Anda di halaman 1dari 12

PERANAN GIZI PADA CULINARY TOURISM

OLEH :
ROSLINDA HUTAGAOL

PROGRAM STUDI S-1 GIZI

INSTITUT KESEHATAN SUMATERA UTARA

MEDAN

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pola hidup sehat perlu dilakukan dengan pendekatan yang menarik untuk
mempermudah masyarakat dalam memulainya. Salah satu cara yaitu dengan
menerapkan pendekatan pola hidup sehat dalam suatu konsep wisata, berupa
wisata minat khusus. Trend berwisata berkembang seiring semakin banyaknya
informasi yang ditawarkan destinasi wisata serta promosi dari biro travel dengan
paket wisata yang menarik. Jumlah wisman yang datang berkunjung ke Indonesia
tumbuh lebih dari 30 persen dalam lima tahun terakhir. Berdasarkan data BPS,
jumlah wisatawan yang tercatat masuk ke Indonesia mencapai lebih dari 9 juta
orang (2014), mayoritas berasal dari Asia sehingga target 20 juta wisatawan di
tahun 2019 bukan isapan jempol semata.
Wisata minat khusus merupakan program yang tengah dikembangkan
pemerintah, berupa : wisata budaya dan ekowisata; wisata olahraga rekreasi
(menyelam, selancar, kapal layar, trekking, dan mendaki, golf, bersepeda,
maraton, hash); wisata kapal pesiar; wisata kuliner dan belanja; wisata kesehatan
dan kebugaran; serta wisata konvensi, insentif, pameran dan even (MICE)
(Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2015).
Wisata minat khusus berupa wisata kesehatan dan kebugaran dikenal pula
dengan istilah health tourism.Istilah health tourism dicetuskan oleh International
Union of Tourist Organizations (IUTO) untuk mendefinisikan kepariwisataan
yang menyediakan fasilitas kesehatan dengan memanfaatkan sumber daya alam
seperti mata air mineral dan iklim setempat (International Union of Tourist
Organisations (IUTO), 1973).Health tourism merupakan bisnis yang menjual
produk dan jasa wisata, dengan tujuan utama untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Health tourism dapat memiliki tujuan tambahan lain seperti aktivitas
outdoor, atraksi, budaya, hiburan, atau event lainya. (Tooman, 2013) Health
tourism adalah aktivitas wisata dengan motivasi utama untuk kesehatan dalam
suasana yang santai dan menyenangkan (Goeldner, 1989). Health tourism adalah
fenomena komersial dari komunitas industri yang melibatkan perjalanan
seseorang di luar wilayah huninya sehari-hari untuk tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, serta fasilitas dan destinasi yang memenuhi kepentingan
tersebut (Hall, 2003).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang yang ada maka didapatkan rumusan masalah yaitu
Bagaimana peranan gizi pada Culinary Tourism?

1.2 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan pada penulisan makalah ini adah untuk mengetahui peranan
gizi pada Culinary Tourism.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN GIZI


Istilah gizi berasal dari bahasa Arab giza yang berarti zat makanan, dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrition yang berarti bahan makanan atau
zat gizi atau sering diartikan sebagai ilmu gizi. Pengertian lebih luas bahwa gizi
diartikan sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan,penyerapan,transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.
(Djoko Pekik Irianto, 2006)
I Dewa Nyoman Suparisa dkk (2002: 17-18) Menjelaskan bahwa gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi. Penyimpanan, metabolisme
dan pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.

