Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

PENGAMATAN MORFOLOGI KHAMIR DAN KAPANG

Dosen pengampu :

1. Drs. Ibnul Mubarok, M. Sc.

2. Prof. Dr. Siti Harnina Bintari, M. S.

Asisten Praktikum :

Nurunnisa Umaira

Disusun oleh :

Azka Azalia Azzam 4401420063

Pendidikan Biologi A 2020

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2021
A. TUJUAN

1. Untuk mengetahui morfologi khamir secara mikroskopis.

2. Untuk mengetahui morfologi kapang (jamur benang) secara makroskopis maupun

mikroskopis serta membedakan jenis jamur benang satu dengan yang lainnya

B. LANDASAN TEORI

Jamur ialah jenis organisme eukariotik yang tidak dapat berfotosintesis karena
tidak memiliki klorofil, ada yang bersel satu atau uniseluler maupun bersel banyak
atau multiseluler, memiliki dinding sel yang tersusun dari kitin dan dapat
bereproduksi secara seksual maupun aseksual dengan menghasilkan spora (Sodikin et
al., 2019). Contoh spora dari reproduksi seksual, yaitu askospora, zigospora dan
basidiospora. Dan contoh spora dari reproduksi aseksual, ialah zoospora, dan
klamidospora. Jamur memiliki spora dan hifa, yaitu kumpulan sel yang lepas atau
bersambungan yang membentuk benang yang bersekat, dimana pada jamur hifa ini
terdiri dari sel-sel berinti satu (Rochman 2015). Sebagian besar tubuh jamur terdiri
dari hifa yang saling beruhubngan seperti jala atau yang disebut miselium (Ikhsani et
al., 2015). Dalam memenuhi nutrisi dan memproduksi makanan, jamur tergolong ke
dalam organisme heterotrof, yaitu organisme yang tidak dapat membuat makanannya
sendiri yang akhirnya harus mengambil dari organisme lain (Yulhaidir et al., 2013).

Khamir atau ragi bersifat uniseluler, berbentuk bulat, lonjong atau memanjang
yang berkembang biak membentuk tunas dan membentuk koloni yang basah atau
berlendir (Padoli, 2016). Khamir biasa digunakan dalam fermentasi berbagai macam
produk seperti minuman beralkohol anggur atau beer (Bordet et al., 2020).

Kapang bersifat multiseluler dengan ukuran dan struktur yang spesifik


berdasarkan genusnya. Unit Struktural dari kapang adalah hifa yang berupa sel-sel
memanjang dan bercabang (Putri, Sukini and Yodong, 2017). Identifikasi kapang atau
jamur dapat dilakukan berdasarkan atas sifat-sifat morfologinya. Jamur sangat mudah
tumbuh di tempat lembab. Namun, jamur juga mudah tumbuh di berbagai bahan
makanan yang berasal dari alam.

Apabila bahan makanan yang ditumbuhi jamur terkonsumsi oleh manusia,


biasanya jamur akan bersifat patogen dan akan mengganggu fungsi tubuh manusia. Di
Indonesia, kontaminasi yang sering terjadi adalah yang disebabkan oleh kapang
(Febrina, 2013). Kapang mudah menyerang tumbuhan padi-padian, kacang-kacangan
atau buah-buahan baik selama masa penanaman atau dalam masa penyimpanan
(Aritika, 2019). Total khamir dan kapang dalam suatu makanan biasa digunakan
sebagai kriteria umum untuk mikrobiologi pangan tergantung pada jenis pangan
(Atma, 2016)
C. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum morfologi khamir adalah ;

1. Mikroskop dengan perbesaran kuat

2. Ose bulat

3. Gelas benda dan gelas penutup

4. Lampu spirtus

Bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi khamir adalah :

1. Alkohol 70%

2. Kertas tissue

3. Air steril/akuades

4. Cairan/bahan yang mengandung khamir misalnya : cairan tape ketela/ketan,

cairan/minuman hasil fermentasi (minuman beralkohol), cong yang, ciu, brem

cair, dll, getah pohon, cairan pada buah manis yang membusuk, dll

Alat yang digunakan dalam praktikum morfologi kapang/jamur benang adalah :

1. Mikroskop

2. Jarum/ose lurus

3. Gelas benda dan gelas penutup

Bahan yang digunakan dalam praktikum morfologi kapang/jamur benang adalah :

1. Alkohol 70%

2. Laktofenol

3. Bahan berjamur seperti tempe segar, oncom, tape ketela/ketan (muda), serta

bahan makanan /rempah-rempah/biji-bijian yang sering kedapatan berjamur

(roti, jagung,nasi, dsb.

