Anda di halaman 1dari 86

TUGAS KUIS

PATOFISIOLOGI PENYAKIT MENULAR

DOSEN PENGAMPU : JUS MUSNADI IS, S.K.M. M.Kes

DISUSUN OLEH :
RANI YANTI
(2105902020135)

PRODI GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM (GAKI)

A. Pengertian GAKI

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan segala


gangguan yang timbul pada suatu populasi dimana semua gangguan akan
tercegah dengan asupan iodium yang cukup pada penduduknya. GAKI adalah
semua akibat dari kekurangan iodium pada pertumbuhan dan perkembangan
manusia yang dapat dicegah dengan pemberian unsur iodium (Ajinata et al.,
2015). Iodium merupakanmineral yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah
yang relative kecil, namun memiliki peran p enting dalam pembentukan
hormon
tiroksin.

Kelebihan iodium dapat meningkatkan kejadian iodine-


indocedhyperthyroidism(IIH), penyakit autoimun tiroid dan kanker tiroid.
Sedangkan kekurangan iodium dapat mengakibatkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan fisik (Safitri, 2019). Iodium dalam tubuh
sekitar 5-20 mg. Sebagianbesar iodium yaitu sekitar 70-80% terdapat pada
kelenjar tiroid. Di dalam tubuh, iodium terdapat dalam beberapa bentuk yaitu
iodine, iodin, mono yodo tironin(MIT), di iodo tironin(DIT), triodo tironin(T3),
dan tetra iodo torinin(T4)
atau Tiroksin (Gizi Departemen, 2016).

B. Faktor-Faktor Penyebab GAKI

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dapat mengakibatkan gangguan


pertumbuhan seperti pembesaran kelenjar tiroid dan keterbelakangan mental
seperti tingkat kecerdasan anak yang menurun. Hal tersebut terjadi karena
masih rendahnya penggunaan garam beriodium pada rumah tangga yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktoryang
menyebakan terjadinya GAKI menurut (Pattola et al., 2020)yaitu:

a.Penyebab Langsung

. Difisiensi iodium
Penyebab utama terjadinya GAKI adalah tidak tercukupinya iodium dari konsumsi
makanan dan minuman sehari-hari. Iodium merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh
tubuh manusia untuk membentuk hormon tiroksin. Bila tubuh kekurangan iodium, kadar
tiroksin dalam darah menjadi rendah.

. Zat goitrogenik pada makanan

Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat menganggu struktur dan fungsi tiroid secara
langsung dan tidak langsung. Contoh yaitu tiosianat dan isotiosianat yang terdap at dalam
sayuran kol, sawi, lobak, brokoli, yang secara langsung menghambat uptake yodida organik
oleh kelenjar tiroid (Yanti, 2018).

. Defisiensi protein

Asupan protein yang rendah dalam makanan menyebabkan gangguan pengambilan


iodium oleh kelenjar tiroid. Protein merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
transportasi kelenjar tiroid. Jika asupan protein rendah maka kemungkinan dapat
menghambat tranportasi hormon tiroid yang dibutuhkan.

. Unsur sekelumit (Trace Element)

Ada beberapa unsur sekelumit seperti timah hitam (Pb), rubidium (Rb), air raksa (Hg),
dan tembaga (Cu) serta unsur sekelumit tertentu lainnya yang berkaitan dengan kasus GAKI.
Asupan yang berlebihan dari unsur-unsur ini akan membentuk ikatan yang kuat dengan
iodium dalam tubuh, sehingga terbentuk senyawa kompleks yang sulit dipecahkan yang
berakibat iodium di dalam tubuh tidak dapat digunakan yang akan berdampak pada
kurangnya hormontiroid yang akan terlefleksi dengan meningkatnya produksi Thyroid
Stimulating Hormon (TSH).

. Ekses Iodium

Ekses iodium yang bersifat akut dapat menyebabkan hipotiroid karena terjadi hambatan
pelepasan hormon tiroid oleh kadar iodium yang tinggi. Jika keadaan ini berlangsung lama
(kronik) dapat meningkatkan aktivitas kelenjar tiroid dan menyebabkan hipertiro idisme yang
dikenal sebagai iodine-induced hyperthyroidisme (IIH). Apabila asupan iodium lebih besar
dari kebutuhan, maka akan terjadi kelebihan zat gizi tersebut.
. Genetik

Pembesaran kelenjar gondok pada keluarga yang kekurangan iodium mempunyai


hubungan dengan faktorgenetik. Sebuah keluarga yang memiliki satu penderita gondok
mempunyai resiko dua kali lebih besar dibandingkan keluarga non gondok. Sehingga hal
tersebut dipercaya sebagai penyebab langsung dari GAKI walaupun kemungkinannya sangat
kecil.

b.Penyebab Tidak Langsung

Adapun faktor penyebab GAKI secara tidak langsung menurut (Adriani & Wijatmadi,

2016)yaitu:

1. Faktor geografis

Beberapa kemungkinan yang dapat menyebabkan rendahnya kandungan iodium dalam tanah

adalah:

a)Adanya erosi yang menyebabkan iodium hilang ke laut

b)Tanah sarang (tanah lahar, kapur) yang tidak dapat menyimpan air, sehingga air bersama
iodium yang larut di dalamnya akan meresap ke lapisan tanah yang lebih dalam. Hal tersebut
menyebabkan akar tanaman pangan dan sayuran tidak dapat menjangkaunya, sehingga kadar
iodium dalam tanaman akan rendah

c)Eksploitasi tanah yang berlebihan dan pencemaran limbah tanah pertanian sehingga tanah

menjadi terlalu asam/basa.

2. Faktor non geografis

Faktor non geografis berperan untuk daerah dengan suplai makananutama, di mana
daerah tersebut suplai makanannya sangat tergantung pada daerah lain, di manadaerah
tersebut termasuk daerah gondok endemis yang air dan tanahnya mengandung iodium yang
rendah. Daerah Nett Importir ini biasanya daerah pinggiran kota yang lahan pertanian
mengalami penyempitan oleh indrustrialisasi, dan juga daerah dataran rendah ataupun daerah
pantai yang suplai makanannya bergantung pada daerah subur.
C. Upaya Penanggulangan GAKI

Penanggulangan GAKI harus ditingkatkan karena masih rendahnya persediaan garam


beriodium di suatu daerah karena masih kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya
konsumsi garam beriodium. Untuk menanggulangi masalah GAKI di Indonesia, pemerintah
telah melakukan berbagai upaya. Dalam RPJMN 2015-2019 tercantum sasaranyang ingin
dicapai dalam Program Indonesia Sehat yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat dengan melakukan upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan.

Pada kegiatan pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik


(TTKEK) mengelola kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang teknologi terapan
kesehatan dan epidemiologi klinik yang dikelola oleh tiga satuan kerja yaitu Pusat Teknologi
Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik dan Balai Litbang Gangguan Akibat
Kekuarangan Iodium (GAKI) Magelang serta dapat melibatkan unit lain dengan mekanisme
keseminatan, dimana indikator pencapaian sasaran kegiatan tahun 2015-2019 sudah dibuat
secara rinci setiap tahun. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) sasaran kegiatannya
yaitu sosial dan kebijakan yaitu pemetaan (2015-2018), bioteknologi yaitu rapid diagnostik
kit (2015), teknologi pangan yaitu suplementasi (2016), tumbuh kembang yaitu asesmen
kemampuan (20 16), dan epidemiologi klinik yaitu uji pengaruh diet (2018) (Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan, 2015).

D. Penyebab Kekurangan Yodium

Kekurangan yodium disebabkan oleh kurangnya asupan yodium dalam makanan yang
dikonsumsi. Sebagian besar orang dewasa membutuhkan 150 mcg yodium per hari.
Sementara itu, wanita hamil membutuhkan setidaknya 220 mcg yodium per hari, sedangkan
wanita menyusui membutuhkan 290 mcg yodium per hari.

Untuk memenuhi asupan yodium setiap hari, Anda dapat mengonsumsi beberapa jenis

makanan di bawah ini:

. Rumput laut
. Makanan laut (seafood), seperti udang, kerang, dan ikan tuna
. Garam beryodium
. Telur
. Produk olahan susu, seperti yoghurt, keju, dan es krim
E. Gejala Kekurangan Yodium

Kekurangan asupan yodium menyebabkan penurunan produksi hormon tiroid di


dalam tubuh hingga menyebabkan penyakit hipotiroid danpenyakit gondok. Hormon tiroid
berperan besar dalam mengatur berbagai fungsi anggota tubuh.

Jika seseorang menderita kekurangan hormon tiroid, maka akan terjadi gejala di

bawah ini:
. Benjolan di leher
. Rambut rontok
. Peningkatan berat badan tanpa penyebab yang jelas
. Tubuh terasa lelah dan lemah
. Merasa kedinginan
. Kulit menjadi kering dan pecah-pecah
. Gangguan menstruasi
. Gangguan irama jantung
. Penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)

A. Pengertian Kekurangan Energi Protein


Kekurangan Energi Protein(KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh
gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenui angka kecukupan gizi (Depkes RI,
1999). Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga ti dak memenuhi angka
kecukupan gizi (Pudjiani, 2000). Sedangkan menurut Depkes RI (1999) Kurang Energi
Protein (KEP) adalah masalah gizi kurang akibat konsumsi pangan tidak cukup mengandung
energi dan protein serta karena gangguan kesehatan. KEP sendiri lebih sering dijumpai pada
anak prasekolah (Soekirman, 2000). Sedangkan menurut Jellife (1966) dala Supariasa
I.D.Nyoman (2002) dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi
malnutrition yaitu gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor. Jadi
dapat disimpulkan bahwa Kekurangan Energi Protein adalah keadaan kurang gizi yang dapat
disebabkan oleh dua faktor, yaitu konsumsi energi dan protein kurang dan gangguan
kesehatan.

B. Penyebab kekurangan energy protein


Penyebab langsung dari KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai gejala-
gejala. Sedangkan penyebab tidak langsung KEP sangat banyak, sehingga penyakit ini sering
disebut juga dengan kausa multifaktorial. Salah satu penyebabnya adalah keterkaitan dengan
waktu pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan setelah disapih (Khumaedi,
1989). Selain itu KEP merupakan penyakit lingkungan, karena adanya beberapa faktor yang
bersama-sama berinteraksi menjadi penyebab timbulnya penyakit ini, antara lain yaitu faktor
diet, faktor sosial, kepadatan penduduk, infeksi, kemiskinan dan lain-lain. Peran diet menurut
konsep klasik terdiri dari dua konsep: Pertama, yaitu diet yang mengandung cukup energi,
tetapi kurang protein akan menyebabkan marasmus.

Peran faktor sosial, seperti pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang
sudah turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya KEP. Ada pantangan yang berdasarkan
agama, tetapi ada juga pantangan yang berdasarkan tradisi yang sudah turun temurun, tetapi
kalau pantangan tersebut berdasarkan pada agama, maka akan sulit untuk diatasi. Jika
pantangan berdasarkan pada kebiasaan atau tradisi, maka dengan pendidikan gizi yang baik
dan dilakukan dengan terus-menerus hal ini akan dapat diatasi (Pudjiadi, 2000 dalam Suyadi,
2009) Jellife (1998), menyatakan bahwa keadaan gizi seseorang merupakan hasil interaksi
dari semua aspek lingkungan termasuk fisik, biologik, dan faktor kebudayaan. Secara garis
besar, faktor-faktir yang menentukan keadaan gizi masyarakat, khususnya anak-anak adalah
tingkat pendidikan orang tua, keadaan ekonomi, tersedianya cukup makanan serta aspek-
aspek kesehatan. Tiap-tiap faktor tersebut dapat berpengaruh pada keadaan gizi masyarakat,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

KEP pada dasarnya sangat ditentukan oleh 2 faktor. Faktor-faktor yang secara
langsung dapat mempengaruhi terjadinya KEP pada balita adalah makanan dan ada atau
tidaknya penyakit infeksi. Kedua faktor ini dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas makanan
yang dimakan oleh seorang anak, antara lain ditentukan oleh beberapa faktor penyebab tidak
langsung, yaitu:

. Zat-zat gizi yang terkandung di dalam makanan;


. Daya beli keluarga, meliputi penghasilan, harga bahan makanan dan pengeluaran keluarga
untuk kebutuhan lain selain makanan;
. Kepercayaan ibu tentang makanan serta kesehatan;
. Ada atau tidaknya pemeliharaan kesehatan termasuk kebersihan; dan e) Fenomena sosial
dan keadaan lingkungan (Levinson, 1979 dalam Lismartina, 2000).

Kekurangan Energi Protein dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada dua penyebab
terjadinya KEP, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung antara lain
ketidakcukupan konsumsi makanan, dan penyakit infeksi. Sedangkan, penyebab tidak langsung
antara lain adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan, kondisi sosial ekonomi yang
rendah, ketersediaan pangan ditingkat keluarga yang tidak mencukupi, besarnya anggota
keluarga, pola konsumsi keluarga yang kurang baik, pola distribusi pangan yang tidak
merata, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau (Suyadi, 2009). Masalah KEP
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor penentu baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Faktor-faktor tersebut antara lain adalah kemiskinan, yang menyebabkan terbatasnya


kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan sehingga mengakibatkan
kemampuan untuk memperoleh pangan menjadi sangat rendah, penyakit infeksi yang
berkaitan erat dengan kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal; kurangnya perhatian ibu
terhadap balita karena bekerja; akses yang sulit terhadap sumber pelayanan kesehatan; dan
kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat makanan bagi kesehatan anak, hal ini

dikarenakan pendidikan ibu yang rendah.

Menurut UNICEF (1998) pokok masalah timbulnya kurang gizi di masyarakat adalah
kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurangnya pemanfaatan sumber daya
masyarakat, pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan. Sedangkan yang menjadi
akarnya masalah adalah krisis ekonomi, politik dan sosial.

C. Fungsi dan Peran Energi Protein bagi Tubuh


Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesehatan penduduk adalah tingkat
kecukupan gizi, yang lazim disajikan dalam energu dan protein (BPS, 2002). Energi dan
protein mempunyai fungsi yang sangat luas dan penting dalam tubuh. Asupan ener gi yang
seimbang sangat diperlukan pada berbagai tahap tumbuh kembang manusia, khususnya balita
(Pudjiadi, 2000).
Jika terjadi kekurangan konsumsi energi dalam waktu yang cukup lama maka akan
berakibat pada terjadinya KEP (Sudiarti & Utari, 2007 dalam Suya di, 2009). Kegunaan
utama protein bagi tubuh adalah sebagai zat pembangun tubuh. Selain itu protein juga
digunakan sebagai sumber energi bagi tubuh bila energi yang berasal dari karbohidrat atau
lemak tidak mencukupi (Muchtadi, 1989). Pada anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan, pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran sehingga kebutuhan tubuh
akan protein akan lebih besar daripada dengan orang dewasa (Pudjiadi, 2000).
KEKURANGAN VITAMIN A (KVA)
A. Pemgertian
Vitamin A adalah vitamin larut lemak pertama ditemukan. Penemuan ini menya takan
semua retinoid dan prekursor/provitamin A/ karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik
sebagai retinol. Vitamin A berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selain itu vitamin A berfungsi dalam proses penglihatan dan menjaga kesehatan mata,
vitamin A juga akan melindungi tubuh dari berbagai mikroorganisme asing dan patogen
penyebab penyakit.

B. Manfaat vitamin A
. Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan infeksi seperti campak dan
diare.
. Membantu proses penglihatan dalam adaptasi terang ke tempat yang gelap.
. Mencegah kelainan pada sel - sel epitel termasuk selaput lender mata.
. Mencegah terjadinya proses metaplasi sel - sel epitel sehingga kelenjar tidak
memproduksi cairan yang dapat menyebabkan kekeringan mata.
. Mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan.
. Vitamin A esensial untuk membantu proses pertumbuhan.

