Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fungi adalah salah satu mahkluk hidup yang sangat umum dijumpai,
protista merupakan mikroorganisme yang mirip tumbuhan. Perbedaan jamur
dan tanaman berada pada tanaman mendapatkan energi dari matahari, jamur
tidak; tanaman memanfaatkan CO2 sebagai sumber karbon, jamur tidak.
tanaman adalah fotoautotrof, sedangkan jamur adalah kemoheterotrof.
Mikroalga merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki sifat seperti
tumbuhan karena memiliki klorofil untuk berfotosintesis sedangkan jamur
tidak memiliki pigmen klorofil (Hogg, 2013). Kapang dan khamir adalah jenis
jamur yang banyak dimanfaatkan dikehidupan sehari-hari karena beberapa dari
jenis ini dapat membantu proses fermentasi pada bahan makanan dan
minuman. Umumnya protista memiliiki sel hanya 1 sedangkan pada fungi
bersifat multiseluler. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui
perbedaan morfologi pada jamur dan protista serta mengetahui jenis-jenis dari
tiap kingdong tersebut.
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis kapang
2. Mengetahui ciri-ciri kapang
3. Mengetahui ciri-ciri khamir dan ciri-ciri sel hidup dan sel mati
4. Mengetahui jenis mikroalga dan ciri-ciri nya

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroalga
Mikroalga adalah suatu mahluk hidup yang hidup bersel satu atau multi
sel tetapi dalam bentuk sederhana termasuk dalam kingdom protista, mikroalga
mempunyai struktur yang mirip tumbuhan tetapi bagian dari tubuhnya tidak
bisa dibedakan secara jelas antar bagiannya, mikroorganisme ini bersifat
prokariot atau eukariot yang dapat berfotosintesis yang biasa hidup diperairan
dan menggunakan zat pati didalam kloroplas dan dikonversi menjadi energid
dengan bantuan cahaya matahari dan menggunakan CO2 sebagai biomassanya
dan menghasilkan O2 dari hasil fotosintesisnya (Hogg, 2013). Mikroalga
biasanya berwarna hijau dan beberapa ada yang mempunyai flagel untuk
bergerak, mikroalga banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan, kosmetik
maupun bahan bakar. Mikroalga yang bersifat prokariotik contohnya adalah
blue green algae dan yang bersifat eukariotik adalah diatom (Yanuhar, 2016).
Desimidium grevillei merupakan mikroalga yang berbentuk siliner
dengan bentuk sel yang bersusun pendek, mempunyai inti berupa kloroplast
yang berada ditengah dengan 2 pasang flagela. Treubaria crassispina adalah
mikroorganisme uniseluler yang berbentuk kerucut panjang mempunyai 1
kloroplas saat masih muda dan memiliki 4 flagela. Kenthosphaera bristelae
berbentuk memanjang dan memiliki kloroplas dengan jaringan palisade.
Wislouchiella plantonica memiliki ciri-ciri mempunyai 2 flagela dan inti
ditengah dan bentuk yang datar dan. Dactyloteche braunii memiliki ciri-ciri
berbentuk sederhana tetapi abstrak dan bercabang yang tampak jelas dan
membentuk koloni 2-4 sel (Ward dan Whipple, 1959).