4. Biakan murni, Aspergillus niger, Rhizopus orizae dan Neurospora crassa


D. CARA KERJA

Morfologi Khamir

Morfologi Kapang
E. HASIL DAN ANALISIS DATA

1. Morfologi Khamir
No Sampel Keterangan Dokumentasi
1. Saccharomyces cerevisiae 1. Nukleus
2. Dinding sel
3. Karyogamy
4. Plasmogamy
5. Sporulasi
6. Tunas/bud
Perbesaran: 1000x
Warna:
- Hidup: hijau
kekuningan
- Mati: transparan
Bentuk: bulat
lonjong

2. Morfologi Kapang / Jamur Benang


No Sampel Keterangan Dokumentasi
1. Aspergillus niger 1. Vesicle
2. Konidiofor
3. Hifa
4. Sekat hifa
Perbesaran: 100x
Warna
- Hidup: putih
kecoklatan
- Mati: hitam pekat
Bentuk: bulat
2. Rhizopus oryzae 1. Sporangium
2. Sporangifor
3. Stolon
4. Rhizoid
Perbesaran: 400x
Warna:
- Hidup: kecoklatan
- Mati: Hitam
Bentuk: globul/bulat
3. Neurospora crassa 1. Sitoplasma
2. Nukleus
3. Konidia
4. Dinding sel
5. Septum hifa
Perbesaran: 1000x
Warna:
- Hidup: orange
- Mati

F. PEMBAHASAN

1. Morfologi Khamir dan Jamur Benang

Khamir merupakan sel uniseluler berbentuk bulat, bersifat dimorfistik, dan


membentuk tunas sebagai bagian dari proses reproduksinya. Khamir ukurannya
beragam sekitar 2-3 μm dan ada yang dapat mencapai 20- 50 μm sedangkan lebar sel
khamir yaitu antara 1-10 μm. Bentuk khamir dalam biakan murni akan terdapat
variasi luas sesuai dengan lingkungan dan spesiesnya. Selain itu khamir tidak
berflagel atau organ pergerakan lainnya. Sebagai organisme uniseluler khamir dapat
dibedakan dengan bakteri atau organisme unisel lainnya dengan melihat strukturnya.
Pada khamir dinding selnya mempunyai sel yang lebih kuat namun tidak bisa
melakukan fotosintesis. Jamur benang atau yang disebut juga sebagai kapang
merupakan fungi multiseluler karena tubuhnya membentuk talus. Talus ini tersusun
dari miselium-miselium yan tersusun dari hifa atau filamen jamur. Berdasarkan
struktur hifa, kapang dibedakan menjadi dua yaitu hifa bersekat dan tidak bersekat.
Pada hifa bersekat memiliki septum yang tidak tertutup rapat sehingga sitoplasma
dapat bergerak bebas ke ruang-ruang lain. Sedangkan pada hifa tidak bersekat inti sel
tersebar di sepanjang hifa. Pada kapang saat masih bertumbuh awalnya berwarna
putih dan kemudian akan berubah warna sesuai dengan spesies jika spora telah
timbul.

