Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM I

IDENTIFIKASI GARAM BERYODIUM

DISUSUN OLEH:

Annisa Nur Syahadah


J410200115

DOSEN PENGAMPU:
WINDI WULANDARI, S.KM, MPH

ASISTEN:
CHATTRIN FAHREZI, S.KM

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
A. Judul Praktikum

IDENTIFIKASI GARAM BERYODIUM

B. Tujuan
1. Mengatahui kandungan yodium pada berbagai jenis garam.
2. Mengehatui kandungan yodium pada berbagai merk garam yang
beredar di pasaran.
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang

Indonesia masih menghadapi masalah Gangguan Akibat Kekurangan


Iodium (GAKI), walaupun upaya penanggulangannya sudah dilakukan sejak
kemerdekaan. (Atmarita,2015). Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI) merupakan salah satu dari empat masalah utama yang ditemukan
hampir ditemukan di seluruh provinsi Indonesia. GAKI adalah sekumpulan
gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan unsur Iodium dalam
jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan gondok endemik, kretin,
tingginya angka lahir mati dan angka kematian bayi serta menurunnya tingkat
kecerdasan (IQ). Data tahun 1998 menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia
tinggal di daerah endemik GAKI. Akibatnya kurang dari 20 juta penduduk
menderita gondok. GAKI pada ibu hamil berisiko menimbulkan keguguran,
sedangkan pada janin menyebabkan lahir mati. Kalaupun lahir, beresiko
mengalami cacat bawaan, kematian dini, kretin, keterbelakangan mental, tuli
juling dan lumpuh. Diperkirakan tiap tahun ada 9 ( sembilan ) bayi kretin
lahir di Indonesia.

Iodium merupakan mineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang
relatif sangat kecil, namun memiliki peranan yang sangat penting dalam
pembentukan hormon tiroksin. Kelebihan iodium dapat meningkatkan
kejadian iodine-indocedhyperthyroidism (IIH), penyakit autoimun tiroid dan
kanker tiroid. Sedangkan kekurangan iodium dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik seperti stunting, keguguran pada ibu
hamil, meningkatnya angka kematian bayi baru lahir maupun cacat mental
dengan gambaran bervariasi sesuai dengan tingkat tumbuh kembang manusia
akibat kekurangan iodium. (Rahmadayani Safitri, 2019)

Kebutuhan tubuh akan iodium rata-rata mencapai 1-2 mikrogram perkg


BB. Kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram/ hari untuk anak
sampai umur 10 tahun, 150 mikrogram/ hari untuk orang dewasa. Untuk
wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing 25
mikrogram dan 50 mikrogram. Dalam rangka gerakan peningkatan kesehatan
terutama dalam penerapan penggunaan iodium, pemerintah bersama
masyarakat berupaya memenuhi tuntutan kebutuhan iodium. Oleh karena itu
untuk mempelancar pelaksanaan program yodisasi dalam bahan makanan,
maka diperoleh alternatif bahan makanan yang dapat difortifikasikan pada
produk makanan atau pada proses penyimpanan garam beriodium yang dapat
mempertahankan kadar iodium itu sendiri.

Garam merupakan salah satu bahan makanan yang sebagian besar


penduduk Indonesia mengkonsumsi setiap hari. Hasil survey garam iodium
(2003) menunjukkan secara nasional lebih dari separuh (56,06%) rumah
tangga yang mengonsumsi garam membeli di warung, sekitar sepertiga
(37,32%n) membeli dipasar dan hanya sebagian kecil saja (4,52%) yang
membeli dari pedagang keliling dan sisanya 2,10% tidak membeli garam dari
ketiga tempat tersebut. Kelemahan atau sifat dari iodium adalah tidak tahan
panas, sensitif terhadap cahaya, dan lain-lain. Tetapi masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui dengan benar proses penyimpanan
garam. Dalam penyimpanan garam yang dikonsumsi ,secara umum gambaran
penyimpanan yang tidak sesuai sebesar 83,3 % yang sesuai sebesar 16,7% ,
ini bisa dilihat dari wadah dan lokasi penyimpanan yang tidak tepat walaupun
cara penyimpanan sudah memenui syarat. (Any Wijawati et el, 2017)

Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap dari kebutuhan pangan


dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. NaCl sebagai unsur
utama di dalam garam dengan komposisi Natrium (40%) dan Klorida (60%).
Beberapa mineral lain tersebut juga terkandung dalam garam seperti
Magnesium, Kalsium, Phospor, Kobal, Photasium, Seng, Belerang, Klor,
Mangan, Tembaga, Flour dan Iodium. Setiap mineral memiliki peranan dan
fungsinya masing-masing dalam proses metabolisme tubuh (Sasongkowati,
2014). Garam dapur berbentuk kristal putih, dihasilkan dari sedimentasi air
laut. Garam mempunyai karakteristik higroskopis yang berarti mudah
menyerap air dengan massa molar 58,44 g/mol, densitas 2,16 g/cm3 , tingkat
kepadatan sebesar 0,8 - 0,9 g/cm3 , titik lebur pada suhu 801 dan titik didih
1465 serta kelarutan di dalam air 35,9 g/100ml. (Rahmadayani Safitri,2019)

Penggunaan garam beriodium di rumah tangga sangat dianjurkan karena


fungsi iodium yang sangat penting bagi tubuh manusia. Iodium merupakan
salah satu zat gizi mikro yang termasuk ke dalam kategori elemen ultratrace
yang sangat penting bagi tubuh terutama pada anak-anak dan ibu hamil.
Tubuh manusia membutuhkan iodium dalam jumlah yang kecil dalam satuan
mikrogram (µg). dan prevalensi tersebut bervariasi antar wilayah dan masih
dijumpai wilayah dengan prevalensi GAKI di atas 30% (daerah endemik
berat). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
persentase rumah tangga di Indonesia yang mengonsumsi garam dengan
kandungan cukup iodium sebesar 77,1% dan kurang iodium sebesar 14,1%.
Angka ini masih belum mencapai target Garam Beriodium untuk Semua
(Universal Salt Iodization/USI), yaitu minimal 90% rumah tangga
mengonsumsi garam dengan kandungan cukup iodium. Dari 33 provinsi,
hanya 14 provinsi yang persentase rumah tangga mengonsumsi garam dengan
kandungan cukup iodium mencapai minimal 90%. Asupan iodium yang
dianjurkan bagi masyarakat Indonesia per orang per hari hanya sebesar 90
sampai 120 µg untuk anak-anak dan 120 sampai 150 µg untuk orang dewasa,
sedangkan dalam kondisi khusus seperti hamil dan menyusui ditambahkan
iodium masing-masing sebanyak 70 µg dan 100 µg. (Zasendy Rehena et el,
2020)
Menurut keputusan Presiden No. 69 tahun 1994, semua garam yang
beredar di Indonesia harus mengandung iodium yaitu garam yang telah
diperkaya dengan kalium iodat (KIO3). Hampir seluruh makanan
menggunakan garam sebagai penyedap rasa, serta banyak digunakan untuk
bahan tambahan dalam industri pangan, selain itu, karena harga garam dapur
relatif murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat maka pemerintah
memilih garam dapur menjadi garam konsumsi sebagai media penyampaian
iodium ke dalam tubuh. Proses pengeringan yang tidak sempurna
menyebabkan mutu garam beriodium kurang baik sehingga menyebabkan
penurunan kadar iodium selama penyimpanan. Penyimpanan garam di tempat
terbuka dan terpapar sinar matahari sebaiknya dihindari. Adanya oksigen dan
sinar matahari menyebabkan iodium mudah teroksidasi, sehingga berkurang
jumlahnya karena kalium iodat dapat mengoksidasi zat-zat organik misalnya
asam oksalat, dan zat anorganik misalnya garam ferro menjadi garam ferri
dengan menghasilkan I2. Garam beriodium sebaiknya disimpan di tempat
yang tertutup dan gelap. (Hena Sugiania et el, 2015),

