Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL KEGIATAN

PENANGGULANGAN GANGGUAN AKIBAT KEKEURANGAN YODIUM (GAKI)

OLEH :
ROSLINDA HUTAGAOL

PROGRAM STUDI S-1 GIZI


INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji beserta rasa syukur terlebih dahulu saya ucapkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa sebagai landasan utama bagi saya dalam melakukan setiap aktivitas dan
kelancaran khususnya dalam mmenyusun proposal ini.
Proposal kegiatan ini saya ajukan sebagai permohonan dana untuk kegiatan yang
akan baru saya laksanakan.Adapun tema kegiatan yang akan saya laksanakan adalah
“GAKY, cape’ dech… ”.Kegiatan ini akan saya lakukan di meurandeh tengah, langsa
lama, kota langsa, aceh. kegiatan ini akan di mulai pada bulan januari 2021.
Harapan saya semoga proposal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
investor yang akan menanamkan modal, sehingga dengan pengajuan proposal ini saya
bisa mendapatkan dana untuk memulai kegiatan yang telah saya susun ini.

Langsa, Februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Kegiatan
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian
B. Penyebab
C. diagnosis
BAB III METODOLOGI KEGIATAN
A. Tema Kegiatan
B. Sasaran Kegiatan
C. Penggunaan media
D. teknik pelaksanaan
E. anggaran
F. waktu pelaksanaan
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Gambaran Lokasi
1. Gambaran Umum
2. Demografi
B. Gambaran Karakteristik responden
C. Hasil Pengamatan Data
D. Hasil Intervensi
E. Evaluasi
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Yodium merupakan zat mineral mikro yang harus tersedia didalam tubuh yang
berfungsi untuk pembentukan hormon tiroid dan berguna untuk proses metabolisme di
dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah
gizi mikro di Indonesia yang mempunyai dampak baik secara langsung ataupun tidak
langsung pada kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
Gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Indonesia merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang memiliki dampak sangat besar terhadap kelangsungan
hidup dan kualitas sumber daya manusia. GAKY meliputi pembesaran kelenjar gondok dan
hipotiroid, GAKY berpengaruh terhadap prestasi belajar anak usia sekolah dan rendah
nya produktivitas kerja. Pada wanita hamil mempunyai resiko terjadinya abortus, lahir
mati, sampai cacat bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan saraf,
mental dan fisik yang disebut kretin.
Di Indonesia saat ini sekitar 750 orang menderita kretin, 10 juta mengalami gondok
dan 3,5 juta orang terjangkit gangguan bentuk lain. Survey pemetaan GAKY di Indonesia
menunjukkan peningkatan masalah penderitaan kretin membengkak hingga tercatat
sebanyak 290.000 orang (Arisman, 2004 dalam sari rahmawati 2009) . Sumber utama
yodium adalah makanan yang berasal dari laut yaitu garam, ikan, udang, dan kerang serta
ganggang laut merupakan sumber yodium yang baik. Di daerah pantai, air dan tanah
mengandung banyak yodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung
cukup banyak yodium. Semakin jauh tanah itu dari pantai semakin sedikit pula
