Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM KE-5

FUNGI MIKROSKOPIS
Aisya Fauzia1*
1
* IAIN Syekh Nurjati Cirebon
* email penulis: aisyafauzia7@gmail.com
A. PENDAHULUAN

Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal,
eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual.
Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui
absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut
hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat
dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari
lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam
reproduksi (Gandjar,Indrawati :2O1O).

Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa
benang tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi
dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau
mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak
berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi mempunyai
beberapa perbedaan yaitu Tidak mempunyai kolorofil, Mempunyai dinding sel dengan
komposisi berbeda, Berkembang biak dengan spora,  Tidak mempunyai batang , cabang,
akas dan daun, Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman, Bersifat
multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing -  masing bagian seperti pada
tanaman. (Gandjar,Indrawati :2O1O).

Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit apabila
dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda hidup yang
ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan dari benda
mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis protein dengan
mengambil sumber karbon dari karbohidrat  ( misalnya glukosa,sukrosa,atau maltose ),
sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik, dan mineral dari substratnya. Ada
juga beberapa fungi yang dapat mensintesis  vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan biakan sendiri, tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri
sehingga harus mendapatkan dari substrat, misalkan tiamin dan biotin
(Dwidjoseputro,D.2015 ).

Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya
mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang
disebut miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu.
Hanya golongan ragi ( sacharomycetes ) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri kedua
adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof. Sifat ini
menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di dalam evolusi
( Waluyo,2015 ).

Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh melebihi
jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan pendapat yang
menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan
tumbuh – tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai diferensiasi, oleh karena itu
disebut tumbuhan talus ( thallophyta ), lengkapnya thallophyta yang tidak berklorofil.
Ganggang adalah thallophyta yang berklorofil . Fungi dapat ditemukan pada arena
substrat, baik dilingkungan darat , perairan, maupun udara. Tidaklah sulit menemukan
fungi di alam, karena bagian vegetativnya yang umumnya berupa miselium berwarna
putih mudah terlihat pada substrat yang membusuk ( kayu lapuk, buah – buahan yang
terlalu masak, makanan yang membusuk ). Konidianya atau tubuh buahnya dapat
mempunyai aneka warna ( merah , hitam , jingga, kuning, krem, putih, abu – abu , coklat,
kebiru – biruan, dan sebagainya ) pada daun , batang, kertas, tekstil, kulit dan lain – lain.
Tubuh buah fungi lebih mencolok karena langsung dapat dilihat dengan mata kasat,
sedangkan miselium vegetative yang menyerap makanan hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikrosokop ( Waluyo,2015 ).

Spora kapang berproduksi secara aseksual dengan menghasilkan arthokonidia,


blastokonidia, klamisdospora, konidia, sporangiospora, dan secara seksual dengan
menghasilkan akospora, basidiospora dan zigospora. Rizhoid adalah bentuk hifa
vegetative mirip akar dari tumbuhan yang dapat bercabang – cabang seperti jari – jari
pada tangan, tetapi dapat juga berbentuk sangat sederhana, yaitu hanya seperti jari
tunggal. Perhatikan letak dari rhizoid pada hifa, apakah langsung berhadapan dengan
sporangiosfor atau terdapat pada stolon ( Waluyo,2015 ).

Karakteristik fungi jamur adalah sebagai berikut Kandungan air Pada umumnya
jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan dibanding khamir atau bakteri. Namun
demikian, batasan ( pendekatan ) kandungan air totol pada makanan yang baik untuk
pertumbuhan jamur dapat diestimasikan, dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah
14 – 15 % pada biji – bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat
pertumbuhan jamur. Suhu Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik,
yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur
sekitar   25O C – 30O C, namun beberapa tumbuh baik pada suhu 25O C – 37O C atau
lebih, misalnya pada spesies Aspergilis. Sp . Kebutuhan oksigen dan derajat keasaman.
Jamur benang biasanya bersifat aerob, yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval PH yang luas ( PH 2.0
– 8.5 ), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada konidia asam. Kebutuhan
makanan ( Nutrisi ) Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam – macam
makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki
bermacam – macam enzim hidrolit, yaitu amylase, pektinose, proteinose, dan lipase.
(Purwantisari, Susiana. 2017)
Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi secara generative, jamur dapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan
duotromycotina.. Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karena
dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai cirri – ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid
lebih singkat, reproduksi generatife dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.
Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina karena dalam reproduksi
generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelas Ascomycotina mempunyai cirri – cirri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut
askospora, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan
membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang
menghasilkan askospora. Adapun tujuan dari dilaksanakan nya praktikum ini yaitu
untuk mengamati jenis-jenis cendawan mikroskopis yang berperan menguntungkan
dan merugikan bagi manusia, dan untuk mengamati anatomi dan morfologi cendawan
mikroskopis. (Fardiaz, S. 2O1O)
B. METODE
Alat dan bahan
1. Tempe
2. Oncom
3. Ragi roti (Fermipan)
4. Ragi tape
5. Roti bulukan
6. Kayu lapuk dari dekat kamar mandi
7. Buah busuk/bulukan
8. Lichenes
9. Mikoriza
10. KOH
11. Mikroskop
12. Kaca objek dan penutup
13. Cawan Petri
14. Mortar dan Alu
15. Jarum
16. Pinset
17. Tisu
18. Pipet tetes
19. Glove
20. Masker
ProsedurKerja
1. Diambil sedikit bagian berjamur pada sampel oncom
2. Dambil sedikit bagian berjamur dari sampel dari salah satu bahan
menggunakan pinset dan tempatkan pada kaca objek, kemudian beri 1
tetes KOH/Methylene Blue dan tutup dengan kaca penutup
3. Untuk sampel ragi roti dan ragi tape, dambil sedikit sampel dan haluskan
dengan mortar dan alu
4. Diberi air hangat secukupnya agar larut kemudian diamkan selam 1 jam
agar ragi mengembang
5. Dimbil setetes larutan ragi, tempatkan pada kaca objek kemudian tutup
dengan kaca penutup.
6. Dimati di bawah mikroskop.
7. Catat hasilnya dalam tabel pengamatan.
C. HASIL DAN PEMABAHASAN
Hasil
N sunber Gambar temuan Ciri-ciri spesies
o
1. Jamur Memiliki konidia, berbentuk Neuspora
oncom bulat dan tersusun crassa
perbesaran memanjang. Pertumbuhan
4OOx jamur ini yang sangat pesat,
warna jingganya yang khas,
serta bentuk spora (konidia)
yang berbentuk seperti
tepung. Dalam kehidupan
sehari-hari

2 Jamur Memiliki rizoid, tangkai spora Rhyzopus


tempe disebut sporagiofor dan ada oryzae
4OOx columela berbentuk bulat
perbesaran
 Sering digunakan dalam
pembuatan tempe.
3)    Spora bulat, oval atau
berbentuk elips atau silinder.
4)    Hidup sebagai saprotrof,
yaitu menguraikan senyawa
organik.