2.2 PENGERTIAN CULINARY TOURISM


Definisi Food Tourism menurut Cholin Michael Hall adalah “Food
tourism is a need differentiate between tourists who consume food as a part of the
travel experience and those tourists whose activities, behaviors and event,
destination selection is influenced by an interest in food.” (Hall,2003).
Wisata yang berhubungan dengan makanan merupakan kebutuhan yang
berbeda diantara turis dimana mereka menghabiskan/mengkonsumsi makanan
merupakan bagian dari pengalaman perjalanan wisata mereka dan pemilihan
aktivitas dan event dan destinasi yang dilakukannya tentunya juga dipengaruhi
oleh ketertarikan mereka pada makanan setempat yang ada.
Definisi lain yang dikemukakan Hall dan Mitchell tentang food tourism
adalah “Food tourism may be defined as visitation to primary and secondary food
producers, food festivals, restaurants and specific locations for which food tasting
and/or experiencing the attributes of specialist food production region are the
primary motivating factor for travel”. (Hall and Mitchel, 2001).
Long (2004) mendefinisikan wisata kuliner sebagai pengalaman dan ikut
serta dalam jalan raya orang lain yang meliputi namun tidak terbatas pada
konsumsi, persiapan, dan penyajian makanan.
Wisata makanan didefinisikan sebagai kunjungan untuk tujuan utama dan
pendukung pada industri makanan, festival pesta makanan, rumah makan dan
lokasi khusus dimana untuk mencicipi makanan dan atau sifatnya pengalaman
dari makanan yang dihasilkan/khas daerah adalah faktor motivasi utama untuk
melakukan perjalanan.
Menurut Asosiasi Pariwisata Kuliner Internasional (International Culinary
Tourism Association) ICTA, Wisata Kuliner merupakan “kegiatan makan dan
minum yang unik yang dilakukan oleh setiap pelancong yang berwisata”.
Edward Inskeep,1991 mengatakan “The Local cuisine reflects the history
and culture of an area and can be an attraction for many tourist. In addition to
providing good quality food for tourists, efforts should be made to promote any
dishes unique to the area-most tourists enjoy at least trying to local cuisine”
(Inskeep,1991)
Masakan local mencerminkan sejarah dan kebudayaan daerah dan dapat
dijadikan atraksi untuk banyak tourist.Sebagai tambahan asalkan makanan yang
disajikan berkualitas untuk tourist, berupaya untuk promosi beberapa keunikan
masakan daerah, sebagian besar turis menikmati atau paling tidak mencoba
masakan lokal.
Wisata kuliner adalah citarasa yang dimaknai dengan 'kepekaan lidah'
untuk merasai enak, lezat, atau tidaknya suatu makanan yang menjadi obyeknya.
(Listiyono, Agus, 2008).
Menurut Echols dan Shadily dalam Sudina 2007) menyatakan bahwa,
istilahwisata kuliner secara leksikal berasal dari kata wisata dan kuliner. Wisata
(pariwisata) berarti perjalanan orang-orang dari suatu negara atau daerah menuju
ke suatu negara atau daerah lainnya dengan tujuan bersenang-senang.
Sedangkan kuliner berasal dari Bahasa Inggris yaitu culinary yang berarti
berhubungan dengan dapur atau masakan.Wisata kuliner berarti perjalanan wisata
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang pada suatu negara atau
daerah, dimana mereka (wisatawan) menikmati masakan khas negara atau daerah
yang dikunjungi.Wisata kuliner bukanlah sesuatu yang mewah dan
eksklusif.Wisata kuliner menyangkut semua pengalaman gastronomi yang unik
dan mengesankan, bukan hanya restoran yang mewah tetapi juga termasuk
makanan dan segala jenis minuman.Wisata kuliner bukanlah hal yang baru,
berhubungan dengan agrowisata (hasil pertanian dan perkebunan), namun lebih
terfokus pada bagaimana suatu makanan maupun minuman dapat menarik
kedatangan wisatawan untuk menikmati.Wisata kuliner dapat ditemui di daerah
perkotaan maupun pedesaan dan selalu tersedia sepanjang tahun.
2.3 PERAN CULINARY TOURISM
Wisata kuliner merupakan pusat pariwisata modern dan secara langsung
berkontribusi terhadap industri perhotelan dan ekonomi suatu negara. Penting dari
perspektif negara dan budaya untuk mengembangkan budaya makanan mereka
untuk mendukung tren pariwisata kuliner yang sedang berkembang. Karena
makanan adalah cerminan dari kebiasaan makan budaya, dan magang budaya,
sejarah, dan orang-orang di destinasi. Negara atau distrik sering dikaitkan dengan
makanan tertentu; Italia dengan pizza dan pasta, Jepang dengan ramen, India
dengan kari harum, dan seterusnya. Orang-orang dari latar belakang budaya yang
berbeda makan makanan yang berbeda dan trekker rasa merangkul fakta ini dan
ingin belajar lebih banyak tentang budaya yang berbeda dan masakan mereka.
Culinary tourism sangat penting, beberapa alasan diantaranya yaitu :
1. Hampir semua wisatawan makan di luar selama melakukan kegiatan
wisata
2. Aktivitas makan merupakan aktivitas yang digemari wisatawan
3. Tagihan yang lebih tinggi dari total tagihan wisatawan kemungkinan besar
dihabiskan untuk kebutuhan makan dan minum
4. Wisatawan sangat senang berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi di luar
ruangan
5. Perhatian atau minat pada wisata kuliner menjangkau pada semua
kelompok umur
6. Masakan lokal merupakan salah satu pendorong dalam memilih suatu
destinasi wisata.