kandungan yodiumnya. Upaya peningkatan kadar yodium dilaksanakan oleh pemerintah
melalui fortifikasi pangan dan suplementasi.
Upaya fortifikasi antara lain melakukan berbagai kegiatan untuk masyarakat yaitu,
memantau kandungan yodium dalam garam, meningkatkan yodisasi garam, memantapkan
peraturan–peraturan tentang garam beryodium, meningkatkan kualitas garam yang
diproduksi petani dan petani penggarap, operasional riset tentang produksigaram pada area
terbatas yang efektif dan menghasilkan garam yang berkualitas ( Depkes RI, 2007 ).
Proses pencucian dan pengeringan yang dilakukan di industri garam yang ada di
Indonesia saat ini ternyata belum cukup mampu menghasilkan garam dengan kualitas yang
baik sehingga kualitas yodiumnya rendah. Hal ini disebabkan oleh pencucian dan
pengeringan yang dilakukan hanya bertujuan meningkatkan tampilan fisik garam (bersih
dan kering), dan belum sampai pada cara penghilangan zat pengotor hidroskopis (senyawa –
senyawa Ca dan Mg) dan zat – zat pereduksi pada garam.
Berdasarkan survey yang telah dilakukan lebih dari 50% produksi garam konsumsi
yang dihasilkan industri garam memiliki kualitas yodium yang rendah (Nelson saksono,
2002). Yodium dalam garam akan mudah hilang atau berkurang apabila dalam
penyimpanan garam berada di tempat yang salah, yaitu apabila disimpan di tempat yang
lembab, di dekat perapian dan disimpan di wadah dalam keadaan terbuka. Upaya
mempertahankan kualitas garam beryodium supaya tetap baik, dapat dilihat dari kualitas
bahan baku yang digunakan, tempat penyimpanan dan lokasi penyimpanan garam. Hal ini
dikarenakan sifat garam yang dapat menguap bila tidak disimpan secara benar.
Garam beryodium dapat mengalami penguapan yang menyebabkan turunnya kadar
yodium dalam garam (Depkes RI, 2007). Meskipun selama 10 tahun terakhir terdapat
kemajuan dalam pencegahan masalah gizi di Indonesia, tetapi apabila dibanding dengan
beberapa negara Asean seperti Thailand, prevalensi berbagai masalah gizi khususnya gizi
kurang dan gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Perlu dipertanyakan mengapa kita
tertinggal dengan negara-negara tetangga. Salah satu sebab, menurut hemat kami adalah
adanya perbedaan paradigma dalam kebijakan program gizi. Paradigma adalah model atau
pola pikir menghadapi suatu hal atau masalah.
Paradigma baru bertitik tolak pada indikator kesehatan, dan kesejahteraan rakyat
yaitu angka penyakit dan angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Oleh karena menurut
WHO (2000) 49 % kematian bayi terkait dengan status gizi yang rendah, maka dapat
dimengerti apabila pertumbuhan dan status gizi termasuk indikator kesejahteraan seperti
diterapkan di Thailand. Paradigma baru menekankan pentingnya outcome daripada input.
Persediaan pangan yang cukup (input) di masyarakat tidak menjamin setiap rumah tangga
dan anggota memperoleh makanan yang cukup dan status gizinya baik. Banyak faktor lain
yang dapat mengganggu proses terwujudnya outcome sesuai dengan yng diharapkan.
Paradigma input sering melupakan faktor lain tersebut, diantaranya air bersih, kebersihan
lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan garam beryodium.

