KHAS BUGIS
ABSTRAK
Perancangan ini bertujuan menciptakan sebuah media edukasi pengenalan resep makanan
tradisional khas Bugis dalam bentuk buku resep yang dapat menarik minat masyarakat
khususnya remaja untuk mempelajari tentang makanan tradisional khas Bugis. Teknik
pengumpulan data dalam perancangan diperoleh melalui observasi, studi pustaka, survey pada
remaja suku Bugis dan wawancara kepada dinas kebudayaan. Konsep desain dalam
perancangan media pengenalan resep makanan tradisional khas Bugis adalah konsep bullet
journal dengan komposisi desain, layout, dan warna yang sesuai dengan target audiens. Hasil
perancangan ini menghasilkan output buku resep makanan tradisional khas Bugis.
Perancangan ini bermanfaat sebagai media informasi dan edukasi kepada masyarakat tentang
makanan tradisional khas Bugis.
ABSTRACT
This design aims to create a education media to recognize Bugis traditional food recipes
through a recipe book to interested people, spesificly young generation to learn about Bugis
traditional food.Data collection techniques in designing are obtained through observation,
survey of Bugis teenagers, and interview with culture department. Design concept in Designing
Media To Recognize Bugis Traditional food Recipes is bullet journal with the composition of
the layout and color design that suits to the target audience. The result of the design is a book of
bugis traditional food recipes. The design is useful as a information media and education to
people about bugis traditional food recipes.
1. PENDAHULUAN
Bhineka Tunggal Ika yang secara harfiah Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia
diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu mempunyai ciri khas dan karakterisitik sosial
merupakan ilustrasi dari jati diri bangsa budaya yang berbeda. Suku merupakan
Indonesia secara natural dan sosial-kultural golongan manusia yang terikat oleh kesadaran
dibangun di atas kenakaragaman (etnis, dan identitas akan kesatuan kebudayaan.
bahasa, budaya, dll). Secara akademis, konsep Suku-suku yang tersebar di Indonesia
bhineka tunggal ika tersebut dapat dipahami menghasilkan warisan sejarah bangsa,
dalam konteks konsep generik persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh
multikulturisme (Winataputra, 2008: 1009). faktor geografis, perdagangan laut, dan
kedatangan para penjajah di Indonesia. Setiap lain. Biasanya kue Barongko disajikan sebagai
suku yang terdapat di Indonesia kaya akan makanan penutup setelah makanan pokok
adat istiadat dan budaya yang berbeda-beda (Hidayah, 2015: 90).
(Nur, Astuti, Putri, Reski, dan Syamsuria, Penyajian makanan tradisional biasanya
2016: 504). disajikan pada acara-acara tertentu atau
Bangsa Indonesia, terdiri dari berbagai sebagai makanan selingan/kudapan di tingkat
suku. Setiap suku memiliki masakan dengan rumah tangga. Di samping itu, akibat
karakter dan keunikannya sendiri. Jika munculnya berbagai jenis makanan impor
dijumlahkan ratusan masakan yang ada yang banyak disenangi oleh masyarakat,
tentunya merupakan sumber kekayaan budaya mengakibatkan makanan tradisional
yang tidak ternilai harganya (Alamsyah, 2008: terlupakan (Pemprov Sulawesi Selatan, 2002:
2). 1).
Sulawesi Selatan yang terdiri dari 24 Selain itu keberadaan jajan pasar/makanan
Kabupaten/Kota dengan kondisi geografis tradisional semakin lama semakin tergerus.
yang berbeda beda dan adat istiadat yang Aneka jajan modern dan kue ala luar negeri
beranekaragam serta terdiri dari 4 (empat) membanjiri negeri ini. Sementara proses
golongan etnis yaitu Bugis, Makassar, regenerasi informasi terhenti. Orang tua
Mandar, dan Toraja memungkinkan adanya merasa “lebih modern” jika menyuguhkan
perbedaan jenis makanan yang mereka jenis kue luar negeri dibanding pisang goreng
konsumsi, hal ini juga didukung oleh potensi di meja makan. Beberapa jajan pasar/makanan
daerah Sulawesi Selatan yang memiliki tradisional sudah menghilang dan susah
berbagai jenis tanaman pangan seperti padi, ditemukan. Ini sebuah proses “pemiskinan”
jagung, umbi-umbian dan sebagainya kekayaan kuliner (Alamsyah, 2008: 3).