3 Jamur roti Terdiri dari konidia, Aspergillus


perbesaran vesikel dan konidiofor. sp
4OOx Permukaan vesikel ditutupi
fialid yang biasanya sederhana
dan berwarna atau tidak
berwarna. Fialid menghasilkan
konidia yang membentuk
rantai berwarna hijau, coklat,
atau hitam.
4. Jamur ragi 1)    Saccharomyces cerevisiae Saccharom
roti merupakan jamur yces
perbesaran mikroskopis. cerevisiae
4OOx. 2)    bersel tunggal dan tidak
Jamur ragi memiliki badan buah.
tape 3)    sering disebut sebagai
ragi, khamir, atau yeast.
4)    Biasanya digunakan dalam
pembuatan tapai

5. Jamur pada Memiliki kolumela yang bulat, Mucor  sp.


nasi berwarna kuning, memiliki
stolon

6. Lichenes Dengan lobus thalli Peltigera


yang lebar. Meskipun ukuran horizontali
thalli bervariasi dan s
bergantung pada spesies, pada
beberapa spesies thalli dapat
tumbuh cukup besar, dengan
diameter hingga 30 cm. Warna
permukaan atas dapat
berkisar dari abu-abu kusam,
coklat atau kehijauan dan
keorenan, Permukaan bawah
biasanya tanpa korteks (tidak
seperti lumut foliosa lainnya), 

7. lichenes Parmelia sulcata adalah lumut Parmelia


foliosa dengan talus yang sultaca
umumnya melingkar yang
warnanya bervariasi dari putih
pucat hingga abu-abu
pada korteks atas; permukaan
bawah berwarna
hitam. Thallus berlobus
lebar.  Setiap lobus berukuran
antara 2–5 mm (0,08–0,20in)
dengan lebar,  dan lobus saling
tumpang tindih. 
8. Mikozoa mosseae paling mirip Glomus
perbesaran dengan Gl. caledonium (Nicol. mosseae
4OOx & Gerd.) Trappe & Gerd. Akan
tetapi, dinding spora spesies
sebelumnya mengandung tiga
lapisan, dimana dua lapisan
terluarnya terkelupas seiring
bertambahnya usia. Jamur
terakhir menghasilkan spora
dengan dinding 4 lapis dan
lapisan yang tidak kekal hanya
yang terluar

9. Mikozoa entrophospora adalah genus ja Entrophosp


perbesaran mur di ora
4OOx, dan keluarga Acaulosporaceae dari  infrequens
mikozoa Glomeromycota . Nama ini
sayatan berasal dari
membujur kata Yunani en (dalam), troph
os (dipelihara atau
dibesarkan),
dan spora (spora).

Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan 2O November 2O2O mengenai FUNGI
MIKROSKOPIS oleh asisten praktikum di Unit Laboratorium IAIN Syekh Nurjati Cirebon
adapun tujuan dari dilaksanakan nya praktikum ini yaitu untuk mengamati jenis-jenis
cendawan mikroskopis yang berperan menguntungkan dan merugikan bagi manusia,
dan untuk mengamati anatomi dan morfologi cendawan mikroskopis. Alat dan bahan
yang digunakan yaitu Tempe, Oncom, Ragi roti (Fermipan), Ragi tape, Roti bulukan,
Kayu lapuk dari dekat kamar mandi, Buah busuk/bulukan, Lichenes, Mikoriza, KOH,
Mikroskop, Kaca objek dan penutup, Cawan Petri, Mortar dan Alu, Jarum, Pinset, Tisu,
Pipet tetes, Glove, Masker. Dengan metode Diambil sedikit bagian berjamur pada
sampel oncom, Dambil sedikit bagian berjamur dari sampel dari salah satu bahan
menggunakan pinset dan tempatkan pada kaca objek, kemudian beri 1 tetes
KOH/Methylene Blue dan tutup dengan kaca penutup, Untuk sampel ragi roti dan ragi
tape, dambil sedikit sampel dan haluskan dengan mortar dan alu, Diberi air hangat
secukupnya agar larut kemudian diamkan selam 1 jam agar ragi mengembang, Dimbil
setetes larutan ragi, tempatkan pada kaca objek kemudian tutup dengan kaca penutup,
Dimati di bawah mikroskop, Catat hasilnya dalam tabel pengamatan
Fungi adalah nama latin dari jamur. Jamur ialah organism eukariotik (mempunyai
inti sejati) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora untuk berkembangbiak,
struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa
filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara
aseksual dan seklsual, dan dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau
keduanya. Karena jamur tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidaaak mempunyai
kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri atau dengan kata lain jamur tidak
bisa memanfaatkan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari
organism hidup sehingga jamur dikatakan juga organism heterofik
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil.
Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi ) dikelompokkan sendiri terlepas
dari kelompok plantae ( tumbuhan ) karena jamur tidak berfotosintesis dan dinding
selnya bukan dari selulosa. Jamaur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi,
badan hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh
dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia
diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam
kehidupan memiliki peran masing – masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung bagi manusia ( Fardiaz, S. 2O1O).
Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok jamur, anggotanya
mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi seluler
( benang – benang halus ), tubuhnya tersusun atas hifa ( jalinan benang – benang
halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ), tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun
atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein,
pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum diserap
disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang dikeluarkan dari hifa
jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid lebih singkat, reproduksi jamur
uniseluler dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur multiseluler
secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa ( fragmentasi ), zoospore,
endospora, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti jantan dan inti
betina sehingga dihasilkan spora askus  atau basidium
Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi secara generative, jamur dapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan
duotromycotina.. Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanya Zygomycotina karena
dalam reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
Jamur Zygomycotina mempunyai cirri – ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid, memiliki keturunan diploid
lebih singkat, reproduksi generatife dengan konjugasi yang menghasilkan zigospora.
Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanya Ascomycotina karena dalam reproduksi
generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelas Ascomycotina mempunyai cirri – cirri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah yang disebut
askospora, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi vegetatifnya dengan
membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya dengan konjugasi yang
menghasilkan askospora.
Basidiomycotina : Jamur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena dalam
reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang termasuk
kelas Basidiomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin,
multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan hifa primer ( berinti satu ) dan sekunder ( berinti
dua ), mengamdung inti haploid, memiliki keturunan diploid lebih singkat, membentuk
badan buah yang disebut basidikrop, reproduksi vegetatife dengan menghasilkan
basidiospra. Duotromycotina : Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti ( jamur
tidak sempurna ) atau Duotromycotina  karena belum diketahui cara
perkembangbiakan seksualnya. Jamur yang termasuk Duotromycotina mempunyai ciri
–ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan
tipe hifa lebih singkat, dan reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada sampel Jamur oncom
perbesaran 4OOx diaamati dengan menggunakan mikroskop maka didapatkan hasil
percobaan yaitu terdapat jamur jenis Neuspora crassa Memiliki konidia, berbentuk
bulat dan tersusun memanjang. adapun klasifiksinya :