2.4 PERAN MAKANAN DAN GIZI SEBAGAI FENOMENA WISATA


Makanan dan gizi berdampingan dengan kebutuhan biologis dan karakter
sosial budaya makanan. Perhotelan yang merupakan kegiatan salah satu bagian
hiburan yang paling menonjol, sepenuhnya mengacu pada proses penyediaan
layanan akomodasi dan makanan bagi para tamu. Jika kebutuhan akan makanan
dan gizi berasal dari biologis murni bagi wisatawan maupun bagi setiap manusia
atau makhluk hidup, sementara keinginan untuk mengkonsumsi karakteristik
makanan dari iklim dan budaya dimana wisatawan tetap merupakan fenomena
sosial budaya, maka, menawarkan dan melayani tamu dengan makanan dengan
cara tertentu dan dalam suasana tertentu yang ditawarkan tempat dan objeknya,
menjadikan makanan dan gizi sebagai fenomena turis.
Sebenarnya, berbicara tentang makanan dan gizi sebagai fenomena wisata,
kita dapat mengatakan bahwa mereka secara luhur memiliki aspek biologis, sosial
budaya dan turis dari makanan dan gizi secara keseluruhan. Makanan dan gizi
mendapatkan karakter fenomena wisata ketika mereka terkait dengan jenis
makanan tertentu atau jenis makanan yang tidak asing, namun disiapkan dengan
cara yang khusus dan disajikan kepada tamu, mengingat keseluruhan ruang
khusus dari tujuan wisata tertentu. (Tampilan, iklim, semangat tempat dll) yang
tak ada bandingannya dan unik hanya untuk tempat wisata itu. Karena itu,
wisatawan akan sering mengatakan bahwa minum kopi di Venesia, Paris,
Dubrovnik atau Ohrid tidak sama dengan minum kopi di tempat wisata lain yang
tak bisa dikenali. Selama tinggal dan lama setelah itu, para wisatawan selalu
mengingat makanan dan gizi yang membuat kesan istimewa di beberapa tempat
wisata, karena makanannya, terlepas dari motif dan nilai wisata lainnya,
berpengaruh terhadap segala indra, termasuk indera penciuman dan rasa melalui
dimana tamu mengingat tinggal di tempat tujuan wisata tertentu dalam waktu
yang sangat lama.
Makanan dan gizi merupakan bagian penyusun tujuan wisata yang tak
terelakkan dan karena itu merupakan nilai dan motif penting untuk perjalanan
wisata dan tinggal. Tapi, terkadang, tergantung pada preferensi tamu, propaganda
turis yang terkenal untuk makanan dan gizi dari operator tur atau agen pariwisata
atau tergantung pada tawaran spesifik dari tujuan wisata, mereka dapat mewakili
insentif dan nilai yang otonom dan kuat yang akan mendorong perjalanan wisata
dan tinggal.
Dalam kasus seperti itu, kita berbicara tentang jenis wisata khusus yang
menjadi lebih dan lebih aktual dalam decade terakhir, dan itu adalah "wisata
kuliner", yang juga dinamakan sebagai wisata keahlian memasak, terutama
mengacu pada masakan tradisional dari tujuan wisata. Tidak diragukan lagi bahwa
makanan dan gizi mewakili realitas manusia yang paling terlihat dan penting dan
bahwa tidak ada pariwisata tanpa mereka, tidak hanya dalam hal kebutuhan
biologis untuk makan, tetapi juga dalam hal sosial budaya dan
turis.Perkembangan pariwisata yang pesat di era globalisasi telah menekankan
pentingnya penawaran makanan dan gizi sebagai kontribusi terhadap keragaman
dan kekayaan pengalaman yang dicari wisatawan.
Berbagai jenis wisata berdasarkan makanan dan gizi sudah muncul dalam
beberapa tahun terakhir, seperti wisata anggur, wisata makanan, wisata kuliner
sebagai wisata berbasis makanan dan gizi, serta wisata budaya, etno, wisata acara
dll, dimana makanan dan gizi merupakan bagian penting.
2.5 CULINARY TOURISM DI BALI
Dikutip dari jurnal I. A. Trisna Eka Putri, dkk yang berjudul
“PENGEMBANGAN MAKANAN KHAS BALI SEBAGAI WISATA
KULINER (CULINARY TOURISM) DI DESA SEBATU KECAMATAN
TEGALALANG GIANYAR”.
Adapun diuraikan mengenai pengembangan Makanan Khas Daerah Bali
sebagai wisata kuliner ( culinary tourism) di Desa Sebatu. Berkaitan dengan
Makanan Khas Daerah Bali, pengertian makanan dalam kognitif orang Bali
meliputi konsep halal dan enak. Makanan Khas Daerah Bali dapat diartikan
sebagai makanan yang diolah dan dibuat oleh masyarakat lokal Bali secara turun
temurun dan menggunakan perpaduan bumbu lokal (basa) yang memiliki rasa dan