Garam bermutu adalah garam beryodium yang jika diuji menggunakan tes
cepat (iodine test) mengalami perubahan warna berwarna ungu. Penggunaan
garam beriodium merupakan salah satu upaya penanggulangan GAKI jangka
panjang yang dilakukan pemerintah. Menurut Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (2006) bahwa untuk mengatasi kekurangan
asupan iodium dalam makanan, pemerintah membuat program penggunaan
garam beriodium dengan menambahkan (suplementasi) kalium iodat ke
dalam garam dapur atau sesuai dengan standar nasional. Fortifikasi garam
dengan kalium iodat (KOI3) bertujuan agar semua garam iodium yang
dikonsumsi masyarakat mengandung iodium minimal 30 ppm. Target
program ini yaitu 90% masyarakat mengkonsumsi garam beriodium yang
cukup (30 ppm) (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Tetapi di
lapangan, masih ditemukan banyak garam yang beredar tidak memenuhi
standar. (Irma Yunawati et el, 2021)
2. Tinjauan Teori
a) Pengertian Garam

Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap dari kebutuhan pangan


dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. NaCl sebagai unsur
utama di dalam garam dengan komposisi Natrium (40%) dan Klorida (60%).
Beberapa mineral lain tersebut juga terkandung dalam garam seperti
Magnesium, Kalsium, Phospor, Kobal, Photasium, Seng, Belerang, Klor,
Mangan, Tembaga, Flour dan Iodium. Setiap mineral memiliki peranan dan
fungsinya masing-masing dalam proses metabolisme tubuh (Sasongkowati,
2014). Garam dapur berbentuk kristal putih, dihasilkan dari sedimentasi air
laut. Garam mempunyai karakteristik higroskopis yang berarti mudah
menyerap air dengan massa molar 58,44 g/mol, densitas 2,16 g/cm3 , tingkat
kepadatan sebesar 0,8 - 0,9 g/cm3 , titik lebur pada suhu 801 dan titik didih
1465 serta kelarutan di dalam air 35,9 g/100ml.

b) Sumber Garam

1. Air laut atau air danau asin (3% NaCl)

2. Deposit dalam tanah, tambang garam (95-99% NaCl)

3. Air dalam tanah

4. Larutan garam alamiah (20-25% NaCl)

c) Jenis Garam

1. Garam Industri

2. Garam Pengawetan

3. Garam Pengalengan

4. Garam Popcorn

5. Garam Bumbu

6. Garam Lite
7. Garam Kasar

8. Garam Meja

9. Garam Dapur

10. Garam Laut Gourmet 5

d) Manfaat Garam

Kandungan garam memiliki dua komponen dasar yaitu natrium dan klorin
yang jika dilarutkan ke dalam cairan atau makanan akan terpecah. Klorin
dalam garam sangat diperlukan tubuh dalam membentuk asam klorida atau
HCl yang dapat membunuh kuman penyakit dalam lambung serta mengubah
pepsinogen menjadi pepsin yang bermanfaat bagi pencernaan (Sasongkowati,
2014) Sementara natrium dalam garam berfungsi untuk menjaga saraf tubuh
yang bertugas mengirim pesan ke seluruh tubuh dan menguatkan otot dalam
bekerja. Tanpa garam saraf tidak akan menjalankan fungsinya dan
menyebabkan otak akan mati, otot menjadi lemah dan makanan melewati
usus tanpa diserap. Natrium yang dibutuhkan tubuh hanya sedikit, sekitar
seperempat sendok teh atau ± 500 mg

e) Bahaya Garam

Garam memiliki peranan yang cukup penting bagi tubuh, namun bukan
berarti garam harus dikonsumsi secara berlebihan. Konsumsi garam yang
berlebihan dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Dalam konsentrasi tinggi garam akan terkumpul di dalam darah. Hal ini
menyebabkan volume dan berat darah meningkat. Akibatnya jantung harus
bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Konsumsi
garam berlebihan dapat menimbulkan beberapa gangguan kesehatan serius
seperti diabetes dan anemia. Garam yang berlebihan menahan air dalam tubuh
sehingga menyebabkan kembung. Kandungan garam berlebihan dapat
menyebabkan organ tidak bisa bekerja dengan sempurna dan menimbulkan
kerusakan pada organ vital manusia
f) Iodisasi Garam

Iodisasi garam adalah produksi garam beriodium yang terdiri dari proses
pencucian, pengeringan iodisasi dan pengemasan serta pelebelan. Garam
yang telah melewati proses pencucian dan pengerian akan diiodisasi dengan
iodium yang telah disuplementasi dengan kalium iodat yang akan
menghasilkan garam 6 beriodium.