Kingdom         : Fungi
Divisi              : Ascomycota
Subdivisi         : Ascomycotina
Class               : Ascomycetes
Ordo                : Monielles
Family             : Monielliaceae https://
id.wikipedia.org/wiki/
Genus              : Neurospora
Species            : Neurospora crassa
Pada pengamatan didapatkan jamur mikroskopis yaitu . Neurospora  crassa Pada
gambar dapat terlihat jamur ini memiliki konidia, berbentuk bulat dan tersusun
memanjang.  Pertumbuhan jamur ini yang sangat pesat, warna jingganya yang khas,
serta bentuk spora (konidia) yang berbentuk seperti tepung. Dalam kehidupan sehari-
hari kapang Neurospora telah memegang peranan penting terutama dalam pengolahan
makanan  fermentasi.  Kapang Neurospora telah dimanfaatkan untuk membuat oncom
yang sangat populer bagi masyarakat Jawa Barat.  Di Brazil, Neurospora telah
digunakan dalam proses pengolahan singkong menjadi minuman fermentasi.  Beberapa
strain dari Neurospora crassa, dapat mengkonversi selulosa dan hemiselulosa menjadi
ethanol (Pandey, 2014).
Neurospora crassa adalah sejenis kapang roti merah yang termasuk dalam
filum Ascomycota. Nama genus, yang berarti "spora saraf" dalam bahasa Yunani,
mengacu pada karakteristik striasi pada spora. Laporan pertama yang dipublikasikan
tentang jamur ini berasal dari serangan kapang di toko roti di Prancis pada tahun 1843.
N. crassa digunakan sebagai organisme model karena mudah tumbuh dan memiliki
siklus hidup haploid yang membuat analisis genetik sederhana karena sifat resesif akan
muncul pada keturunannya. Analisis rekombinasi genetik difasilitasi oleh pengaturan
tertata dari hasil meiosis di askospora Neurospora. Seluruh genomnya yang terdiri dari
tujuh kromosom telah diurutkan.. Neurospora digunakan oleh Edward
Tatum dan George Wells Beadle dalam eksperimen mereka yang
memenangkan Penghargaan Nobel Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1958. Beadle
dan Tatum memaparkan N. crassa ke sinar-X, menyebabkan mutasi. Mereka kemudian
mengamati kegagalan pada jalur metabolisme yang disebabkan oleh kesalahan
pada enzim tertentu. Hal ini menyebabkan mereka mengajukan hipotesis "satu gen, satu
enzim" bahwa gen tertentu mengkode untuk protein tertentu. Hipotesis mereka
kemudian dikembangkan nenjadi jalur enzim oleh Norman Horowitz, juga
menggunakan Neurospora. Seperti yang dikenang Norman Horowitz pada tahun 2004.
"Eksperimen ini mendirikan ilmu tentang apa yang oleh Beadle dan Tatum disebut
'genetika biokimia'. Sebenarnya, mereka terbukti menjadi senjata pembuka dalam hal
yang kemudian menjadi genetika molekuler dan semua perkembangan yang
mengikutinya." Dalam edisi 24 April 2003 Nature, genom N. crassa dilaporkan telah
sepenuhnya diurutkan.  Genom ini panjangnya sekitar 43 megabasa dan mencakup
sekitar 10.000 gen. Ada sebuah proyek yang sedang berjalan untuk menghasilkan strain
yang mengandung mutan knockout setiap gen N. Crassa. Di lingkungan alaminya, N.
crassa tinggal terutama di daerah tropis dan subtropis. N. crassa dapat ditemukan
tumbuh pada materi tanaman mati setelah kebakaran. Neurospora secara aktif
digunakan dalam penelitian di seluruh dunia. N. crassa penting dalam penjelasan
peristiwa molekuler yang terlibat dalam ritme sirkadian, epigenetika dan peredaman
gen, polaritas sel, fusi sel, perkembangan, serta banyak aspek biologi sel dan biokimia.

Siklus hidup Neurospora crassa. Miselium haploid bereproduksi secara aseksual


dengan dua proses: (1) proliferasi sederhana miselium yang ada, dan (2) pembentukan
konidia (makro dan mikro-) yang dapat tersebar dan kemudian berkecambah untuk
menghasilkan miselium baru. Dalam siklus seksual, perkawinan hanya dapat terjadi
antara strain individu dari jenis kawin yang berbeda, A dan a. Fertilisasi terjadi dengan
lewatnya inti konidia atau miselium dari satu jenis kawin ke dalam protoperithecia dari
jenis kawin yang berlawanan melalui trichogyne. Fusi inti dari jenis kawin yang
berlawanan terjadi di dalam protoperithecium untuk membentuk inti zigot (2N).

‘k
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada sampel Jamur pada nasi
perbesaran 4OOx diaamati dengan menggunakan mikroskop maka didapatkan hasil
percobaan yaitu terdapat jamur Mucor sp. Memiliki kolumela yang bulat, berwarna
kuning, memiliki stolon. Adapun klasifikasinya :