2. Manifestasi gangguan akibat kekurangan yodium

3. Penyebab gangguan akibat kekurangan yodium.


C. TUJUAN KEGIATAN
1. Mengetahui manfaat penggunaan garam beryodium.

2. Mengetahui manifestasi gangguan akibat kekurangan yodium.

3. Mengetahui penyebab gangguan akibat kekurangan yodium.


BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. PENGERTIAN
Gangguan akibat kekurangan Yodium (iodine deficiency disorder) adalah gangguan
tubuh yang disebabkan oleh kekurangan Yodium sehingga tubuh tidak dapat menghasilkan
hormon tiroid. Kekurangan hormon tiroid mengakibatkan timbul gondok, hipotiroid, kretin,
gangguan reproduksi, kematian bayi dan keterbelakangan mental. Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) adalah sekumpulan gejala atau kelainan yang ditimbulkan
karena tubuh menderita kekurangan Yodium secara terus – menerus dalam waktu yang
lama yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup (manusia dan
hewan) (DepKes RI, 1996).
Makin banyak tingkat kekurangan Yodium yang dialami makin banyak komplikasi
atau kelainan yang ditimbilkannya, meliputi pembesaran kelenjar tiroid dan berbagai
stadium sampai timbul bisu-tuli dan gangguan mental akibat kretinisme. Masalah ini
umumnya lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dimana makanan yang dikonsumsinya
sangat tergantung dari produksi makanan yang berasal dari tanaman setempat yang tumbuh
pada kondisi tanah dengan kadar Yodium rendah. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY) merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kulitas manusia. Kelompok masyarakat yang sangat
rawan terhadap masalah dampak defisiensi Yodium adalah wanita usia subur (WUS) ; ibu
hamil ; anak balita dan anak usia sekolah.
Data tahun 1998 menunjukkan 87 juta penduduk Indonesia tinggal di daerah
endemic GAKY. Akibatnya tak kurang dari 20 juta penduduk menderita gondok. GAKY
pada ibu hamil berisiko menimbulkan keguguran, sedangkan pada janin menyebabkan lahir
mati. Kalaupun lahir, beresiko mengalami cacat bawaan, kematian dini, kretin,
keterbelakangan mental, tuli juling dan lumpuh. Diperkirakan tiap tahun ada 9 ( sembilan )
bayi kretin lahir di Indonesia. Sejauh ini Indonesia telah kehilangan 140 juta point
( Kompas, 2002 ).

B. PENYEBAB
Yodium dalam tubuh berada dalam bentuk Iodida (I2). Menyusun tubuh kurang
lebih 15-20 mg, sangat bervariasi antar individu, tergantung wilayah tempat tinggal
(kandungan yodium dalam tanah, air, tanaman, dan pangan sumber yodium yang
dikonsumsi.(Syahraini, 2017) Fungsi yodium dalam tubuh, bersama hormon-hormon
tiroid, adalah : berperan dalam mengatur suhu tubuh, laju pelepasan energi selama
metabolisme basal (BMR), laju penggunaan oksigen oleh sel, pertumbuhan, perkembangan
sistem syaraf, pertumbuhan linier, dan pembentukan panas tubuh. Penyerapan yodium
sangat cepat dan mudah. Yodium terutama terkonsentrasi pd kelenjar tiroid (70-80%)yang
berperan dalam pembentukan hormon T3- triiodothyronin dan T4–tetra
Iodothyronine/tyroxin. Pelepasan hormon tiroid ke dlm darah dipacu oleh TSH (Thyroid
Stimulating Hormon).
Faktor – Faktor penyebab masalah GAKY antara lain:
a. Faktor Defisiensi Yodium dan Yodium Excess
Defisiensi Yodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKY. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur Yodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya.
Yodium Excess terjadi apabila Yodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang
mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila Yodium dikonsumsi
dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin
dan proses coupling.
b. Faktor geografis dan non geografis
GAKY sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu daerah, karena
pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan
Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan
seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang
biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil
pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin
kadar Yodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti
daerah tersebut akan mengalami defisiensi Yodium atau daerah endemik Yodium.

c. Faktor Zat Gizi Lain

Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan


hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4
terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas.
Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan
adanya mekanisme umpan balik pada tsh maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya
menurun.

C. DIAGNOSIS
Sejarah dari GAKY dimulai dengan kilas balik sejarah mengenai penyakit gondok
dan kretinisme yang merupakan kelainan dari tubuh dan tingkah laku manusia berupa
pembesaran pada leher dan keterbelakangan mental. Catatan penyakit gondok dan kretinisme
pertama terdapat pada peradaban China dan Hindu kuno yang menjalar sampai Yunani dan
Roma. Pada jaman pertengahan penyakit gondok dan kretinisme ini digambarkan jelas pada
masa Renaissance. Pada abad ke-17 dan 18 para ahli menyebutkan bahwa pertama kali
penyakit akibat kekurangan yodium dengan kata “cretin” yang nampak pada ensiklopedia
Diderot pada tahun 1754. pada abad ke-19 awal dimulainya usaha serius untuk
menanggulangi GAKY dan tidak sampai pada pertengahan abad ke-20 diperoleh
pengetahuan untuk penanggulangan dan pengendalian GAKY secara efektif. (Sudarto, 2012)
a. Gondok endemik
klasifikasi gondok berdasarkan kelompok.
a) Grade 0 : tidak teraba
b) Grade1 : teraba dan terlihat hanya dengan kepala yang ditengadahkan
c) Grade 2 : Mudah terlihat, kepala posisi biasa
d) Grade 3 : Terlihat dari jarak tertentu

