OLEH :
ROSLINDA HUTAGAOL
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN
Wisata yang berhubungan dengan makanan merupakan kebutuhan yang
berbeda diantara turis dimana mereka menghabiskan/mengkonsumsi makanan
merupakan bagian dari pengalaman perjalanan wisata mereka dan pemilihan
aktivitas dan event dan destinasi yang dilakukannya tentunya juga dipengaruhi
oleh ketertarikan mereka pada makanan setempat yang ada.Wisata kuliner
bukanlah sesuatu yang mewah dan eksklusif.Wisata kuliner dapat ditemui di
daerah perkotaan maupun pedesaan dan selalu tersedia sepanjang tahun.
Cuinary tourism sangat penting, beberapa alasan diantaranya yaitu :
1. Hampir semua wisatawan makan di luar selama melakukan kegiatan
wisata
2. Aktivitas makan merupakan aktivitas yang digemari wisatawan
3. Tagihan yang lebih tinggi dari total tagihan wisatawan kemungkinan besar
dihabiskan untuk kebutuhan makan dan minum
Makanan dan gizi mendapatkan karakter fenomena wisata ketika mereka
terkait dengan jenis makanan tertentu atau jenis makanan yang tidak asing, namun
disiapkan dengan cara yang khusus dan disajikan kepada tamu, mengingat
keseluruhan ruang khusus dari tujuan wisata tertentu. (Tampilan, iklim, semangat
tempat dll) yang tak ada bandingannya dan unik hanya untuk tempat wisata itu.
Selama tinggal dan lama setelah itu, para wisatawan selalu mengingat makanan
dan gizi yang membuat kesan istimewa di beberapa tempat wisata, karena
makanannya, terlepas dari motif dan nilai wisata lainnya, berpengaruh terhadap
segala indra, termasuk indera penciuman dan rasa melalui dimana tamu mengingat
tinggal di tempat tujuan wisata tertentu dalam waktu yang sangat lama. Berbagai
jenis wisata berdasarkan makanan dan gizi sudah muncul dalam beberapa tahun
terakhir, seperti wisata anggur, wisata makanan, wisata kuliner sebagai wisata
berbasis makanan dan gizi, serta wisata budaya, etno, wisata acara dll, dimana
makanan dan gizi merupakan bagian penting.
Dikutip dari jurnal I. A. Trisna Eka Putri, dkk yang berjudul
“PENGEMBANGAN MAKANAN KHAS BALI SEBAGAI WISATA
KULINER (CULINARY TOURISM) DI DESA SEBATU KECAMATAN
TEGALALANG GIANYAR”.Adapun diuraikan mengenai pengembangan
Makanan Khas Daerah Bali sebagai wisata kuliner ( culinary tourism) di Desa
Sebatu. Berkaitan dengan Makanan Khas Daerah Bali, pengertian makanan dalam
kognitif orang Bali meliputi konsep halal dan enak.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini kita ketahui bagaiman pentingnya peran gizi
pada culinary tourism.Karena Makanan dan gizi merupakan bagian penyusun
tujuan wisata yang tak terelakkan dan karena itu merupakan nilai dan motif
penting untuk perjalanan wisata dan tinggal.Ketika melakukan perjalanan wisata,
makanan yang kita cicip harus sehat dan bergizi sehingga kesehatan kita tidak
terganggu selama melakukan perjalanan wisata.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Sri Endah Nurhidayati, 2014, “Potensi Wisata Makanan (food tourism) yang
diposting melalui http://endah-parwis-vokasi.web.unair.ac.id/artikel_detail-70449-
Artikel-Potensi%20Wisata%20Makanan%20(food%20tourism).html diakses pada
19 September 2018
http://eprints.uny.ac.id/8842/2/bab2%20-09604227098.pdf
Jurnal I. A. Trisna Eka Putri, dkk yang berjudul “PENGEMBANGAN
MAKANAN KHAS BALI SEBAGAI WISATA KULINER (CULINARY
TOURISM) DI DESA SEBATU KECAMATAN TEGALALANG GIANYAR”