aroma spesifik yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya dengan semakin
berkembangnya makanan khas daerah tersebut, akan memberikan kesempatan
bagi masyarakat lokal untuk bersaing di era pasar bebas, termasuk Bali yang
menjadi daerah tujuan wisata dunia. Berbagai wisatawan dari berbagai negara
berbaur di Bali.
Sebagai daerah tujuan wisata yang sebenarnya memiliki berbagai ragam
makanan khas daerah. Keragaman Makanan Khas Daerah Bali teramat sangat
mendukung untuk mewujudkan Makanan Khas Daerah Bali sebagai tuan rumah
pada daerah tujuan wisata internasional baik dilihat dari gastronominya maupun
komposisi menu.
Berdasarkan uraian di atas dan pengamatan di lapangan, menunjukkan
potensi yang layak dijual kepada wisatawan di Desa Sebatu telah dicoba untuk
dikemas menjadi suatu produk unggulan dan produk alternatif, salah satunya
wisata kuliner.Meskipun keunggulannya adalah kerajinan kayu, namun potensi
budaya yang unik terutama yang terkait dengan pertanian dan budaya lainnya
yang unik perlu mendapat perhatian di dalam pengembangan Desa Sebatu sebagai
objek wisata/daerah pariwisata. Seni kuliner Bali sebagai salah satu aspek
kebudayaan Bali diadaptasi sehingga dapat menjadi wisata boga (wisata kuliner).
Adaptasi tersebut dari segi bentuk, tujuan dan makna yang meliputi adaptasi
bahan makanan, rasa, pengolahan, penataan/penyajian dan cara makan. Seni
kuliner Bali sebagai penunjang pariwisata berdampak budaya, sosial, rasa bangga
serta pemenuhan kebutuhan harga diri. Adapun contoh model wisata kuliner
yaitu: bisnis perorangan, bisnis organi sasi/hotel, bisnis desa adat. Model kuliner
yang dapat dikembangkan di Desa Sebatu antara lain disajikan pada Tabel
dibawah ini.
Tabel 1.
Model kuliner di Desa Sebatu Gianyar
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Wisata yang berhubungan dengan makanan merupakan kebutuhan yang
berbeda diantara turis dimana mereka menghabiskan/mengkonsumsi makanan
merupakan bagian dari pengalaman perjalanan wisata mereka dan pemilihan
aktivitas dan event dan destinasi yang dilakukannya tentunya juga dipengaruhi
oleh ketertarikan mereka pada makanan setempat yang ada.Wisata kuliner
bukanlah sesuatu yang mewah dan eksklusif.Wisata kuliner dapat ditemui di
daerah perkotaan maupun pedesaan dan selalu tersedia sepanjang tahun.
Cuinary tourism sangat penting, beberapa alasan diantaranya yaitu :
1. Hampir semua wisatawan makan di luar selama melakukan kegiatan
wisata
2. Aktivitas makan merupakan aktivitas yang digemari wisatawan
3. Tagihan yang lebih tinggi dari total tagihan wisatawan kemungkinan besar
dihabiskan untuk kebutuhan makan dan minum
Makanan dan gizi mendapatkan karakter fenomena wisata ketika mereka
terkait dengan jenis makanan tertentu atau jenis makanan yang tidak asing, namun
disiapkan dengan cara yang khusus dan disajikan kepada tamu, mengingat
keseluruhan ruang khusus dari tujuan wisata tertentu. (Tampilan, iklim, semangat
tempat dll) yang tak ada bandingannya dan unik hanya untuk tempat wisata itu.
Selama tinggal dan lama setelah itu, para wisatawan selalu mengingat makanan
dan gizi yang membuat kesan istimewa di beberapa tempat wisata, karena
makanannya, terlepas dari motif dan nilai wisata lainnya, berpengaruh terhadap
segala indra, termasuk indera penciuman dan rasa melalui dimana tamu mengingat
tinggal di tempat tujuan wisata tertentu dalam waktu yang sangat lama. Berbagai
jenis wisata berdasarkan makanan dan gizi sudah muncul dalam beberapa tahun
terakhir, seperti wisata anggur, wisata makanan, wisata kuliner sebagai wisata
berbasis makanan dan gizi, serta wisata budaya, etno, wisata acara dll, dimana
makanan dan gizi merupakan bagian penting.
Dikutip dari jurnal I. A. Trisna Eka Putri, dkk yang berjudul
“PENGEMBANGAN MAKANAN KHAS BALI SEBAGAI WISATA
KULINER (CULINARY TOURISM) DI DESA SEBATU KECAMATAN
TEGALALANG GIANYAR”.Adapun diuraikan mengenai pengembangan
Makanan Khas Daerah Bali sebagai wisata kuliner ( culinary tourism) di Desa
Sebatu. Berkaitan dengan Makanan Khas Daerah Bali, pengertian makanan dalam
kognitif orang Bali meliputi konsep halal dan enak.