B. Kapang
Kapang (mold atau jamur benang) adalah salah satu jenis fungi yang
mempunyai banyak sel yang bersifat eukariot yang tidak mempunyai klorofil
dan bersifat heterotrof karena memperoleh energi dari senyawa organik dan
memerluka O2 untuk bertahan hidup. Dinding sel dari mikroorganisme ini
tersusun atas kitin dan jaringan nya belum mengalami diferensiasi,
mikrorganisme ini tumbuh sebagai parasit maupun saprofit pada hewan dan
manusia. Kapang terdiri dari kumpulan benang-benang yang disebut miselium,
miselium ini tersusun atas kumpulan benang-benang tunggal yang disebut hifa,
sporangium, konidia dan konidiofor (Fifendy, 2017).
Menurut Hogg (2013) kapang terdiri dari filamen panjang, bercabang,
seperti benang yang disebut hifa, yang berkumpul bersama untuk membentuk
miselium kusut. Hifa dari jamur ini dapat dikelompokkan menjadi 2
berdasarkan fungsi nya yaitu hifa vegetatif dan hifa generatif, hifa vegetatif
berfungsi untuk mengambil makanan dari substrat sedangkan hifa generatif
adalah hifa yang berfungsi untuk membentuk spora. Jika berdasarkan bentuk
nya ada hifa yang brsekat dan tidak bersekat. Hifa yang bersekat umumnya
dimiliki oleh kapang tingkat tinggi atau eumycetes sedangkan hifa yang tidak
bersekat dimiliki oleh kapang tingkat rendah atau phycomycetes
(Fifendy,2017).
Menurut Setty dan Sreekrishna (2007), pewarna lactophenol cotton blue
adalah pewarna yang digunakan untuk mewarnai mikroorganisme dengan cara
mewarnai bagian sitoplasma jamur dan memberikan latar belakang biru muda
yang memudahkan untuk melihat dinding hifa. Pewarna ini terdiri dari fenol
yang berfungsi untuk memberikan efek warna pada sitoplasma sel, asam laktat
berfungsi sebagai agen pembersih dan menjaga sel, sedangkan cotton blue
berfungsi untuk mewarnai sitoplasma. Sel yang masih hidup tidak akan
terwarnai karena dinding sel nya belum rusak, sedangkan sel yang mati akan
berwarna biru.
1. Aspergillus niger
Morfologi dari kapang Aspergillus niger adalah mempunyai
miselium yang tidak berwarna, konidiofor yang bersekat dan yang
tidak bersekat muncul dibagian bawah dan konidia berbentuk seperti
bola kapas yang akan menyebar seiring dengan bertambahnya umur
koloni. Makroskopis memiliki koloni oval berwarna coklat dengan
tepi koloni meruncing, dan tektur koloni yang kasar dan berbutir.
Karakter mikroskopis memiliki kepala konidia bulat, vesikula
berbentuk bulat besar. Konidia berbentuk semi bulat, konidiofor
halus dan berwarna hialin Koloni membentuk seperti benang wol,
konidia membentuk formasi seperti rantai berwarna hijau
(Simanjuntak dkk, 2015).
2. Mucor sp.
Jenis kapang yang berkembang biak secara seksual dengan
spora dan beberapa menggunakan chlamydiospora secara aseksual,
mempunyai sporangiospora yang sedikit di bagian lateralnya dan
mempunyai sporangia berbentuk bulat, mempunyai hifa senositik dan
tidak bercabang. Kapang ini biasa dimanfaatkan untuk fermentasi
makanan, jika tumbuh di media dengan kadar gula yang tinggi maka
akan menghasilkan membentuk seperti ragi. Sporangiospora akan
tumbuh mengikuti arah datang nya sinar (Sastrahidayat, 2011).
3. Monilia sp.
Kapang yang termasuk pada filum ascomycota, kapang ini
merupakan kapang tidak sempurna. Kapang ini memiliki ciri-ciri
mempunyai hifa yang tidak bersekat sehingga sel mudah lepas dan
membentuk tunas. Kapang ini jarang membentuk miselium atau
konidium (Singleton dan Sainsbury, 2006).
4. Rhizopus sp.
Kapang yang mempunyai spora aseksual berupa
sporangiospora, mempunyai hifa yang bersepta dan dilengkapi
dengan stolon agar miselium dapat mengambil substrat lebih banyak,
dan mempunayi rhizoid (Gandjar dkk, 2006). Jamur ini mempunyai
sporangiofor yang terpisah dari hifa nya dan mempunyai hifa yang
tidak brsekat (Scheidegger dan Payne, 2093).
5. Penicillium sp.
Kapang ini mempunyai hifa yang bersepta, miselium yang
bercabang dan tidak berwarna. Konidiofor mempunyai sekat dan
muncul dipermukaan, kepala spora berbentuk seperti sapu dan
konidia berwarna hijau saat muda dan berwarna biru ketika sudah tua,
jika ditumbuhkan pada media PDA koloni nya akan berwana
kehijauan atau hijau kekuningan. Spora tumbuh di konidiofor, koloni
nya berwarna putih, hitam atau kuning. Indsutri obat kadang
menggunakan kapang ini sebagai bahan untuk antibiotik, tetapi dapat
merusak makanan yang terbuat dari serealia (Artha dkk, 2020).