(Pemprov Sulawesi Selatan, 2002: 1). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan
Suku Bugis adalah salah satu suku terbesar penulis terhadap 61 remaja 58 diantaranya
yang mendiami daerah Sulawesi Selatan. berasal suku Bugis usia 15 sampai 24 tahun,
Suku bangsa Bugis terutama mendiami 52 responden memilih lebih menyukai
Kabupaten Bone, Wajo, Soppeng, Sinjai, makanan tradisional dibanding makanan
Bulukumba, Barru, Pare-Pare, Sidrap, modern atau fast food, 39 dari 61 responden
Pinrang, dan Luwu. Sebahagian penduduk diantaranya gemar memasak, namun tidak
Pangkajene dan Maros, sebagai daerah semua responden mengetahui cara membuat
perbatasan antara negeri-negeri orang Bugis- makanan tradisional, terutama makanan
Makassar, adalah orang Bugis atau Makassar. tradisional khas Bugis yang sering muncul
Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam dalam acara tradisi maupun acara
suku-suku melayu Deutero. Kata “Bugis” kekeluargaan. Adapun responden yang
berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang mengetahui resep/cara pembuatan makanan
Bugis (Kapojos, Maria, Wijaya, dan Hengki, tradisional hanya mengetahui menu yang
2018: 154). populer di kalangan remaja, yaitu palekko dan
Makanan khas Bugis banyak persamaan barongko, 9 dari 61 responden menulis
dengan makanan khas kota Makassar, selain palekko dan 7 dari 61 responden menulis
coto Makassar dan konro, namanya barongko. 14 dari 61 responden hanya
„pallubasa‟ hampir mirip dengan coto mengetahui satu resep makanan tradisional
Makassar isinya juga daging sapi dan khas Bugis, 6 dari 61 responden mengetahui
jeroannya (optional). Lalu ada pula barongko dua resep makanan tradisional khas Bugis, 10
atau Buronggo – yaitu salah satu penganan dari 61 responden mengetahui lebih dari tiga
khas Bugis. Barongko sangat mudah dijumpai resep makanan tradisional khas Bugis, dan 9
dalam acara-acara adat, acara perjamuan dan dari 61 responden tidak mengetahui satupun
kegiatan-kegiatan lain di daerah Bugis, seperti resep makanan tradisional khas Bugis. Hal
misalnya acara pengantin, Mapanre Temme tersebut menjadi sebuah kesenjangan karena
(khatam Qur‟an), sunatan, pengajian dan lain- sudah seharusnya generasi muda mempelajari
dan menekuni kekayaan kuliner Indonesia, usia 15-24 tahun melalui layanan
anak anak hingga pemuda pemudi harus google forms.
peduli dengan apa yang ada disekitar,
termasuk kuliner khas bangsa sendiri 2.1.3 Kepustakaan
(Simanjuntak, 2015). Sementara itu, saat ini
resep makanan tradisional sendiri diwariskan Proses ini dilakukan untuk
melalui mulut ke mulut, dari para orang tua, mendapatkan data referensi yang
dan media yang khusus memuat resep dari berkaitan dengan perancangan yang
makanan tradisional khas Bugis masih sulit akan dilakukan, Dengan
ditemukan. Oleh sebab itu, buku tentang mengumpulkan data dari buku-buku,
pengenalan resep makanan tradisional khas jurnal, atau internet data yang
Bugis perlu dibuat agar dapat memberikan diperoleh ini akan menjadi data
informasi yang lebih lengkap tentang resep sekunder yang akan mendukung data
makanan tradisional khas Bugis sebagai salah hasil survei. Adapun materi yang
satu kekayaan kuliner Provinsi Sulawesi menjadi kata kunci dalam mencari
Selatan dan Indonesia. referensi adalah sebagai berikut,
makanan tradisional, resep makanan
2. METODE PENELITIAN tradisional, makanan tradisional khas
Bugis, suku Bugis, budaya suku
Metode yang digunakan dalam proses Bugis, dan teori-teori lain yang
pengumpulan dan analisis data ialah: mendukung.
3.3.4 Celemek
3.3.3 Mug
Nur, R. J., Astuti, D., Putri, H. D., Reski, Tyas, A. S. (2017). Identifikasi Kuliner
& Syamsuria. (2016). Studi Etnografi Lokal Indonesia dalam. Jurnal Pariwisata
Pada Suku To Balo Di Desa Bulo-Bulo Terapan, 3.
Kecamatan Pujananting Kabupaten Barru
Sulawesi Selatan. Jurnal Pena, 504. Winataputra, U. S. (2008).
Multikulturalisme- Bhineka Tunggal Ika
Nurdin, R., Mukaromah, A. H., & Dalam Perspektif Pendidikan
Sitomurti, D. H. (2017). Identifikasi Kewarganegaraan Sebagai Wahana
Rhodamin B Pada Produk Makanan Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia.
Berwarna Merah Yang Dijual Di Pasar Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Johar Kota Semarang. 6. 1009.