Anda di halaman 1dari 48

TUMPENG PESISIRAN IBU TIWIK UTOMO

(Laporan Penelitian Sosial Dalam Rangka


Implementasi Penguatan Karakter Profil Pelajar Pancasila)

Disusun oleh kelompok 31:

1.Putri Aidil Rahmat (26)


2.Riska Faradila Widiastuti (27)
3.Khoirul Maysa Rizky (14)
4.Iga istiadzahtinnur (13)
5.Devy Fridiana Rizkia (7)
6.Aldino Fatahillah (3)
7.Galih Dwi Muliawan (12)
8.M Abror Fami (19)
9.M.Andre Hadi (21)

SMA N 1 PAMOTAN
Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
penyusun dapat membuat Laporan Penelitian Sosial Tumpeng Pesisiran
ini. Walaupun demikian, penyusun berusaha dengan semaksimal mungkin
demi kesempurnaan penyusunan laporan ini baik dari hasil kegiatan
belajar mengajar di sekolah.
Pada laporan ini kami akan sedikit mendeskripsikan tentang
kegiatan learning tour tumpeng pesisiran di Desa Dasun Kec.Lasem
Kab.Rembang pada hari Rabu 15 Maret 2023 yang sudah kita laksanakan
berupa Latar belakang, rumusan masalahnya, tujuan penelitian hingga
manfaat penelitian, pedoman pengamatan, pedoman wawancara, hasil
penelitian, pembahasan, simpulan, dan yang terakhir adalah penutup.
Semoga dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat.
Saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh
penyusun demi kesempurnaan dalam penulisan laporan berikutnya. Dalam
kesempatan ini, Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah
untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran Sosiologi. Terlebih dahulu,
saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Indarti P.N, S.Pd dan Bapak
Suhadi, M.Pd, selaku Guru Sosiologi dasar yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.
Akhir kata, penyusun berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca serta dapat membantu bagi kemajuan serta perkembangan SMA
N 1 PAMOTAN. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu, semoga Allah Swt membalas semua kebaikan
kalian. Amin.
DAFTAR ISI

Halaman Cover
Kata Pengantar
Daftar isi
Daftar Lampiran
Abstrak
BAB 1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1
1.1 Pedoman Pengamatan dan Wawancara
LAMPIRAN 2
1.2 Daftar anggota kelompok
LAMPIRAN 3
1.3 Peta lokasi penelitian
LAMPIRAN 4
1.4 Surat ijin penelitian…
LAMPIRAN 5
1.5 Banner kegiatan