Karena perubahan gondok pada awalnya perlu diwaspadai, maka grading


system, khususnya grade 1 dibagi lagi dalam 2 klas, yaitu :
a) Grade 1a : Tidak teraba atau teraba tidak lebih besar daripada kelenjar
tiroid normal.
b) Grade 1b : Jelas teraba dan membesar, tetapi pada umumnya tidak terlihat
meskipun kepala ditengadahkan. Kelenjar tiroid tersebut ukurannya sama
atau lebih besar dari falangs akhir ibu jari tangan pasien.
b. Kretin Endemik

1) Kretin Tipe Nervosa


Gambaran yang tipikal dari kretin nervosa adalah sbb: Retardasi mental
yang sangat berat: Gangguan pendengaran dan bisu-tuli. Sindroma paresis
sistem piramidalis, khususnya tungkai bawah: hipertonia, klonus, refleks
plantaris. Kadang- kadang disertai sindroma ekstrapiramidalis. Sikap berdiri
dan cara berjalan khas, spastik dan ataksik. Pada kasus yang sangat berat
bahkan tidak mampu berdiri. Strabismus
2) Kretin tipe miksedematosa
Ciri-ciri klinik kretin tipe ini adalah: Retardasi mental, namun
derajatnya lebih ringan dibanding kretin nervosa. Tanda-tanda hipotiroidi
klinik: Tubuh sangat pendek (cebol), miksedema, kulit kering, rambut jarang,
perkembangan seksual terlambat. Juga terdapat gangguan neurologik seperti
spastisitas tungkai bawah, refleks plantaris, dan gangguan gaya berjalan.
Kretin jenis ini banyak terdapat di Republik Demokrat Kongo (RDK) sebab di
sana ada faktor lain yang mempengaruhi, yaitu defisiensi selenium dan
kelebihan (overload) tiosianat.
3) Kretin tipe campuran
Gambaran kliniknya adalah gabungan dari ke dua tipe di atas, yaitu
adanya retardasi mental, gangguan neuromotorik yang jelas, disertai tanda-
tanda hipotiroidi klinik. Delong dalam studi di China mendeskripsi variasi
temuan kliniknya menjadi 5 bentuk sindroma yaitu tipe tipikal (khas), postur
talamik, autistik, serebeler, dan hipotonik. Tipe-tipe ini menggambarkan onset
yang berbeda-beda dari defisiensi I selama kehamilan, serta berat ringannya
defisiensi yang terjadi.
c. Hipotiroidism
Gangguan regulasi termal: hipotermia, sianosis perifer, ekstremitas dingin
Gangguan gastrointestinal: gangguan makan, distensi abdomen, muntah, konstipasi.
Gangguan neuromuskuler: hipotonia, letargi. Keterlambatan maturasi skeletal:
fontanela dan sutura kranialis lebar, epifisis femoral distal tak tampak. Keterlambatan
maturasi biokimiawi: ikterus. Setelah bayi berusia 3 bulan mulai tampak gambaran-
gambaran kretin sporadik klasik. Suara tangisnya berat (nada rendah) dan parau, lidah
membesar, hipoplasia hidung / nasoorbital, kulit kasar, kering dan dingin, hernia
umbilikalis. Refleks tendon menurun, dan terlambat mencapai perkembangan sesuai
umur yang diharapkan. Setelah umur 6 bulan, anak tampak '‘bodoh'’ karena retardasi
mental.
Pada kurun usia berikutnya, disamping pertumbuhan tinggi badan yang sangat
terganggu (cebol), juga terdapat gangguan neurologik, khususnya berupa tanda-tanda
disfungsi sere-beler. Misalnya timbul gangguan keseimbangan, tremor, past- pointing,
disdiadokokinesis, dan disartri. Hal ini bisa dimengerti mengingat perkembangan
serebelum terjadi sejak awal trimester ke 3 kehamilan sampai masa postnatal, di mana
pada saat itu hormon tiroid janin gagal disekresi, padahal seharusnya sudah maksimal
berfungsi sebab kontribusi hormon tiroid ibu sudah berkurang atau bahkan pada masa
postnatal, tidak ada lagi.
d. Kretin Sub-klinik
Kretin subklinik bisa dipandang sebagai bentuk ringan dari kretin endemik tipe
nervosa, karena adanya defisiensi mental serta gangguan neuromotorik,walaupun dalam
derajat yang lebih ringan. Dengan mempelajari aspek klinik kretin endemik yang tidak
berujud gambaran klinik tunggal (nervosa, miksedematosa, dan campuran), maka bisa
dimengerti kalau bentuk yang ringan (subtle) mempunyai gambaran klinik yang samar,
dan cenderung tidak khas. Wang et.al mengajukan 4 kriteria, yaitu retardasi mental
subklinik (IQ 50-70), defek psikomotor ringan gangguan pendengaran subklinik,
perkembangan fisik (tinggi badan) agak kurang, dan hipotiroidi kimiawi.
Gangguan otak yang lebih ringan (minimal brain dysfunction) akibat defisiensi
I semasa fetus, secara epidemiologik bisa dilihat pada populasi non-kretin di daerah
defisiensi I berat dan sedang. Rangkuman dari hasil-hasil studi menunjukkan adanya
defek pada kapasitas mental dan psikomotor, yang semuanya menggambarkan adanya
kerusakan otak dalam derajat yang lebih ringan. Delange menyebutnya dengan istilah
gangguan neuro-intelektual. Salah satu poin penting dari kasus-kasus ini adalah bahwa
gangguan-gangguan tersebut ireversibel, mengingat hukum once and only opportunity
dalam perkembangan otak. Berbagai gangguan perkembangan yang timbul adalah
sebagai berikut:
 DQ rendah dan IQ rendah (bergeser ke kiri, dan rata-rata
kehilangan 13.5 points) Gangguan dalam kemapuan visuo-
spasial dan visuo-motorik
 Gangguan ketrampilan dan kecekatan tangan (manual dexterity)3,9
 Gangguan perceptual
 Gangguan pendengaran sensori-neural
 Gangguan motivasi dan konsentrasi
 Gangguan perkembangan bahasa
 Gangguan pemrosesan informasi di otak (central information processing)
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tema Kegiatan