C. sumber vitamin A
. Air Susu Ibu (ASI)
. Bahan Makanan hewani seperti : hati, kuning telur, ikan, daging, ayam dan bebek.
. Buah - buahan warna kuning dan jingga seperti Pepaya, Mangga masak, Alpukat,
Jambu Merah dan Pisang.
. Sayuran yang berwarna hijau tua dan berwarna jingga seperti : Bayam, Tomat,
Wortel. Bahan makanan yang difortifikasi/diperkaya dengan vitamin A seperti
margarine, susu dan mie instant.

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa
pertumbuhan .Salah satu dampak kurang vitamin A adal ah kelainan pada mata yang
umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di

negara berkembang.

Kurang Vitamin A pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat gizi
mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita kurang vitamin A mudah sekali
terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi
lain karena daya tahan anak menurun. Namun masalah kekurangan vitamin A dapat juga
terjadi pada keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya
pengetahuan orang tua terutama ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus
juga dapat menyebabkan kekurangan vitamin A.

D. penyebab kekurangan vitamin A


. Konsumsi Vitamin A dalam makanan sehari - hari tidak mencukupi kebutuhan tubuh
dalam jangka waktu lama.
. Proses penyerapan makanan dalam tubuh terganggu karena diare, rendahnya
konsumsi lemak, protein dan seng.
. Adanya penyakit ISPA dan campak.

Tanda dan gejala awal KVA

. Buta senja, ditandai dengan kesulitan melihat dalam cahaya remang atau senja hari.
. Kulit tampak kering dan bersisik seperti ikan terutama pada tungkai bawah bagian
depan dan lengan atas bagian belakang.

E. Bagaimana mencegah Kekurangan Vitamin A


. Berikan ASI Eksklusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan dilanjutkan
pemberian ASI hingga berumur 2 tahun dan MP-ASI yang cukup berkualitas.
. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu mak anan
sehari - hari.
. Cegah kecacingan dengan berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
. Konsumsi kapsul vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.
F. manfaat kapsul vitamin A untuk balita
. Menjaga kesehatan mata dan mencegah kebutaan
. Meningkatkan daya tahan tubuh
. Bila terkena diare, campak, atau infeksi lain, maka penyakit tersebut tidak akan
menjadi parah sehingga tidak membahayakan jiwa anak
A. Pengertian Anemia Definisi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya
penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron
store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
Anemia defisiensi besi ditandai oleh anemia hipokromik mikrositer dan hasil
laboratorium yang menunjukan cadangan besi kosong. Hal ini disebabkan tubuh
manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi dan seringkali
tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan perdarahan.
Anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis,
karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya
mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Ditandai oleh anemia
hipokromik mikrositer, besi serum menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin.
Besi merupakan trace element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat
dalam jumlah yang cukup berlimpah. Dilihat dari segi evolusinya alat penyerapan
besi dalam usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi
yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makanan berubah di mana
sebagian besa berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak
mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai,
terutama di negara-negara tropik atau negara dunia ketiga. Anemia ini mengenai
lebih dari sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang
sangat merugikan serta dampak sosial yang cukup serius.

B. Komposisi besi dalam tubuh


Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh :
a. Senyawa fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi
dalam tubuh
b. Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi berkurang
c. Besi transport, yaitu besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam
fungsinya untuk mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen
lainnya. Besi dalam tubuh tidak pernah dalam bentuk logam bebas (free icon),
tetapi selalu berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan merusak
jaringan, mempunyai sifat seperti radikal bebas.

Menurut WHO dikatakan anemia bila :


 Laki dewasa : hemoglobin < 13 g/dl .
 Wanita dewasa tak hamil : hemoglobin < 12 g/dl .
 Wanita hamil : hemoglobin < 11g/dl .
 Anak umur 6-14 tahun : hemoglobin < 12g/dl .
 Anak umur 6 bulan-6 tahun : hemoglobin < 11g/dl

C. ABSORPSI BESI
Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam usus.
Untuk memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi.
Absorpsi besi paling banyak terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal,
disebabkan oleh struktur epitel usus yang memungkinkan untuk itu.
Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 fase :
1. Fase luminal : besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap
diserap di
duodenum
2. Fase mukosal : proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu
proses
Yang aktif
3. Fase korporeal : meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi
besi oleh sel-yang memerlukan serta penyimpanan besi (storage)

 Fase luminal
Besi dalam makanan terdapat 2 bentuk yaitu :
 Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan, absorpsi tinggi, tidak dihambat
oleh bahan penghambat sehingga mempunyai bioavailabilitas tinggi.
 Besi non-heme : berasal dari sumber tumbuh-tumbuhan, absorpsi rendah,
dipengaruhi oleh bahan pemacu dan penghambat sehingga bioavailabilitasnya
rendah.

Yang tergolong sebagai bahan pemacu absorpsi besi adalah “meat factors” dan
vitamin C, sedangkan yang tergolong sebagai bahan penghambat ialah tanat,
phytat, dan serat (fibre). Dalam lambung karena pengaruh asam lambung
maka besi dilepaskan dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi
reduksi dari besi bentuk feri ke fero yang siap untuk diserap.
 Fase mukosal
Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejenum
proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat
kompleks. Dikenal adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat
mengatur penyerapan besi melalui mukosa usus.
 Fase korporeal
Besi setelah diserap oleh eritrosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel usus,
memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin
menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui
proses pinositosis.
Banyaknya absorpsi besi tergantung pada :
 Jumlah kandungan besi dari makanan
 Jenis besi dalam makanan : besi heme atau besi non-heme
 Adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam makanan
 Kecepatan eritropoesis
D. SIKLUS BESI DALAM TUBUH
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh
besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan besi fisiologik
bersifat tetap. Besi yang diserap setiap hari berkisar antara 1-2 mg, ekskresi
besi terjadi dalam jumlah yang sama melalui eksfoliasi epitel. Besi dari usus
dalam bentuk transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari
makrofag dalam sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi
kebutuhan eritropoesis sebanyak 24 mg/hari. Eritrosit yang terbentuk secara
efektif yang akan beredar melalui sirkulasi memerlukan esi 17 mg, sdeangkan
besi sebesar 7 mg akan dikembalikan ke makrofag karena terjadinya
hemolisis infektif (hemolisis intramedular). Besi yang dapat pada eritrosit
yang beredar, setelah mengalami proses penuaan juga akan dikembalikan
pada makrofag sumsum tulang sebesar 17 mg. Sehingga dengan demikian
dapat dilihat suatu lingkaran tertutup (closed circuit) yang sangat efisien.
E. Gejala Anemia besi
 Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome)
dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin kurang dari
7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-
kunang, serta telinga mendenging. Anemia bersifat simptomatik jika
hemoglobin < 7 gr/dl, maka gejala-gejala dan tanda-tanda anemia akan jelas.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada
konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.
 Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia
jenis lain adalah :
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh,
bergarisgaris vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.

Koilonychia (kuku sendok)


B. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya keradangan pada sudut mulut
sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.

stomatitis angularis

C. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena
papil lidah menghilang.

glossitis karena atrofi papil lidah

 Gejala penyakit dasar


Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang
menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut. Misalnya pada anemia
akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis membengkak, dan kulit
telpak tangan berwarna kuning seperti jerami. Pada anemia karena
pendarahan kronik akibat kanker kolon dijumpai gejala gangguan kebiasaan
buang besar atau gejala lain tergantung dari lokasi tersebut.
F. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi harus dilakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium
yang tepat. Terdapat tiga tahap diagnosis anemia defisiensi besi. Tahap
pertama adalah menentukan adanya anemia dengan mengukur kadar
hemoglobin atau hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria WHO
atau kriteria klinik. Tahap kedua adalah memastikan adanya defisiensi besi,
sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari defisiensi besi
yang terjadi.

Secara laboratorium untuk menegakkan diagnosis anemiia defisiensi besi (tahap


satu dan tahap dua) dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi
modifikasi dari kriteria Kerlin et al) sebagai berikut:
Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV < 80 fl dan
MCHC < 31 % dengan salah satu dari a, b, c atau d :
a. Dua dari parameter ini : Besi serum < 50 mg/dl, TIBC > 350 mg/dl, Saturasi
transferin <
15 % atau
b. Serum feritinin < 20 g/dl atau
c. Pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia (perl’s stain) menunjukan
cadangan besi
(butir-butir hemosiderin) negatif atau
d. Dengan pemberian sulfas fenosus 3 x 200 mg/hari (atau preparat besi lain yang
setara) selama 4 minggu disertai kenaikan kadar hemoglobin lebih dari 2
g/dl.
Pada tahap ketiga ditentukan penyakit dasar yang menjadi penyebab
defisiensi besi. Tahap ini merupakan proses yang rumit yang memerlukan
berbagai jenis pemeriksaan tetapi merupakan tahap yang sangat penting untuk
mencegah kekambuhan defisiensi besi serta kemungkinan untuk dapat
menemukan sumber pendarahan yang membahayakan. Meskipun dengan
pemeriksaan yang baik, sekitar 20 % kasus anemia defisiensi besi tidak
diketahui penyebabnya.

Anemia akibat cacing tambang (hookworm anemia) adalah anemia defisiensi


besi yang disebabkan oleh karena infeksi cacing tambang berat (TPG >
2000). Pada suatu penelitian di Bali, anemia akibat cacing tambang dijumpai
pada 3,3 % pasien infeksi cacing tambang atau 12,2% dari 123 kasus anemia
defisiensi besi yang dijumpai. Jika tidak ditemukan pendarahan yang nyata,
dapat dilakukan tes darah samar (occult blood test) pada feses, dan jika
terdapat indikasi dilakukan endoskopi saluran cerna atas atau bawah.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk hidup yang senang beraktivitas.Kebutuhan manusia
sangatlah banyak dan diantaranya ialah kebutuhan manusia akan udara. Udara dibutuhkan untuk
membawa limbah-limbah yang harus dikeluarkan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan
sistem transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik.Sistem
respirasi atau pernapasan merupakan salah satu studi terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui saluran penghantar udara yaitu alat-alat
pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana masing-masing alat pernapasan tersebut memiliki
fungsi yang berbeda-beda. Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang
digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya
termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru dimana terjadi
pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Berbagai variasi
sistem pernapasan ditemukan pada berbagai jenis makhluk hidup. Akan tetapi, dari berbagai
macam bentuk, organ serta fungsinya, sebagian besar dari kita tidak mengetahui bagaimana proses
dari sistem pernapasan tersebut.
Bernapas merupakan proses vital bagi makhluk hidup. Seluruh makhluk hidup bernapas
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia.Manusia bernapas untuk memenuhi
kebutuhan kadar oksigen yang diperlukan oleh tubuhnya. Oksigen tersebut digunakan oleh setiap
sel dalam tubuh manusia untuk melakukan proses metabolisme, sehingga karbondioksida dan air
yang harus dikeluarkan. Pada proses bernapas berlangsung secara bergantian,pertama manusia
menghirup udara untuk memperoleh oksigen disebut dengan proses inspirasi dan kedua
menghembuskan nafas untuk mengeluarkan karbondioksida dan air disebut dengan proses
ekspirasi.Saluran jalan nafas pada manusia, yaitu : hidung,faring, laring, trakea,bronkus dan
bronkeolus. Proses bernapas terjadi antara sadar dan tidak sadar,karna dalam bernapas merupakan
proses yang otomatis. Pernapasan tersusun atas organ yang berbeda, tidak menutup kemungkinan
organ ini dapat mengalami masalah yang bisa mengganggu proses pernafasan baik itu ringan
ataupun berat. Gangguan ini akan menyebabkan kesulitan bernapas pada penderitanya dan dalam
jangka waktu yang panjang gangguan ini akan mempengaruhi metabolisme tubuh si penderitanya.
Gangguan pada paru dapat berupa yang obstruktif ataupun restriktif. Gangguan paru obstruktif
biasanya terjadi pada jalan nafas itu sendiri atau organ paru itu sendiri, dikenal dengan Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sedangkan restriksi gangguannya berasal dari luar atau dalam
paru-paru. Dikenal dengan Penyakit Paru Restriksi(PPR). Masing-masing penyakit ini memiliki
karakteristiknya tersendiri. Fisioterapi Sebagai tenaga kesehatan ikut berperan dalam menangani
kasus Bronkiektasis,dengan tujuan untuk mengembalikan fungsi paru dan mengurangi
problematika yang ada (Basuki, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan masuknya benda asing ke dalam sistem pernapasan ?
2 sebutkan patofisiologi dari sistem pernapasan (faring, laring ) ?
3. Jelaskan apa saja bagian-bagian dari faring dan trankea ?

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan masuknya benda asing kedalam sistem .
2. untuk mengetahui patofisiologi dari sistem pernapasan (faring, laring )
3. untuk mengetahui jenis gejalah pada trakea

1.4 Dasar teori


(Sistem Pernapasan)
Pengertian secara umum dari pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan
udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-paru serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2)sebagai sisa dari oksidasi
ke luar dari tubuh (Syaifudin,2017).
Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kayaakan pembuluh darah dan
bersambung dengan faring dan dengan semuaselaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam ronggahidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring udara
pernapasanoleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.Hidung berfungsi
sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara.
humidifikasi => pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara,indra pencium, dan resonator
suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh lapisan lendir.
Vibrissae adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran
(partikel berukuran besar). Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil)yang masih dapat melewat.
1.5 Fungngsi dan struktur sistem Respirasi
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme
sel dan karbondioksida (3O) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh
melalui paru-paru.
Berdasarkan anatomi
Saluran nafas bagian atas & rongga hidung, faring dan laring Saluran nafas bagian bawah trachea,
bronchi, bronchiole dan percabangannya sampaiAlveoli.
Berdasarkan fungsionalnya
Area konduksi ; sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchiolus terminalis, tempat lewatnya
udara pernapasan, membersihkan, melembabkan ' menyamakan udara dengan suhu tubuh hidung,
faring, trakea, bronkus, bronkiolus terminalis.
Area fungsional atau respirasi mulai bronchiole respiratory sampai alveoli, proses pertukaran
udara dengan darah.
Infeksi saluran napas bisa terjadi pada bagian atas atau bagian bawah saluran pernapasan.
Gejalanya tidak jauh berbeda dengan umumnya, seperti batuk berdahak, bersin, hidung tersumbat
karena terlalu banyak lendir, sakit tenggorokan, sakit kepala, nyeri otot, sesak nafas, dan demam.
⮚ CARA PENYEBARAN
● Melalui uap air udara pernapasan (batuk atau bersin).
● Melalui kontak dengan permukaan yang terkontaminasi.
● Melalui air liur (berciuman atau minuman bersama).
● Melalui kontak kulit (jabat tangan atau pelukan).

⮚ Struktur
● Sistem respirasi terdiri dari :
1. Saluran nafas bagian atas pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaring
dan dilembabkan.
2. Saluran nafas bagian bawah Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran
bagian atas ke alveoli
3. Alveolus terjadi pertukaran gas antara O2 dan 3O28.
4. Sirkulasi paru-paru pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena
meninggalkan paru.
5. Paru terdiri dari
a. Saluran nafas bagian bawah.
b. Alveoli
c. Sirkulasi paru
6. Rongga pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut
pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis.
7. Rongga dan dinding dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran dalam gas dalam proses
respirasi.
8. Faring(Tekak)

Gambar 1.2 Anatomi Faring (Netter, 2014)

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan.
Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak,dibelakang rongga hidung dan mulut setelah
depan ruas tulang leher(Syaifudin,2017).
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum yang lembut.
Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid.
Yang disebut tonsil faringeal , yang biasanya disebut sebagai adenoid . Jaringan Ini kadang-
kadang membesar dan menutup faring. Tubulus auditorium terbuka pada dinding lateral nasofaring
dan melalui tabung tersebut udara dibawa ke bagian tengah telinga.Nasofaring dilapisi membran
mukosa bersilia yang merupakan lanjutan membran yang melapisi bagian hidung.Orofaring
terletak dibelakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling berhubungan.
Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arcus palato-glossus yang merupakan kumpulan
jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum (Watson,2016).
Dalam faring terdapat tuba eustachii yang bermuara pada nasofarings.Tubaini berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani,dengan cara menelan pada
daerah laringofaringeal bertemu sistem pernapasan dan pencernaan. Udara melalui bagian anterior
ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel
(Tambayong,2014).
Gejala faringitis yang muncul bisa bervariasi, tergantung pada kondisi yang menyebabkannya.
Selain itu, gatal dan sakit tenggorokan, gejala flu juga bisa menjadi pertanda faringitis, seperti
bersin-bersin, hidung berair, sakit kepala, batuk, kelelahan, nyeri otot, dan demam.Fungsi dari
faring ini adalah sebagai penyalur. Jadi udara yang masuk ke tubuh disalurkan lewat faring ke
trakea.