ABSTRAK

Tumpeng pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang


berdaulat dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan
sayuran dari tanaman pantai. Tumpeng pesisiran dapat secara mudah
ditemui di dalam masyarakat pesisiran seperti Desa Dasun.Dasun sendiri
dikenal karena beberapa situs yang bersejarah, contohnya adalah situs
Dok Kapal Dasun, dan Tambak Dasun. Di Dasun pula terdapat sungai
dengan anco untuk mencari udang, rebon, ikan blanak, ikan bandeng,
bahkan kakap dan juga muara sungai nya yang konon katanya banyak
ikan-ikan besar yang didapatkan pemancing, sebut saja ikan kakap putih,
sembilang, kerapu, dll.Bahan-bahan untuk membuat Tumpeng Pesisiran
dapat secara mudah ditemukan di sungai Dasun oleh warga-warga
nya.Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh kami adalah dapat untuk
mengetahui apa dan dari mana bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
membuat tumpeng pesisiran, serta mengetahui bagaimana proses
membuat tumpeng pesisiran. Dan juga untuk mengetahui model rekayasa
pemajuan Desa dengan tumpeng pesisiran. Dengan penelitian diatas
didapat hasil dari tujuan yang sudah kami sampaikan diatas. Tumpeng
Pesisiran dapat gunakan untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di
Kawasan Pesisir melalui kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki keunikan
dari sisi objek maupun subjek.Dari sisi objek, keunikan tumpeng pesisiran
terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung nutrisi
seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari sisi
subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya,hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.
Dengan keunikan tersebut,tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.
Kata kunci: tumpeng pesisiran, kuliner desa dasun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Budaya makanan Indonesia dibentuk oleh beberapa faktor seperti
alam, sejarah, dan budaya.Menurut Soemardjan (1985) perkembangan
gaya kuliner kita dipengaruhi oleh budaya lokal, agama dan perdagangan.
Dengan keanekaragaman geografis dan budaya yang sangat besar di
Nusantara,terbukti masakan Indonesia kaya akan variasi dan rasa. Karena
beragamnya jenis dan gaya kuliner di Indonesia, sulit untuk menentukan
makanan mana yang bisa dipilih untuk mewakili Indonesia secara
keseluruhan.
Pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia meluncurkan Tumpeng
sebagai ikon makanan tradisional Indonesia (Kemenparekraf RI, 2012)
karena dapat mewakili budaya dan cara hidup masyarakat Indonesia
melalui bahan, warna,bentuk dan teknik penyajiannya. Tumpeng adalah
makanan berbahan dasar nasi berbentuk kerucut yang biasa disajikan
dengan lauk seperti sayuran, daging, ayam, dan telur dalam upacara adat
Jawa.
Dalam khasanah Jawa, ragam tumpeng dapat dikenal mulai dari
tumpeng kuning (kuning), putih (putih), robyong, gundhul, kencana,
ropoh, bango tulak, panggang, dhuplak,kendhit, megono, urubing damar
dan pangkur (Amangkunegara, 1986). Salah satu khasanah tumpeng yang
belum banyak dikenal secara luas adalah Tumpeng Pesisiran.
Tumpeng ini tidak melulu didominasi ornamen gunungan dan
berlauk daging dari hewan yang hidup didarat. Tumpeng pesisiran adalah
tumpeng dengan gaya orang pesisir yang berdaulat dengan lauk dari
hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan sayuran dari tanaman
pantai.
Melalui tumpeng, dapat dijadikan simbol persatuan sosial (Radix,
2014) dalam merajut kenusantaraan dengan tetap daulat gizi seimbang
(Soekirman, 2011). Harapan kedepan, Tumpeng Pesisiran dapat gunakan
untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di Kawasan Pesisir melalui
kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki
keunikan dari sisi objek maupun subjek.Dari sisi objek, keunikan tumpeng
pesisiran terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung
nutrisi seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari
sisi subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya, hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.
Dengan keunikan tersebut, tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasar studi awal pendahuluan tentang tumpeng, masalah
penelitian kali ini tentang para siswa memahami dan mempraktikkan
materi penelitian sosial melalui tumpeng pesisiran. Dengan demikian,
maka rumusan masalah dalam pembelajaran ini adalah bagaimana
membuat tumpeng pesisiran. Rumusan
pertanyaan ini kemudian di turunkan menjadi beberapa pertanyaan
sebagai berikut.
a. Apa dan dari mana bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat
tumpeng pesisiran?
b. Bagaimana proses membuat tumpeng pesisiran?
c. Bagaimana cara siswa dapat merambah pada mode lrekayasa pemajuan
desa dengan tumpeng pesisiran?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dalam
penelitian sosial ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa dan dari mana bahan-bahan yang
dibutuhkan dalam membuat tumpeng pesisiran.
b. Untuk mengetahui bagaimana proses membuat tumpeng pesisiran.
c. Untuk mengetahui model rekayasa pemajuan desa dengan
tumpeng pesisiran.

D. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Untuk penulis: Dapat mengetahui secara dalam tentang tumpeng
Pesisiran, Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Untuk sekolah: Menjadikan anak didik yang mandiri, mampu
bertanggung jawab, dan pastinya kreatif yang mampu mengangkat
derajat sekolah dan mengharumkan nama baik sekolah.serta
menjadi sumber belajar yang disiplin
Untuk masyarakat: Dapat membuat usaha sendiri mengenai
tumpeng Pesisiran dan menjadi identitas kuliner desa dasun sendiri
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Tulisan ini berisikan kajian awal tentang tumpeng pesisiran, atau


tepatnya tentang tumpeng itu sendiri. Tulisan ini dibangun dari kajian
dokumen yang telah tersebar di ragam jurnal dalam dan luar negeri. Dari
kumpulan dokumen kajian tumpeng tersebut kemudian diolah sedemikian
rupa dalam rangka memvisualkan secara deskriptif tentang apa itu
tumpeng, makna tumpeng, relasi tumpeng dengan media pembelajaran
ilmu pengetahuan, media tumpeng untuk komoditi sosialisasi program
pemerintah, serta diskursus tumpeng untuk kesejahteraan sosial.
Akhir dari tulisan ini tidak lain adalah untuk mengajak para
pembaca untuk berekspresi dalam konteks sosiologis tentang apa dan
bagaimana aksi sosial kita dalam berinteraksi dengan tumpeng yang telah
menjadi ikon kuliner nusantara.
Lestari (2016) dalam tulisannya yang berjudul Nasi Tumpeng, A
Way To Convey The Message Through Meaningful Signs. International
Review of Humanities Studies, memaparkan dengan apik tentang
bagaimana mengenal tumpeng dari cerita tutur. Ada banyak pendapat
tentang kata tumpeng. Ada yang berpendapat bahwa tumpeng berasal
dari kata tumpeng berasal dari tumumpang ing… dan sakkupeng ing….
Kata tumumpang ing… mengacu pada nasi berbentuk kerucut yang
berada di atas sedangkan sakkupeng ing… mengacu pada lauk pauk yang
ada di sekitar nasi berbentuk kerucut (Lestari, 2016:41).
Dalam hal bentuk, Rodhi (2007) menginformasikan bahwa setiap tumpeng
terdiri dari tumpeng kerucut dan tumpeng parabolik. Namun menurut
Alfajria & Sudjudi (2015) bentuk tumpeng tidak selalu demikian, dimana
tumpeng selalu muncul dalam beragam bentuk dan kelengkapan.
Keragaman bentuk tumpeng inilah, menurut Sugiman (2019) telah
menjadi ekspresi nilai estetika masyarakat Jawa dalam menghias
makanan.
Makna tumpeng kerapkali dihubung-hubungkan dengan ruang
kebatinan masyarakat Jawa. Makna klasik yang melangit itu kemudian
tidak mudah dijangkau oleh generasi muda. Beberapa studi tumpeng yang
berhubungan dengan makna klasik dapat dilihat pada studi Sutiyono
(1998) dan Rondhi (2007). Menurut Sutiyono (1998:2) tumpeng dan
gunungan dalam kebudayaan masyarakat Jawa menjadi simbol dari
berbagai fenomena, antara lain keselamatan, kedamaian, dan
keseimbangan alam. Begitu halnya dengan Rodhi (2007) Ia memaknai
tumpeng dalam sudut pandang alam kebatinan seks orang Jawa. Menurut
Rodhi, makna tumpeng kerucut adalah simbolisasi dari kelamin laki-laki
(kerucut) dan tumpeng parabolik merupakan simbolisasi dari perut atau
rahim seorang perempuan. Hal senada juga disampaikan Suparman
(2019:75) dimana tumpeng masih digunakan untuk dipersembahkan
kepada pasangan pengantin saat ritual suci keagamaan. Bahkan dalam
studi terbaru yang dilakukan Fitriana (2021) tumpeng juga masih
direpresentasikan dengan ritual peneguhan mereka pada roh yang telah
menjaga desa. Sulastri & Apriyani (2021) tumpeng masih digunakan
struktur sosial sebagai alat pengesahan pranata pranata dan lembaga