Berangkat dari segmen kegiatan yang fokus pada anak usia sekolah, maka
pemilihan tema atau pesan harus sesuai dengan kultur anak usia sekolah, seperti
singkat, padat, gaul, nyentrik, dan memorable. Untuk itu tema dari Program
Kampanye Pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) ini adalah:
“GAKY, cape’ dech… ”.

B. Sasaran Kegiatan
Dengan memperhatikan indikator keberhasilan pemilihan target marketing yaitu
kontinyuitas, keterjangkauan, dan responsibilitas serta dapat diidentifikasi maka
kegiatan ini ditujukan untuk anak sekolah dasar di sd n 2 meurandeh, langsa.

C. Penggunaan Media

Beberapa media dalam kegiatan yang digunakan adalah:


a. Sticker, baliho, pamflet: media ini dapat dipasang disekitar sekolah, seperti
kantin, perpustakaan dan tempat olahraga. Kemudian untuk sticker dapat di
pasang kendaraan mereka. Pemilihan warnany a pun harus ceria sesuai dengan
dunia remaja.
b. Penyuluhan Media Audiovisual: Ini bisa dilakukan disela-sela proses
pembelajaran, seperti pada jam-jam istirahat. Dengan menampilkan slide, video,
maupun gambar yang menyangkut dengan GAKY. Melalui media ini diharapkan
siswa sekolah dapat lebih mudah memahami.
D. Teknis Pelaksanaan

a. Penyuluhan dan pembagian sticker: 2 kali seminggu selama kurun


waktu 1 bulan,
b. Pemasangan baliho: 3 hari sebelum penyuluhan di sekolah yang bersangkutan
c. Pemasangan pamflet: dilakukan disekolah target, minimal 1 minggu sebelum
pelaksanaan penyuluhan.
E. Anggaran
1. Sumber anggaran
a. Dinas Kesehatan Kota langsa
b. Instansi swasta
c. Donatur