● Fungsi faring
⮚ Faring berperan penting dalam sistem pernapasan, sistem pencernaan, serta proses
berbicara (suara).
⮚ Dalam sistem pencernaan, Faring berfungsi sebagai penyalur makanan dari mulut sampai
kerongkongan. Saat makanan didorong ke belakang oleh lidah, maka saluran pernapasan
akan menutup serta makanan akan masuk ke kerongkongan.
⮚ Dalam sistem pernapasan faring berfungsi sebagai penyaring, pengatur tekanan serta bisa
mengatur kelembaban udara yang masuk. Udara tersebut akan diteruskan ke batang
tenggorokan (trakea).
⮚ Proses pengeluaran suara, pada proses tersebut faring yang merupakan jalur masuknya
udara bisa berperan signifikan. Udara mesti terlebih dahulu melewati faring lalu laring,
barulah udara tersebut menggetarkan pita suara sehingga kita bisa berbicara.
⮚ Faring juga bisa mengatur tekanan udara di telinga. Pada bagian awal faring ada saluran
yang berhubungan langsung dengan telinga yang disebut tuba eustachius. Nah saluran
tersebut berfungsi guna mengatur tekanan udara antara lingkungan luar tubuh dengan
lingkungan dalam telinga.

● Struktur Faring
⮚ Lapisan Mukosa, bersifat kuat dan elastis, pada lapisan ini ada epitel yang mempunyai sel
goblet sebagai penghasil mukus (cairan kental). Mukus tersebut berfungsi melindungi
dinding faring.
⮚ Lapisan Fibrosa, adalah jaringan yang kuat dan sedikit elastis. Jaringan tersebut disusun
oleh serat kolagen.

⮚ Lapisan Muskularis (otot), Otot pada faring terdiri atas otot sirkular (melingkar) serta otot
memanjang (Longitudinal). Kombinasi dari kontraksi kedua otot itu akan menggerakkan
makanan ke bagian pencernaan selanjutnya.

9. Trakea
Trakea adalah organ pernapasan yang bentuknya seperti tabung besar. Organ ini termasuk
organ pernapasan bagian bawah sama seperti paru-paru, bronkus, bronkiolus, dan alveolus.
Menurut penjelasan di hellosehat.com, trakea memiliki panjang kurang lebih 11 cm dengan lebar
2,5 cm.
10. Bronkiolus
Tabung bronkial adalah cabang dari bronkus yang merupakan jalur udara utama di paru-paru.
Udara yang Anda hirup saat bernapas, akan masuk ke paru-paru melalui bronkus. Namun, agar
udara ini bisa menyebar merata ke jaringan di paru-paru, diperlukan saluran yang lebih kecil lagi.
10. Laring ( pangkal tenggorokan )
Laring Merupakan saluran udarah dan bertindak sebagai pembentukan suara yang terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya.
Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang
terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
manutupilaring(Syaifudin, 2017). Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung di
garis tengah. Di tepi atas terdapat lekuk berupa V.
Tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor
cincinnya di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup
tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu orang menelan, laring dilapisi oleh selaput
lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel
epitelium berlapis (Pearce, 2015).
Dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.Suara dibentuk dari
getaran pita suara. Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang dan tebalnya pita suara. Dan hasil
akhir suara ditentukan oleh perubahan posisi bibir, lidah dan palatum mole(Tambayong, 2016).
● Laring terdiri dari tulang rawan dan otot yang berlapis selaput lendir. Mengutip dari
Macmillan Cancer Support, laring memiliki tiga bagian utama
1) Supraglottis: area atas pita suara
2) Glotis: area tengah tempat pita suara berada
3) Subglotis: area bawa pita suara yang terhubung ke tenggorokan.
▪ fungsi laring dalam sistem pernapasan manusia.
1. Memproduksi suara
Seperti penjelasan sebelumnya, laring berfungsi penting dalam suara dan bicara
manusia.Saat Anda membuang udara lewat hidung, glotis mendorong udara kemudian pita
suara menghasilkan bunyi dari getaran udara yang lewat. Selama Anda bicara, posisi pita
suara bisa berubah untuk mengubah volume suara. Kecepatan dan ketegangan pita suara
bisa membuat variasi nada yang keluar dari mulut.Panjang laring sekitar 5 cm saat dewasa
dan pria memiliki laring yang lebih besar daripada wanita sehingga suaranya lebih
dalam.Namun, saat masih kanak-kanak, perempuan dan laki-laki memiliki ukuran laring
yang sama. Perubahan laring terjadi setelah mengalami pubertas.
2. Menyalurkan udara
Fungsi laring berikutnya adalah membantu kelancaran aliran udara dari rongga hidung ke
paru-paru.Udara yang masuk melalui hidung dan mulut saat bernapas, berjalan melalui
faring, laring, dan bronkus. Ketika bernapas normal, pita suara mengendur dan sebagian
terbuka.Saat tubuh membutuhkan lebih banyak oksigen, pita suara terbuka lebih lebar saat
menghirup udara.Ketika laring mendeteksi partikel asing yang merusak saluran udara,
Anda akan mengalami batuk.
3. Mencegah tersedak
Laring juga memiliki fungsi untuk menyalurkan makanan ke dalam sistem pencernaan dan
mencegah tersedak.Saat Anda menelan makanan, epiglotis akan menutup pembukaan
laring untuk mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran udara.Epiglotis ibarat
tutup untuk mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran udara bagian bawah.

★ Ada beberapa bagian Laring yang tersusun dari 3 kartilago besar yang tidak

berpasangan (cricoid, thyroid, epiglottis), 3 kartilago kecil yang berpasangan


(arytenoids, corniculate, cuneiform), dan sejumlah otot intrinsik. Pada Laring juga
terdapat tonjolan yang menjadi ciri seksual sekunder pada pria atau lebih dikenal
sebagai jakun.
11. Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ vital dalam tubuh manusia. Tepatnya merupakan organ
respirasi (pernapasan) yang berhubungan dengan sistem pernapasan dan sirkulasi
(peredaran darah).
Fungsi paru paru yaitu sebagai organ dalam sistem pernapasan. Paru-paru merupakan
organ yang bertugas untuk mengatur udara masuk dan memisahkan oksigen dengan
karbon dioksida. Sama halnya dengan ginjal, paru-paru juga ada dua yaitu paru-paru kiri
dan kanan.
1.6. Gangguan pada sistem pernapasan
Berbagai Gangguan Respirasi yang Sering Terjadi
1. Flu.
Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan paru-paru. ...
2. Faringitis.
Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring. ...
3. Laringitis.
4. Asma.
Bronkitis.
6. Emfisema.
7. Pneumonia.
8.Kanker paru-paru.

⮚ Apa saja penyakit yang bisa mengganggu fungsi laring?


1. Laringitis akut
Mengutip Cleveland Clinic, laringitis adalah peradangan pada laring. Kondisi ini bisa membuat
sakit tenggorokan, suara serak, nyeri, batuk, terkadang sampai demam.Penyebab dari laringitis
adalah infeksi atau penggunaan pita suara yang berlebihan. Umumnya, Anda bisa mengalami
laringitis akut selama satu sampai dua minggu.
2.. Kanker laring
Penyebab kanker laring adalah terbentuknya sel ganas kanker dalam jaringan laring. Sel ganas
ini bisa berada di bagian laring sehingga pertumbuhannya tidak terkendali.Kanker laring atau
kanker pita suara termasuk masalah yang umum terjadi Untuk mengatasi kanker laring, dokter
mungkin akan melakukan laringektomi, pengangkatan sebagian atau seluruh laring.

⮚ Apa saja penyakit yang menyebabkan faring rusak ?


1. Faktor Risiko Faring menyebabkan seseorang terkena faringitis adalah udara yang
dingin, konsumsi alkohol yang berlebihan, turunnya daya tahan tubuh, dan konsumsi makanan
yang kurang gizi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini, presentasi kasus-kasus penyakit yang berdampak pada gangguan


saluran pencernaan mulai mengalami peningkatan.Kecukupan nutrisi tubuh
berpengaruh besar terhadap produktivitas dan hal itu sangat berkaitan erat dengan
fungsi kerja saluran pencernaan.Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal
akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses
pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Kerugian utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan tentunya
berupa terganggunya penyerapan nutrisi. Gangguan pencernaan akibat kesalahan
makanan misalnya akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat bekerja
dengan baik.
Hal lain berakibat pada terjadinya immunosuppresif. Saluran pencernaan pada
hewan terdiri besar, rektum, dan anus. Namun, sistem pencernaan juga
melibatkan organ-organ yang berada di luar saluran pencernaan,seperti hati,
kantung empedu, dan pankreas. Penyebab terjadinya gangguan atau kelainan
pada sistem pencernaan makanan dapat diakibatkan oleh beberapa hal,seperti
pola makan yang salah, kurang mengonsumsi sayuran,gaya hidup yang tidak sehat,
dan lain-lain

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan sistem pencernaan ?
2. Sebutkan penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem
pencernaan dan apa penyebabnya
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gangguan sistem pencernaan
2. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem
pencernaan beserta penyebabnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan pada Sistem Pencernaan


Gangguan pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit yang terjadi
pada bagian pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri menyebabkan
gangguan pada aktivitas yang sedang dijalankan oleh penderitanya. Hal ini
disebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan sebagainya.Penyebab penyakit
gangguanpencernaan yang paling utama ini adalah pola makan yang mungkin tidak
sehat. Pada manusia sangat banyak hal yang menyangkut berbagai organ yang
terkait dengan sistem pencernaan. Penyebabnya bermacam-macam, dapat terjadi
karena luka di bagian dalam yang terinfeksi oleh virus atau bakteri, hingga kelainan
kerja fisiologis tubuh. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena diberi tubuh yang sehat.

B. Macam-Macam Gangguan Pada Sistem Pencernaan dan Penyebabnya


Di antaranya beberapa macam penyakit gangguan pencernaan adalah sebagai
berikut:
1. Gastritis (suatu radang yang akut atau kronis) adalah penyakit pada sistem
pencernaan pada lapisan mukosa dinding lambung. Radang yang akut dapat
disebabkan karena produksi asam lambung yang tinggi sehingga mengiritasi
dinding lambung.
Selain itu, bisa disebabkan oleh bakteri. Penderita gastritis akan merasa
lambungnya terbakar.
2. Radang hati yang menular (Hepatitis) merupakan infeksi virus pada hati, sering
meluas melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh virus.
3. Diare dapat ditimbulkan karena adanya iritasi pada selaput dinding kolon oleh
bakteri disentri, diet yang jelek, zat-zat beracun, rasa gelisah, atau makanan yang
dapat menimbulkan iritasi pada dinding usus.
4. Sembelit yang kronis bila defekasi terlambat, usus besar mengabsorpsi air secara
berlebihan dari feses dan menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Bila hal ini
terjadi, pengeluaran feses menjadi sulit. Menahan buang air besar pada waktu-
waktu yang normal dapat menyebabkan sembelit. Semebleit dapat juga disebabkan
emosi seperti rasa gelisah, cemas, takut atau stress.
5. Kanker lambung, yaitu gejala-gejala permulaan dari kanker lambung hampir
sama dengan gejala-gejala yang disebabkan gangguan lain pada alat pencernaan,
antara lain merasa panas, kehilangan nafsu makan, ketidaksanggupan mencerna
(salah cerna) berlangsung terus menerus, sedikit rasa muak, rasa gembung dan rasa
gelisah sesudah makan, dan kadang-kadang timbul rasa nyeri pada lambung.
6. Radang usus buntu, bila usus buntu (umbai cacing) meradang, membengkak dan
terisi oleh nanah. Kondisi ini disebut radang usus buntu atau apendistis.
7. Hemaroid adalah pembengkakkan vena didaerah anus.Hemaroid cenderung
berkembang pada orang-orang yang terlalu lama duduk terus menerus atau pada
orang yang menderita sembelit. Hemaroid juga sering terjadi pada wanita hamil dan
orang-orang yang terlalu gemuk. Gejala-gejala hemaroid meliputi rasa gatal-gatal,
nyeri dan pendarahan.
8. Keracunan makanan, umumnya disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam
makanan.Bakteri dalam makanan dapat membahayakan atau menghasilkan racun
yang membahayakan tubuh. Geajala-gejala keracunan makanan meliputi
muntahmuntah, diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam. Penyakit-
penyakit gangguan pencernaan seperti yang disebutkan di atas di antaranya bisa
disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
a. Pola makan yang salah
b. Infeksi dari bakteri, mikroba lainnya atau cacing.
c. Terdapat kelainan pada sistem pencernaan itu sendiri seperti akibat tumor,
infeksi atau pelebaran pembuluhnya.
PENYAKIT PADA ESOFAGUS
Di dalam esofagus atau kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan atau
pun penyerapan makanan; esofagus hanya merupakan saluran muskular yang
melaksanakan transportasi makanan dari faring ke dalam lambung melalui
kontraksi otot yang terkoordinasi. Jadi, apa yang dapat meng ganggu transportasi
atau fungsi muskular terkoordinasi yang diperlukan untuk transportasi ini?
 Obstruksi
 Disfungsi otot atau inervasinya untuk mencegah makanan keluar
dan jalur yang seharusnya
 Pembentukan kantung (divertikulum)
 Ketidakmampuan mencegah kembalinya isi lambung ke dalam
esofagus ( penyakit refluks gastroesolagus : GERD (
gastroeophageal reflux disease )

PENYAKIT PADA LAMBUNG


Lambung berfungsi untuk melumatkan makanan, memproduksi asam yang
akan menguraikan makanan serta membuat makanan yang sudah dicerna ini keluar
(lewat sfingter pilorik) dari lambung untuk masuk ke dalam duodenum dan
menjalani proses pencernaan/penyerapanlebih lanjut, dan menghasilkan faktor
intrinsik yang akan membantu penyerapan vitamin B12. Karena sekresi asam
lambung diperlukan untuk proses pencernaan, maka proteksi lapisan mukosa
dinding lambung merupakan hal yang sangat penting. Kelainan patologi lambung
meliputi:
 Hilangnya proteksi mukosa dan/ atau produksi asam lambung yang
berlebihan (yang berkaitan dengan pembentukan ulkus)
 Tidak adanya faktor intrinsik yang menyebabkan penurunan absoipsi
vitamin B12 (anemia pemisiosa).
 Obstruksi saluran-keluar yang mencegah pelepasan makanan yang sudah
tercerna ke dalam duodenum.
 Tidak adanya fungsi melumatkan makanan (dan/atau gerakan pro pulsi
lewat pilorus) (gastroparesis ).
 Gastritis (inflamasi lambung)
 Kanker lambung

PENYAKIT PADA USUS HALUS


Seperti halnya pada bagian traktus GI yang lain, inflamasi (misalnya
penyakit Crohn). tumor, obstruksi dan perdarahan mungkin saja terjadi dalam usus
halus. Fungsi utama usus halus adalah penyerapan makanan, dan kelainan patologi
yang berkaitan dengan fungsi ini berupa malabsorpsi.

PENYAKIT PADA USUS BESAR


Seperti pada bagian traktus GI yang lain dapat ditemukan tumor (misalnya
kanker kolon), inflamasi (misalnya kolitis ulseratif, penyakit Crohn), obstruksi
(paling sering disebabkan oleh kanker kolon), dan perdarahan di dalam usus besar.
Usus besar berfungsi untuk membawa feses ke luar dan melakukan reabsorpsi
sebagian air serta natrium. Kegagalan fungsi yang pertama dapat menimbulkan
konstipasi sedangkan permasalahan pada fungsi yang kedua dapat menye babkan
diare. Konstipasi dapat terjadi karena salah satu alasan berikut: otot-otot usus besar
tidak mendorong isinya dengan benar, atau terdapat bentuk obstruksi tertentu
(tumor atau penyebab lainnya). Sindrom usus yang pekat (irritable bowel syndrome
) (gejalanya berupa nyeri abdomen, diare dan/atau konstipasi dengan etiologi yang
tidak diketahui) dapat disebabkan oleh permasalahan dalam pengaturan aktivitas
muskular gastrointestinal;patofisiologi sindrom ini masih belum dipahami
sepenuhnya.

