ABSTRAK
Penelitian ini didasari oleh ketertarikan mengenai perkembangan wisata kuliner D.I
Yogyakarta yang memiliki potensi beragam, bahan baku yang melimpah, cara pembuatan
makanan tradisional unik, dan pangsa pasar yang menjanjikan, namun ternyata
perkembangannya masih bersifat sangat lokal. Selain itu sebagian belum memenuhi standar
sebagai oleh-oleh, dan terkesan kurang diperhatikan oleh masyarakat yang justru memilih produk
makanan luar negeri yang dipasarkan secara massal. Keragaman etnis di Indonesia yang
tercermin dalam multibudaya kulinernyatidak dilihat oleh masyarakat sebagai sesuatu yang
istimewa. Selain itu, warisan budaya dan sumber daya alam merupakan daya tarik wisata
terpopuler yang ditawarkan oleh pemerintah, namun promosi makanan tradisional di situs
pariwisata pemerintah masih kurang diperhatikan. Hal-hal itulah yang menjadi alasan penelitian
ini harus dilakukan.
Tujuan penelitian adalah mengkaji Pengembangan wisata kuliner melalui makanan tradisional,
bahan, cara pengolahan dan cara menyajikan, waktu menyajikan, alat yang di gunakan makanan
tradisional di D.I Yogyakarta;Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun informan adalah
para produsen dan penjual makanan tradisional di wilayah D.I Yogyakarta. Lokasi penelitian adalah di
seluruh wilayah D.I Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa potensi pengembangan wisata kuliner bahwa makanan
tradisional di D.I Yogyakarta didominasi bahan makanan lokal, yaitu main course adalah sayuran dan
daging sapi; untuk kudapan adalah singkong/ubi, tepung beras; untuk minuman adalah rempah-rempah;
serta ditemukan 51 jenis makanan utama, 105 jenis kudapan, dan 14 jenis minuman. Cara pengolahan
dengan rebus, goreng, tumis, kukus, bakar, panggang/oven. Cara penyajiannya dengan lesehan dan duduk
di meja. Waktu penyajian pada pagi, siang, dan malam. Alat-alat yang digunakan untuk memproduksi
makanan tradisional adalah cobek, batok, muntu, wakul, dandang, kuali, dan anglo.
Kata Kunci:Wisata Kuliner, Makanan Tradisional
1
Dosen PTBB UNY
2
Dosen Jurusan Bina Wisata Politeknik “API” Yogyakarta
PENDAHULUAN merupakan sebuah pengalaman. Di daerah
Industri pariwisata dunia pada saat ini tujuan wisata, belanja wisatawan untuk
mengalami peningkatan pesat. Hal ini makanan mencapai sepertiga dari total
dibuktikan dengan survei yang dilakukan oleh pengeluarannya (Hall, Sharples, Mitchell,
UNWTO (United National World Tourism Macionis, & Cambourne, 2003).Dengan
Organization) yang menunjukkan data bahwa menjelajahi akan mendapatkan pengalaman
per Januari 2017 mengalami peningkatan tentang makanan dan minuman di tempat tujuan
kunjungan wisatawan di daerah tujuan wisata. (Wolf, 2002 dalam Kivela & Crotts, 2005),
Di seluruh dunia tercatat sebanyak 369 juta wisatawan sebenarnya mengkonsumsi budaya
tujuan itu sendiri (Beer, 2008). Jenis wisatawan ini
wisatawan internasional (pengunjung
sangat berarti dan bisa menjadi segmen pasar yang
semalam) dalam empat bulan pertama tahun
sangat loyal (Kivela & Crotts, 2005). Demikian
2017. Jumlah tersebut menunjukkan 21 juta juga Bessiere (1998) yang dikutip oleh Green &
lebih banyak daripada bulan yang sama pada Dougherty (2009) mengatakan bahwa wisatawan
tahun 2016. Pada periode Januari ‒ April cenderung memiliki pengalaman otentik yang
biasanya tercatat sekitar 28% jumlah membawa mereka kembali ke alam. Molz (2007)
wisatawan dalam setahun. Wisatawan yang juga menekankan bahwa wisata kuliner bukan
berkunjung ke daerah tujuan wisata tidak hanya untuk mengetahui dan mengalami budaya
sekadar menikmati panorama, tetapi bisa lain, tapi juga untuk melakukan rasa petualangan,
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dan kemampuan beradaptasi, dan keterbukaan. Di
berinteraksi dengan masyarakat, mereka samping mencari makanan untuk memenuhi
menikmati kuliner tradisional yang ada di kebutuhan primernya, wisatawan akan
sekitar daerah tujuan wisata (DTW). Menurut mencari makanan khas daerah setempat.