2. Perbedaan Khamir dan Jamur Benang

Secara morfologi, khamir dan jamur benang (kapang) jauh berbeda. Khamir
merupakan organisme uniseluler fakultatif sedangkan jamur benang merupakan
organisme multiseluler aerob obligat. Khamir memiliki bentuk bulat, topi, atau
spheroid sedangkan jamur benang memiliki bentuk talus yang tersusun dari filamen-
filamen yang disebut hifa. Khamir dapat bereproduksi secara aseksual dengan tunas
dan pembelahan serta secara seksual dengan menghasilkan askospora sedangkan
jamur benang bereproduksi dengan spora baik secara seksual maupun aseksual. Jamur
dapat dibagi menjadi tiga menurut morfologinya, yaitu khamir (yeast), jamur benang
(kapang), dan cendawan (mushroom) (Rakhmawati, 2013). Untuk khamir dan kapang
termasuk jenis jamur mikroskopis, sedangkan cendawan termasuk jamur
makroskopis. Pada praktikum pengamatan jamur ini, digunakan jenis jamur khamir
dan kapang. Khamir ialah jenis fungi yang bersifat uniseluler (sel tunggal) dan tidak
berfilament, dan dapat berkembangbiak secara aseksual dengan pembentukan spora
aseksual, ada yang membelah diri dan bertunas. Khamir memiliki dua jenis, yaitu
khamir sejati dan khamir yang liar (Pratiwi 2017). Untuk khamir sejati umumnya
termasuk dalam kelas Ascomycetes, yaitu memiliki spora, contohnya spesies
Saccharomyces, Schizosaccharomyces, dan Debaryomyces. Khamir ini biasanya
digunakan dalam industri, seperti untuk pembuatan roti, minuman alkohol dengan
spesies Saccharomyces cerevisiae. Pada jenis khamir liar tidak memiliki spora,
contohnya spesies Candida. Khamir liar terkadang dalam proses fermentasi memberi
kerugian.

Kapang atau jamur benang merupakan jenis fungi multiseluler dan memiliki
filament. Kapang ini tersusun dari hifa yang bercabang-cabang yaitu miselium.
Miselium ini tersusun dari filament atau benang-benang tunggal. Sebagian besar
jenis-jenis jamur benang digunakan dalam industri pangan, seperti pembuatan tempe
yang menggunakan jamur Rhizopus oryzae.

Khamir

Pada pengamatan terlihat bentuk Saccharomyces cerevisiae yang merupakan


salah satu spesies khamir memiliki bentuk bulat agak lonjong dengan diameternya
sekitar 5-10 μm. Pada Khamir ini dapat beregenerasi dalam kurun waktu 1,5-2 jam
dengan suhu sekitar 300C (Anitamuina, 2013). Karena regenerasi yang cepat ini
Saccharomyces cerevisiae sering dimanfaatkan dalam industri fermentasi sepert bir
dan roti. Bagian dalam dindingnya terdiri dari senyawa β (1-3) glukan dengan
beberapa cabang yang digabung oleh ikatan β (1-6). Glukan ini membentuk jaringan
mikrofibril dan mempertahankan bentuk sel. Sedangkan bagian luarnya terususun atas
senyawa α (1-6) manna dengan cabang α (1-3) dan α (1-2) yang fungsinya sangat
bergantung pada kitin dan glukan. Saccharomyces cerevisiae, didapat bentuk bulat
telur atau elips dan membentuk bulatan seperti angka delapan, setiap spesies
mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun dalam biakan murni terdapat variasi
yang luas dalam hal ukuran dan bentuk. Khamir hidupnya sebagian ada yang saprofit
dan ada beberapa yang parasitik. Sel khamir mempunyai ukuran yang bervariasi, yaitu
dengan panjang 1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-10 μm. Khamir termasuk fungi
tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang bersifat uniseluler. Reproduksi
khamir terutama dengan cara pertunasan. Spesies jamur ini dapat ditemukan pada
permukaan buah-buahan, nektar bunga atau pada lingkungan yang kaya akan gula.
Jamur ini berperan dalam pembuatan roti, minuman beralkohol dan juga pembuatan
tapai.

Kapang

Praktikum ini dilakukan pada spesies jamur benang Aspergillus niger,


Rhizopus oryzae, dan Neurospora crassa.
Rhizopus oryzae

Jamur ini hidup sebagai saprofit dan beberapa sebagai parasite, memiliki
rhizoid yang berguna untuk menempel pada substrat, hifanya coenositik tidak
bersepta atau tidak bersekat yang membentuk rhizoid untuk menempel ke substrat,
berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu, miselium yang juga disebut stolon
menyebar diatas substratnya karena aktivitas dari hifa vegetatif. stolon halus atau
sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning kecoklatan, bereproduksi secara
aseksual dengan memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai, sporangiofora
tumbuh dari stolon dan mengarah ke udara, baik tunggal atau dalam kelompok
(hingga 5 sporangiofora, rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang
sama dengan sporangiofora, sporangia globus atau sub globus dengan dinding
berspinulosa (duri-duri pendek), yang berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah
masak; kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit kasa, spora
bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder; suhu optimal untuk pertumbuhan 35oC
(Kuswanto dan Slamet 1989). Rhizopus sp. adalah genus jamur benang yang termasuk
filum Zygomycota ordo Mucorales. Jamur ini berperan dalam proses fermentasi
kedelai menjadi tempe.