PENYAKIT PADA HATI


Tinjauan Terhadap Fungsi Hati Vena porta hepatik mengalirkan darah
keluar dari sistem venous usus dengan membawa nutrien yang diserap di dalam
saluran cerna ke hati. Hati melaksanakan banyak fungsi metabolik. Sebagai contoh,
hati akan menghasilkan sebagian besar glukosa pada saat puasa (lewat
glukoneogenesis serta glikogenolisis). melakukan detoksifikasi berbagai substansi,
menyimpan glikogen dan memproduksi getah empedu di samping berbagai protein
serta lipid. Apa yang akan terjadi jika hati mengalami kegagalan?
 Penurunan reaksi detoksifikasi yang mengakibatkan akumulasi zat-zat
toksik di dalam darah sehingga dapat terjadi ensefalopati hepatik.
 Penurunan glukoneogenesis yang dapat menyebabkan hipoglikemia puasa.
 Penurunan produksi protein yang dapat menurunkan produksi faktor
pembekuan sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
 Kegagalan hati untuk mensekresikan bilirubin yang terkonyugasi atau
kegagalan untuk melakukan konyugasi bilirubin yang dapat menyebabkan
ikterus.

PENYAKIT PADA KANDUNG EMPEDU DAN SALURANNYA


Anatomi percabangan bilier. Sistem bilier intrahepatik di dalam hati
bercabang menjadi duktus hepatikus kanan dan kiri yang kemudian menyatu untuk
membentuk duktus hepatikus kominis. Duktus hepatikus kominis akan menyatu
dengan duktus sistikus (yang menuju kandung empedu) untuk membentuk duktus
koledokus; duktus koledokusbiasanya bergabung dengan duktus pankreatikus pada
tempat masuknya ke dalam duodenum. Hati akan memproduksi getah empedu
secara terus-menerus dan kemudian getah empedu ini disimpan di dalam kandung
empedu (vesika felea). Ketika makanan yang baru tercerna sebagian tiba dalam
duodenum dari lambung, maka kolesistokinin (CCK) akan dilepas. Peristiwa ini
menstimulasi kontraksi kandung empedu dan pelepasan getah empedu yang akan
mengemulsikan lemak untuk dapat diserap.
Permasalahan apakah yang dapat terjadi pada saluran empedu? Karena kita
sedang berbicara tentang saluran, maka salah satu kemungkinan permasalahannya
adalah obstruksi. Obstruksi akan mencegah aliran getah empedu ke dalam
duodenum dan keadaan ini menyebabkan penurunan proses pemecahan lemak
sehingga terjadi malabsorpsi lemak. Obstruksi juga menimbulkan aliran balik getah
empedu/bilirubin sehingga menyebabkan ikterus dan berpotensi mengakibatkan
kerusakan hati.Ingat, pada obstruksi secara khas akan terjadi kenaikan alkali
iosfatase. Pemeriksaan USG terhadap sistem bilier dapat mencari batu empedu atau
pelebaran saluran empedu (yang akan menunjukkan obstruksi di sebelah distalnya).
Bagaimana sistem bilier dapat mengalami obstruksi? Obstruksi oleh batu
empedu atau tumor, inflamasi/pembentukan parut pada percabangan bilier, dan
atresia bilier merupakan penyebab obstruksi bilier yang paling sering ditemukan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh rasa mual yang
terjadi,mulas, tak bertenaga dan sebagainya. Penyebab penyakit gangguan
pencernaan yang paling utama ini adalah pola makan yang mungkin tidak
sehat.
2. Diantara penyakit gangguan pada sistem pencernaan adalah Gastritis,
Radang hati yang menular (Hepatitis),Diare Sembelit, Kanker lambung,
Radang usus buntu,Hemaroid, dan Keracunan makanan.
3. Diantara alat-alat kedokteran yang digunakan untuk menangani masalah
pada gangguan pencernaan adalah Endoscopy, Ct Scan, USG, dan
Laparoscopi serta Colonoscopy.

B. Kritik dan Saran


Dalam penyusunan makalah ini, Tim penyusun merasa masih
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dewasa ini, presentasi kasus-kasus penyakit yang berdampak pada gangguan


saluran pencernaan mulai mengalami peningkatan.Kecukupan nutrisi tubuh
berpengaruh besar terhadap produktivitas dan hal itu sangat berkaitan erat dengan
fungsi kerja saluran pencernaan.Saluran pencernaan yang berfungsi secara optimal
akan mampu memaksimalkan nilai pemanfaatan ransum melalui proses
pencernaan dan penyerapan nutrisi.
Kerugian utama adanya gangguan pada organ dan saluran pencernaan tentunya
berupa terganggunya penyerapan nutrisi. Gangguan pencernaan akibat kesalahan
makanan misalnya akan menyebabkan saluran pencernaan tidak dapat bekerja
dengan baik.
Hal lain berakibat pada terjadinya immunosuppresif. Saluran pencernaan pada
hewan terdiri besar, rektum, dan anus. Namun, sistem pencernaan juga
melibatkan organ-organ yang berada di luar saluran pencernaan,seperti hati,
kantung empedu, dan pankreas. Penyebab terjadinya gangguan atau kelainan
pada sistem pencernaan makanan dapat diakibatkan oleh beberapa hal,seperti
pola makan yang salah, kurang mengonsumsi sayuran,gaya hidup yang tidak sehat,
dan lain-lain

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan sistem pencernaan ?
2. Sebutkan penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem
pencernaan dan apa penyebabnya
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gangguan sistem pencernaan
2. Mengetahui penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem
pencernaan beserta penyebabnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gangguan pada Sistem Pencernaan


Gangguan pencernaan merupakan salah satu gangguan penyakit yang terjadi
pada bagian pencernaan manusia. Gangguan pencernaan ini sendiri menyebabkan
gangguan pada aktivitas yang sedang dijalankan oleh penderitanya. Hal ini
disebabkan oleh rasa mual, mulas, tak bertenaga dan sebagainya.Penyebab penyakit
gangguanpencernaan yang paling utama ini adalah pola makan yang mungkin tidak
sehat. Pada manusia sangat banyak hal yang menyangkut berbagai organ yang
terkait dengan sistem pencernaan. Penyebabnya bermacam-macam, dapat terjadi
karena luka di bagian dalam yang terinfeksi oleh virus atau bakteri, hingga kelainan
kerja fisiologis tubuh. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena diberi tubuh yang sehat.

B. Macam-Macam Gangguan Pada Sistem Pencernaan dan Penyebabnya


Di antaranya beberapa macam penyakit gangguan pencernaan adalah sebagai
berikut:
1. Gastritis (suatu radang yang akut atau kronis) adalah penyakit pada sistem
pencernaan pada lapisan mukosa dinding lambung. Radang yang akut dapat
disebabkan karena produksi asam lambung yang tinggi sehingga mengiritasi
dinding lambung.
Selain itu, bisa disebabkan oleh bakteri. Penderita gastritis akan merasa
lambungnya terbakar.
2. Radang hati yang menular (Hepatitis) merupakan infeksi virus pada hati, sering
meluas melalui air atau makanan yang terkontaminasi oleh virus.
3. Diare dapat ditimbulkan karena adanya iritasi pada selaput dinding kolon oleh
bakteri disentri, diet yang jelek, zat-zat beracun, rasa gelisah, atau makanan yang
dapat menimbulkan iritasi pada dinding usus.
4. Sembelit yang kronis bila defekasi terlambat, usus besar mengabsorpsi air secara
berlebihan dari feses dan menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Bila hal ini
terjadi, pengeluaran feses menjadi sulit. Menahan buang air besar pada waktu-
waktu yang normal dapat menyebabkan sembelit. Semebleit dapat juga disebabkan
emosi seperti rasa gelisah, cemas, takut atau stress.
5. Kanker lambung, yaitu gejala-gejala permulaan dari kanker lambung hampir
sama dengan gejala-gejala yang disebabkan gangguan lain pada alat pencernaan,
antara lain merasa panas, kehilangan nafsu makan, ketidaksanggupan mencerna
(salah cerna) berlangsung terus menerus, sedikit rasa muak, rasa gembung dan rasa
gelisah sesudah makan, dan kadang-kadang timbul rasa nyeri pada lambung.
6. Radang usus buntu, bila usus buntu (umbai cacing) meradang, membengkak dan
terisi oleh nanah. Kondisi ini disebut radang usus buntu atau apendistis.
7. Hemaroid adalah pembengkakkan vena didaerah anus.Hemaroid cenderung
berkembang pada orang-orang yang terlalu lama duduk terus menerus atau pada
orang yang menderita sembelit. Hemaroid juga sering terjadi pada wanita hamil dan
orang-orang yang terlalu gemuk. Gejala-gejala hemaroid meliputi rasa gatal-gatal,
nyeri dan pendarahan.
8. Keracunan makanan, umumnya disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam
makanan.Bakteri dalam makanan dapat membahayakan atau menghasilkan racun
yang membahayakan tubuh. Geajala-gejala keracunan makanan meliputi
muntahmuntah, diare, nyeri (sakit) rongga dada dan perut serta demam. Penyakit-
penyakit gangguan pencernaan seperti yang disebutkan di atas di antaranya bisa
disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:

a. Pola makan yang salah


b. Infeksi dari bakteri, mikroba lainnya atau cacing.
c. Terdapat kelainan pada sistem pencernaan itu sendiri seperti akibat tumor, infeksi
atau pelebaran pembuluhnya.
PENYAKIT PADA ESOFAGUS
Di dalam esofagus atau kerongkongan tidak terjadi proses pencernaan atau
pun penyerapan makanan; esofagus hanya merupakan saluran muskular yang
melaksanakan transportasi makanan dari faring ke dalam lambung melalui
kontraksi otot yang terkoordinasi. Jadi, apa yang dapat meng ganggu transportasi
atau fungsi muskular terkoordinasi yang diperlukan untuk transportasi ini?
 Obstruksi
 Disfungsi otot atau inervasinya untuk mencegah makanan keluar
dan jalur yang seharusnya
 Pembentukan kantung (divertikulum)
 Ketidakmampuan mencegah kembalinya isi lambung ke dalam
esofagus ( penyakit refluks gastroesolagus : GERD (
gastroeophageal reflux disease )

PENYAKIT PADA LAMBUNG


Lambung berfungsi untuk melumatkan makanan, memproduksi asam yang
akan menguraikan makanan serta membuat makanan yang sudah dicerna ini keluar
(lewat sfingter pilorik) dari lambung untuk masuk ke dalam duodenum dan
menjalani proses pencernaan/penyerapanlebih lanjut, dan menghasilkan faktor
intrinsik yang akan membantu penyerapan vitamin B12. Karena sekresi asam
lambung diperlukan untuk proses pencernaan, maka proteksi lapisan mukosa
dinding lambung merupakan hal yang sangat penting. Kelainan patologi lambung
meliputi:
 Hilangnya proteksi mukosa dan/ atau produksi asam lambung yang
berlebihan (yang berkaitan dengan pembentukan ulkus)
 Tidak adanya faktor intrinsik yang menyebabkan penurunan absoipsi
vitamin B12 (anemia pemisiosa).
 Obstruksi saluran-keluar yang mencegah pelepasan makanan yang sudah
tercerna ke dalam duodenum.
 Tidak adanya fungsi melumatkan makanan (dan/atau gerakan pro pulsi
lewat pilorus) (gastroparesis ).
 Gastritis (inflamasi lambung)
 Kanker lambung

PENYAKIT PADA USUS HALUS


Seperti halnya pada bagian traktus GI yang lain, inflamasi (misalnya
penyakit Crohn). tumor, obstruksi dan perdarahan mungkin saja terjadi dalam usus
halus. Fungsi utama usus halus adalah penyerapan makanan, dan kelainan patologi
yang berkaitan dengan fungsi ini berupa malabsorpsi.

PENYAKIT PADA USUS BESAR


Seperti pada bagian traktus GI yang lain dapat ditemukan tumor (misalnya
kanker kolon), inflamasi (misalnya kolitis ulseratif, penyakit Crohn), obstruksi
(paling sering disebabkan oleh kanker kolon), dan perdarahan di dalam usus besar.
Usus besar berfungsi untuk membawa feses ke luar dan melakukan reabsorpsi
sebagian air serta natrium. Kegagalan fungsi yang pertama dapat menimbulkan
konstipasi sedangkan permasalahan pada fungsi yang kedua dapat menye babkan
diare. Konstipasi dapat terjadi karena salah satu alasan berikut: otot-otot usus besar
tidak mendorong isinya dengan benar, atau terdapat bentuk obstruksi tertentu
(tumor atau penyebab lainnya). Sindrom usus yang pekat (irritable bowel syndrome
) (gejalanya berupa nyeri abdomen, diare dan/atau konstipasi dengan etiologi yang
tidak diketahui) dapat disebabkan oleh permasalahan dalam pengaturan aktivitas
muskular gastrointestinal;patofisiologi sindrom ini masih belum dipahami
sepenuhnya.

PENYAKIT PADA HATI


Tinjauan Terhadap Fungsi Hati Vena porta hepatik mengalirkan darah
keluar dari sistem venous usus dengan membawa nutrien yang diserap di dalam
saluran cerna ke hati. Hati melaksanakan banyak fungsi metabolik. Sebagai contoh,
hati akan menghasilkan sebagian besar glukosa pada saat puasa (lewat
glukoneogenesis serta glikogenolisis). melakukan detoksifikasi berbagai substansi,
menyimpan glikogen dan memproduksi getah empedu di samping berbagai protein
serta lipid. Apa yang akan terjadi jika hati mengalami kegagalan?
 Penurunan reaksi detoksifikasi yang mengakibatkan akumulasi zat-zat
toksik di dalam darah sehingga dapat terjadi ensefalopati hepatik.
 Penurunan glukoneogenesis yang dapat menyebabkan hipoglikemia puasa.
 Penurunan produksi protein yang dapat menurunkan produksi faktor
pembekuan sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
 Kegagalan hati untuk mensekresikan bilirubin yang terkonyugasi atau
kegagalan untuk melakukan konyugasi bilirubin yang dapat menyebabkan
ikterus.

PENYAKIT PADA KANDUNG EMPEDU DAN SALURANNYA


Anatomi percabangan bilier. Sistem bilier intrahepatik di dalam hati
bercabang menjadi duktus hepatikus kanan dan kiri yang kemudian menyatu untuk
membentuk duktus hepatikus kominis. Duktus hepatikus kominis akan menyatu
dengan duktus sistikus (yang menuju kandung empedu) untuk membentuk duktus
koledokus; duktus koledokusbiasanya bergabung dengan duktus pankreatikus pada
tempat masuknya ke dalam duodenum. Hati akan memproduksi getah empedu
secara terus-menerus dan kemudian getah empedu ini disimpan di dalam kandung
empedu (vesika felea). Ketika makanan yang baru tercerna sebagian tiba dalam
duodenum dari lambung, maka kolesistokinin (CCK) akan dilepas. Peristiwa ini
menstimulasi kontraksi kandung empedu dan pelepasan getah empedu yang akan
mengemulsikan lemak untuk dapat diserap.
Permasalahan apakah yang dapat terjadi pada saluran empedu? Karena kita
sedang berbicara tentang saluran, maka salah satu kemungkinan permasalahannya
adalah obstruksi. Obstruksi akan mencegah aliran getah empedu ke dalam
duodenum dan keadaan ini menyebabkan penurunan proses pemecahan lemak
sehingga terjadi malabsorpsi lemak. Obstruksi juga menimbulkan aliran balik getah
empedu/bilirubin sehingga menyebabkan ikterus dan berpotensi mengakibatkan
kerusakan hati.Ingat, pada obstruksi secara khas akan terjadi kenaikan alkali
iosfatase. Pemeriksaan USG terhadap sistem bilier dapat mencari batu empedu atau
pelebaran saluran empedu (yang akan menunjukkan obstruksi di sebelah distalnya).
Bagaimana sistem bilier dapat mengalami obstruksi? Obstruksi oleh batu
empedu atau tumor, inflamasi/pembentukan parut pada percabangan bilier, dan
atresia bilier merupakan penyebab obstruksi bilier yang paling sering ditemukan.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gangguan pada sistem pencernaan dapat disebabkan oleh rasa mual yang
terjadi,mulas, tak bertenaga dan sebagainya. Penyebab penyakit gangguan
pencernaan yang paling utama ini adalah pola makan yang mungkin tidak
sehat.
2. Diantara penyakit gangguan pada sistem pencernaan adalah Gastritis,
Radang hati yang menular (Hepatitis),Diare Sembelit, Kanker lambung,
Radang usus buntu,Hemaroid, dan Keracunan makanan.
3. Diantara alat-alat kedokteran yang digunakan untuk menangani masalah
pada gangguan pencernaan adalah Endoscopy, Ct Scan, USG, dan
Laparoscopi serta Colonoscopy.