Kingdom     : Fungi
Divisi           : Amastigomycotina
Sub Divisi   : Zygomycota
Class            : Zygomycetes
 Ordo           : Mucorales
Famili          : Mucoraceae
Gambar: Mucor mucedo
Genus          : Mucor
Species        : Mucor sp.
Pada pengamatan nasi yang berjamur didapatkan jamur mikroskopis
yaitu Mucor sp.. Pada gambar dapat terlihat jamur ini memiliki kolumela yang
berbentuk bulat, berwarna kuning, memiliki stolon. Mucor sp. memiliki koloni berwarna
putih dan akhirnya berwarna kelabu, berwarna kuning dan halus, hifa tidak berseptat
kadang-kadang membentuk cabang, sporangiospora tumbuh pada seluruh bagian
miselium, kolumela berbentuk bulat,dan tidak membentuk stolon. Ciri–ciri dari jamur
mucor mucedo: Miselium berkembang dalam substrat ( bahan organik yang telah siap).
Sporangium tumbuh pada ujung hifa yang muncul tegak dari substrat. Termasuk dalam
kelompok zygomycota. Bersifat saprofit pada: roti, kotoran ternak, dan sisa makanan
yang mengandung karbohidrat.
Mucor adalah genus fungi yang berasal dari ordo Mucorales yang merupakan fungi
tipikal saprotrop pada tanah dan serasah tumbuhan. Hifa vegetatifnya bercabang-
cabang, bersifat coenositik dan tidak bersepta. Mucor berkembangbiak secara aseksual
dengan membentuk sporangium yang ditunjang oleh batang yang disebur sporangiofor.
Ciri khas pada Mucor adalah memiliki sporangium yang berkolom-kolom atau kolumela
Mucor termasuk dalam divisio Zycomycota. Memiliki bagian-bagian yaitu
sporangium, sporangiofor, stolon dan rhizoid. Ciri morfologi koloni: hifa seperti benang
putih; bagan tertentu tampak sporangium dan sporangiofor berupa titik-titik hitam
seperti jarum pentul. Ciri mikroskopis: hifa tanpa sekat, terdapat sporangium dan
sporangio- spora. Organisme ini akan tumbuh dengan cepat pada kebanyakan media
jamur. Kebanyakan hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, jarang sekali
hidup sebagai parasit. Terdapat pada kotoran hewan, roti dan lain-lain. Dari miselium
yang terdapat pada substratnya, keluar benang-benang tegak, dengansporangium pada
ujungnya. Tetapi di dalamnya tidak lagi terdapat zoospore, melainkan spora yang telah
sisesuaikan dengan hidupnya didarat, berupa sel-sel bulat, berdinding, dan
mengandung banyak inti. Sporangium itu dari hifa yang mendukungnya terpisah oleh
stau sekat, yang menonjol ke dalam sporangium; tonjolan itu dinamakn kolumela.
Plasma yang berinti banyak dalam sporangium lalu terbagi-bagi menjadi spora berinti
banyak pula, yang keluar dengan bebas, dan tersebar secara parasit jika sporangium
telah pecah. Dari spora itu lalu tumbuh muselium baru. Mucor mucedo berumah dua,
oleh sebab itu pembiakan generative hanya akan terjadi jika dua hifa yang berlainan
jenis kelminnya berjumpa dan bersatu. Dapat menyebabkan kekebalan tubuh
berkompromi mucorosis dalam individu. Situs infeksi paru-paru, sinus hidung, otak,
mata dan kulit. Infeksi mungkin memiliki beberapa situs.

Lumut kerak atau lichens : simbiosis mutualisme (saling menguntungkan) antara


jamur dan ganggang (alga). Jamur yang bersimbiosis disebut mikobion, biasanya dari
jenis Ascomycota dan Basidiomycota, sedangkan ganggang yang bersimbiosis
disebut fikobion biasanya dari jenis Cyanobacteria (alga hijau biru) yang uniseluler dan
Chlorophyta (alga hijau) yang multiseluler.

Lumut kerak merupakan gabungan miselium jamur yang di dalamnya terjalin sel-
sel alga dan keduanya saling bersimbiosis mutualisme. Ada sekitar 18.000 species
Lichenes yang sudah diidentifikasi. Lichenes ini mampu hidup pada lingkungan yang
kurang baik, dapat ditemukan di bebatuan. Bagaimana hubungan kedua organisme
tersebut sehingga dapat tumbuh menjadi Lichenes

Lichenes tersebut memulai pembentukan tanah dengan melapukkan permukaan


batuan dan menambahkan kandungan zat-zat yang dimiliknya. Lichenes dapat juga
digunakan sebagai indikator pencemaran udara, karena dia tidak mampu hidup pada
udara yang sudah tercemar. Jadi, apabila di suatu daerah tidak ada Lichenes, ini
menunjukkan bahwa udara di daerah tersebut sudah tercemar. Selain itu, Lichenes
dapat dimanfaatkan pula sebagai obat, digunakan sebagai penambah rasa dan aroma,
serta pigmen yang dihasilkan dapat dibuat kertas lakmus celup untuk menentukan
indikator pH.

Habitat Lumut Kerak. Lumut kerak tersebar luas di berbagai habitat seperti kulit
pohon, kayu yang membusuk, bebatuan, dan di atas tanah yang mempunyai ketahanan
terhadap keadaan panas, dingin, dan kekeringan seperti pada lahan bekas aliran lahar
gunung berapi, gurun, hutan bekas terbakar hingga kutub yang bersuhu dingin.
Penyebaran lichen sangat luas, mulai dari Artik (dekat Kutub Utara) sampai ke hutan
hujan tropis basah. Di daerah tundra, lichen merupakan makanan rusa kutub.
Kemampuan untuk hidup di tempat gersang menyebabkan lichen berperan sebagai
tumbuhan perintis yang sangat membantu dalam proses pelapukan bebatuan. (Pandey,
A. 2014)

Manfaat lumut kerak, antara lain sebagai berikut Sebagai tumbuhan perintis yang
sangat membantu dalam proses pelapukan batuan. Di bidang industri sebagai bahan
penyamak kulit, bahan pewarna, dan bahan kosmetik. Menyerap sulfur dioksida yang
merupakan komponen pencemaran udara, sehingga lichene dapat dijadikan petunjuk
adanya polusi udara.

Ciri-Ciri Lichenes (Lumut Kerak) Terdiri dari dua organisme yang bersimbiosis,
yaitu dari Ascomycota dan Basidiomycota dengan alga biru atau alga hijau. Habitat
lumut kerak biasanya pada pohon, di tanah, batu karang. Sebagai pelopor kehidupan,
lumut kerak dapat tumbuh pada substrat tempat tumbuhan lain tidak dapat hidup.
Susunan thalus alga terdiri komponen thalus. Apabila banyak polusi udara maka Lichen
tidak ada. Bentuk tubuh berupa talus yang tipis, pada irisan melintang talus terlihat
bagian luar berupa miselium yang kompak dan bagian dalam berupa hifa yang tidak
kompak dan di antaranya terdapat kelompok alga. Lichenes di bagian tubuh atau sering
disebut talus yang secara vegetative ini hampir sama dan mirip dengan alga dan jamur.
Pemanjangan secara vegetatif dari tubuh adalah hifa, kalau kita perhatikan bagian
permukaan dari hillus lichen selalu ditempati oleh alga.

Reproduksi secara aseksual dengan fragmentasi atau soredium (beberapa sel


ganggang yang terbungkus oleh hifa jamur). Secara seksual terjadi pada masing-masing
anggota simbiosis (simbion). Contoh: Physcia, Parmelia, Usnea sp.

Jenis-Jenis Lichenes (Lumut Kerak) yang dapat kita temukan. Berdasarkan bentuk
talusnya, lumut kerak dibedakan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. Crustose
Bagian Lichen Crustose yang tumbuh terbenam di dalam batu dan hanya bagian tubuh
buahnya yang terdapat di permukaan disebut endolitik, dan sebaliknya bagian yang
tumbuh terbenam pada jaringan tumbuhan disebut dengan endoploidik/endoploidal.