kebudayaan, sebagai alat pendidikan (pedagogical device), dan sebagai
alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu
dipatuhi anggota.
Penelitian-penelitian tentang tumpeng ternyata tidak sebatas pada
kajian makna saja. Beberapa peneliti telah mengkaji hubungan tumpeng
dengan kajian ilmu pengetahuan yang lain. Penelitian tumpeng yang
berhubungan dengan kajian ilmu pengetahuan dapat dilihat dari penelitian
tumpeng juga dihubungkan dengan potensi dan pengenalan tempat
tinggal. Studi tersebut dapat dilihat pada Lestari (2016) dimana ia telah
memaparkan bahwa pesan yang bisa ditangkap dari sebuah tumpeng
adalah tentang lokasi tempat tinggal mereka. Melalui tumpeng, mereka
mencoba mengungkapkan bahwa ada dua dunia, darat dan laut yang
dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia.
Masyarakat menyadari bahwa lokasi yang sangat strategis dan
bermanfaat. Masyarakat perlu menjaga lingkungan hidup sekaligus
menjaga Kesehatan. Masyarakat melihat bahwa mereka bisa tidak hidup
sendiri sehingga harus menjaga kesadaran sosial terhadap masyarakat
dan lingkungan, sebagai klimaks untuk menyampaikan pesan hubungan
manusia dan pencipta.
Penelitian tumpeng yang cukup maju juga telah dilakukan oleh
Thamrin, Santoso & Prayitno (2017:12), Ferdiana & Nasir (2017), dan
Kurnia, Susilo & Mardiana (2018) dimana penelitian tersebut sepakat
bahwa tumpeng telah digunakan ikon simbolik untuk pendidikan gizi anak
yang terbukti mampu mempengaruhi anak dalam pengenalan gizi
Seimbang terhadap pengetahuan gizi dan pola makan anak. Masih dalam
tema penelitian tumpeng untuk pengembangan ilmu pengetahuan, hal
menarik juga dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan Himmah dkk
(2019) dimana bahan, bentuk, dan aktivitas tumpeng dapat
ditransformasikan dalam abstraksi matematika etnis. Sebuah terobosan
yang menarik untuk dikembangkan.
Dalam penelitian Alfath dan Permana (2016:168) tumpeng memiliki
tiga dimensi dalam pemanfaatannya. Pertama, tumpeng pelestarian tradisi
dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Kedua, tumpeng untuk
promosi pariwisata setelah menurunnya jumlah wisatawan setelah letusan
tahun 2014. Ketiga, tumpeng untuk media komoditas politik teritorial
terkait dengan sengketa dengan wilayah. Hal senada juga dapat dilihat
penelitian yang dilakukan Rusdiana (2019) yang telah melangkah lebih
jauh tentang pemaknaan fungsi tumpeng, dimana tumpeng telah
digunakan untuk sumber ide penciptaan motif batik untuk busana pesta
wanita. Terlebih penelitian yang dilakukan Siregar (2018:378) dan Putra,
Kartini, & Dewi (2020:98) tumpeng telah dijadikan media dalam program
pemberdayaan masyarakat miskin, dimana kelompok masyarakat
mendapatkan pendampingan membuat tumpeng untuk dipasarkan secara
luas guna meningkatkan kesejahteraan kelompok sosial yang rawan.
Walaupun demikian, reaksi keras terhadap kecemasan tersingkirnya
kuliner tradisional telah disampaikan oleh Krisnadi (2020:39) dalam
penelitiannya yang berjudul Tumpeng in The Era Of Globalization. Krisnadi
mencoba mengembalikan ingatan kita tentang tumpeng yang selalu
dihidangkan pada acara merayakan hari ulang tahun, syukuran, yang
bersifat non-formal maupun formal. Namun di era globalisasi dalam
bidang kuliner dengan masuknya kuliner tradisional dari negara Asia,
Timur Tengah,dan Barat ketenaran kuliner asing tersebut telah berhasil
menggeser kedudukan tumpeng sebagai kuliner tradisional dan identitas