Baiquni (2009) pariwisata tidak hanya berupa Makanan khas pada umumnya berupa
perjalanan fisik dari satu tempat ke tempat lain makanan tradisional yang keberadaannya
yang berbeda budayanya, tetapi juga bisa hanya ada di daerah tujuan wisata.
dikemas menjadi perjalanan imajinasi melintas Menurut keputusan lokakarya
batas waktu masa lalu dan masa depan. revitalisasi Pusat Kajian Makanan Tradisional
Pengalaman berwisata di tempat tujuan di Yogyakarta tahun 2003 batasan makanan
wisata, tidak lepas dari konsumsi makanan tradisional adalah makanan yang dibuat dari
selama wisatawan tinggal. Makanan bahan yang dihasilkan di daerah setempat
merupakan bagian penting dari liburan, kemudian diolah dengan cara dan teknologi
sehingga kunjungan ke restoran cenderung yang dikuasai oleh masyarakat setempat.
menjadi pengalaman puncak bagi para Produk makanan tradisional mempunyai
wisatawan (Blichfeldt, Chor, Ballegaard, ketampakan, citra rasa, dan aroma yang sangat
2010). Hal itu karena makan merupakan salah dikenal dan disukai bahkan dirindukan oleh
satu kebutuhan primer manusia, meskipun masyarakat setempat. Bahkan, makanan
pada perkembangannya, tujuan makan tidak tradisional menjadi identitas kelompok
hanya untuk mengenyangkan perut, tetapi masyarakat asal makanan dan dapat digunakan
sebagai sarana pemersatu bangsa dan tradisional Indonesia mengandung beragam
membangun rasa cinta tanah air. Menurut rempah-rempah, memiliki aneka teknik
Xiaomin (2017) kriteria atau karakteristik memasak dan berbahan-bahan lokal yang
makanan tradisional adalah adanya sebagian terpengaruh dari India, China, Timur
penggunaan bahan endogen yang digunakan Tengah, dan Eropa (Kedutaan Besar
dalam masakan yaitu adanya bahan baku lokal Indonesia). Keberagaman makanan tradisional
yang unik dan khas setempat. karena bahan juga dipengaruhi oleh beragamnya bahan baku
dan bumbu masakan unik, maka citarasa dan lokal yang tersedia di tiap-tiap daerah.
aroma yang dihasilkannya menjadi unik pula. Makanan tradisinonal memiliki peluang besar
Esensi lokal dan tradisional adalah praktek untuk ditawarkan seiring meningkatnya
kuliner berdasarkan metode, dan ketrampilan jumlah wisatawan yang peduli terhadap
tertentu agar dapat bertahan (survive) dan budaya dan warisan lokal, makanan tradisional
terlindung dari gempuran industri maju atau bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk
perkembangan teknologi. Wisata kuliner mengetahui tentang budaya dan warisan lokal
makanan tradisional berfungsi meningkatkan (Sims, 2009).