Ciri spesifik:

1. Hifa nonseptat

2. Mempunyai stolon/rhizoid yang warnanya gelap jika sudah tua

3. Sporangifora besar dan berwarna hitam

4. Tidak mempunyai sporangiola

5. Membentuk hifa vegetatif yang melakukan penetrasi pada substrat dan hifa fertil
yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora

6. Pertumbuhannya cepat membentuk misellium seperti kapas

Aspergillus niger

Secara makroskopis berwarna hijau dan kehitaman, bentuknya berserabut atau


seperti kapas. Pada media SGA (Sabaroud Glucosa Agar) Aspergillus niger dapat
tumbuh secara cepat pada suhu ruang membentuk koloni mold yang granuler,
berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identifikasi. Aspergillus
niger berwarna hitam (Jawetz,1996). Aspergillus sp merupakan fungi multiseluler dan
membentuk filamen yang terdiri dari benang hifa. Kumpulan dari hifa membentuk
miselium pada bagian ujung hifa, terutama pada bagian yang tegak membesar
merupakan konidiofornya yang didalamnya terdapat konidia (Djarir,1993).
Ciri spesifik:

1. Hifa septat dan miselium bercabang, yang terdapat di bawah permukaan merupakan
hifa vegetatif, yang muncul di atas permukaan merupakan hifa fertil

2. Koloni kelompok

3. Konidiofora septat dan nonseptat, muncul dari “foot cell” (misellium yang

bengkak dan berdinding tebal)

4. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam

5. Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37 oC atau lebih (Schlegel 1994).

Neurospora crassa

Neurospora crassa dikenal pula dengan nama ilmiahnya Neurospora sitophila


(dahulu Monilia sitophila). Nama Neurospora berasal dari kata neuron (=sel saraf),
karena guratan-guratan pada sporanya menyerupai bentuk akson. Jamur oncom masuk
ke dalam golongan Ascomycota dengan alat reproduksi generatifnya berupa askus,
Memiliki bagian-bagian seperti hifa, jenis hifa ini pendek bersekat, hidup berkoloni
dan ditemukan pada nasi yang basi, bentuk hampir bulat dan menyambung satu sama
lain (satu individu menyambung dengan individu lain dan membentuk koloni),
berwarna merah muda atau jingga yang biasanya muncul pada oncom merupakan
warna konidia jamurnya, konidia berbentuk seperti tepung, memiliki spora berbentuk
seperti urat saraf berloreng-loreng, sering terdapat pada produk-produk bakeri dan
menyebabkan kerusakan sehingga biasanya disebut bakery mold atau red breadmold.

Ciri spesifik:

1. Misellium septat yang dapat pecah menjadi sel-sel yang terpisah

2. Misellium panjang dan bebas tumbuh di atas permukaan

3. Hifa membawa konidia bertunas, berbentuk oval, berwarna merah

muda hingga orange kemerahan, membentuk rantai bercabang pada

ujungnya

G. Kesimpulan

Khamir merupakan organisme uniseluler fakultatif yang sering dimanfaatkan


dalam proses fermentasi. Memiliki bentuk bervariasi, salah satunya bulat atau oval
yang dimiliki oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Sedangkan jamur benang atau
kapang merupakan organisme multiseluler yang berbentuk talus. Bentukmya beragam
bergantung dengan jenis spesies misalnya bulat bertangkai pada Aspergillus niger dan
Rhizopus oryzae serta bentuk garis-garis berantai seperti syaraf pada Neurospora
crassa.
H. PERTANYAAN
Morfologi Khamir:

1. Ada berapa bentuk khamir yang anda jumpai pada pengamatan? Sebutkan!
Jawaban: Hanya satu jenis, bulat sedikit oval

2. Pada cairan tape ketan/ketela ada berapa bentuk khamir?


Jawaban: Ada 2, pada tape singkong bulat sedikit oval sedangkan pada
tape ketan bentuknya seperti menggembung di tengah (interkalar).