Berdasarkan standar yang telah ditetapkan maka garam harus memenuhi


syarat berikut:

1. Berwarna putih bersih

2. Berat jenis sama dengan air

3. Kadar air tidak lebih dari 5%

4. Ukuran partikel atau butir garam sebaiknya 0,5 - 1,5 mm.

5. Tidak mengandung logam berbahaya (Ph, Hg, Zn, Cu dan logam


berbahaya lainnya)

g) Garam Beriodium

Garam beriodium adalah garam yang telah diperkaya dengan suplementasi


atau penambahan Kalium Iodat (KIO3) ke dalam garam konsumsi sesuai
Standar Nasional Indonesia antara lain mengandung iodium sebesar 30-80
ppm. (Rahmadayani Safitri, 2019)

h) Pengertian Iodium

Yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroksin.


Selain itu yodium juga merupakan unsur penting bagi kehidupan manusia,
karena sangat diperlukan dalam pertumbuhan, perkembangan fungsi otak.
Hormon tersebut juga mengatur suhu tubuh, reproduksi, pembentukan sel
darah merah serta fungsi otot dan saraf. Tubuh memerlukan yodium secara
teratur tiap harinya, maka yodium menjadi bagian dari makanan tiap harinya
(Agus, 2014).
i) Gangguan Akibat Iodium

Gangguan akibat kekurangan yodium adalah rangkaian kekurangan


yodium pada tumbuh kembang manusia. Spektrum seluruhnya terdiri dari
gondok dalam berbagai stadium, kretin endemik yang ditandai terutama oleh
gangguan mental, gangguan pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak
dan orang dewasa, sering dengan kadar hormon rendah, angka lahir dan
kematian bayi meningkat

Defisiensi yodium akan menguras cadangan yodium serta mengurangi


produksi T4. Penurunan T4 dalam darah memicu sekresi TSH yang kemudian
meningkatkan kegiatan kelenjar tiroid, untuk selanjutnya menyokong
terjadinya hiperplasia tiroid (Permatasari, 2013).

j) Sumber Iodium

Laut merupakan sumber utama yodium. Makanan laut berupa ikan, udang,
dan kerang serta ganggang laut merupakan sumber yodium yang baik. Daerah
yang dekat dengan pantai mengandung yodium cukup banyak, beberapa
daerah yang jauh dari pantai terutama daerah berkapur dan daerah yang
mengalami erosi yang mempunyai sedikit atau tidak mengandung yodium.
Daerah yang jauh dari pantai mempunyai kandungan yodium yang sedikit,
sehingga tanaman yang tumbuh mempunyai sedikit atau tidak sama sekali
mengandung yodium. Salah satu cara penanggulangan kekurangan yodium di
Indonesia adalah dengan cara fortifikasi melalui garam dapur dengan yodium
(Agustin, 2015).
D. Hasil Praktikum

Nomor Jenis Garam Kategori/Kadar Warna

1. Lebih dari 30 Ungu tua


ppm

2. Lebih dari 30 Ungu tua


ppm

3. Lebih dari 30 Ungu tua


ppm

4. Lebih dari 30 Ungu tua


ppm

5. Lebih dari 30 Ungu tua


ppm
E. Pembahasan

Kualitas garam beriodium mengacu kepada Standar Nasional Indonesia


(SNI) No.01-3556-2010. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa parameter
garam kemasan terhadap kadar iodium didalamnya mengandung sedikitnya
30-80 ppm kadar iodium sebagai (KIO3) dalam garam kemasan tersebut.
(Rahmadayani Safitri, 2019)
Hasil uji kandungan iodium pada 5 jenis garam dengan menggunakan test
kit Iodium menunjukan bahwa setelah diteteskan 3-5 tetes larutan test kit
iodium maka garam garam menunjukan perubahan warna menjadi ungu tua.
Dengan demikian hal ini menandakan bahwa garam krasak, garam halus A
dan B, serta garam bata A dan B adalah jenis/merek garam yang mengandung
iodium tinggi.