C. Khamir
Khamir merupakan mikroorganisme uniseluler, tidak memiliki flagela,
dan bereproduksi secara aseksual dengan tunas atau pembelahan transisi, atau
secara seksual dengan pembentukan spora dimana plasmogami adalah
peleburan konten sitoplasma dari dua sel dan karyogami adalah fusi inti dari
dua sel yang berbeda, mikroorganisme ini termasuk pada filum ascomycota.
Khamir biasa dimanfaatkan untuk proses fermentasi pada makanan (Hogg,
2013). Khamir berbentuk bulat, elips, batang atau silindris, khamir termasuk
dalam kelas ascomycetes, basidiomycetes dan deuteromycetes (Fifendy, 2017).
S. cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara
morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris,
oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Reproduksinya dapat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi
pertumbuhan sel . Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk
bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan
memiliki sel bulat dengan askospora 1-8 buah. Mempunyai spora aseksual
berupa blastospora dan biasa digunakan sebagi fermentasi minuman beralkohol
(Hogg, 2013). Pewarnaan sel khamir dilakukan dengan pewarna methylene
blue, pewarna ini digunakan untuk mengamati morfologi yeast dengan
memberikan warna biru pada sel sehingga dapat dibedakan antara sel hidup
dan sel mati, karena sel mati akan berwarna biru (Heritage dkk, 1996).

III. METODE

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sedgewick rafter, gelas
benda, gelas penutup, jarum ose, mikroskop cahaya, mikroskop trinokuler,
korek api, spiritus, pipet tetes dan tabung reaksi.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air kolam, alkohol
70%, larutan lactophenol cotton blue, larutan methylene blue, akuades, biakan
khamir (Saccharomyces cerevisiae) dan biakan kapang (Aspergillus sp., Mucor
sp., Monilia sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp.).
B. Cara Kerja
1. Mikroalga
Sedgewick rafter disterilkan terlebih dahulu dengan disemprot
alkohol 70%, kemudian dimasukan air kolam dengan pipet tetes hingga
penuh. Sedgewick yang berisi air kolam diletakan dibawah mikroskop
trinokuler dan diamati dengan perbesaran 10x45. Jika ditemukan mikroalga
maka diidentifikasi dengan acuan-acuan yang ada kemudian diberi
keterangan.
2. Kapang
Gelas benda diambil dan disterilkan dengan menyemprotkan alkohol
70% kemudian difiksasi diatas spiritus hingga kering. Gelas benda yang
sudah difiksasi tadi ditetesi dengan akuades sebanyak 1-2 tetes, jarum ose
yang akan digunakan dibakat diatas spritius kemudian ditunggu hingga
dingin. Biakan kapang yang terdapat didalam tabung reaksi kemudian
diambil dengan jarum ose dan dioleskan pada gelas benda dengan gerakan
searah kemudian difiksasi kembali dan ditetesi dengan lactophenol cotton
blue dan didiamkan selama 1-2 menit lalu dibilas dengan akuades
kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diamati dibawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran 10x45 dan dicatat ciri-ciri nya dan difoto.
3. Khamir
Gelas benda diambil dan disterilkan dengan menyemprotkan alkohol
70% kemudian difiksasi diatas spiritus hingga kering. Gelas benda yang
sudah difiksasi tadi ditetesi dengan akuades sebanyak 1-2 tetes, jarum ose
yang akan digunakan dibakat diatas spritius kemudian ditunggu hingga
dingin. Biakan kapang yang terdapat didalam tabung reaksi kemudian
diambil dengan jarum ose dan dioleskan pada gelas benda dengan gerakan
searah kemudian difiksasi kembali dan ditetesi dengan methylene blue dan
didiamkan selama 1-2 menit lalu dibilas dengan akuades kemudian ditutup
dengan gelas penutup dan diamati dibawah mikroskop cahaya dengan
perbesaran 10x45 dan dicatat ciri-ciri nya dan difoto.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mikroalga