3. Minuman hasil fermentasi apakah yang anda gunakan untuk mengamati


morfologi khamir?
Jawaban: Untuk mengamati khamir bisa menggunakan minuman
fermentasi seperti ciu, brem cair, dan bir.

4. Adakah khamir pada cairan atau minuman hasil fermentasi yang anda amati?
Sebutkan! Bila tidak ada khamir dalam cairan tersebut apa sebabnya?
Jawaban: Ada, pada cairan tape ketan ditemukan khamir Saccharomyces
cerevisiae.

5. Sebutkan habitat khamir sesuai hasil pengamatan anda!


Jawaban: Habitat Saccharomyces cerevisiae di tempat yang mengandung
gula, misalnya buah-buahan dan biji-bijian.

6. Pada pengamatan khamir secara langsung (tanpa pengecatan) perlukah


pengenceran dengan air steril?
Jawaban: Tidak karena pengenceran dilakukan untuk menghitung jumlah
koloni.

Morfologi Jamur Benang:

1. Apa fungsi larutan laktofenol dalam pengamatan?

Jawaban: Fungsi larutan laktofenol dalam pengamatan adalah untuk


melihat karakteristik reproduksi generasi fungi kapang.

2. Sebutkan bagian-bagian jamur benang yang merupakan ciri struktural!


Jawaban: sporangium, sporangiofor, stolon, dan rhizoid.

3. Hal-hal apakah yang diperlukan untuk identifikasi jamur benang secara


struktural?
Jawaban: Hal yang diperlukan untuk identifikasi jamur benang secara
struktural adalah keberadaan sekat pada hifa, bentuk spora/konidia, badan
buah, stolon, rhizoid, dan sebagainya.
4. Bahan makanan sering kedapatan berjamur, sebutkan yang pernah anda
jumpai?
Jawaban: Kacang, nasi, dan roti.

5. Mengapa bahan makanan/rempah-rempah/biji-bijian atau yang lainnya


dapat ditumbuhi jamur? Dari mana asalnya?
Jawaban: Bahan makanan yang dapat ditumbuhi jamur karena
menyediakan nutrisi yang cukup untuk jamur tumbuh misalnya ragi. Selain
itu kondisi lingkungan yang lembab juga bisa menimbulkan pertumbuhan
jamur pada makanan.
I. DAFTAR PUSTAKA

Prasetyaningsih, Y., Nadifah, F. and Susilowati, I. (2015) ‘Distribusi Jamur Aspergillus

Flavus Pada Petis Udang Yogyakarta’, The 2nd University Research


Coloquium 2015, pp. 307–314. Available at:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1604.

Prihartini, M. and Ilmi, M. (2018) ‘Karakterisasi dan Klasifikasi Numerik Khamir dari

Madu Hutan Sulawesi Tengah’, Jurnal Mikologi Indonesia, 2(2), p. 112. doi:
10.46638/jmi.v2i2.41.

Aritika, R. 2019, Gambaran Angka Kapang Pada Gula Merah Yang Dijual Di Pasar
Kopindo Kota Metro Tahun 2019, Repository Poltekes TJK. Available at:
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/560/ (Diakses pada15 October 2021).

Atma, Y. 2016, ‘Angka Lempeng Total (ALT), Angka Paling Mungkin (APM) Dan
Total Kapang Khamir sebagai Metode Analisis Sederhana untuk Menentukan
Standar Mikrobiologi Pangan Olahan Posdaya’, Jurnal Teknologi, Vol. 8, no.
2, h. 77.

Bordet, F. et al. 2020, ‘Yeast–Yeast Interactions: Mechanisms, Methodologies and


Impact on Composition’, Microorganisms 2020, Vol. 8, Page 600, Vol. 8, no.
4, h. 600.

Padoli 2016, ‘Mikrobiologi Dan Parasitologi Keperawatan’, Kementerian Kesehatan RI,


Vol. 53, no. 9, hh. 1–295.

J. LAMPIRAN

Sumber: youtube

Anda mungkin juga menyukai