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang bentuknya tersusun oleh
lobus–lobus dan relatif lebih longgar melekat pada bagian substratnya. Bentuk talus
foliose ini datar dan sedikit lebar, terdapat banyak lekukan seperti daun yang
mengkerut. Bagian permukaan atas dan permukaan bawah foliose tampak berbeda.
Lichenes ini sering ditemukan melekat pada batu, ranting dengan rhizines yang
berfungsi sebagai alat untuk melakukan absorbsi makanan. Fruticose bentuk talusnya
berupa semak dengan banyak cabang dengan bentuknya yang seperti pita. Talus
fruticose tumbuh tegak atau menggantung pada batu, dedaunan atau cabang pohon.
Tidak terdapat perbedaan antara permukaan atas dan bawah dari fruticose ini.

Squamulose Lichen jenis squamulose ini memiliki lobus–lobus seperti sisik yang
disebut squamulus dengan ukuran yang lebih kecil dan saling bertindih serta sering
memiliki struktur tubuh buah yang disebut dengan podetia.

Struktur Tubuh Lichenes (Lumut Kerak) Lichen merupakan simbiosis dari berjuta-
juta alga bersel satu yang disatukan dalam jaringan hifa jamur. Struktur tubuhnya dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Sumber Gambar : dari sini

Tubuhnya terdiri atas sekelompok alga hijau biru atau Cyanobacteria dan jalinan
hifa jamur (Ascomycota) yang dapat menyimpan air dan mempertahankan kelembapan.
Permukaan atas dan bawah adalah lapisan pelindung hifa jamur yang terbungkus rapat.
Tepat di bawah permukaan atas adalah alga yang terjalin dalam jaring hifa.
Bagian tengah umumnya terdiri atas hifa jamur yang terjalin agak longgar. Jalinan
hifa yang ada di lapisan bawah dilengkapi dengan rizoid untuk melekatkan diri pada
tempat tumbuhnya, dan jalinan hifa yang ada di lapisan atas melindungi alga dari
intensitas cahaya yang berlebihan.

Hifa jamur menyediakan air dan mineral yang diperlukan alga untuk fotosintesis,
sementara jamur memperoleh zat organik hasil fotosintesis. Asosiasi apa yang terjalin
antara alga dan jamur dalam lichen ini? Lichen dapat tumbuh di batu, kayu, dan
permukaan tanah.

Mikoriza adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuh-tumbuhan.


Simbiosis tersebut  bersifat saling menguntungkan, yaitu jamur memperoleh zat
organik dan akar tumbuh-tumbuhan memperoleh air dan unsur hara. Beberapa jamur
Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina dapat bersimbiosis dengan akar
tumbuhan pinus atau belinjo. Berdasarkan kedalaman jaringan tumbuhan yang
digunakan, mikoriza digolongkan menjadi dua yaitu ektomikoriza dan endomikoriza

Ektomikoriza, hifa jamurnya hanya hidup pada jaringan epidermis akar tumbuhan, misal
mikoriza yang hidup di akar pinus. Endomikoriza, hifa jamurnya menembus sampai jaringan korteks
akar, misal mikoriza yang hidup di akar anggrek. Mikorhiza adalah asosiasi mutualistik akar
tumbuhan dengan fungi. Kata mycorrhizae berarti “akar fungi”, yang mengacu pada
struktur yang dibentuk baik oleh sel-sel akar dan hifa dari fungi yang bergabung.
Perluasan miselium fungi dari hifa yang membentuk mikhoriza itu akan sangat banyak
meningkatkan permukaan penyerapan akar tumbuhan tersebut.  Mikorhiza dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu ektomikorhiza dan endomikorhiza.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada sampel lichens diaamati
anatomi dan morfologinya maka didapatkan hasil percobaan yaitu terdapat Peltigera
horizontalis. Adapaun klasifikasinya :
Kerajaan : Jamur
Divisi : Ascomycota
Subdivisi : Pezizomycotina
Kelas : Lecanoromycetes
Subkelas : Lecanoromycetidae
Perintah : Peltigerales
Keluarga : Peltigeraceae https://
lh3.googleusercontent.com/
proxy/rQLJXp--
Genus : Peltigera
Spesies : Peltigera horizontalis
Author : (Huds.) Baumg. (1790)
Spesies Peltigera adalah foliose, dengan lobus thalli yang lebar. Meskipun ukuran
thalli bervariasi dan bergantung pada spesies, pada beberapa spesies thalli dapat
tumbuh cukup besar, dengan diameter hingga 30 cm. Warna permukaan atas dapat
berkisar dari abu-abu kusam, coklat atau kehijauan. Permukaan bawah
biasanya tanpa korteks (tidak seperti lumut foliosa lainnya),  dan kapas, seringkali
dengan hifa jamur yang menyatu untuk membentuk jaringan vena. Struktur
reproduksi isidia , soredia atau lobulus mungkin terdapat pada beberapa spesies. 
Semua spesies Peltigera berasosiasi dengan Nostoc cyanobacteria pengikat nitrogen. 

Habitat P. didactyla adalah spesies pionir yang umum di tanah rusak dan padang
rumput miskin nutrisi di Eropa Barat. D i Deception Island di Kepulauan South
Shetlands , P. didactyla ditemukan tumbuh secara ekstensif di atas abu dari letusan
gunung berapi yang terjadi pada akhir 1960-an dan 1970. 

Pada 1753, Linnaeus pertama kali mendeskripsikan spesies Lichen


apthosus dan L. caninus ketika semua lumut yang diketahui dikelompokkan ke dalam
genus Lichen .  Kemudian, pada tahun 1787, Willdenow membatasi genus Peltigera , dan
mendeskripsikan ulang P. aphthosa dan P. canina .  Nama generik diambil dari bahasa
Latin pelta (perisai kecil), dan mengacu pada thallus berbentuk perisai pada spesies
ini. Nama umum, lichen anjing, mengacu pada kemiripan P. caninus dengan seekor
anjing. 

Peltigera memiliki penyebaran yang luas, dan ditemukan di semua benua. Ada 34


spesies Amerika Utara , 30 spesies Eropa , 25 spesies dari Amerika Selatan , dan 16
spesies dari Selandia Baru .  Spesies peltigera telah digunakan secara historis untuk
mengobati luka, gangguan saluran kencing, sariawan , tuberkulosis , dan rabies  P.
apthosa digunakan sebagai obat untuk batuk  dan infantile aphthae.  P. furfuracea telah
menunjukkan aktivitas antioksidan yang kuat dan mengurangi daya.  Demikian pula,
spesimen Peltigera dari Hawaii dan Islandia juga telah dilaporkan menunjukkan
aktivitas antioksidan yang nyata. 

 secara umum, spesies Peltigera tidak umum digunakan sebagai sumber makanan


oleh mamalia.  Sebuah studi tentang kebiasaan merumput spesies siput darat Cantareus
aspersa dan Limax mengungkapkan bahwa siput ini lebih suka memakan
spesies Peltigera (seperti P. praetextata ) yang kekurangan metabolit sekunder. 