Mikroalga adalah adalah mikroorgansime yang mirp tanaman tetapi tidak


digolongkan sebagai tanaman sehingga digolongkan pada kngdom protista.
Mikroorganisme ini bersifat prokariot atau eukariot yang dapat berfotosintesis
yang biasa hidup diperairan dan menggunakan zat pati didalam kloroplas dan
dikonversi menjadi energid dengan bantuan cahaya matahari dan menggunakan
CO2 sebagai biomassanya dan menghasilkan O2 dari hasil fotosintesisnya
(Hogg, 2013). Mikroorganisme ini mempunyai klorofil dan flagel untuk
bergerak (Fifendy, 2017).
Mikroalga dapat ditemukan pada perairan yang memiliki intensitas
cahaya matahari cukup tinggi dan kecerahan air yang baik. Habitatnya di
tempat yang lembab, air tawar dan air laut. Mikroalga mempunyai karakteristik
yaitu tidak mempunyai akar, batang dan daun. Mampu melakukan fotosintesis
dan menghasilkan oksigen serta karbon dioksida (Kasrina dkk, 2012).
Desimidium grevillei merupakan mikroalga yang berbentuk siliner
dengan bentuk sel yang bersusun pendek, mempunyai inti berupa kloroplast
yang berada ditengah dengan 2 pasang flagela. Treubaria crassispina adalah
mikroorganisme uniseluler yang berbentuk kerucut panjang mempunyai 1
kloroplas saat masih muda dan memiliki 4 flagela. Kenthosphaera bristelae
berbentuk memanjang dan memiliki kloroplas dengan jaringan palisade.
Wislouchiella plantonica memiliki ciri-ciri mempunyai 2 flagela dan inti
ditengah dan bentuk yang datar dan. Dactyloteche braunii memiliki ciri-ciri
berbentuk sederhana tetapi abstrak dan bercabang yang tampak jelas dan
membentuk koloni 2-4 sel (Ward dan Whipple, 1959).
Gelas sedgewick rafter diambil dan disterilkan kemudian diisi dengan air
kolam dengan pipet tetes berfungsi agar tidak tumpah, kemudian diamati
dibawa mikroskop trinokuler dengan perbesaran 10x40 untuk melihat bentuk,
warna dan adanya flagel dan diidentifikasi menggunakan buku acuan kemudian
digambar dan diberi keterangan. Berdasarkan praktikum ini hasil dapat dilihat
pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jenis Mikroalga.
N Gambar Keterangan
o
1 Genus : Desimidium
Spesies: Desimidium grevillei
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Sel bersusun membentuk untaian
2. Mempunyai 2 flagel

Gambar 1. Desimidium
grevillei (Dokumentasi
Pribadi, 2020)
2 Genus : Dactyloteche
Spesies : Dactyloteche braunii
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Berbentuk silinder
2. Mempunyai inti ditengah

Gambar 2. Dactyloteche
braunii (Dokumentasi
Pribadi, 2020).
3 Genus Treubaria
Spesies : Treubaria crassispina
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Berbentuk bulat

Gambar 3. Treubaria
crassispina (Dokumentasi
Pribadi, 2020).
4 Genus : Kenthosphaera
Spesies : Kenthosphaera bristelae
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Berbentuk silinder memanjang

Gambar 4. Kenthosphaera
bristelae
5 Genus : Wislouchiella
Spesies : Wislouchiella plantonica
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Mempunyai 2 flagela
2. Dan berbentuk silindris
3. Mempunyai inti ditengah

Gambar 5. Wislouchiella
plantonica (Dokumentasi
Pribadi, 2020).