pendapatan masyarakat dan menyerap tenaga Beras merupakan makanan pokok bagi
kerja sehingga diperlukan pelestarian dengan sebagian besar penduduk Indonesia. Selain itu
cara memelihara, memanfaatkan, dan jagung, sagu, singkong, dan ubi jalar juga
mengembangkannya. merupakan makanan pokok lainnya terutama
Terlepas dari peran utamanya, di wilayah bagian timur Indonesia. Laut
makanan tradisional terkesan diremehkan oleh Indonesia yang luasnya tercatat sepertiga
masyarakat. Sebaliknya, penduduk setempat wilayah juga menyediakan bahan makanan
memilih masakan dari produk makanan dengan gizi sangat tinggi berupa ikan dan
internasional yang dipasarkan secara massal, bahan makanan laut lainnya. Secara khusus,
seperti McDonalds dan makanan berantai Indonesia memiliki tahu dan tempe untuk
global lainnya (Wilk, 1999 ; Blakey, 2012). lauk-pauk dan makanan ringan di hampir
Indonesia yang terdiri dari keragaman etnis semua wilayah. Tempe dianggap sebagai salah
yang luas tercermin dalam pengaruh satu keunikan makanan Indonesia. Makanan
multibudaya kuliner Indonesia, masyarakat khas Indonesia lainnya adalah bumbu yang
setempat tidak melihatnya sebagai sesuatu disebut sambal, yang salah satu jenis sambal
yang istimewa. Hal itu ditambah lagi bahwa terbuat dari cabai, bawang merah, bawang
promosi makanan tradisional di situs putih, dan pasta udang. Biasanya sambal
pariwisata pemerintah masih kurang disajikan untuk pelengkap lauk di samping
diperhatikan. Padahal apabila dicermati, hidangan utama. Buah-buahan dan sayur-
warisan budaya dan sumber daya alam sayuran tropis juga merupakan bagian penting
merupakan daya tarik wisata paling populer dari masakan Indonesia, terutama sebagai
yang ditawarkan oleh pemerintah. makanan penutup. Buah-buahan ini biasanya
Makanan tradisional Indonesia sangat disajikan dalam bentuk buah segar atau
beragam, seiring dengan beragamnya etnik sesekali dicampur dengan saus gula aren.
dan wilayah multikulturalnya. Makanan Namun demikian, setiap etnis dan wilayah di
Indonesia memiliki kekhasan makanan pelayanan, dan menikmati dari makanan, serta
masing-masing dan menjadikannya sebagai variasi budaya atau gaya masakan. Wisata
hidangan tradisional populer di daerahnya. kuliner ialah perjalanan yang memanfaatkan
Indonesia sebagai salah satu negara masakan dan suasana lingkungannya sebagai
yang berupaya menjadi salah satu destinasi objek tujuan wisata. Wisata kuliner sebagai
wisata dunia terus berupaya meningkatkan diri industri pariwisata yang berkaitan dengan
agar mampu bersaing dengan negara lain. penyediaan makanan dan minuman
Undang-Undang Republik Indonesia No.10 mengalami perkembangan pesat. Hal ini
Tahun 2009 tentang kepariwisataan dikarenakan tren wisatawan sekarang adalah
menyebutkan bahwa pariwisata adalah berkunjung ke suatu daerah wisata untuk
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung mencari atau berburu makanan khas daerah
berbagai fasilitas serta layanan yang tersebut.
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
pemerintah dan pemerintah daerah yang salah sebagai daerah yang berpotensi pariwisata
satunya adalah wisata kuliner. Wisata kuliner besar, memerlukan strategi khusus untuk
adalah pengalaman perjalanan ke daerah mendukung pariwisata di Kota Pelajar ini.
gastronomi untuk rekreasi atau tujuan DIY dengan luas daerah 3.185,80 km2,
hiburan, yang mencakup kunjungan ke memiliki berbagai daya tarik wisata menarik
produsen makanan primer dan sekunder, dan unik untuk dikunjungi, mulai dari wisata
festival, pameran makanan, peristiwa, petani alam, budaya, sejarah, dan lain-lain. DIY
pasar, acara memasak dan demonstrasi, memiliki luas tersempit setelah Provinsi DKI
mencicipi produk makanan berkualitas , atau Jakarta. Namun demikian, hal tersebut tidak
kegiatan pariwisata yang berhubungan dengan membuat DIY menjadi daerah yang kecil
makanan (Global Report on Food Tourism, dalam bidang pariwisata, karena mampu
2012:6). menyandang predikat kedua sebagai daerah
Istilah kuliner (culinary) merupakan tujuan wisata setelah Provinsi Bali. Hal itu
bagian/subesensi gastronomi. Kuliner adalah terbukti pada tahun 2015 lalu, DIY mampu
masakan dan mempunyai arti yang bersinonim menarik wisatawan sebanyak 4.122.205 orang,
dengan istilah cuisine. Beragam pilihan cita dengan rincian 308.485 dari mancanegara dan
rasa menu khas, baik yang tradisional maupun 3.813.720 orang dari Nusantara (Statistik
yang sudah termodernisasi , tersaji dari penjaja Dinas Pariwisata DIY, 2015). Hal ini
makanan kaki lima hingga restoran dan kafe membuktikan bahwa DIY memiliki kekuatan
bernuansa eksklusif. Wisata kuliner untuk menarik wisatawan.