2. Rincian anggaran

Adapun anggaran yang direncanakan beserta orientasi penggunaanya terlampir.

F. Waktu Pelaksanaan

Terlampir.
BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Gambaran Lokasi Kerja

1. Gambaran Umum

Kegiatan ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Meurandeh. Sekolah ini berlokasi di

Jalan Klonengan Meurandeh, kecamatan Langsa Lama, Kota Langsa yang berada di

Provinsi Aceh. Pada SD Negeri 3 Meurandeh, jumlah siswa laki-laki adalah 158

siswa dan siswa perempuan berjumlah 159 siswa.

2. Demografi

Mayoritas penduduk Kota Langsa adalah suku Aceh, suku Melayu, suku Jawa,

suku Tionghoa, dan suku Batak. Bahasa Aceh digunakan oleh mayoritas masyarakat

Kota Langsa, namun bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama. Agama Islam

adalah agama mayoritas masyarakat Kota Langsa dan rakyat Aceh umumnya.

Hukum Syariat Islam menjadi aturan dasar dalam kehidupan masyarakat Kota

Langsa. Agama Kristen juga menjadi bagian dari populasi, sementara Buddha

banyak diadopsi oleh komunitas warga Tionghoa (China).

Kota Langsa merupakan kota yang kaya akan perbedaan etnis dan penduduk

tetap hidup dalam damai serta memiliki toleransi beragama yang kuat. Lokasi Kota

Langsa sangat dekat dengan Medan, ibu kota Provinsi Sumatra Utara, sehingga

menempatkan Kota Langsa sebagai kota yang strategis dan ramai imigran.

B. Gambaran Karakteristik responden

Kegiatan ini dilakukan di kelas 4 dan 5, dengan jumlah responden yaitu dengan

jumlah siswa 50 siswa. Dengan rentang usia yaitu antara 9 – 11 tahun.

C. Hasil Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan pengujian idoium setelah penyuluhan

berlangsung. pengujian ini dilakukan untuk melihat kadar yodium pada garam

yang digunakan di rumah. Para siswa diberitahukan untuk membawa garam yang

biasa digunakan orangtuanya saat memasak. Setelah itu, garam diberi tetesan

yodium test. Berdasarkan hasil pengujian maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil pengujian yodium pada garam

Kategori
Merk garam N %
Ya Tidak
(mengandung (mengandung
yodium) yodium)
Dolphin  21 42 %
Anak Pintar  5 10%
Ibu Bijak  11 22%
Walet  13 26%
Total 100 100 %

Hasil pengujian yodium menunjukkan bahwa garam yang digunakan responden

telah mengandung yodium itu dibuktikan dengan perubahan warna pada garam yang

telah ditetesi yodium test menjadi warna ungu. Hal itu menunjukkan bahwa siswa di SD

Negeri 2 Meurandeh tidak kekurangan yodium.

D. Hasil Intervensi

Setelah penyuluhan yang telah dilakukan di SD Negeri 2 Meurandeh, maka hasil

yang didapatkan adalah

1. Pemeriksaan Gangguan Kekurangan Yodium dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2

kali dalam setahun. Pemeriksaan ini dilaksanakan pada tingkat Rumah Tangga dan

sekolah.