Berdasarkan tabel 1, gambar 1 merupakan spesies Desimidium grevillei


yang merupakan gensu dari Desimidium yang memiliki ciri-ciri mempunyai
bentuk sel yang berbentuk silinder yang diamati dibawah mikroskop cahaya
dengan perbesaran 10x45, hal ini sesuai dengan teori Ward dan Whipple
(1959) yang menyatakan bahwa Desimidium grevillei berbentuk bulat dan
mempunyai 2 pasang flagel. Berdasarkan gambar 2, gambar tersebut adalah
Dactyloteche braunii yang termasuk dalam genus Dactyloteche yang diamati
dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x45 memiliki ciri-ciri
berbentuk silinder dan mempunyai inti ditengah, hal ini sesuai dengan teori
Ward dan Whipple (1959) yang menyatakan bahwa Dactyloteche braunii
mempunyai struktur yang sederhana tetapi abstrak. Gambar 3 merupakan
Wislouchiella plantonica yang termasuk dalam genus Wislouchiella yang
diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x45, mempunyai ciri-
ciri mempunyai 2 flagel, berbentuk silinder dan mempunyai inti ditengah, hal
ini sesuai dengan teori Ward dan Whipple (1959) yang menyatakan bahwa
Wislouchiella plantonica memiliki ciri-ciri mempunyai 2 flagela dan inti
ditengah dan bentuk yang datar. Gambar 4 merupakan Treubaria crassispina
yang termasuk dalam genus Treubaria yang diamati dibawah mikroskop
cahaya dengan perbesaran 10x45 yang memiliki ciri-ciri bentuk yang bulat, hal
ini tidak sesuai dengan teori Ward dan Whipple (1959) yang menyatakan
bahwa mikroorganisme uniseluler yang berbentuk kerucut panjang mempunyai
1 kloroplas saat masih muda dan memiliki 4 flagela. Gambar 5 adalah
Kenthosphaera bristelae yang memiliki ciri-ciri berbentuk silinder memanjang
hal ini sesuai dengan teori Ward dan Whipple (1959) yang menyatakan bahwa
Kenthosphaera bristelae berbentuk memanjang.
B. Kapang
Kapang (mold atau jamur benang) adalah salahsatu mikroorganisme
multiseluler eukariot. Mikroorganisme ini memerlukan jenis fungi yang
mempunyai banyak sel yang bersifat eukariot yang memerlukan O 2 untuk
bertahan hidup, mikroorganisme inni dapat bersifat sapofit maupun parasit dan
heterotrof. Kapang terdiri dari kumpulan benang-benang yang disebut
miselium, miselium ini tersusun atas kumpulan benang-benang tunggal yang
disebut hifa, sporangium, konidia dan konidiofor (Fifendy, 2017).
Gelas benda diambil kemudian disterilisasi dengan cara disemprot dengan
alkohol 70% untuk mencegah kontaminasi kemudian difiksasi hingga kering
kemdian ditetesi dengan akuades agar kapang melekat. Jarum ose yang akan
digunakan untuk mengambil biakan difiksasi untuk mencegah kontaminasi
kemudian ditunggu hingga dingin agar kapang tidak membunah kapang saat
digunakan. Biakan diambil sebanyak 1 ose yang didekatkan pada sprititus untuk
mencegah kontamnasi kemudian dioleskan diatas gelas benda dengan gerakans
searah agar tidak menumpuklalu difiksasi kembali agar kapang melekat. Kapang
yang sudah di gelas benda tadi ditetesi dengan pewarna lactophenol cotton blue
untuk mempertajam struktur dan memberikan warna biru kemudian dibilas
dengan akuades untuk menghilangkan warna yang tidak mewarnai sel.
Bagian-bagian dari lactophenol cotton blue adalah asam laktat yang
berfungsi untuk menjaga kapang dengan cara penguapan dan pengawetan
preparat. Fenol berfungsi untuk memberi efek transparan dan membantu zat
warna untuk masuk kedalam sel. Cotton blue berfungsi untuk mewarnai kitin
didinding sel kapang. Hasil pengamatan dari praktikum ini dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengamatan jenis kapang.
N Gambar Keterangan
o
1 Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus niger
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Konidia
2. Hifa

2
1
Gambar 6. Aspergillus niger
(Dokumentasi Pribadi, 2020).
2 Genus : Penicillium
Spesies : Penicillium sp.
Perbesaran : 10x45
2 Keterangan :
1. Hifa
2. Konidia

Gambar 7. Penicillium sp.


(Dokumentasi Pribadi, 2020).
3 Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus sp.
Perbesaran : 10x45
Keterangan :

2
1

1. Hifa
Gambar 8. Rhizopus sp. 2. Rhizoid
(Dokumentasi Pribadi, 2020). 3. Sporangiofor
4. Spora
4 Genus : Mucor
Spesies : Mucor sp.
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Hifa
1 2. Sporangium
2

Gambar 9. Mucor sp. (Dokumentasi


Pribadi, 2020).
5 Genus : Monilia
Spesies : Monilia sp.
Perbesaran : 10x45
2 Keterangan :
1. Hifa
2. Konidia
1

Gambar 10. Monilia sp.


(Dokumentasi Pribadi, 2020).