merupakan bagian dari jenis pariwisata yang Sektor pariwisata di DIY juga tidak
lebih luas, yaitu wisata gastronomi bisa lepas dari kuliner yang dimilikinya. Salah
(gastronomy tourism). Wisata gastronomi satu kuliner yang menjadi ikon di Yogyakarta
merupakan suatu tren baru dalam dunia adalah gudeg. Dalam surat kabar Kedaulatan
kepariwisataan. Gastronomi adalah seni atau Rakyat edisi 31 Desember 2013 disebutkan
usaha pencarian dari kualitas makanan yang bahwa gudeg merupakan makanan yang
baik, termasuk dalam pemilihan, persiapan, menjadi ciri khas Yogyakarta. Cita rasa gudeg
yang unik mampu menarik wisatawan yang baku yang melimpah, pembuatan makanan
berkunjung ke Yogyakarta untuk mencicipi tradisional, dan pangsa pasar yang
masakan yang terbuat dari nangka muda ini. menjanjikan seharusnya bisa menjadikan
Masakan gudeg menjadi sasaran para kekayaan makanan tradisional menjadi atraksi
wisatawan ketika masa liburan datang. Namun wisata yang berharga. Hal ini bukan hal yang
demikian, tidak semua di daerah tujuan wisata tidak mungkin mengingat banyak negara
terdapat penjual gudeg. Oleh karena itu, cara secara sengaja memperkenalkan pariwisatanya
yang tepat agar masakan gudeg ini mampu melalui makanan tradisional yang menjadi
menjadi tujuan wisata kuliner di DIY adalah kekhasan negara yang bersangkutan. Makanan
dengan menempatkan beberapa warung makan sebagai salah satu aspek budaya suatu bangsa
khusus masakan gudeg di lokasi daya tarik dapat mencirikan identitas bangsa tersebut.
wisata yang tersebar di DIY. Selama ini Pemerintah pusat maupun daerah perlu
warung makan gudeg masih terpusat di dua melakukan pelestarian makanan tradisional
wilayah, yaitu di Mbarek Condong Catur dan dengan meningkatkan kualitas produk agar
Wijilan. Hal ini akan membuat wisatawan mampu bersaing dan memuaskan wisatawan.
lebih mudah menjangkau untuk mencicipi Berkaitan dengan pengembangan
masakan tradisional yang populer ini. wisata kuliner di DIY, khususnya wilayah kota
Makanan khas lainya dari Yogyakarta Yogyakarta, Pemkot Yogyakarta bersama
adalah Bakpia yang notabene merupakan Kementerian Pariwisata RI menandatangani
makanan ringan khas dari Yogyakarta. Bakpia kesepahaman bersama dalam upaya
berkembang di berbagai wilayah di pengembangan wisata kuliner. Kesepahaman
Yogyakarta, misalnya bakpia pathuk yang bersama ini merupakan bentuk komitmen
berkembang di daerah Kampung Pajeksan, Kementerian Pariwisata dalam memberikan
Kelurahan Sosromenduran, Kecamatan dukungan percepatan pengembangan wisata
Gedongtengen. Ada bakpia-minomartani di kuliner di Yogyakarta. Dalam kerja sama ini,
Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, kegiatan promosi wisata kuliner akan menjadi
Sleman. Ada pula bakpia 5555 di Jambon, tugas Kementerian Pariwisata, sedangkan
Desa Sindumartani, Kecamatan Ngemplak, pemerintah daerah bertugas memperbaiki
dan bakpia-japon di Desa Trimurti, sanitasi dan higienitas di lokasi wisata kuliner
Kecamatan Srandakan, Bantul. sehingga tercipta sinergi antara pusat dan
Industri kuliner tradisional biasanya daerah. Selain Yogyakarta, Kementerian
dilakukan oleh pengusaha kecil atau industri Pariwisata juga menetapkan empat kota
rumah tangga. Cara pembuatannya yang lainnya sebagai destinasi wisata kuliner, yakni
mudah dan berbahan dasar dari bahan-bahan Bandung, Yogyakarta, Solo, Semarang, dan
yang ada di sekitar membuat industri kecil ini Bali. Penetapan lima destinasi wisata kuliner
mudah ditemui. Namun demikian, makanan ini berdasarkan beberapa kelayakan.