B. Kritik dan Saran


Dalam penyusunan makalah ini, Tim penyusun merasa masih
banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan.
PATOFISIOLOGI INFEKSI PENYAKIT LAIN SELAMA PROSES
KEHAMILAN
Infeksi pada kehamilan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin di seluruh dunia,terdapat barier plasenta yang
memungkinkan bayi tetap terjaga dari transmisi penyakit yang berasal dari ibunya.
Status serologis maternal, usia kehamilan pada saat infeksi diperoleh dan status
imunologis ibu dan janinnya semua mempengaruhi luaran dari bayi yang
dilahirkan.
Sebagian infeksi pada ibu hamil dapat ditularkan atau ditransmisikan secara
vertikal (menyebar dari ibu ke janin dalam kandungan). Janin yang terinfeksi pada
akhirnya dapat mengalami keguguran, keluar sebelum waktunya, hingga
mengalami cacat bawaan. Beberapa virus yang dapat ditularkan dari ibu ke janin
antara lain adalah Toksoplasma, Organisme Lain (Parvovirus, human
immunodeficiency virus, virus Epstein-Barr, herpesvirus 6 dan 8, varicella,
syphilis, enterovirus), Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Hepatitis (biasa
disingkat TORCH). TORCH adalah akronim untuk sekelompok infeksi kongenital
yang dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan dan kematian pada neonatus.
Topik ini akan membahas tentang patofisiologi penyakit, agen penyebab /
organisme, risiko dan gejala penyakit.
1. Toksoplasma
Toksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh organisme
protozoa Toxoplasma gondii, penyakit ini menyebabkan infeksi pada retina,
mempengaruhi kesehatan dan melemahnya sistem kekebalan
(immunocompromised). Parasit ini dapat ditemukan pada kotoran kucing,
sayuran dan buah-buahan yang tidak dicuci bersih, atau daging yang belum
matang. Pada dasarnya, toksoplasmosis tidak dapat menyebar antarmanusia.
Namun, ibu hamil dapat menularkan infeksi ini ke janinnya. Kondisi tersebut
bisa menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, cacat pada janin, keguguran,
hingga kematian janin.
Patofisiologi toxoplasmosis pada populasi imunokompeten bersifat
asimtomatik akibat adanya proteksi dari sistem imun. Pada bayi dan pasien

1
imunokompromais, toxoplasmosis akan menyebabkan terjadinya abses dan
inflamasi dari jaringan lokal. Hal ini menyebabkan terjadinya komplikasi dan
gejala toxoplasmosis, baik toxoplasmosis kongenital, toxoplasmosis okular,
maupun toxoplasmosis serebral.
Toksoplasma masuk ke dalam tubuh manusia dalam bentuk oosit
(stadium infektif) dan di usus halus kemudian berubah menjadi bentuk takizoid
yang kemudian dapat menginvasi berbagai jaringan tubuh, seperti otot, otak,
hati, paru dan plasenta. T. Gondii yang masuk ke dalam sel epitel usus kemudian
bereplikasi. Penyebaran kuman T. Gondii dalam tubuh manusia adalah melalui
migrasi antar jaringan secara langsung ataupun melalui darah, serta
“menumpang” pada leukosit atau dikenal juga dengan prinsip Kuda Trojan.
Plasenta, otak dan mata merupakan target utama dari patogen pada
toxoplasmosis di manusia. Hal ini diduga karena profil imunologis dari organ
tersebut yang dapat menarik patogen. Interleukin 1 (IL-1) kemungkinan besar
berperan dalam proses migrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan
inflamasi. IL-1 ditemukan lebih banyak jumlahnya pada pasien dengan
toxoplasmosis okular dibandingkan dengan toxoplasmosis tanpa gejala.
Imunitas selular yang dimediasi oleh limfosit T, makrofag dan sitokin-
sitokin spesifik lainnya dapat menekan infeksi dari T. Gondii. Pada penderita
imunokompromais, seperti HIV-AIDS, kelemahan sistem imun dapat membuat
peningkatan patogenisitas dan severitas dari toxoplasmosis sebagai infeksi
oportunis.
Ibu hamil yang mengalami toxoplasmosis primer saat kehamilannya
dapat menularkan secara vertikal kepada janin. Frekuensi kejadian transmisi
vertikal toxoplasmosis ini meningkat seiring bertambahnya usia gestasi yaitu
25% pada trimester pertama, 54% pada trimester kedua dan 65% pada trimester
ketiga. Severitas dampak transmisi vertikal toksoplasma berbanding terbalik
dengan usia kehamilan. Transmisi pada saat embriogenesis jarang terjadi,
namun bila terjadi dapat memberikan dampak keparahan yang besar, sedangkan
transmisi pada trimester ketiga sering membuat bayi lahir tanpa gejala, namun
bila tidak ditatalaksana gejala akan timbul kemudian.

2
Toksoplasmosis dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, ada sejumlah
faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang tertular infeksi ini, yaitu :
1) Sedang hamil
2) Menderita HIV/AIDS
3) Mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka panjang
4) Sedang menjalani kemoterapi
Umumnya, toksoplasmosis tidak menimbulkan gejala. Namun, pada
beberapa kasus, gejala dapat muncul beberapa minggu atau bulan setelah parasit
T.gondii menyerang tubuh. Beberapa gejala umum yang dialami penderita
toksoplasmosis mirip dengan gejala flu, yaitu:
1) Demam
2) Nyeri otot
3) Kelelahan
4) Sakit tenggorokan
5) Pembengkakan kelenjar getah bening

2. Organisme Lain (Parvovirus, human immunodeficiency virus, virus


Epstein-Barr, herpesvirus 6 dan 8, varicella, syphilis, enterovirus)
1) Parvovirus
Parvovirus manusia B19 menyebabkan eritema infectiosum. Virus B19
adalah virus DNA Beruntai tunggal kecil yang bereplikasi dalam sel yang
berkembang pesat seperti eritroblas. Hal Ini dapat menyebabkan anemia pada
bayi. Pada wanita dengan anemia hemolitik berat misalnya, penyakit sel sabit
(cicle cell anemia). Infeksi parvovirus dapat menyebabkan krisis Aplastik. Pada
20 sampai 30 persen orang dewasa, infeksi ini tidak bergejala. Demam, sakit
Kepala, dan flu Gejala bisa dimulai dalam beberapa hari terakhir fase viremik.
Beberapa hari Kemudian, ruam merah terang dengan eritroderma pada wajah
dan memberi slapped cheekAppearance, Ruam menjadi mirip lace like dan
menyebar ke ekstremitas. Orang dewasa sering mengalami ruam ringan dan
polyarthralgia simetris yang bertahan selama beberapa minggu. Ada transmisi

3
vertikal ke janin, hingga sepertiga kasus parvovirus pada ibu akan menyebabkan
aborsi, hidrops nonimun, dan IUFD.
2) HIV
Infeksi HIV adalah infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV) yang
menyebabkan defek respon imun pada penderitanya. Defek respon imun yang terus
berlanjut dapat menyebabkan progresi infeksi HIV memburuk menjadi Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
HIV ditransmisikan melalui hubungan seksual, kontak dengan darah
terinfeksi, maupun transmisi vertikal dari ibu ke bayi. Oleh karena jalur
transmisinya tersebut, infeksi HIV dominan terjadi pada populasi kunci seperti
pengguna narkoba suntik, pekerja seks, pelanggan atau pasangan seks, laki-laki
seks dengan laki-laki, waria, dan warga binaan pemasyarakatan.
Infeksi HIV tidak memunculkan gejala ataupun tanda yang spesifik.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologi (rapid
immunochromatography test dan enzyme immunoassay) dan virologi (nucleic acid
test), dengan tetap menerapkan prinsip 5C yaitu consent, confidentiality,
counselling, correct results dan connection.
Patofisiologi infeksi HIV pada prinsipnya adalah defisiensi imunitas selular
oleh HIV yang ditandai dengan penurunan limfosit T helper (sel CD4). Terjadinya
penurunan sel T helper CD4 menyebabkan inversi rasio normal sel T CD4/CD8 dan
disregulasi produksi antibodi sel B. Respon imun terhadap antigen mulai menurun,
dan host gagal merespon terhadap infeksi oportunistik maupun organisme komensal
yang seharusnya tidak berbahaya. Defek respon imun ini terutama terjadi pada
sistem imunitas selular sehingga infeksi cenderung bersifat nonbakterial.
HIV bereplikasi dalam sel T yang teraktivasi, kemudian bermigrasi ke
limfonodi dan menyebabkan gangguan struktur limfonodi. Gangguan jaringan
dendritik folikular di limfonodi yang diikuti kegagalan presentasi antigen secara
normal ini berperan dalam proses penyakit.

3. Rubella

4
Rubella atau campak Jerman disebabkan oleh infeksi virus Rubella yang
menular dari satu orang ke orang lain. Seseorang bisa terserang rubella ketika
menghirup percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Di
samping itu, seseorang juga dapat tertular rubella bila kontak langsung dengan
benda yang terkontaminasi air liur penderita. Virus Rubella juga dapat menular dari
ibu hamil ke janin yang dikandungnya melalui aliran darah
Seseorang yang terinfeksi rubella dapat menularkan virus dalam 1–2
minggu sebelum gejala pertama kali muncul, hingga 7 hari setelah gejala ruam
menghilang. Terkadang, sebagian orang yang terinfeksi rubella tidak mengalami
gejala, tetapi tetap dapat menularkan virus kepada orang lain.
Kendati sebagian besar kasus infeksi rubella menyebabkan gejala yang
ringan dan self limited, penyakit ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan
yang serius ketika virus rubella menginfeksi janin khususnya pada trimester
pertama kehamilan. Infeksi rubella maternal dan sejumlah gejala yang dialami janin
akibat gangguan pembentukan organ serta inflamasi sistemik disebut sebagai
sindrom rubella kongenital.
Walaupun hingga kini belum diketahui secara pasti apakah terdapat reseptor
seluler khusus yang menjadi jalur masuknya virus rubella ke dalam sel, bukti yang
ada secara in vitro menunjukkan bahwa protein E1 pada rubella dapat mengikat
glikoprotein oligodendrosit mielin (myelin oligondendrocyte glycoprotein/MOG).
Kemampuan rubella dalam menginfeksi plasenta disertai adanya patologi saraf
yang berkaitan dengan sindrom rubella kongenital (SRK) dan ekspresi MOG pada
kedua jenis jaringan tersebut menimbulkan dugaan bahwa MOG adalah reseptor
virus rubella.
Pemeriksaan serologi masih menjadi pemeriksaan penunjang ideal untuk
memastikan diagnosis infeksi rubella. Hasil yang didapat adalah peningkatan titer
imunoglobulin M spesifik rubella sebanyak empat kali lipat atau lebih pada sampel
berpasangan yang diambil dengan interval 2 minggu, atau serokonversi
imunoglobulin G yang mengisyaratkan adanya infeksi baru.
Secara patofisiologi, infeksi rubella postnatal dan kongenital memiliki
persamaan dalam hal mekanisme penularan virus melalui kontak langsung atau

5
aerosol dari sekresi saluran napas atas dari individu yang infeksius terhadap
individu yang rentan. Namun, infeksi rubella postnatal dan kongenital berbeda
dalam hal tingkat kerusakan organ dan komplikasi jangka panjang yang mungkin
terjadi
Gejala utama rubella adalah ruam merah yang muncul dalam 2–3 minggu
sejak terpapar virus Rubella. Ruam tersebut akan bermula di wajah, lalu menyebar
hingga ke seluruh tubuh. Umumnya, ruam merah akan menimbulkan rasa gatal
yang dapat berlangsung hingga 3 hari. Selain ruam, beberapa gejala lain yang dapat
terjadi adalah:
1) Demam
2) Batuk
3) Pilek dan hidung tersumbat
4) Mata merah (konjungtivitis)
5) Sakit kepala
6) Sakit tenggorokan
7) Nyeri sendi, terutama pada remaja wanita
8) Muncul benjolan di sekitar telinga dan leher, akibat pembengkakan kelenjar
getah bening
Gejala yang timbul akibat rubella biasanya ringan sehingga sulit terdeteksi.
Namun, begitu seseorang terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam
waktu 5–7 hari. Periode yang paling rentan untuk menularkan penyakit ini pada
orang lain adalah pada hari pertama sampai hari kelima setelah ruam muncul.

4. Cytomegalovirus (CMV)
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus herpes yang dapat
menginfeksi dan bertahan di tubuh manusia untuk waktu yang lama. Virus ini dapat
menular melalui cairan tubuh, seperti air ludah, darah, urine, air mani, dan air susu
ibu.
Pada orang yang sehat, infeksi CMV umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan masalah kesehatan atau hanya menimbulkan gejala ringan yang

6
sembuh dengan sendirinya. Hal tersebut dikarenakan sistem kekebalan tubuh masih
bisa mengendalikan infeksi virus tersebut.
Infeksi cytomegalovirus dapat terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, beberapa
faktor di bawah ini dapat meningkatkan risiko seseorang terinfeksi
cytomegalovirus:
1) Bekerja atau tinggal bersama dengan penderita infeksi cytomegalovirus
2) Menerima transplantasi organ atau transfusi darah
3) Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat menderita
HIV/AIDS atau memiliki kebiasaan merokok
4) Mengonsumsi obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, seperti
obat imunosupresan
5) Sering berganti pasangan dalam melakukan aktivitas seksual
Infeksi cytomegalovirus pada orang dewasa yang sehat umumnya tidak
menimbulkan gejala sama sekali. Meski demikian, beberapa penderita bisa saja
mengalami gejala berupa:
1) Demam
2) Nyeri otot
3) Kelelahan
4) Ruam kulit
5) Sakit tenggorokan
6) Pembengkakan kelenjar getah bening
7) Nafsu makan menurun
8) Sakit kepala
Infeksi CMV akan lebih berdampak pada bayi atau orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang lemah. Pada janin atau bayi, gejala infeksi CMV dapat
terdeteksi setelah kelahiran atau beberapa tahun kemudian. Beberapa gejala infeksi
CMV yang dapat dialami oleh bayi baru lahir adalah:
1) Kelahiran prematur dengan berat badan lahir rendah
2) Ukuran kepala bayi kecil (mikrosefalus)
3) Kulit dan mata berwarna kuning (penyakit kuning)
4) Pembesaran hati dan penurunan fungsi hati

7
5) Pembesaran limpa
6) Bercak-bercak memar berwarna ungu pada kulit
7) Pneumonia
Sementara itu, gejala yang biasanya ditemukan beberapa bulan atau tahun
kemudian adalah gangguan pendengaran atau keterlambatan pertumbuhan.
Terkadang bisa juga terjadi gangguan penglihatan.