Berdasarkan tabel 2, gambar 1 menunjukan bahwa kapang tersebut adalah


kapang Aspergillus niger dimana kapang ini memiliki ciri-ciri mempunyai
konidia bulat seperti bulat dan hifa bersekat dan mempunyai konidiospora
menyangga konidia. Aspergillus niger merupakan spesies dari jamur jenis dan
diamati pada perbesaran mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x45.
Aspergillus. Hal ini sesuai dengan teori konidia berbentuk seperti bola kapas dan
hifa yang bersekat dan mempunyai kondiospora (Sumampouw, 2019).
Berdasarkan gambar 2, gambr tersebut menunjukan bahwa kapang tersebut
adalah kapang dengan jenis Penicillium dengan spesies Penicillium sp.
mempunyai ciri-ciri hifa yang bersekat, konidia yang berbentuk bulat tumbuh
berkelompok dan konidiospora yang bersekat. Hal ini sesuai dengan teori Artha
dkk (2020) yang menyatakan bahwa pada jamur Penicillium mempunyai hifa
yang bersekat dengan konidia yang tumbuh di konidiospora. Konidiofor
mempunyai sekat dan muncul dipermukaan.
Berdasarkan gambar 3, jamur Rhizopus sp. termasuk dalam genus
Rhizopus ciri-ciir nya diamati dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran
10x45. Rhizopus memiliki ciri-ciri rhizoid, sporangiosfor dan kolumela serta hifa
yang tidak bersekat ini sesuai dengan teori Scheidegger dan Payne (2013) yang
menyatakan bahwa kapang ini jarang membentuk miselium atau konidium.
Jamur ini mempunyai sporangiofor yang terpisah dari hifa nya dan mempunyai
hifa yang tidak bersekat.
Berdasarkan gambar 4, jamur tersebur adalah jamur dari genus Mucor
dengan spesies Mucor sp. yang diamati dengan mikroskop cahaya dengan
perbesaran 10x45. Mucor mempunyai ciri-ciri sporangium yang bulat,
sporangiosfor, dan hifa yang tidak bersepta. Hal ni sesuai dengan teori
Sastrahidayat (2011) yang menyatakan bahwa Mucor mempunyai sporangia
berbentuk bulat, mempunyai hifa senositik dan tidak bercabang.
Berdasarkan gambar 5, jamur Monilia sp. termasuk dalam genus Monilia
yang diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10x45, memiliki
ciri-ciri yaitu memiliki hifa dan konidia. Hal ini sesuai denan teori Singleton dan
Saintsbury (2006) yang menyatakan bahwa kapang ini memiliki ciri-ciri
mempunyai hifa yang tidak bersekat sehingga sel mudah lepas dan membentuk
tunas. Kapang ini jarang membentuk miselium atau konidium.
Pewarnaan menggunakan pewarna lactophenol cotton blue yang terdiri
dari fenol, asam laktat dan cotton blue, Kelebihan dari pewarnaan ini adalah
tidak mudah menguap sehingga tidak merusak sel dan preparat tidak cepat
kering, kekurangan nya adalah jika digunakan terlalu lama dapat mengubah
bentuk sel. Hal ini sesuai dengan teori Setty dan Sreekrishna (2007) yang
menyatakan bahwa pewarna lactophenol cotton blue terdiri atas fenol, asam
laktat dan cotton blue.
C. Khamir

Khamir merupakan jamur yang bersifat uniseluler yang tidak memiliki


flagela berkembang biak dengan fusi maupun blastospora. Sel nya berbentuk
bulat dan berkoloni (Hogg, 2013). Pewarnaan sel khamir dilakukan dengan
pewarna methylene blue, pewarna ini digunakan untuk mengamati morfologi
yeast (Heritage dkk, 1996).
Gelas benda disterilisasi dengan disemprot dengan alkohol 70% supaya
steril kemudian difiksasi hingga kering lalu ditetesi dengan akuades agar sel
khamir dapat menempel. Jarum ose yang akan di gunakan difiksasi terlebih
dahulu lalu ditunggu hingga dingin agar mencegah kematian khamir karena
panas kemudian dioleskan dengan gerakan searah agar tidak menumpuk dan
didekatkan pada spiritus untuk menjaga kondisi aseptis. Gelas benda yang
berisi sel tadi ditetesi metilen blue untuk menunjukan perbedaan antara sel
hidup dan sel mati lalu didiamkan selama 1 menit agar pewarnaan sempurna
kemudian dibilas akuades untuk menghilangkan sisa pewarna lalu dikeringkan
dan diamati dibawah mikroskop. Berdasarkan praktikum ini hasil dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengamatan jenis khamir.
N Gambar Keterangan
o
1 Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
Perbesaran : 10x45
Keterangan :
1. Sel hidup
2. Sel mati