Penyuluhan yang diberikan adalah

a. tentang penggunaan garam yang benar yaitu garam dimasukan ketika makanan

sudah matang
b. cara penyimpanan garam yang benar yaitu tidak terkena sinar matahari dan

sebaiknya tidak diletakkan di udara panas (tidak boleh diletakkan dekat dengan

kompor)

c. alat yang dipakai untuk mengambil garam tidak boleh menggunakan sendok

logam.

d. Wadah penyimpanan garam adalah wadah plastik.

E. EVALUASI

Responden sangat antusias dengan adanya kegiatan penyuluhan ini,

dibuktikan dengan aktifnya para siswa dalam bertanya maupun dalam

menjawab pertanyaan. Responden juga berlomba-lomba dalam memberikan

garam yang telah mereka bawa untuk dilakukan pengujian tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Garam yang digunakan di Kota Langsa memgandung yodium, sehingga siswa SD
Negeri 2 Meurandeh tidak ada yang kekurangan yodium
2. Pemeriksaan Gangguan Kekurangan Yodium dilakukan setiap 6 bulan sekali atau
2 kali dalam setahun. Pemeriksaan ini dilaksanakan pada tingkat Rumah Tangga
dan sekolah.

B. Saran
1. Diharapkan kegiatan penyuluhan ini dapat menjadi program rutin di setiap
sekolah agar masyarakat mengetahui lebih lanjut tentang GAKI ini.
2. Diharapkan masyarakat menggunakan garam dengan kemasan yang baik, dan
melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari tentang informasi yang sudah
didapat dari penyuluhan ini.

PENUTUP
Demikian proposal kami uraikan sebagai bahan acuan dan informasi
program kami. Semoga bermanfaat bagi pi nhak yang berkepentingan.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2009. Kekurangan Vitamin A. In: Gizi dalam Daur Kehidupan.Jakarta: EGC, 146-
153.

Ashar. 2011. Proposal Kampanye Pencegahan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium


(GAKI). Makasar.Universitas Diponegoro . Jurnal Manajemen Volume XIII Nomor
ISSN 1411-1829

Departemen Kesehatan RI. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta

Rahmawati sari.2009. “Hubungan Wadah Dan Cara Penyimpanan Garam Terhadap Kualitas
Yodium Garam Di Desa Lencoh Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali”. Surakarta.
Skripsi Ilmu Kesehatan.

Sudarto. 2012. Penanggulangan Gaky Melalui Peningkatan Kualitas Produksi Dan Distribusi
Garam Beryodium. Semarang.

Syahraini. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Garam Beryodium


Ibu Rumah Tangga Di Kelurahan Pallengu Kecamatan Bangkala Kabupaten
Jeneponto. Makassar. Skripsi Kesehatan Masyarakat

www.kemkes.go.id

http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/chome/profil/6034E190-2EF5-E011-9C85-
637C036CD535

LAMPIRAN
Rincian anggaran

Uraian Kebutuhan Satuan Satuan Biaya Jumlah (Rp)


(Rp)

1. Publikasi dan Dokumentasi


a. Baliho 1 buah 100.000,- 100.000,-
b. Sticker 100 buah 3. 000,- 300. 000,-
c. Pamflet 10 buah 5. 000,- 50. 000,-
e. Sewa Kamera Digital 4 kali 100.000 400.000,-
Canon
f. Sewa Handy cam 4 kali 100.000 400.000,-
g. Sewa LCD 4 kali 100.000 400.000,-
Proyektor
h. 5 orang 50.000,- 250. 000,-
TenagaPemasangan
Baliho
2. Konsumsi dan Transportasi
a. T 1 Mobil 500.000,- 500.000,-
r10 orang 200.000,- 2.000.000,-
k
3. Administrasi dan Persuratan
a. Jilid Proposal 100 rangkap 10.000,- 1.000.000,-
b. Jilid Laporan 10 Rangkap 10.000,- 100.000,-
Kegiatan
Total 6. 000. 000,-

Waktu pelaksanaan

No Kegiatan Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV


1 Pembuatan proposal
2 Proses administrasi
3 Pelaksanaan kegiatan

Anda mungkin juga menyukai