tradisional belum sepenuhnya menjadi tuan Diantaranya produk dan daya tarik utama,
rumah di DIY. Pengamatan awal pengemasan produk dan even, kelayakan
menunjukkan bahwa restoran modern cepat pelayanan, kelayakan lingkungan, kelayakan
saji memiliki konsumen lebih besar. Bahan
bisnis serta peranan pemerintah dalam Oleh karena keterbatasan waktu, tenaga, dan
pengembangan destinasi wisata kuliner. biaya, tidak seluruh populasi dijadikan objek
Berdasarkan uraian di atas, kajian yang penelitian sehingga perlu dilakukan sampling.
akan dilakukan dalam penelitian ini adalah Penarikan sampel dilakukan secara
kajian mengenai pengembangan wisata kuliner probabilitas wilayah, yaitu memilih sampel
melalui makanan tradisional di DI berdasar posisi geografis, yaitu di wilayah
Yogyakarta,khususnya penggunaan bahan Kabupaten Sleman, wilayah Kabupaten Kulon
makanan lokal pada pengembangan wisata Progo, wilayah Kabupaten Bantul, wilayah
kuliner, peran makanan tradisional. Adapun Kabupaten Gunung Kidul, dan wilayah
fokus penelitian ini berkaitan dengan Kotamadya Yogyakarta.
pengembangan wisata kuliner melalui Jenis Data
makanan tradisional di Daerah Istimewa Dalam penelitian ini data digali dan
Yogyakarta. disempurnakan secara terus-menerus selama
proses penelitian berlangsung. Data yang akan
digali dalam penelitian ini berupa data primer
METODE PENELITIAN
dan data sekunder mengenai potensi wisata
Alasan Pemilihan Lokasi
kuliner yang telah ada selama ini.
Penentuan lokasi penelitian ini hanya
Teknik Pengumpulan Data
di khususkan di Kabupaten Gunungkidul
Dalam upaya agar tujuan penelitian
walaupun di seluruh wilayah D.I Yogyakarta,
tercapai, penelitian ini menggunakan beberapa
yang terbagi dalam 4 kabupaten dan satu
teknik pengumpulan data sebagai berikut.
kotamadya yang mempunyai sentra-sentra
a. Observasi
kuliner. Penentuan lokasi ini didasarkan pada
Observasi dilakukanuntuk melihat
beberapa alasan, pertama D.I Yogyakarta
gambaran umum tentang wisata kuliner di
merupakan pusat budaya Jawa dan memiliki
daerah penelitian, terutama yang
berbagai menu makanan tradisional yang khas,
menyangkut data tentang potensi yang ada,
dan sangat berpotensi menjadi tujuan wisata
sarana-prasarana, lingkungan fisik, pola
kuliner di Indonesia. Yang kedua
perilaku pengunjung, dan kehidupan
perkembangan wisata kuliner di D.I
masyarakat. Instrumen yang digunakan
Yogyakarta belum merata sehingga terkesan
untuk merekam data, antara lain, ialah
didominasi oleh tempat-tempat tertentu saja.
panduan observasi, buku catatan, kamera,
Ketiga, beragam jenis makanan dan minuman
alat tulis, dan sebagainya. Observasi
khas di D.I Yogyakarta, tetapi hanya sedikit
dilaksanakan pada Juni – Agustus 2018.
makanan tradisional yang dikenal oleh
Dalam melakukan observasi, peneliti
wisatawan.
datang ke lokasi penelitian untuk melihat
Metode Pengambilan Sampel
dan mengidentifikasikan secara langsung
Penelitian dilakukan di restoran
data yang dibutuhkan. Hal itu sesuai
makanan tradisional yang terdefinisi dengan
dengan pendapat bahwa observasi
baik di Kabupaten Gunung kidul. Populasi
merupakan upaya mengamati atau
adalah seluruh restoran makanan tradisional
memperhatikan suatu objek. Hasil
dan sentra-sentra kuliner makanan tradisional.
pengamatan tiap orang berbeda sehingga mereka dalam pengembangan wisata
dalam tiap pengamatan harus selalu kuliner di wilayah penelitian.