bangsa. Melalui penelitiannya tersebut, Ia mengajak kita semua untuk
bagaimana caranya dalam membangkitkan ketenaran dan kesakralan
tumpeng di masa lalu, kepada masyarakat khususnya generasi muda, dan
menanamkan rasa bangga dan mencintai tumpeng sebagai kuliner
tradisional Indonesia. Hal demikian juga senafas dengan pandangan
Setyonugroho (2020) tentang apa dan siapa saja yang ada di desa harus
memiliki visi untuk kemajuan desanya. Hanya saja Krisnadi dan
Setyonugroho belum memberi resep tentang langkah-langkah strategis
apa yang dilakukan agar tumpeng menjadi pilihan kuliner yang tidak
lekang oleh generasi zaman. Kajian yang terkesan lebih maju dalam hal
menggunakan produk kearifan lokal untuk pemajuan desa terlihat telah
dilakukan oleh Hermansah (2021) dimana Ia dengan tegas memilih jalan
daya sosial dan budaya dapat digunakan untuk memajukan desanya.
Namun ketegasan Hermansah belum disertai dengan bagaimana skema
yang apik dalam menyusun rekayasa pemajuan kebudayaan desa melalui
tumpeng. Lantas bagaimana dengan reaksi kalian?
Budaya makanan Indonesia dibentuk oleh beberapa faktor
seperti alam, sejarah, dan budaya. Menurut Soemardjan (1985)
perkembangan gaya kuliner kita dipengaruhi oleh budaya lokal, agama
dan perdagangan. Dengan keanekaragaman geografis dan budaya
yang sangat besar di Nusantara, terbukti masakan Indonesia kaya
akan variasi dan rasa. Karena beragamnya jenis dan gaya kuliner di
Indonesia, sulit untuk menentukan makanan mana yang bisa dipilih
untuk mewakili Indonesia secara keseluruhan.
Pada tahun 2012 Pemerintah Indonesia meluncurkan Tumpeng
sebagai ikon makanan tradisional Indonesia (Kemenparekraf RI, 2012)
karena dapat mewakili budaya dan cara hidup masyarakat Indonesia
melalui bahan, warna,bentuk dan teknik penyajiannya. Tumpeng adalah
makanan berbahan dasar nasi berbentuk kerucut yang biasa disajikan
dengan lauk seperti sayuran, daging, ayam, dan telur dalam
upacara adat Jawa. Dalam khasanah Jawa, ragam tumpeng dapat
dikenal mulai dari tumpeng kuning (kuning), putih (putih), robyong,
gundhul, kencana, ropoh, bango tulak, panggang, dhuplak, kendhit,
megono, urubing damar dan pangkur (Amangkunegara, 1986).
Salah satu khasanah tumpeng yang belum banyak dikenal secara
luas adalah Tumpeng Pesisiran. Tumpeng ini tidak melulu didominasi
ornamen gunungan dan berlauk daging dari hewan yang hidup di darat.
Tumpeng pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang
berdaulat dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut atau tambak, dan
sayuran dari tanaman pantai.
Melalui tumpeng, dapat dijadikan simbol persatuan sosial (Radix,
2014) dalam merajut kenusantaraan dengan tetap daulat gizi seimbang
(Soekirman, 2011). Harapan kedepan, Tumpeng Pesisiran dapat gunakan
untuk ruang dialog dalam pemajuan desa-desa di Kawasan Pesisir melalui
kuliner yang ikonik dan ke-Indonesia-an.
Sehubungan dengan hal tersebut, tumpeng pesisiran memiliki
keunikan dari sisi objek maupun subjek. Dari sisi objek, keunikan tumpeng
pesisiran terletak pada materi makanan yang didalamnya mengandung
nutrisi seimbang yang diperlukan untuk asupan gizi setiap orang. Dan dari
sisi subjek, keunikan tumpeng pesisiran terletak pada ketersediaan bahan,
proses membuatnya, hingga kegiatan sosial-tradisi yang berdampingan.
Dengan keunikan tersebut, tumpeng pesisiran menjadi menarik ketika
digunakan untuk objek dan subjek penelitian sosial.
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada hari Rabu,15 Maret 2023 semua kelas 10 melakukan program