Peltigera leucophlebia mengandung senyawa tenuiorin dan methyl orsellinate,


yang merupakan penghambat enzim 15-lipoxygenase.  Tenuiorin juga diketahui terjadi
di P. apthosa , P. malacea dan P. neckeri .  Campuran metil dan etil orselinat telah
diidentifikasi dari P. aphthosa yang memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Gram-positif dan- negatif .  Asam amino non-protein baru solorinine dan peltigerine
telah terdeteksi di berbagai spesies Peltigera .

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada sampel lichens diaamati


anatomi dan morfologinya maka didapatkan hasil percobaan yaitu terdapat Parmelia
sulcata. Adapaun klasifikasinya :

Kingdom : Fungi
Subkingdom : Dikarya
Divisi : Ascomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Lecanorales
Family : Parmeliaceae
https://
Genus : Parmelia upload.wikimedia.org/

Spesies : Parmelia sulcata


Author : Choisy, 1952

Parmelia sulcata adalah lumut daun dari keluarga Parmeliaceae . Ini sangat toleran


terhadap polusi dan memiliki distribusi kosmopolitan , menjadikannya salah satu lumut
yang paling umum. Di sana terdapat simbion alga hijau Trebouxia uniseluler. Pertama
kali dijelaskan oleh Thomas Taylor pada tahun 1836 dengan nama saat ini, Parmelia
sulcata memiliki sejumlah besar varietas dan bentuk bernama, tetapi tidak
ada subspesies meskipun jangkauannya luas. Kebanyakan ahli taksonomi telah
meninggalkan spesies dalam genus yang awalnya ditetapkan Taylor, meskipun ahli
mikologi Maurice Choisy menugaskannya ke dalam genus Parmotrema pada tahun
1952. 

Nama genus Parmelia adalah gabungan dari dua kata Yunani : parme , yang


berarti "mangkuk buah" dan -eileo , yang berarti "tertutup". Ini mungkin mengacu
pada apothecia lecanorine dari spesies yang termasuk dalam genus.  Julukan
khusus sulcata berasal dari sulcatus , yang berarti "beralur" atau "beralur".  Spesies ini
dikenal dengan sejumlah nama sehari-hari, termasuk lumut perisai palu ,  lumut perisai
retak ,  selangkangan bubuk ,  lumut perisai berkerut , bubuk perisai , dan lumut kertas
lilin . 

Parmelia sulcata adalah lumut foliosa dengan talus yang umumnya melingkar


yang warnanya bervariasi dari putih pucat hingga abu-abu
pada korteks atas; permukaan bawah berwarna hitam. Thallus berlobus lebar.  Setiap
lobus berukuran antara 2–5 mm (0,08–0,20in) dengan lebar,  dan lobus saling tumpang
tindih. 

Lumut ini medulla dan soredia bereaksi positif dengan kalium hidroksida (K),


berubah merah-oranye. Mereka bereaksi positif dengan para-phenylenediamene (Pd)
juga, juga berubah menjadi oranye. Lumut tidak berpendar dalam sinar ultraviolet. 

Parmelia sulcata adalah spesies umum di sebagian besar dunia, ditemukan dari


daerah beriklim sedang hingga dingin di belahan bumi utara dan selatan.  Spesies ini
dapat digunakan untuk membuat pewarna, menghasilkan warna coklat kemerahan.
Penduduk asli di Amerika Utara menggunakan lumut sebagai
obat. Suku Métis mengoleskannya pada gusi bayi yang sedang tumbuh gigi, sedangkan
suku Saanich menggunakannya untuk berbagai penyakit, dengan kualitas pengobatan
tergantung pada jenis pohon apa pohon itu dipanen.  Ini sering tumbuh di komunitas
lumut dengan spesies lain. Di Pegunungan Jura di Swiss, misalnya, penyakit ini sering
ditemukan pada Lobaria pulmonaria dan berbagai spesies Nephroma . 

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada sampel mikozoa diaamati


dengan mikroskop pada perbesaran 4OOx anatomi dan morfologinya maka didapatkan
hasil percobaan yaitu terdapat speies Glomus mosseae. Adapaun klasifikasinya :
Kerajaan : Fungi
Divisi : Glomeromycota
Kelas : Glomeromycetes
Ordo : Glomerales
Family : Glomeraceae
Marga : M. Glomus https://
planetpermaculture.files.w
Speies : Glomus mosseae
Author : C.Tul (1845)
Glomus adalah salah satu marga di keluarga Glomeraceae,
di divisi Glomeromycota . Beberapa anggota genus awalnya dideskripsikan
sebagai spesies Sclerocystis , tetapi genus ini seluruhnya telah dipindahkan
ke Glomus . Namun, perubahan taksonomi lebih lanjut mungkin terjadi karena filogeni
jamur AM menjadi lebih dipahami. Glomus kemungkinan besar terkait dengan fosil
jamur Glomit , yang ditemukan di endapan rijang Rhynie dari awal Devonian (400 juta
tahun lalu). Seperti jamur AM lainnya, semua spesies Glomus dianggap simbion obligat ,
bergantung pada asosiasi mikoriza mereka dengan akar tanaman untuk
menyelesaikan siklus hidupnya . Mereka tidak dapat dibudidayakan di laboratorium
tanpa adanya inang tanaman. Spesies Glomus ditemukan di hampir
semua habitat darat , termasuk lahan subur , gurun , padang rumput , hutan tropis ,
dan tundra .
Jamur mikoriza arbuskular dapat memberikan banyak manfaat bagi inang
tanamannya, termasuk peningkatan serapan hara, ketahanan terhadap kekeringan , dan
ketahanan terhadap penyakit. Namun, simbiosis ini tidak mutualistik dalam semua
keadaan dan mungkin sering bersifat parasit , dengan efek merugikan pada
pertumbuhan tanaman. Jarang, beberapa spesies tanaman dapat menjadi parasit pada
jamur.  Spora Glomus sebelum berkecambah menghasilkan arus listrik. 