1 2

Gambar 12. Saccharomyces


cerevisiae (Dokumentasi
Pribadi, 2020).
Berdasarkan tabel 3, Saccharomyces cerevisiae termasuk pada genus
Saccharomyces yang diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran
10x45 dimana sel-sel dari khamir ini berbentuk bulat dan berkelompok. Hal ini
sesuai dengan teori Hogg (2013) yang menyatakan bahwa penampilan
mikroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat dan berkelompok. Sel-sel
khamir yang mati terwarnai warna biru dari pewarna methylene blue sedangkan
sel-sel yang hidup berwarna transparan tetapi tepi nya berwarna biru. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Heritage dkk (1996) yang menyatakan bahwa sel
yang mati akan terwarnai warna biru. Menurut Setty dan Sreekrishna (2007) sel
mati ditunjukkan dengan warna biru karena dinding sel nya sudah tidak
berfungsi baik sehingga pewarna dapat masuk kedalam sitoplasma dan
mewarnai daerah sitoplasma, sedangkan sel yang tidak berwarna adalah sel
hidup.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum morfologi mikroorganisme : jamur, khamir dan


mikroalga dapat disimpulkan bahwa :
1. Jenis-jenis kapang adalah Aspergillus sp., Mucor sp., Monilia sp.,
Rhizopus sp. dan Penicillium sp
2. Ciri-ciri kapang adalah mempunyai sporangium, hifa, konidia,
konidiofor, sporangiospora, spora dan rhizoid.
3. Ciri-ciri dari khamir adalah berbentuk bulat, sel mati berwarna biru
sedangkan sel hidup berwarna transparan.
4. Jenis-jenis dari mikroalga adalah Dactyloteche braunii, Kenthosphaera
bristelae, Wislouchiella plantonica, Desimidium grevillei, dan
Treubaria crassispina, yang mempunyai ciri-ciri berflagela dan
beberapa ada yang tidak mempunyai dan berbentuk bulat hingga
silindris.

DAFTAR PUSTAKA
Artha, P, J., Guchi, H. dan Marbun, P. 2013. Efektivitas Aspergillus niger dan
penicillium sp. Dalam meningkatkan ketersediaan fosfat dan pertumbuhan
tanaman jagung pada tanah andisol. Jurnal Online Agroekoteknologi 1 (4):
1277-1287.

Fidendy, M. 2017. Mikrobiologi edisi 1. Kencana, Depok.

Gandjar, I., Sjamsuridzal, W. dan Oetari, A. 2006. Mikologi : Dasar dan Terapan.
Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Heritage, J., Evans. E. G. V. dan Killington, R. A. 1996. Introductory


Microbiology. Cambridge University Press, New York.

Hogg, S. 2013. Essentials Microbiology 2nd edition. John Wiley and Sons, New
Jersey.

Kasrina., Irawati, S. dan Jayanti, W. E. 2012. Ragam jenis mikroalga di air rawa
kelurahan bentiring permai Kota Bengkulu sebagai alternatif sumber belajar
biologi SMA. Jurnal Exacta 10 (1): 36-44.

Singleton, P. dan Saintsbury, D. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular


Biologi edisi ke-3. John Wiley and Sons, Sussex.

Sastrahidayat, I, R. 2011. Mikologi (Ilmu Jamur). UB Press, Malang.

Scheidegger, K. A. dan Payne, G. A. 2013. Unlocking the secrerts behind


secondary metabolism : A review of Aspergillus flavus from pathogenicityto
functionals genomic. Journal of Toxicology 22 : 423-459.

Setty, R. S. dan Sreekrishna, V. 2007.Biotechnology Including Cell Biology,


Genetics Microbiology. New Age International Publisher, New Delhi.

Simanjuntak, N., Khotimah, S. dan Linda, R. 2015. Keanekaragaman kapang


udara di ruang perkuliahan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. Jurnal Probiont 4 (2): 55-62.

Sumampouw, O. J. 2019. Mikrobiologi Kesehatan. Deepublish, Yogyakarta.

Ward, H. B., dan Whipple, G. C. 1959. Fresh Water Biology. John Wiley and
Sons, New York.

Yanuhar, U. 2016. Mikroalga Laut Nannochloropsis oculata. UB Press, Malang.

Anda mungkin juga menyukai