3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini kita ketahui bagaiman pentingnya peran gizi
pada culinary tourism.Karena Makanan dan gizi merupakan bagian penyusun
tujuan wisata yang tak terelakkan dan karena itu merupakan nilai dan motif
penting untuk perjalanan wisata dan tinggal.Ketika melakukan perjalanan wisata,
makanan yang kita cicip harus sehat dan bergizi sehingga kesehatan kita tidak
terganggu selama melakukan perjalanan wisata.
4.
DAFTAR PUSTAKA

Danies Tan, “Culinary Tourism, Now Trending”, yang diposting melalui


https://www.cordonbleu.edu/news/culinary-tourism/en diakses pada 19
September 2018

IAASIndonesia, 2017, “Pariwisata: Sinergi Pengembangan Wisata Kuliner dan


Agrowisata” yang diposting melalui http://iaas.or.id/pariwisata-sinergi-
pengembangan-wisata-kuliner-dan-agrowisata/ diakses pada 19 September 2018

Lia, 2008, “Wisata kuliner”, yang diposting melalui http://lia-


wisatakulinerteori.blogspot.com/2008/11/wisata-kuliner.html diakses pada 19
September 2018

Dr. Sri Endah Nurhidayati, 2014, “Potensi Wisata Makanan (food tourism) yang
diposting melalui http://endah-parwis-vokasi.web.unair.ac.id/artikel_detail-70449-
Artikel-Potensi%20Wisata%20Makanan%20(food%20tourism).html diakses pada
19 September 2018

http://eprints.uny.ac.id/8842/2/bab2%20-09604227098.pdf
Jurnal I. A. Trisna Eka Putri, dkk yang berjudul “PENGEMBANGAN
MAKANAN KHAS BALI SEBAGAI WISATA KULINER (CULINARY
TOURISM) DI DESA SEBATU KECAMATAN TEGALALANG GIANYAR”

Bernadet, Devina sulistiyo. Yang diposting melalui http://e-


journal.uajy.ac.id/10829/2/1TA14129.pdfdiakses pada 19 September 2018

Anda mungkin juga menyukai