Spesies Glomus dianggap sepenuhnya aseksual hingga saat ini (lihat bagian


Meiosis di bawah). Spora diproduksi di ujung hifa baik di dalam akar inang atau di luar
akar di dalam tanah . Dianggap sebagai klamidospora , spora ini berkecambah dan
tabung perkecambahan yang dihasilkan tumbuh melalui tanah sampai bersentuhan
dengan akar. Jamur kemudian menembus akar dan tumbuh di antara sel-sel akar, atau
mungkin menembus dinding seldan tumbuh di dalam sel akar. Di dalam akar, jamur
membentuk arbuscules, yang merupakan struktur hifa bercabang tinggi yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran nutrisi dengan tanaman. Arbuskula terbentuk di dalam
dinding sel tumbuhan tetapi dikelilingi oleh membran sel yang terinvaginasi , jadi tetap
berada dalam apoplas . Jamur juga bisa membentuk vesikel, struktur bengkak yang
dianggap berfungsi sebagai organ penyimpanan makanan.

Halary dkk.  mencari genom dari empat spesies Glomus untuk mengetahui


keberadaan gen yang mengkode protein penting untuk meiosis .

Protein ini membentuk mesin rekombinasi meiotik sel eukariotik


yang dilestarikan . Studi tersebut menunjukkan bahwa spesies Glomus mengandung 51
gen yang mengkodekan semua alat yang diperlukan untuk rekombinasi meiosis
dan proses perbaikan DNA terkait . Secara khusus, spesies ini memiliki tujuh gen yang
menyandikan protein yang hanya diketahui fungsinya dalam meiosis,
termasuk Dmc1 yang merupakan rekombinase spesifik-meiosis. Sejak meiosis dianggap
sebagai ciri khas reproduksi seksual, mungkin diharapkan bahwa panggung seksual
atau alat seksual harus ada. Namun, hingga kini, belum ada yang diidentifikasi. Selain
itu, homolog gen tipe kawin dan jalur penginderaan hormon seks yang diduga
terdeteksi pada jamur ini.  Berdasarkan temuan ini, disarankan bahwa spesies Glomus
mungkin dapat menjalani siklus seksual samar.  Struktur populasi Glomus
etunicatum menunjukkan bahwa ekspansi klonal memainkan peran penting dalam
keberhasilan ekologi spesies Glomus , dan bahwa pertukaran gen tidak sepenuhnya
tidak ada, meskipun kemungkinannya sangat jarang. Beberapa spesies Glomus ,
termasuk G. aggregatum , dibudidayakan dan dijual sebagai inokulan mikoriza untuk
tanah pertanian. Satu spesies, G. macrocarpum (dan mungkin juga G. microcarpum ),
menyebabkan penyakit kerdil tembakau . 

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada sampel mikozoa diaamati


dengan mikroskop pada perbesaran 4OOx anatomi dan morfologinya maka didapatkan
hasil percobaan yaitu terdapat speies Entrophospora . Adapaun klasifikasinya
Kingdom : Fungi
Divisi : Glomeromycota
Class : Glomeromycetes
Ordo : Diversisporales
Family : Acaulosporaceae
Genus : Entrophospora https://
lh3.googleusercontent.com
Speies : Entrophospora infrequens
R.W. Schneid. (1979).

Entrophospora adalah genus jamur dikeluarga Acaulosporaceae dari Glomeromyc
ota . Nama ini berasal dari kata Yunani en (dalam), trophos (dipelihara atau
dibesarkan), dan spora (spora). Mikozoa perbesaran 4OOx, dan mikozoa sayatan
membujur terlihat bentuknya bulat dan berwarna kuning terdapat akar juga.

Mikoriza adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tumbuh-tumbuhan.


Simbiosis tersebut  bersifat saling menguntungkan, yaitu jamur memperoleh zat
organik dan akar tumbuh-tumbuhan memperoleh air dan unsur hara. Beberapa jamur
Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina dapat bersimbiosis dengan akar
tumbuhan pinus atau belinjo. Berdasarkan kedalaman jaringan tumbuhan yang
digunakan, mikoriza digolongkan menjadi dua yaitu ektomikoriza dan endomikoriza

Lichenes/Lichen (Lumut kerak) merupakan dua jenis makhluk hidup yang saling
bersimbiosis. Kedua jenis makhluk hidup tersebut adalah ganggang hijau
(Cholorophyta) atau biru (Cyanophyta) dan jamur dari kelompok Ascomycota atau
Basidiomycota. Lichen tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis, karena mampu
hidup di tempat-tempat yang ekstrim. Lichenes/Lichen (Lumut kerak) merupakan dua
jenis makhluk hidup yang saling bersimbiosis. Kedua jenis makhluk hidup tersebut
adalah ganggang hijau (Cholorophyta) atau biru (Cyanophyta) dan jamur dari kelompok
Ascomycota atau Basidiomycota. Lichen tergolong tumbuhan pionir/vegetasi perintis,
karena mampu hidup di tempat-tempat yang ekstrim.

Struktur Tubuh Zygomycota. Jamur ini dinamakan Zygomycota karena


membentuk spora istrahat berdinding tebal yang disebut zigospora. Zigospora
merupakan hasil peleburan menyeluruh antara dua gametangium yang sama atau
berbeda.
Jamur yang tergolong divisi ini hidup di darat, di atas tanah, atau pada tumbuhan dan
hewan yang telah membusuk

Stuktur tubuh Zygomycota memiliki miselium yang bercabang banyak dan tidak
bersekat-sekat dengan dinding sel mengandung kitin. Hifanya bersifat senositik. Septa
hanya ditemukan pada sel-sel bereproduksi. Tubuh zygomycota. Bagian tertentu dari
zygomycota membentuk sporagium yang didukung sporangiofor. Sporagium adalah
struktur penghasil spora vegetatif. Alat reproduki seksual adalah zigosporagium yang
berdinding tebal dan berwarna kehitaman. Nama zygomycota menujukan alat
reproduksi seksual tersebut. Zigomycota tidak memiliki tubuh buah.

Jika jamur Zygomycota memiliki hifa yang tidak bersekat seperti pipa, jamur sejati
(Eumycota yang terdiri dari Ascomycota, Basidiomycota, dan Deuteromycota)
mempunyai hifa yang bersekatsekat. Dinding sel terdiri atas kitin dan dapat hidup
sebagai saprofit, parasit, atau bersimbiosis.

Ascomycota adalah kelompok jamur yang berkembang biak dengan membentuk


spora di dalam selnya (kantung kecil) yang disebut askus. Pembentukan askus inilah
yang menjadi ciri Ascomycota.