dikaitkan dua hal, yakni informasi, yaitu c) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DIY
apa yang terjadi dan konteks, yaitu hal-hal untuk mencari informasi tentang
yang berkaitan di sekitarnya (Nasution keterlibatan mereka dalam pengembangan
1992:56‒58). wisata kuliner di DIY, perencanaan
b. Wawancara Mendalam (Indepth pengembangan wisata kuliner, jumlah tamu
Interview) yang berkunjung, dan regulasi pemerintah
Dalam melakukan wawancara, yang berkaitan dengan pengembangan
pewawancara tidak menggunakan rencana wisata kuliner di DIY.
urutan pertanyaan yang akan ditanyakan d) Asosiasi Usaha Pariwisata (ASITA, PHRI,
kepada informan, serta tidak menggunakan APJI, HPI, dll) untuk menjaring informasi
pedoman wawancara yang telah tersusun tentang partisipasi mereka dalam
secara sistematis dan lengkap untuk pengembangan wisata kuliner tersebut.
mengumpulkan data, tetapi hanya e) Penikmat kuliner (pengunjung/wisatawan)
menggunakan pedoman berupa garis-garis di tiap-tiap sentra kuliner.
besar permasalahan yang akan diteliti f) Pengelola/pemilik usaha kuliner untuk
(Sugiyono, 2005:74). Tujuan wawancara mengetahui jenis jenis makanan yang di
adalah untuk membawa beberapa isu jual, bahan, cara mengolahnya..
pendahuluan ke permukaan sehingga peneliti
dapat menentukan variabel yang akan c. Studi Dokumentasi
digunakan dalam penelitian secara lebih Melalui studi dokumentasi, data yang
mendalam (Sekaran & Bougie, 2010:186). didapatkan berupa data sekunder. Dokumen
Wawancara mendalam dilakukan terhadap merupakan catatan peristiwa yang sudah
pihak pihak yang terlibat dalam berlalu. Studi dokumentasi merupakan
pengembangan wisata kuliner di DIY dalam pelengkap dari penggunaan metode observasi
kurun waktu Januari – April 2018 sebagai dan wawancara dalam penelitian kualitatif
berikut. (Sugiyono, 2005:82-83). Dalam penelitian ini
a) Pemilik restoran makanan tradisional dan studi dokumentasi dilakukan untuk menjaring
pengelola sentra wisata kuliner atau informasi tentang pengembangan wisata
paguyuban untuk menjaring informasi kuliner yang sudah dilaksanakan selama ini
tentang pengelolaan restoran dan sentra serta data-data kaitannya dengan gambaran
wisata kuliner dan perannya dalam umumwilayah penelitian. Penelusuran
pengelolaan wisata kuliner, menyangkut dokumentasi dilakukan di Dinas Kebudayaan
upaya pendanaan, perencanaan, dan dan Pariwisata seluruh kabupaten/kota di DIY
pelibatan masyarakat sekitar. dan instansi-instansi lain yang menyimpan
b) Dinas Pariwisata dan Dinas Perindustrian informasi tentang potensi wisata kuliner.
masing-masing kabupaten/kota. Selain itu, juga digunakan literatur, baik
Wawancara mendalam dilakukan untuk berupa buku, catatan, maupun laporan hasil
menjaring informasi mengenai peran serta penelitian dari penelitian terdahulu.
PenarikanKesimp
Teknik Analisa Data Reduksi Data ulan/verifikasi
Dalam penelitian ini pendekatan yang
digunakan untuk menganalisis data adalah
metode kualitatif, dengan tujuan untuk
memecahkan permasalahan yang diajukan Gambar 3
sehingga tujuan dan manfaat penelitian ini Pengumpulan Data dan Komponen Analisis Data
dapat terjawab. metode kualitatif adalah Model Interaktif
dengan melakukan interprestasi terhadap hasil (Miles dan Huberman 1992:20)
analisis data untuk mendapatkan gambaran
yang muncul di balik data tersebut. Dianalisis HASIL DAN PEMBAHASAN
hal-hal sebagai berikut. DI Yogyakarta terletak antara 70.33’-
Analisis data kualitatif dilakukan secara 8 .12’ lintang selatan dan 1100.00’ – 1100.50’
0