Hasil dari praktikum kali ini adalah :

1. Garam Krasak berubah warna menjadi ungu tua yang berarti


mengandung iodium sebanyak lebih dari 30 ppm sehingga aman
digunakan untuk sehari hari.
2. Garam Halus A berubah warna menjadi ungu tua yang berarti
mengandung iodium sebanyak lebih dari 30 ppm sehingga aman
digunakan untuk sehari hari.
3. Garam Halus B berubah warna menjadi ungu tua yang berarti
mengandung iodium sebanyak lebih dari 30 ppm sehingga aman
digunakan untuk sehari hari.
4. Garam Bata A berubah warna menjadi ungu muda yang berarti
mengandung iodium sebanyak lebih dari 30 ppm sehingga baik jika
digunakan untuk sehari hari.
5. Garam Bata B berubah warna menjadi ungu muda yang berarti
mengandung iodium sebanyak lebih dari 30 ppm sehingga baik jika
digunakan untuk sehari hari.

F. Kesimpulan
1. Garam merupakan salah satu kebutuhan pelengkap dari kebutuhan
pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. NaCl
sebagai unsur utama di dalam garam dengan komposisi Natrium (40%)
dan Klorida (60%).
2. Yodium merupakan unsur pokok dalam pembentukan hormon tiroksin.
3. Dari praktikum kali ini kesimpulan yang didapat adalah bahwa ke-5
sampel berubah warna menjadi ungu tua dan ungu muda itu berarti
bahwa di masing masing merk/jenis mengandung iodium lebih dari 30
ppm untuk ungu tua sehingga sesaui dengan Standart Nasional
Indonesia yang berarti baik digunakan untuk kebutuhan sehari hari.

G. Daftar Pustaka

Safitri, Rahmadaniya. 2019. ANALISA KADAR IODIUM PADA GARAM


DAPUR DARI BERBAGAI MEREK DI PASAR SUKARAMAI MEDAN.
Wijawati, Any. Asiarini, Widi Dwi. 2017. PENGARUH WADAH , KONDISI
DAN CARA PENYIMPANAN TERHADAP PERUBAHAN KADAR
IODIUM DALAM GARAM.

Rehena, Zasendy. Nendissa, Andriana R. 2020. SOSIALISASI DAN


PRAKTEK UJI KANDUNGAN IODIUM PADA GARAM DI DESA
ALLANG KECAMATAN LEIHITU BARAT.

Sugiana, Hena. Previanti, Popy. 2015. PENENTUAN PENGARUH


PEMANASAN DAN WAKTU PENYIMPANAN GARAM BERIODIUM
TERHADAP KALIUM IODAT.

Yunawati, Irma. 2021. PENYULUHAN DAN UJI KANDUNGAN IODIUM


PADA GARAM TINGKAT RUMAH TANGGA DI WILAYAH PESISIR
ABELI KODA K ENDARI

Permatasari, Inke indah. 2013. HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN


PRAKTIK GIZI IBU DENGAN KONSUMSI PANGAN SUMBER
YODIUM DAN PENGGUNAAN JENIS GARAM RUMAH TANGGA DI
WILAYAH PEGUNUNGAN KABUPATEN CIANJUR. SKRIPSI;
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB

Agustin. Budiman. & Faiza. 2015. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM
DI KECAMATAN KOTO TANGAH. JURNAL KESEHATAN
KOMUNITAS,

Agus, Irianto. 2014. PENGANTAR PANGAN DAN GIZI.

Anda mungkin juga menyukai