Kelompok jamur ini dapat ditemui di permukaan roti, nasi, dan makanan yang
sudah basi. Warnanya merah, cokelat, atau hijau. Contoh jamur Ascomycota yang hidup
sebagai saprofit, antara lain, Saccharomyces cereviciae (khamir bir, roti, dan
alkohol), Saccharomyces tuac (khamir tuak), Saccharomyces ellipsoideus (khamir
anggur), Penicillium sp. (makanan dan roti busuk), dan Neurospora crassa (pembuatan
oncom). Contoh jamur yang tumbuh sebagai parasit adalah jamur Saccharomycosis
yang menyerang pada epitel mulut anakanak. Jamur dapat bersimbiosis dengan
ganggang hijau membentuk Lichenes (lumut kerak).

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:
1. Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil.
Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur ( fungi ) dikelompokkan sendiri
terlepas dari kelompok plantae ( tumbuhan ) karena jamur tidak berfotosintesis
dan dinding selnya bukan dari selulosa. Jamaur hidup tersebar dan terdapat
ditanah, air vegetasi, badan hewan, makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh
manusia. Jamur dapat tumbuh dan berkembang pada kelembaban dan pada suhu
yang tinggi. Saat ini di Indonesia diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000
jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam kehidupan memiliki peran masing –
masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung bagi
manusia. Fungi mikroskopis memiliki beragam peranan bagi manusia baik
menguntungkan ataupun merugikan. Peranan menguntungkan fungi
mikroskopis adalah sebagai bahan pangan, penghasil enzim, mampu untuk
memfermentasikan laktosa, menghasilkan asam amino dari proses proteolis.
Peranan merugikan dari fungi mikroskopis adalah jamur yang bersifat patogen
atau menimbulkan penyakit.
2. Anatomi dan morfologi tiap fungi mikroskopis berbeda. Setiap spesies memiliki
karakteristik yang berbeda dan unik karena tiap bagian tubuhnya memiliki
fungsi yang beda pula. Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam
kelompok jamur, anggotanya mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau
bersel satu atau multi seluler ( benang – benang halus ), tubuhnya tersusun atas
hifa ( jalinan benang – benang halus ), eukariotik( mempunyai membrane inti ),
tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit,
parasit dan simbiosis, dinding selnya tersusun atas zat kitin, cadangan makanan
tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein
SARAN
Kami ucapkan terimakasih kepada dosen mata kuliah protista dan fungi dan aisten
praktikum yang telah membantu membimbing sehingga tugas laporan praktikum ini
dapat terselesaikan sebgaiman semestinya. Mohon maaf apabila dalam penulisan
kurang baik .
REFERENSI
Dwidjoseputro,D.2015. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Fardiaz, S. 2O1O. Mikrobiologi Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta IPB.
Bogor.

Gandjar,Indrawati.2O1O. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan  


            Obor Indonesia.
Mulyati. Y. I, S.P. Raharti, dan A.B. Thelma A.B., 2012, Pembuatan Inokulum
Menggunakan Isolat Rizopus C1 dan Rhizopus C2 pada Subtrat Campuran, Prosiding
Seminar Tantangan Penelitian Kimia, LIPI, Bandung.
Makhfoeld. (2O1O). Toksin Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. UGM.
Yogyakarta Fardiaz S., 2O1O, Mikrobiologi Pangan, PAU-IPB, Bogor
Pandey, A. 2014. Concise encyclopedia of bioresource technology. The Haworth Press
Purwantisari, Susiana. 2017. Uji Potensi Kapang Antagonis Trichodermal gnorum sebgai
agen Pengendali Hayati Kapang Patogen Phytopthora infestans Penyebab Penyakit
Utama  tanaman kentang Penelitian. Lporan penelitian FMIPA Universitas
Diponegoro Semarang.
Waluyo, Lud.2015.Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press.

LAMPIRAN

Speies lichenes
Rhizopus oryzae Jmur oncom neorospora
crassa

Jamur tape
Jamur roti Jamur ragi

PASCA PRAKTIKUM

PASCA PRAKTIKUM
1. Temuan hasil pengamatan pada semua sampel apakah benar semuanya
termasuk ke dalam kingdom fungi? Apa alasannya/ciri yang menunjukkan hal
tersebut? Termasuk ke dalam kelas Fungi apa saja? Tentukan klasifikasi masing-
masing-masing spesies yang teramati.
JAWAB: Benar, semuanya termasuk ke dalam kingdom fungi. Ciri yang
menunjukan bahwa sampel ke dalam kingdom fungi adalah mempunyai hifa
(benang tunggal atau bercabang), kumpulan hifa disebut miselium,
menghasilkan spora, tidak memiliki klorofil untuk berfotosintesis,
berkembangbiak secara seksual dan aseksual, dinding sel jamur tersusun atas
kitin, glukan, selolosa, dan mannan.
2. Bandingkan temuan hasil pengamatan masing-masing sampel. Apakah hasilnya
sama atau berbeda? Jika apa penyebabnya?
JAWAB: Masing-masing memiliki karakteristik berbeda walaupun berasal dari
kindom yang sama sebab beberapa spesies memiliki hifa yang berbeda, alat
reproduksi berbeda dan lainnya. Namun, beberapa dari spesies memiliki
kesamaaan.Penyebab perbedaan pada tiap spesies biasanya dari habitat.
3. Jenis spesies cendawan yang ditemukan apakah dipengaruhi oleh
substrat/bahan media pertumbuhannya? Jelaskan mengapa demikian.
Perubahan apa yang terjadi pada bahan yang ditumbuhi cendawan tersebut?
JAWAB: Substrat yang berbeda biasanya akan menyebabkan perbedaan jenis
jamur yang tumbuh, begitu pula perbedaan kondisi lingkungan, seperti
kelembapan udara, kelembapan tanah, suhu, keasaman (pH) tanah, intensitas
cahaya. Pada umumnya, pertumbuhan fungi (jamur) dipengaruhi oleh faktor
substrat, cahaya, kelembaban, suhu, derajat keasaman substrat (pH) dan
senyawa-senyawa kimia di lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada bahan
yang ditumbuhi cendawan tersebut biasanya akan berubah warna, suhu, dan
teksturnya.
4. Faktor apa saja yang menentukan keberadaan dan keanekaragaman fungi di
suatu tempat/media/bahan?
JAWAB: Faktor yang menentukan keberadaan dan keanekaragaman fungi
ditentukan oleh banyak faktor yang memengaruhi penyebarannya di alam.
Setiap jenis jamur memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda pada suatu
habitat.Jenis jamur yang ada di semua lokasi mempunyai daya adaptasi dan
kemampuan hidup yang tinggi.Selain itu, substrat yang ada di semua lokasi
mendukung pertumbuhan jenis jamur tersebut.Sementara itu, jamur-jamur yang
hanya ada di satu lokasi saja mempunyai kemampuan hidup dan adaptasi yang
rendah.Substrat berupa ranting dan serasah daun adalah substrat yang
mendominasi di semua lokasi.

Anda mungkin juga menyukai