5. Hepatitis
Virus Hepatitis C (HCV) adalah penyebab penyakit hati kronis yang sering
pada orang dewasa, Yang menjadi permasalahan pada wanita hamil adalah
transmisi vertikal. Wanita dengan infeksi HCV kronis seringkali memiliki
gangguan pada kehamilan tanpa memburuknya penyakit hati Atau efek samping
ibu atau bayi lainnya. Cara penularan Hepatitis C yaitu Melalui produk darah (jarum
yang tidak steril atau darah yang tidak disaring). Dari ibu ke bayi dalam proses
mengandung, persalinan, atau menyusui.
Hepatitis C tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Gejala kondisi ini
umumnya muncul bila infeksi sudah berlangsung lama dan menimbulkan kerusakan
pada hati. Gejala yang dapat muncul adalah lemas, tidak nafsu makan, dan penyakit
kuning.
Hepatitis C umumnya dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, pada
sebagian kasus, hepatitis C bisa berkembang dalam jangka panjang (kronis). Pada
kondisi tersebut, dokter dapat memberikan obat antivirus , atau menyarankan
prosedur transplantasi hati jika sudah timbul komplikasi.

8
PENDAHULUAN
Kegawat daruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika
kelahiran bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan
selama kehamilan yang bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan
dilahirkan. Kegawatan tersebut harus segera ditangani, karena jika lambat dalam
menangani akan menyebabkan kematian pada ibu dan bayi baru lahir (Walyani &
Purwoastuti, 2015).
Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas sumber
daya manusia di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangatditentukan
kondisinya pada masa janin dalam kandungan. Ibu hamil merupakan kelompok
rentan yang terkena infeksi. Ibu hamil yang terinfeksi penyakit dapat menularkan
ke
janin dalam kandungannya sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan janin menjadi terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian.
Beberapa penyakit yang harus dideteksi selama kehamilan adalah infeksi HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B (Kemenkes RI, 2015).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan
yang sangat serius di Negara-negara berkembang. Berdasarkan hasil laporan
World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI)
di dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang
AKI yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa,
Asia Selatan sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa.
AKI di Negara – Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190
per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).
Penyakit infeksi menular seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV),
Sifilis dan, Hepatitis B merupakan penyakit menular yang langsung dapat
menginfeksi ibu dan ditularkan ke bayi sejak dalam kandungan, persalinan
maupun menyusui. Infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B memiliki jalur penularan
yang sama yaitu melalui hubungan seksual, darah dan vertikal dari ibu ke bayi.
Penularan dari ibu ke janin pada masa kehamilan melalui plasenta yang terinfeksi,
darah atau cairan genital saat persalinan dan melalui Air Susu Ibu (ASI) pada
masa laktasi. Ketiga kondisi infeksi ini dapat memperburuk satu sama lain
(Kemenkes RI, 2015).

Pembahasan
Data dari World Health Organization (WHO) di Asia Tenggara pada tahun
2015, angka HIV mencapai 5,1 juta jiwa pasien dengan 77.000 wanita hamil
hidup dengan HIV, dan 19.000 kasus infeksi HIV pediatrik baru telah ditemukan.
Data Sifilis, incidence rate telah menunjukkan peningkatan sebanyak 0,32% di
wilayah Asia Tenggara. Jumlah pasien menunjukkan angka hingga 167.000 kasus
Sifilis pada ibu hamil. Data Hepatitis B di Asia Tenggara tercatat 15% dari jumlah
total pasien Hepatitis B di seluruh dunia dengan jumlah 39 juta orang. Data di
Indonesia pada tahun 2019 prevalensi HIV mencapai 0,39%, prevalensi sifilis
2,5%, dan Hepatitis B 2,5% (Kemenkes RI, 2019).

Program Pencegahan Penularan Ibu dan Anak (PPIA) yang terdiri dari tiga
penyakit menular yaitu HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dimanfaatkan untuk
mencegah penularan infeksi penyakit menular langsung dari ibu ke bayi yang
terjadi secara vertikal. Program PPIA yang dilaksanakan dalam paket pelayanan
antenatal terpadu bertujuan untuk mencapai triple eliminasi penularan HIV, Sifilis,
dan Hepatitis B dari ibu ke anak. Pelayanan antenatal terpadu melalui program
PPIA sebagai program triple eliminasi penyakit HIV, sifilis dan hepatitis B dari
ibu ke anak menjadi prioritas utama kesehatan ibu dan anak di Indonesia.
Pemeriksaan skrining yang digunakan adalah HIV rapid test, RPR (Rapid Plasma
Reagin), Tp rapid (Treponema pallidum rapid), dan HBsAg (Hepatitis B surface
Antigen) rapid test (Kemenkes RI, 2019).

Human Immunodeficiency Virus (HIV)


Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah retrovirus yang
menginfeksi sistem imunitas seluler, mengakibatkan kehancuran ataupun
gangguan fungsi sistem. Infeksi HIV selama masa kehamilan dapat menyebabkan
transmisi vertikal dari ibu ke anak baik dalam masa kehamilan maupun saat
proses persalinan (Hartanto dan Marianto, 2019). Ibu hamil dengan HIV reaktif
menularkan infeksi pada bayi lebih dari 90%. Penularan tersebut dapat terjadi
pada masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Tanpa pengobatan
yang tepat dan dini, separuh dari anak yang terinfeksi HIV akan meninggal
sebelum ulang tahun kedua (Kemenkes RI, 2015).
Penularan dari ibu ke bayi atau Mother to Child Transmission (MTCT) di
negara maju adalah sekitar 2% karena tersedianya layanan optimal pencegahan
penularan HIV terutama dari ibu ke bayi. Peningkatan risiko terjadi hingga 45%
di negara berkembang atau negara miskin yang tidak memiliki akses terhadap
fasilitas tersebut. Pencegahan MTCT dapat dicapai apabila: 1) terdeteksi dini, 2)
terkendali ibu melakukan perilaku hidup sehat, ibu mendapat ARV profilaksis
teratur, ANC teratur, dan petugas kesehatan menerapkan pencegahan infeksi
sesuai kewaspadaan standar, 3) pemilihan rute persalinan yang aman (seksio
sesarea), 4) pemberian PASI (susu formula) yang memenuhi syarat, 5)
pemantauan ketat tumbuh-kembang bayi dan balita dari ibu HIV reaktif, dan 6)
dukungan tulus dan perhatianberkesinambungan kepada ibu, bayi, dan
keluarganya (Hartanto dan Marianto, 2019).

Hepatitis B
Hepatitis B adalah peradangan sel-sel hati yang disebabkan oleh infeksi virus
Hepatitis B. Menurut Kemenkes 2017, penularan terbesar terjadi kepada bayi
yang dilahirkan oleh ibu dengan Hepatitis B reaktif. Setiap tahun terdapat 5,3 juta
ibu hamil Hepatitis B (HBsAg) reaktif, maka setiap tahun diperkirakan terdapat
150 ribu bayi yang 95% berpotensi mengalami Hepatitis kronis pada 30 tahun ke
depan. Penularan terhadap bayi terjadi ketika masih dalam kandungan, saat
melahirkan dan setelah persalinan (Anandah et al., 2019)
Sifilis
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang
menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan
tubuh (gumma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi Sifilis, bila tidak diobati
dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir dengan abortus,
lahir mati, atau infeksi neonatus (Sifilis kongenital). Bayi baru lahir tertular Sifilis
akibat infeksi dalam rahim, tetapi bayi dapat juga tertular akibat kontak lesi
genital ibu pada saat persalinan. Risiko penularan dari wanita dengan Sifilis
primer atau sekunder yang tidak mendapatkan pengobatan adalah sekitar 70-100%.
Risiko ini menurun hingga 40% bila ibu hamil berada pada stadium laten awal
dan 10% pada stadium laten lanjut atau sifilis tersier. Empat puluh persen
kehamilan pada wanita dengan sifilis menyebabkan kematian janin. Secara teoritis,
Sifilis dapat ditularkan melalui air susu ibu (ASI) dari ibu dengan Sifilis primer
atau sekunder walaupun
hal ini jarang ditemukan.
Kesimpulan
Kegawat daruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika
kelahiran bahkan saat hamil. Masa kehamilan merupakan masa yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia di masa depan, karena tumbuh
kembang anak sangatditentukan kondisinya pada masa janin dalam kandungan.
Ibu hamil merupakan kelompok rentan yang terkena infeksi. Ibu hamil yang
terinfeksi penyakit dapat menularkan ke janin dalam kandungannya sehingga
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan janin menjadi terganggu bahkan
dapat menyebabkan kematian. Beberapa penyakit yang harus dideteksi selama
kehamilan adalah infeksi HIV, Sifilis, dan Hepatitis B
INFEKSI PENYAKIT ORGAN HATI

1. Pengertian hati
Hati atau liver adalah organ padat terbesar dan kelenjar dalam
tubuh yang memiliki banyak kegunaan, intensial terbesar dengan berat
antara 1,2 – 1,8 kg atau 25% berat badan orang dewasa yang menempati
sebagian besar kuadran kanan dan merupakan pusat metabolism tubuh
dengan fungsi yang sangat kompleks, berbentuk cekung dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari system porta hepatis. hati dibungkus oleh
sebuah kapsul fibroelastik yang disebut kapsul glisson yang berisi
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Sel hati dapat melakukan
pembelahan sel dan mudah diproduksi kembali saat dibutuhkan untuk
mengganti jaringan yang rusak (Corwin, Elizabeth, J 2007).

Hati merupakan organ tubuh yang paling sering mengalami


kerusakan apabila terkena toksik. Zat toksik yang masuk kedalam tubuh
akan mengalami proses detoksefikasi (dinetralisasi) didalam hati oleh
fungsi hati. Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa yang lain
yang sifatnya tidaklagi beracun terhadap tubuh. Jika jumlah racun yang
masuk kedalam tubuh relative kecil atau sedikit maka tidak akan terjadi
gejala, namun jika racun yang masuk dalam jumlah besar dapat
menyebabkan kerusakan struktur mikroorganisme hati (jayati, 2015).

2. Fungsi hati
Selain merupakan organ intestinal yang ukurannya terbensar, hati
juga mempunyai fungsi yang paling banyak dan kompleks, yaitu
diantaranya
a. Memproduksi protein plasma dan asam empedu ( albumin,
fibrinogen, protombin)
b. Penyimpanan energi
c. Pusat detoksifikasi zat yang beracun di dalam tubuh
d. Pusat metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat.
Bergantung pada keperluan tubuh dandapat saling
membentuk
e. Menyimpan vitamin, zat besi, dan glikogen

3. Patoginesis hati
Di hati terjadi pengaturan metablisme tubuh dengan fungsi yang
sangat kompleks dan juga proses proses penting lainnya bagi kehidupan,
pengaturan metabolism kolestrol dan detoksifikasi racun atau obat yang
masuk dalam tubuh. Gangguan funsi hati seringkali dihubungkan dengan
beberapa penyakit hati tertentu. Penyakit hati dibedakan menjadi 2 yaitu
penyakit hati akut atau kronis. Dikatakan akut apabila kelainan yang
terjadi berlangsung samapi dengan 6 bulan, Ada satu bentuk penyakit hati
akut yang fatal, yakni kegagalan hati fulminan, yang berarti perkembangan
mulai dari timbulnya penyakit hati hingga kegagalan hati yang berakibat
kematian (fatal) terjadi dalam kurang dari 4 minggu. Beberapa penyebab
penyakit hati antara lain
a. Infeksi virus hepatitis, dapat ditularkan melalui selaput mukosa,
hubungan
seksual atau darah (parenteral).
b. Zat-zat toksik, seperti alkohol atau obat-obat tertentu.
c. Genetik atau keturunan, seperti hemochromatosis.
d. Gangguan imunologis, seperti hepatitis autoimun, yang
ditimbulkan karena
adanya perlawanan sistem pertahanan tubuh terhadap jaringan
tubuhnya
sendiri. Pada hepatitis autoimun, terjadi perlawanan terhadap sel-
sel hati yang
berakibat timbulnya peradangan kronis.
e. Kanker, seperti Hepatocellular Carcinoma, dapat disebabkan oleh
senyawa karsinogenik antara lain aflatoksin, polivinil klorida
(bahan pembuat plastik),
virus, dan lain-lain. Hepatitis B dan C maupun sirosis hati juga
dapat
berkembang menjadi kanker hati

4. faktor resiko gangguan hati


 Umur
Salah satu pemeriksaan fungsi hati adalah pemeriksaan Glutamc Pyruvic
Transaminase (SGPT) menurut penelitian Dewi (2016) diperoleh hasil
kadar SGPT mengalami peningkatan pada umur 39 – 78 tahun sebanyak 6
orang sedangkan pada umur 19 – 38 tahun sebanyak 16 orang memiliki
kadar SGPT normal.
 Frekuensi konsumsi minuman beralkohol.
Menurut penelitian Nabila (2011), bahwa pemberian etanol dengan dosis
8gr/kg berat badan pada tikus wistar dapat meningkatkan kerusakan sel
hepar
secara bermakna bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sebagian
besar
kerusakan jaringan sel hepar alkoholik kronik diakibatkan oleh asetaldehid
yang
tertimbun di dalam hati dan dibebaskan ke dalam darah setelah seseorang
minum alkohol dalam jumlah besar.
 Jangka waktu mengonsumsi minuman beralkohol
Pemakaian alkohol dalam jangka waktu lama dapat meginduksi dan
meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatakan aktivitas zat-zat
racun yang terdapat pada hati dan zat-zat yang dapat menimbulkan kanker,
menghambat pembentukan protein dan menyebabkan gangguan fungsi hati
(Wiarto, 2013).
5. Klasifikasi penyakit hati
Penyakit hati dibedakan menjadi berbagai jenis, berikut beberapa
macam
penyakit hati yang sering ditemukan, yaitu:

a. Hepatitis
Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati.
Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat
obatan, termasuk obat tradisional. Virus hepatitis terdiri dari beberapa
jenis :
hepatitis A, B, C, D, E, F dan G. Hepatitis A, B dan C adalah yang paling
banyak
ditemukan. Manifestasi penyakit hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis
A),
kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemudian menjadi kanker hati
(hepatitis B
dan C).

b. Sirosis Hati
Setelah terjadi peradangan dan bengkak, hati mencoba memperbaiki
dengan
membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis" yang
membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan
berjalan,
semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap
selanjutnya
disebut "sirosis". Pada sirosis, area hati yang rusak dapat menjadi
permanen dan
menjadi sikatriks. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan
hati
yang rusak dan hati mulai menciut, serta menjadi keras. Sirosis hati dapat
terjadi
karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, alkohol, perlemakan
hati atau
penyakit lain yang menyebabkan sumbatan saluran empedu.
Sirosis tidak dapat disembuhkan, pengobatan dilakukan untuk mengobati
komplikasi yang terjadi seperti muntah dan keluar darah pada feses, mata
kuning
serta koma hepatikum. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya
sirosis hati adalah pemeriksaan enzim SGOT-SGPT, waktu protrombin
dan
protein (Albumin–Globulin) Elektroforesis (rasio Albumin-Globulin
terbalik).

c. Kanker Hati
Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC).
HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis,
terutama
sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan hemochromatosis.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi terjadinya kanker hati
adalah Alpha Fetoprotein (AFP) dan PIVKA II.

d. Perlemakan Hati
Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5% dari berat hati
atau mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini
sering
berpotensi menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan ini
dapat
timbul karena mengkonsumsi alkohol berlebih, disebut ASH (Alcoholic
Steatohepatitis), maupun bukan karena alkohol, disebut NASH (Non
Alcoholic
Steatohepatitis). Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus perlemakan hati
adalah
terhadap enzim SGOT, SGPT dan Alkali Fosfatase.

e. Kolestasis dan Jaundice


Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan produksi dan/atau
pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan
gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya
penumpukan asam empedu, bilirubin dan kolesterol di hati. Adanya
kelebihan
bilirubin dalam sirkulasi darah dan penumpukan pigmen empedu pada
kulit,
membran mukosa dan bola mata (pada lapisan sklera) disebut jaundice.
Pada
keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin menjadi lebih gelap,
sedangkan feses lebih terang. Biasanya gejala tersebut timbul bila kadar
bilirubin
total dalam darah melebihi 3 mg/dl. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
kolestasis dan jaundice yaitu terhadap Alkali Fosfatase, Gamma GT,
Bilirubin
Total dan Bilirubin Direk.

f. Abses Hati
Abses hati dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau amuba. Kondisi ini
disebabkan karena bakteri berkembang biak dengan cepat, menimbulkan
gejala
demam dan menggigil. Abses yang diakibatkan karena amubiasis
prosesnya berkembang lebih lambat. Abses hati, khususnya yang
disebabkan karena
bakteri, sering kali berakibat fatal (Muchid, 2007).
A. Pengertian Ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Dalam manusia dewasa, ukuran ginjal sekitar 11 sentimeter panjangnya. Ginjal
menerima darah dari sepasang arteri renalis, dan darah keluar lewat vena renalis.
Setiap ginjal berhubungan dengan ureter, tabung yang membawa urin keluar ke
kandung kemih. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di
belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang,
di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat
untuk hati. Ginjal kanan juga biasanya lebih kecil daripada ginjal kiri. Ginjal kanan
terletak langsung di bawah diafragma dan di belakang hati. Ginjal kiri terletak di
bawah diafragma dan di belakang limpa. Di sebelah atas ginjal terdapat kelenjar
adrenal.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.
Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak
 lemak perirenal, terletak di antara fascia renal (jaringan penunjang
fibrosa tebal) dan kapsul ginjal
 lemak pararenal yang berada di atas fascia renal.
Bagian atas ginjal kanan berbatasan dengan hati, dan ginjal kiri berbatasan
dengan limpa. Karena itu, kedua ginjal bergerak turun ketika bernafas.
Ginjal memiliki bentuk seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke
dalam. Di tiap ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus dimana arteri renalis masuk
dan vena relias dan ureter keluar.
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis kelamin, umur,
serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada lelaki dewasa, rata-rata ginjal memiliki
ukuran panjang sekitar 11,5 cm, lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan
berat sekitar 120-170 gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. [1] Di wanita
dewasa, berat ginjal sekitar 115 - 155 gram. Volume rata-rata ginjal adalah
146 cm3 di kiri dan 134 cm3 di kanan.