learning tour penelitian sosial di desa dasun, kecamatan Lasem,
kabupaten Rembang. Sebelum kita ke desa dasun semua siswa berkumpul
di lapangan sekolah. Sambil menunggu bus datang, semua siswa
diberitahu persiapan sebelum ke desa dasun. Bapak Suhadi memberikan
penjelasan kepada semua siswa saat berada di di rumah pendamping.
Semua siswa harus sopan santun kepada ibu pendamping di dasun dan
bekerjasama membantu untuk membuat tumpeng pesisiran. Dan setelah
itu semua siswa berdoa bersama dengan dipimpin oleh Bapak Khamid.
Kita mendapatkan arahan untuk menaiki Bus, yang mana disana ada 4
Bus ban dobel dan 8 Bus kecil.
Seminggu sebelum hari Rabu kami sudah diberi tahu untuk
membuat ID card dengan foto di studio SMA NEGERI 1 PAMOTAN dengan
2 sesi. Sesi pertama adalah foto bersama dengan anggota kelompok dan
sesi ke-2 foto satu-satu anggota kelompok.
Di Desa Dasun Kec.Lasem Kab.Rembang pada hari Rabu 15 Maret
2023 kita berangkat dari sekolah jam 7 (rencana awal) menunggu bus
datang dan mendapatkan pengarahan dari Bapak Suhadi kurang lebih
sampai jam set 9 kami berangkat ke Dasun bersama-sama. Sampai di
rumah Ibu pendamping yaitu Bu Dewi Susilowati Rt.1. Setelah acara
selesai kami pulang bersama-sama kurang lebih jam 16.00 sampai rumah.
Malam hari sebelum berangkat ke Dasun, mendapatkan informasi
bahwa setiap kelompok membawa 1 tikar untuk digunakan saat makan
bersama di Gedung Serbaguna Dasun.Kelompok kami mengatur untuk
setiap anggota mendapat bagiannya masing-masing, ada yang bagian
memasak, ada juga yang bagian mewawancarai untuk mengetahui data"
tentang tumpeng Pesisiran didesa dasun.Kami melakukan wawancara
dengan 2 sesi, Sesi yang 1 wawancara tentang asal" usul/sejarah Desa
dasun kepada bapak utomo selaku suami dari ibu pendamping kelompok
kami, dan untuk sesi ke 2 wawancara tentang proses /bahan apa saja
yang digunakan untuk membuat tumpeng pesisiran yakni dengan ibu tiwi
selaku ibu pendamping desa dasun. yang pertama kami melakukan
wawancara dengan bapak utomo :
1. Asal usul/sejarah Desa Dasun itu bagaimana ya pak? lalu bapak
utomo menjawab:kalau asal usul desa dasun itu kota maritim atau
kota pelabuhan yang ada dipesisiran dikota lasem, kab Rembang.
2. Aktivitas keseharian apa saja yang dilakukan masyarakat desa
dasun pak? lalu bapak utomo menjawab :masyarakat nya sangat
beragam, ada nelayan, petani, ada juga pedagang.
3. Apa saja produk unggulan dari masyarakat desa dasun pak?lalu
bapak utomo menjawab:produk unggulan nya itu dibidang
pertanian atau tambak. untuk tambak ada penghasil bandeng,
penghasil udang. untuk pertanian misalnya padi. untuk nelayan ada
berbagai macam ikan laut.
Yang kedua kami melakukan wawancara dengan ibu tiwi:
1. Bahan rempah apa saja yang digunakan untuk membuat tumpeng
