hifa tumbuh hanya di bagian ujung. Dinding sel ujung lemah dan dapat membentang
karena tekanan turgor, semakin jauh dari ujung dindingnya semakin tebal dan lebih sulit
merenggang. Percabangan dibentuk mulai dari tonjolan dinding sel yang masih lunak. Cabang hifa
bersifat sama dengan induknya dan tumbuh anyam-menganyam, arah tumbuh hifa mengikuti
khemotropi, yaitu mengarah ke sumber zat hara organik, misalnya gula, asam amino, air dan
mineral.
Miselium vegetatif melakukan segala kegiatan metabolisme, seperti penyerapan, pelarutan,
respirasi dan sekskresi, tetapi tidak mampu mengadakan fotosintesis karena fungi harus
memperoleh bahan organik dari substrat, kalau substrat itu dalam keadaan tidak larut maka harus
dijadikan larut dengan enzim yang disekresi oleh hifa itu. Ada jamur yang mempunyai hifa khusus
sebagai penyerap (haustoria) yang mampu masuk sel-sel hidup dan menyerap zat organik dari sel
itu. Karena fungsi utama miselium sebagai penyerap makanan, maka umumnya di jumpai di dekat
makanan, atau tumbuh di dalam tubuh hidup. Miselium kebanyakan jamur tidak tahan kekeringan,
sehingga jarang yang hidup di atmosfer bebas kecuali bila kelembabannya tinggi.
Pada ujung batang hifa mengandung spora seksual yang disebut konidia. Konidia tersebut
berwarna hitam, biru kehijauan, merah, kuning, dan cokelat. Konidia yang menempel pada ujung
hifa seperti serbuk dan dapat menyebar ke tanah dengan bantuan angin. Beberapa fungi yang
makroskopis memiliki struktur yang disebut tubuh buah dan mengandung spora. Spora tersebut
juga dapat menyebar dengan bantuan angin, hewan, dan air (Madigan et al 2012).
Sebagian besar hifa pada yeast berbentuk lembaran seperti pada Sacharomyces cerrevicae.
Hifa mengandung struktur akar seperti rhizoid yang berguna sebagai sumber nutrisi. Hifa tersusun
atas dinding sel luar dan lumen dalam yang mengandung sitosol dan organel lain. Membran plasma
di sekitar sitoplasma mengelilingi sitoplasma. Filamen dari hifa menghasilkan daerah permukaan
yang relatif luas terhadap volume sitoplasma, yang memungkinkan terjadinya adsobsi nutrien.
4. Candida Albicans
Klasifikasi Candida albicans adalah sebagai berikut:
Divisi: Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Bangsa : Saccharomycetales
Suku : Saccharomycetaceae
Famili: Candida
Candida albicans merupakan fungsi oportunistik penyebab sariawan, lesi pada kulit,
vulvavaginitis, candida pada urin, gastrointertinal candidiasis yang dapat menyebabkan gastric
ulcer atau bahkan menjadi komplikasi kanker.
Candida albicans merupakan suatu jamur lonjong yang berkembangbiak dengan bertunas yng
menghasilkan pseudomiselium baik dalam biakan maupun dalam jaringan dan eksudat. Candida
adalah flora normal selaput lender saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genitalia wanita.
Pada tempat tersebut jamur ini menjadi dominasi dan dihubungkan dengan keadaan patogen.
Kadang kadang jamur ini menyebabkan penyakit sistemik progresif pada penderita yang lemah
atau kekebalan nya tertekan. Candida dapat menyebabkan infasi dalam peredaran darah,
trombofeblebitis, endokarditis, atau infeksi pada mata atau organ organ lain. (Jawetz et al 1995)
F. Kesimpulan
Khamir merupakan jamur uniseluler tidak dapat membentuk hifa dan miselium melainkan
berproduksi membentuk tunas. Di bawah mikroskop dan secara morfologi koloni kebanyakan
spesies khamir sulit dibedakan karena perbedaannya sangat kecil. Untuk membedakannya sering
sekali harus dilakukan tes fisiologi. Berbeda dengan jamur yang berfilamen dan multiseluler.
spesies khamir yang umum dipelajari ada 2, yaitu Saccaromyces cerevisiae dan Candida
albicans. Saccharomyces cereviceae biasa dimanfaatkan untuk produksi anggur, roti, tape, dan
bir dalam bentuk ragi. Saccharomyces cereviceae dapat mengkonversi karbohidrat menjadi
karbon dioksida dan alkohol melalui proses fermentasi, karbon dioksida digunakan dalam proses
pembuatan roti (baking) dan alkohol dalam minuman beralkohol. Candida albicans termasuk
fungi/ khamir patogen dari golongan deuteromycota. Candida albicans dapat menyebabkan
infeksi oportunistik (kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia).
G. Daftar Pustaka
Citra, Yoda Ikke Fitria. "Isolasi dan identifikasi khamir pada bunga Pisang Klutuk (Musa
balbisiana) serta kemampuannya dalam fermentasi karbohidrat." PhD diss., Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, 2019.
Maharani, Setiawati, and Oedijani Santoso. "Pengaruh Pemberian Larutan Ekstrak Siwak
(Salvadora persica) pada berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan Candida albicans."
PhD diss., Fakultas Kedokteran, 2012.
Ariningsih, Rizki Istya. "Isolasi Streptomyces dari Rizosfer Familia Poaceae yang Berpotensi
Menghasilkan Antijamur Terhadap Candida albicans." PhD diss., Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009.
Hasanah, Hafidatul, Akyunul Jannah, and A. Ghanaim Fasya. "Pengaruh lama fermentasi
terhadap kadar alkohol tape singkong (Manihot utilissima Pohl)." Alchemy 2, no. 1
(2012): 68-79.