B. Fungsi Ginjal
Fungsi Utama Ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah
Organ ginjal memiliki peran yang sangat penting dalam membuang racun yang
tertumpuk di dalam tubuh. Jika tidak dikeluarkan, racun-racun tersebut akan sangat
berbahaya bagi tubuh. Nefron merupakan satu di antara bagian di dalam ginjal yang
bertugas menyaring racun dari dalam darah. Ginjal setiap harinya dapat menyaring
kurang lebih 200 liter darah dan serta dua liter zat sisa.

2. Menghasilan hormon
Ginjal dapat berfungsi untuk menghasilkan hormon penting di dalam tubuh.
Hormon yang dihasilkan adalah eritroprotein (EPO). Hormon ini berfungsi sebagai
perangsang untuk meningkatkan laju pembentukan sel darah merah oleh sumsum
tulang.
3. Membentuk urine
Fungsi ginjal yang paling umum dan sudah banyak diketahui orang adalah
membentuk urine. Urine pada umumnya terdiri dari air, urea, dan ammonia, berisi
zat dan senyawa buangan yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.
Itulah mengapa, demi lancarnya sekresi cairan, penting bagi Anda untuk selalu
menjaga kesehatan ginjal dengan cara berolahraga dan memperbanyak minum air
putih.
4. Mengendalikan kadar gula darah
Fungsi ginjal sangat berkaitan dengan produksi hormon insulin dan adrenalin.
Kedua hormnon tersebut berfungsi mengatur kadar gula darah di dalam tubuh.
Insulin bertugas menurunkan kadar gula darah jika terlalu tinggi, begitu sebaliknya,
adrenalin bertugas menambah kadar gula darah jika terlalu rendah.
Itulah mengapa, penting untuk menjaga kesehatan ginjal agar kadar gula di
dalam darah terjaga dengan baik dan seimbang sehingga menurunkan risiko terkena
berbagai penyakit.
5. Menjaga kesehatan tulang
Jika Anda berpikir ginjal tidak ada kaitannya dengan tulang, itu merupakan
pikiran yang keliru karena satu di antara fungsi ginjal adalah memproduksi
calcitriol, zat yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga jumlah kalsium dan fosfat.
6. Memproduksi sel darah merah
Sel darah merah yang diproduksi di sumsum tulang ternyata diatur oleh organ
ginjal. Ginjal akan memproduksi hormon erythropoietin yang berguna untuk
merangsang produksi sel darah merah di dalam sumsum tulang.
7. Menjaga keseimbangan air
Ginjal memiliki peran penting untuk menjaga keseimbangan air di dalam tubuh.
Jika ginjal tidak bisa bekerja dengan baik, sudah bisa dipastikan tubuh akan
mengalami kekeringan dan terjadi dehidrasi berlebih karena kekurangan cairan
darah atau sebaliknya, tubuh akan terlalu banyak kandungan air karena kebanjiran
cairan di dalam tubuh yang menumpuk dan tidak terbuang.
8. Mengatur kadar asam dan basa tubuh
Fungsi ginjal lainnya yang jarang diketahui adalah mengatur keseimbangan
jumlah asam dan basa dalam tubuh. Jika jumlah satu di antaranya dianggap telah
melebihi batas normal, ginjal akan membuangnya bersamaan dengan urin.
Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, Anda akan lebih rentan terkena penyakit
yang erat kaitannya dengan kelebihan jumlah asam atau basa tubuh.

C. Faktor Resiko Ginjal


Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul
akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit
metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. Penyakit ginjal kronis, biasanya timbul
secara perlahan dan sifatnya menahun.
Pada awalnya tidak ditemukan gejala yang khas sehingga penyakit ini sering
terlambat diketahui. PGK didefinisikan sebagai kelainan pada urin atau darah atau
kelainan morfologi yang berlangsung lebih dari 3 bulan, disertai dengan bila
ditemukan satu atau lebih tanda :
 Albumin urin AER ≥ 30 mg/24 jam , ACR≥ 30 mg/g/ ≥ 3 mg/mmol.
 Terdapat sedimen urin yang abnormal
 Elektrolit abnormal
 Hasil Patologi anatomi abnormal
 Hasil MRI abnormal
 Riwayat transplantasi ginjal
 Penurunan LFG : < 60 ml/mnt/ 173m2
Faktor risiko ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (dapat diubah) dan yang tidak dapat dimodifikasi.
 FR tidak dapat dimodifikasi:

 Riwayat Keluarga
 Penyakit Ginjal
 Kelahiran Prematur
 Usia
 Trauma /Kecelakaan
 Jenis penyakit tertentu (Lupus, Anemia, Kanker, AIDS, Hepatitis C dan
Gagal Jantung Berat)

 FR Yang dpt dimodifikasi :

 Diabetes (tipe2)
 Hipertensi
 Konsumsi Obat
 Pereda Nyeri
 Napza
 Radang Ginjal
D. Penyakit Ginjal

1. Gagal Ginjal Kronis


Chronic kidney disease (CKD) alias penyakit ginjal kronis, merupakan kondisi
di mana terjadi penurunan fungsi ginjal secara signifikan selama beberapa waktu
(lebih dari 3 bulan), sehingga CKD juga sering dianggap sebagai gagal ginjal
kronis.
2. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut terjadi saat ginjal mengalami kerusakan secara mendadak dan
tidak berfungsi dengan normal. Akibatnya, ginjal tidak dapat membuang limbah
metabolisme dari dalam tubuh dan tidak dapat menyeimbangkan air serta elektrolit

3. Batu Ginjal
Ditandai dengan terbentuknya kristal di dalam ginjal, sehingga dikenal sebagai
kencing batu. Batu ginjal bisa berpindah ke saluran kemih lain seperti ureter,
kandung kemih, dan uretra. Bila ini terjadi, kristal dapat melukai dinding saluran
kemih dan menyebabkan urine bercampur darah. Salah satu gejalanya adalah rasa
nyeri yang hilang dan timbul di daerah pinggang.
4. Glomerulonefritis
Peradangan glomerulus atau pembuluh darah kecil yang berfungsi menyaring
darah. Akibatnya, ginjal tidak bisa menyaring darah dengan normal hingga
berujung pada gagal ginjal. Gejala glomerulonefritis adalah kencing berdarah,
tekanan darah tinggi, jarang buang air kecil, nyeri perut, kencing berbusa, serta
pembengkakan di wajah, tangan, kaki, dan perut karena penumpukan cairan dalam
tubuh.

5. Nefritis Akut
Peradangan pada nefron ginjal. Pengidap nefritis akut mengalami demam,
muntah, tekanan darah tinggi, nyeri punggung, dan gangguan kencing.
6. Infeksi Saluran Kencing
Terjadi saat bakteri menginfeksi saluran kencing. Kondisi ini ditandai dengan
demam, nyeri saat berkemih, dan sering buang air kecil.
7. Asidosis
Disebabkan karena banyaknya kadar karbondioksida dalam tubuh, diare,
penurunan jumlah insulin, hingga ketidakmampuan ginjal dalam menyaring zat
basa dalam tubuh. Gejalanya berupa mudah lelah, sering mengantuk, linglung, sulit
bernapas, sakit kepala, jantung berdebar kencang, dan nafsu makan menurun.
8. Uremia
Penumpukan urea dalam darah, menyebabkan iritasi pada sistem saraf.
Biasanya pengidap uremia mengalami kram kaki, hilang nafsu makan, sakit kepala,
kelelahan, muntah, dan sulit berkonsentrasi.
A. PENGERTIAN TULANG

Tulang adalah organ dengan struktur keras dan kaku yang membentuk
kerangka manusia. Organ-organ ini dinamis dan terus berubah sering stimulus
dari lingkungan. Beberapa tulang dapat menyatu dan membentuk tulang yang
lebih kuat yang terjadi pada masa pertumbuhan (bayi memiliki 300 tulang,
sementara dewasa hanya 206. Selain itu, tulang juga dapat membesar atau
mengecil, menebal atau menipis, atau menguat jika dibutuhkan. Saat patah,
misalnya dalam cedera, tulang dapat tumbuh kembali tanpa meninggalkan
luka.

Tulang memiliki banyak fungsi penting, di antaranya:

 Menjadi penopang dan menciptakan struktur serta bentuk tubuh manusia


 Melindungi organ vital yang rapuh
 Menyimpan sel darah putih dan merah. Selain itu, sel dari tulang belakang
seperti sel punca yang terletak pada lapisan paling dalam
 Memfasilitasi respirasi
 Ditinggalkan lemak dan mineral yang dikeluarkan saat tubuh
membutuhkan, sehingga berperan penting dalam homeostasis
 Lengkapi fungsi motorik dan lokomotif, yang berkoordinasi dengan otot dan
sendi sehingga tulang dapat terhubung
 Tulang menghasilkan empat jenis sel: osteosit, osteoklas, osteoblas, dan sel-
sel lapisan.

B. PENGERTIAN SENDI

Sendi (bahasa Inggris: joint) atau artikulasi (bahasa Inggris: articulation)


merupakan hubungan antartulang di dalam tubuh yang membuat tulang-tulang
dapat berfungsi sebagai suatu sistem rangka. Sistem muskuloskeletal
(gabungan sistem otot dan rangka) pada hewan vertebrata (termasuk manusia)
umumnya terdiri dari tulang, otot, dan sendi (dibantu oleh tendon, ligamen dan
tulang rawan) yang memungkinkan hewan vetebrata untuk bergerak dan
berpindah tempat dengan cepat. Sendi tulang sendiri menyatukan tulang-tulang
yang ada sebagai sebuah sistem rangka yang utuh, sehingga memungkinkan
terbentuknya pergerakan terbatas pada bagian-bagian tubuh dengan bantuan
otot. Sendi\ terutama terdapat pada makhluk hidup berangka, seperti manusia
dan hewan vertebrata.

C. INFEKSI TULANG DAN SENDI


DEFINISI
Infeksi tulang dan sendi kemungkinan disebabkan oleh bakteri, mikobakteri
atau jamur. Mereka bisa merebak melalui aliran darah ke dalam tulang dan
sendi (penyebaran hematogen) atau entri melalui mikro-organisme dari
penetrasi luka atau dari jaringan dekat yang terinfeksi atau luka terbuka yg
terkontaminasi (penyebaran berdekatan).

EPIDEMIOLOGI
Infeksi tulang dan sendi telah dilaporkan terjadi pada 2 dari setiap 10,000
orang. Pada anak-anak, tulang panjang dari lengan atau kaki sering terlibat.
Pada orang dewasa, kaki, tulang belakang dan pinggul yang paling sering
terkena. Ini mungkin yang akut (onset mendadak) atau kronis (onset lambat).

FAKTOR RISIKO MELIPUTI :

1. Tulang patah yang parah


2. Luka tusukan yang dalam
3. Operasi tulang dan sendi (seperti pengganti pinggul dan lutut)
4. Kencing manis
5. Penyakit sickle sel
6. Rheumatoid arthritis
7. HIV/AIDS
8. Kemoterapi / radioterapi
9. Transplantasi organ
10. Dialisis
11. Kateter urin
12. Kehadiran infus sentral (central lines)
13. Penggunaan steroid jangka panjang
14. Penggunaan obat

Kebanyakan infeksi tulang dan sendi disebabkan oleh bakteri


Staphylococcus. Mikro-organisme lain yang dapat menyebabkan infeksi ini
meliputi lain bakteri Gram positif Streptococci. Gram negatif (Klebsiella,
Escherichia coli), Mikobakteri (tuberkulosis) dan kurang umum oleh jamur
(Candida).

GEJALA KLINIS

1. Demam dan / atau kedinginan


2. Mudah marah atau kelelahan
3. Sakit, kelembutan dan pembengkakan di sekitar bagian yang terkena
4. Komplikasi yang mungkin terjadi termasuk kematian tulang
(osteonecrosis), kecacatan tulang dan sendi, pergerakan terbatas pada
sendi yang terpengaruh dan gangguan pertumbuhan anggota badan
yang terkena pada anak-anak.
5. Diagnosis – Pemeriksaan Darah, Sinar-X (X-Ray) Di Mana Yang
Relevan Dll
6. Tes darah dapat mengungkapkan peningkatan jumlah sel darah putih, C
Reactive Protein (CRP) yang tinggi dan peningkatan kadar sedimentasi
eritrosit (ESR) disebabkan oleh infeksi dan inflamasi
7. Sinar-X (x-ray) dapat mengungkapkan kerusakan pada tulang anda.
Perubahan pada radiografi polos mungkin tidak akan terlihat sampai
infeksi telah hadir selama beberapa minggu
8. CT scan dan MRI dapat menghasilkan gambar yang lebih rinci tentang
tulang dan jaringan di sekitarnya
9. Biopsi tulang merupakan standar terbaik untuk mendiagnosis infeksi
tulang dan sendi. Kultur jaringan dapat mengungkapkan mikro-
organisme yang mana yang menyebabkan infeksi dan juga dapat
membantu para dokter memilih antibiotik yang bekerja dengan baik
melawan mikro-organisme tersebut. Biopsi tulang dilakukan dengan
anestesi lokal numbing pada daerah tersebut sebelum memasukkan
jarum yang panjang ke dalam tulang terpengaruh
10. Kultur darah juga mungkin dapat mengungkapkan organisme yang
menganggu jika infeksi sangat parah dan telah memasuki ke dalam
aliran darah.

ETIOLOGI

Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%).


Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan
Pneumococcus (Overdoff, 2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan lunak,
nekrosis yang berhubungan Dengan keganasan dan terapi radiasi serta luka
bakar dapat menyebabkan atau Memperparah proses infeksi tulang. Infeksi
telinga dan sinus serta gigi yang Berdarah merupakan akibat dari
osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang Tengkorak. Faktu compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat Melukai tulang pokok sering
menyebabkan traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan
pada orang yang lebih tua karena faktor Penyebabnya berhubungan dengan
penuaan (Reeves, 2001:273).
PERAWATAN

Perawatan difokuskan pada pemberantasan infeksi, mencegah


kerusakan pada tulang dan sendi dan mempertahankan fungsi sebanyak
mungkin. Kebanyakan infeksi tulang dan sendi diobati dengan antibiotik,
operasi atau keduanya. Antibiotik biasanya diberikan secara intravena
selama 4 – 6 minggu sebelum beralih ke antibiotik oral. Infeksi yang lebih
parah mungkin memerlukan operasi untuk menghentikan infeksi dari
penyebaran lebih lanjut. Dalam operasi, daerah yang terinfeksi dikeringkan
dan debridement dilakukan (di mana tulang terkena penyakit dan jaringan
akan dihapus). Pengangkatan secara operasi membantu untuk mengurangi
beban mikro-organisme dan ini dapat meningkatkan penyembuhan.

Prognosis untuk infeksi tulang dan sendi yang baik dengan perawatan
awal dan tepat. Kadang kala infeksi bisa kambuh dan infeksi menjadi suatu
kondisi kronis yang semakin melemahkan tulang.

PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah osteomyelitis dan infeksi sendi adalah
untuk mengobati setiap infeksi berpotensi awal. Jika anda mendapatkan
luka atau goresan, bersihkan daerahnya dengan segera dan aplikasikan
pembalut yang bersih. Periksa luka dengan sering untuk tanda-tanda infeksi.
Tulang akut dan infeksi sendi dapat menjadi permasalahan kronis jadi
makin cepat anda mengobati infeksi tersebut, semakin besar kesempatan
dalam pemulihan sepenuhnya.
1. Pengertian
Penyakit kelamin ( veneral disease ) sudah lama di kenal dan
beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonorrea.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan ,dan semakin banyaknya
penyakit–penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan
diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases ( STD ) atau Penyakit
Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah Sexually
Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi Infeksi menular
seksual (IMS) agar dapat menjangkau penderitaan asimptomatik. Infeksi
menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik
hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan
jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana
penularan penyakit kelamin.Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya
terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital.
Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular IMS
adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15-24 tahun).

2. Tanda dan gejala


Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:
1. Perempuan
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus,
mulut atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka
yang sangat sakit disekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,
kekuningan,
c. kehijauan, berbau atau berlendir.
d. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya
tidak menyebabkan sakit atau burning urination.
e. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
f. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul
dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeks
saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah kebagian dalam
sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium )
g. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.

2. Laki – laki
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus mulut
atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil , diikuti luka yang
sangat sakit di sekitar alat kelamin
b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit
selama atau setelah urination.
d. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di
kantong zakar.

3. Kelompok Perilaku Resiko Tinggi


Dalam Infeksi menular seksual ( IMS ) yang dimaksud dengan
perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang
mempunyai resiko besar terserang penyakit tersebut.
Yang tergolong kelompok resiko tinggi adalah :
1. Usia
a. 20 – 34 tahun pada laki – laki
b. 16 – 24 tahun pada wanita
c. 20 – 24 tahun pada pria dan wanita
2. Pelancong
3. PSK ( Pekerja Seks Komersial )
4. Pecandu narkotik
5. Homo seksual.
4. Macam – macam penyakit menular seksual
Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan menjadi
empat kelompok yaitu:
1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non
spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum,Vaginosis
bakterial
2. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus
Kontagiosum.
3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies.
Berdasarkan cara penularannya, infeksi menular seksual dibedakan
menjadi dua, yaitu IMS mayor ( penularannya dengan hubungan seksual )
dan IMS minor (Penularannya tidak harus dengan hubungan seksual ).
1). IMS mayor
a. Gonore
Etiologi Gonore: Neisseria gonorrhoeae . Masa inkubasi : Pria 2-5
hari, gejala pada wanita sulit diketahui oleh karena sering asimtomatik .
Gejala klinis: Pria duh tubuh uretra, kental, putih kekuningan atau
kuning, kadang-kadang mukoid atau mukopurulen; eritema dan atau
edema pada meatus. Sedangkan pada wanita seringkali asimtomatik,
apabila ada duh tubuh serviks purulen atau mukopurulen, kadang kadang
disertai eksudat purulen dari uretra atau kelenjar Bartholini. Pada wanita
biasanya datang berobat setelah ada komplikasi antara lain servisitis,
bartilinitis, dan nyeri pada panggul bagian bawah.
Diagnosis ditegakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
beberapa pemeriksaan penunjang yaitu: sediaan langsung, kultur
(biakan), tes betalaktamase, tes Thomson.
Komplikasi : Pada pria epididimitis, orkitis => infertilitas,
sedangkan komplikasi pada wanita adneksitis, salpingitis => kehamilan
ektopik, infertilitas, striktur uretra, konjungtivitas, meningitis, dan
endokarditis . Pencegahan : Tidak berhubungan intim, setia pada
pasangan dan menggunakan kondom.
b. Sifilis
Etiologi Sifilis : Treponema Palidum. Merupakan penyakit menahun
dengan remisi dan ekserbasi,dapat menyerang seluruh organ tubuh.
Mempunyai periode laten tanpa manifestasi lesi pada tubuh,dan dapat di
tularkan dari ibu kepada janinnya. Sifilis di bagi menjadi sifilis akuisita
(di dapat) dan sifilis kongenital. Sifilis akuisita di bagi menjadi 3 stadium
sebagai berikut :
1) Stadium I: erosi yang selanjutnya menjadi ulkus durum
2) Stadium II : dapat berupa roseola, kondiloma lata, bentuk varisela
atau bentuk plak mukosa atau alopesia
3) Stadium III : bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat –
alat dalam dan kardiovaskuler serta neurosifilis.
Diagnosis di tegakan dengan diagnosis klinis di konfirmasi dengan
pemeriksaan labolatorium berupa pemeriksaan lapangan gelap
(pemeriksaan lapangan gelap, mikroskop fluorensi) menggunakan
bagian dalam lesi guna menemukan T.pallidum. Selain itu menggunkan
penentuan antibody dalam serum ( tes menentukan anti body nonspesifik,
tes menentukan antibodi spesifik, antibody terhadap kelompok antigen
yaitu tes Reiter Protein Complement Fixation).
c. Ulkus Mole
Etiologi: Haemophillus ducreyi gram negatif streptobacillus, biasa
disebut chancroid merupakan penyakit infeksi genentalia akut. Gejala
klinis : Ulkus multipel, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi bergaung,
sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri. Kelenjar getah bening
inguinal bilateral atau unilateral membesar, nyeri, dengan eritema di
atasnya, seringkali disertai tanda-tanda fluktuasi, biasanya tidak disertai
gejala sistemik.
Diagnosis ulkus mole di tegakan berdasarkan riwayat pasien,
keluhan dan gejala klinis,serta pemeriksaan labolatorium. Pemeriksaan
langsung bahan ulkus dengan pengecatan gram memperlihatkan basil
kecil negatif gram yang berderat berpasangan seperti rantai di intersel
atau ekstrasel. Dengan menggunkan kultur H.ducreyi, pemeriksaan yang
di peroleh lebih akurat.Bahan di ambil dari dasar ulkus yang di peroleh
lebih akurat. Bahan di ambil dari dasar ulkus yang purulen atau pus.
Selain itu bisa dengan tes serologi ito-Reenstierma ,tes ELISA, presipitin,
dan aglutinin.
Komplikasi : Luka terinfeksi dan menyebabkan nekrosis jaringan.
Pencegahan : Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan, dan menggunakan kondom
d. Limfogranuloma Venerum
Limfogranuloma Venerum adalah infeksi menular seksual yang
mengenai sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, terutama
pada daerah genital, inguinal, anus, dan rectum. Penyebabnya adalah
Clamydia trachomatis, yang merupakan organisme dengan sifat sebagian
seperti bakteri dalam hal pembelahan sel, metabolisme, struktur, maupun
kepekaan terhadap antibiotika dan kemoterapi, dan sebagian lagi bersifat
seperti virus yaitu memerlukan sel hidup untuk berkembang biaknya.
Gejala penyakit berupa malaise, nyeri kepala, athralgia , anoreksia,
nausea, dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening
inguinal medial dengan tanda – tanda radang.Penyakit ini dapat berlanjut
memberikan gejala – gejala kemerahan pada saluran kelenjar dan
fistulasi.
Diagnosis dapat di tegakan berdasarkan gambaran klinis, tes GPR,
tes Frei, tes serologi, pengecatan giemsa dari pus bubo,dan kultur
jaringan.
Komplikasi: Elefantiasis genital atau sindroma anorektal
Pencegahan : Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan, menggunakan kondom.
e. Granuloma Inguinal
Granuloma Inguinal merupakan penyakit yang timbul akibat proses
granuloma pada daerah anogenital dan inguinal. Etiologinya adalah:
Donovania granuloma ( Calymatobacterium granulomatosis ). Lebih
banyak menerang usia aktif ( 20 – 40 tahun ) . Dan lebih sering terdapat
pada pria dari pada wanita.
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan,
awalnya timbul lesi bentuk papula atau vesikel yang berwana merah dan
tidak nyeri, perlahan berubah menjadi ulkus granulomatosa yang bulat
dan mudah berdarah, mengeluarkan sekret yang berbau amis.

2).IMS Minor
a. Herpes Genetalis
Herpes genitalis adalah infeski pada genital yang disebabkan oleh
Herpes simpleks virus dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens.9,13 Hubungan
resiko yang beresiko tinggi dengan seseorang penderita herpes dapat
meningkatkan resiko terkena virus herpes simpleks.
Manifestasi klinis di pengaruhi oleh faktor hospes, pajanan HSV
sebelumnya, episode terdahulu dan tipe virus. Daerah predileksi pada
pria biasanya di preputium, gland penis, batang penis, dapat juga di uretra
dan daerah anal (homoseksual).Sedangkan pada wanita biasanya di
dareah labia mayor atau labia minor, klitoris, introitus vagina, serviks.
Gejala klinis => diawali dengan papul – vesikel. Ulkus/erosi multipel
berkelompok, di atas dasar eritematosa, sangat nyeri, nyeri dan edema di
inguinal, limfadenopati bilateral, dan kenyal, disertai gejala sistemik.
=> umumnya lesi tidak sebanyak seperti pada lesi primer, dan keluhan
tidak seberat lesi primer, timbul bila ada faktor pencetus.
Herpes genital dapat kambuh apabila ada faktor pencetus daya tahan
menurun, faktor stress pikiran, senggama berlebihan, kelelahan dan lain-
lain. Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat pada lesi primer
Komplikasi dapat ditumpangi oleh infeksi bakteri lain. Pencegahannya
tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada pasangan,
menggunakan kondom, dan hindari faktor pencetus.
b. Non Spesifik Uretritis
Non spesifik uretritis adalah peradangan uretra yang penyebabnya
dengan pemeriksaan sederhana tidak dapat di ketahui atau di pastikan.
Organisme penyebab uretritis nonspesifik:
- Chlamidya trachomatis (30- 50 %)
- Ureaplasma urealyticum ( 10 -40 %)
- Lain – lain ( 20 – 30 %) : Trichomonas vaginalis, ragi,virus Herpes
simpleks, adenovirus, Haemophylus sp, Bacteroides ureolyticus,
Mycoplasma geniculatum, dan bakteri lain.
c.Tricomoniasis
Merupakan infeksi dari penyakit protozoa yang disebebakan oleh
Trichomonas vaginalis, biasanya di tularkan melalui hubungan seksual
dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada pria
maupun wanita,namun peranannya pada pria

d. Kandidiasis vaginalis
Kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis yang
disebabkan oleh candida, candida albicans dan ragi (yeast) lain
(terkadang C.glabarata) dari genus candida. Kandida pada wanita
umumnya infeksi pertama kali timbul pada vagina yang di sebut
vaginitis dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis),jika mukosa vagina
dan vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiosis vulvovaginalis (
KVV). Gejala penyakit ini adalah rasa panas dan iritasi pada vulva,
selain itu juga sekret vagina yang berlebihan berwarna putih susu.
Pada dinding vagina terdapat gumpalan seperti keju.
e. Vaginosis bacterial
Adalah suatu sindrom perubahan ekositem vagina dimana terjadi
pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi H2O2 di
vagina dengan bakteri anaerob (seperti Prevotella Sp, Mobiluncus
Sp,Gardenerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis)
f. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata ialah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh human papiloma virus (HPV) dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim genital warts,kutil
kelamin, penyakit jengger ayam. Untuk kepentingan klinis maka KA
dibagi menjadi 3 bentuk: bentuk papul, bentuk akuminata, bentuk datar.
Meskipun demikian tidak jarang di temukan bentuk peralihan . Diagnosis
ditegakan berdasarkan gejala klinis. Untuk lesi yang meragukan bisa
menggunakan asam asetat 5 % yang di bubuhkan ke lesi selama 3-5
menit,lesi kondiloma akan berubah menjadi putih.Dapat juga dilakukan
pemeriksaan histopatologis.
g. Moluskum Kontagiosum
Moluskum Kontagiosum merupakan neoplasma jinak padajaringan
kulitdanmukosa yang di debabkan oleh virus moluskum kontagiosum.
Terutama menyerang anak – anak. Orang dewasa yang kehidupan
seksualnya sangat aktif,serta orang yang mengalami gangguan imunitas.
Lesi MK berupa papul milier,ada lekukan ( delle ), permukaan
halus,konsistensi kenyal, dengan umbilikasi pada bagian sentral. Lesi
berwarna putih, kuning muda, atau seperti warna kulit. Bila di tekan akan
keluar masa putih seperti nasi. Jumlah lesi biasanya berkisar 30
buah,tetapi bisa lebih kemiudian membentuk plakat dan kulit di sekitar
lesi dapat mengalami esktimatisasi (dermatitis moluskum).
Prinsip penatalaksanaannya adalah mengeluarkan masa putih di
dalamnya dengan alat seperti ekstrator komedo,jarum suntik , bedah
beku, dan elektrocauterisasi.
h. Skabies
Adalah penyakit kulit yang disebebkan oleh infestasi dan sensitisasi
Sarcoptes Scabies Var. hominis. Gambaran klinisnya terjadi pada malam
hari karena aktifitas tungau meningkat padasuhu kulit yang lembab dan
hangat. Lesi khas adalah papul yang gatal sepanjang terowongan yang
berisi tungau . Lesi pada umumnya simetrik dan berbagai tempat
predileksinya adalah sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan
tangan. Aerola mammae, umbilicus, penis, aksila, abdomen, bagian
bawah, dan pantat.
i. Hepatitis
Virus hepatitis dapat menyebabkan peradangan pada hepar dengan
gejala klinik berupa penyakit kuning yang akut di sertai
malaise,mual,dan muntah, serta dapat pula disertai peningkatan suhu
badan.Virus hepatitis yang saat ini di temukan dan patogen pada manusia
adalah :
- Virus hepatitis A
- Virus hepatitis B
- Virus hepatitis C
- Virus hepatitis D
- Virus hepatitis E .
j. AIDS
Acquired Imunodeficiency Syndrome adalah kumpulan gejala yang
timbul akibat menurunnya kekebalan suhu tubuh yang di peroleh,di
sebabkan oleh human imunodeficiency virus ( HIV ). AIDS disebebkan
oleh masuknya HIV kedalam tubuhmanusia. Jika sudah masuk dalam
tubuh ,HIV akanmenyerang sel- sel darah putih yang mengatur system
kekebalan tubuh,yaitu sel –sel penolong,” sel T Helper”
Gejala mayor:
- Penurunan BB yang mencolok/ pertumbuhan abnormal
- Diare kroniklebih dari 1 bulan
- Demamlebih menjadi 1 bulan
Gejala minor:
- Limfadenopati umum
- Kandidiasis orofaring
- Infeksi umum berulang
- Batuk lebih 1 bulan
- Dermatitis umum
- Infeksi HIV maternal11,13,14
5. Pencegahan Penyakit Menular Seksual
Beberapacara efektif yang dapat mengurangi resiko tertular penyakit menular
seksual15 antara lain :
- Abstinensia
- Tidak berganti- ganti pasangan
- Vaksin (Hepatitis Bdan HPV)
- Menggunakan kondom

Anda mungkin juga menyukai