nya bu? kemudian bu tiwi menjawab:kalau bagian nasinya itu ga
ada rempahnya, soalnya kan cuma nasi putih, kalau bumbunya tadi
kan ada tiga macem, ada mie kecap, kering tempe, urap sayuran.
untuk rempah membuat mie kecap itu ada merica, bawang putih,
bawang merah, trus jahe sedikit, trus kecap, trus garam sama
micin. trus buat urapnya, kita pakai cabe merah, cabe rawit sedikit,
kencur sedikit, trus tambah bawang merah, bawang putih, sama
garam dan micin. trus untuk orek tempenya kita pakai bawang
putih, bawang merah, cabe merah, daun salam, daun jeruk sama
lengkuas, sama garam dan micin.
2. daging yang digunakan untuk tumpeng pakai daging apa bu?
kemudian bu tiwi menjawab:tadi pake ikan ya, ikan nila
3. sayuran apa saja yang digunakan untuk membuat tumpeng tadi
bu? kemudian bu tiwi menjawab:sayuran yang digunakan tadi ada
kacang, taoge, dan daun singkong itu buat urapnya, terus yang
buat campuran mie nya tadi ada wortel sama sawi.
4. Untuk nasi nya tadi pakai nasi biasa apa nasi kuning bu? kemudian
bu tiwi menjawab:pakai nasi biasa
5. lauk pauk yang digunakan tadi ada apa saja bu? kemudian bu tiwi
menjawab:ada ikan nila, ikan teri, sama ikan asin.
6. kalau untuk lauk pauknya itu bahan nya apa saja bu? kemudian bu
tiwi menjawab:lauk pauknya kan kita beli ikan asinnya sudah jadi,
kita tinggal goreng, teri nya juga tinggal goreng, terus buat ikan
nilanya, bumbunya ada kunir, bawang putih, garam, ketumbar,jahe
sedikit, dan daun jeruk.
7. Cara memasak lauk pauknya itu bagaimana bu? kemudian bu tiwi
menjawab: yang ikan nila itu kan habis dicuci, terus dibersihin,
langsung dibumbui tadi, terus direndam sebentar agar merasuk
bumbunya,kemudian digoreng. untuk ikan asin sama ikan teri nya
tinggal dicuci, terus digoreng.
8. Untuk cara menata tumpeng nya itu bagaimana bu? kemudian bu
tiwi menjawab: kita kan pake tampah, bawahnya kita hias pake
daun pisang, lalu kita kasih nasi, lalu tumpengnya kita cetak pake
cetakan tumpeng, setelah itu bagian atas nya nasi kita kasih daun
pisang supaya bumbunya itu ga langsung jatuh ke nasi,terus baru
kasih bumbunya,setelah itu dihias.
9. dalam memasak tumpeng nya apakah terjadi perubahan dari segi
bahan atau cara memasak nya bu? kemudian bu tiwi
menjawab:kembali lagi ke orangnya, soalnya kan kadang selera
orang kan beda", pake rempah nya juga beda",
10. apakah terjadi penolakan dalam menggunakan tumpeng bu?
kemudian bu tiwi menjawab:saya kira ga ada, tapi ya kembali lagi
ke orangnya
11. Bu, bagaimana untuk masa depan tradisi tumpengan? kemudian bu
tiwi menjawab:tradisi tumpengan itu setiap tahun ada, karena kalo
di desa dasun ini ada sedekah laut sama sedekah bumi, dan itu
masih berjalan sampai sekarang. dan mungkin akan berjalan terus
sampai tahun yang akan datang.

Alhamdulillah kita semua sudah sampai di lapangan Desa Dasun


dengan keadaan selamat dan dengan personil yang lengkap. Disana kita
baris sesuai dengan kelompok untuk mengikuti arahan dari bapak Suhadi,
setelah kami menemui pendamping kelompok kami, kemudian kami
menuju ke rumah Ibu dasun. kami satu kelas menuju rumah Ibu dasun
masing" dengan naik bis karna rumahnya agak jauh dari lapangan
tersebut. Sesudah kami sampai dirumah ibu dasun, kami bergegas untuk
melaksanakan tugas kami untuk membantu Bu tiwi dalam pembuatan
tumpeng.
setiap anggota kelompok kami, sudah memiliki bagian" nya untuk
proses membuat tumpeng nya, ada yang bagian mengupas bahan" yang
diperlukan, ada yang mencuci ikan nila, dan ada juga bagian untuk
menghias tumpeng nya. Setelah tumpeng jadi, kemudian dibawa ke
gedung serba guna, kita menuju gedung serba guna dengan naik contang,
dan membawa tumpeng tersebut. Kemudian ada juga sesi penilaian
tumpeng terbaik dan semua juri mencicipi tumpeng satu persatu, setelah
itu saat pengumuman juara tumpeng terbaik kelompok kita tidak
mendapat juara,Walaupun kelompok kami belum berkesempatan
mendapatkan juara itu, kami sudah senang dikarenakan kami merasa
bahwa dalam melaksanakan pembuatan tumpeng kami bisa bekerja sama
yang mana dapat menambah rasa persahabatan kami dan juga sikap dari
pendamping warga kami yang baik hati dan ramah kepada kami. Setalah
pengumuman juara tersebut, kita makan tumpeng bersama - sama.
Pembuatan laporan penelitian sosial kegiatan learning tour
tumpeng pesisiran ini didampingi penuh oleh Bapak Suhadi. Setiap
kelompok diwakili 2 anak untuk kumpul di Ruang Pameran SMA NEGERI 1
PAMOTAN untuk mendapatkan penjelasan perkelas dari Bapak Suhadi
dengan sangat jelas dan mudah. Banyak hal yang sudah ada dan kita
tinggal nyalin dan tinggal menambahkan yang belum ada. Hal yang sudah
ada dan tinggal disalin itu antara lain daftar pustaka, Latar belakang,
rumusan masalah, dll. Pendampingan ini sangat membantu dalam
kemudahan kami membuat laporan. Setelah laporan selesai, laporan kami
semua di revisi lagi setelah itu kami menindak lanjuti laporan yang sudah
di revisi.kemudian, laporan ini kita cetak atau print.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. PERJALANAN MENUJU DESA DASUN


Awal mulanya pada semester 2 mapel sosiologi ada materi tentang
penelitian sosial. kemudian bu in ada rencana untuk mengadakan
penelitian sosial yang dikemas dengan jalan-jalan yang yang diberi nama,
dengan leaning Tour. yang di mana isi dari leaning tour tersebut adalah
pokok kajian yang akan dipelajari bertemakan kuliner dengan tempatnya
di Desa dasun, jawa tengah, kab Rembang. Awal mula Bu in dan Pak
Suhadi akan mengadakan leaning Tour, Pada sore jam 15.00 untuk
berangkat ke Dasun, menuju rumah penduduk belanja kebutuhan acara,
untuk memasak, malam menginap di rumah penduduk sembari
berbincang-bincang Bagaimana proses nanti membuat tumpeng, membagi
tugas siapa yang memasak, membuat artikel, memfoto dan memvideo
semua proses dari mulai awal sampai akhir. Pagi menjelang siang
presentasi tumpeng yang sudah dibuat setelah itu makan bersama dan
pulang bersama-sama. Tapi hal semula yang sudah direncanakan tidak
sesuai ekspektasi. Bu In dan Pak Suhadi merancang kembali apa rencana-
rencana agar leaning tour ini bisa pelajaran lancar, Bu In dan Pak Suhadi
memberitahukan lagi kepada murid-murid tentang info untuk leaning tour
ke Daun. Bahwa murid-murid tidak jadi menginap di rumah para
penduduk-penduduk desa di Desa dasun, dan jadwal berangkatnya adalah
pagi hari ke desa dasun, dan langsung ke rumah penduduk, yang di mana
Di rumah penduduk itu sudah disiapkan barang-barang, dan bahan-bahan,
apa saja yang akan diproses, untuk pembuatan tumpeng, setelah selesai
membuat tumpeng tepatnya pada jam 14.00 kami sudah disarankan untuk
selesai membuat tumpeng pesisiran, untuk dibawa ke aula, untuk dimakan
bersama-sama. Setelah semuanya selesai semua orang beres-beres dan
pulang bersama-sama.Seminggu sebelum hari Rabu kami sudah diberi
tahu untuk membuat ID card dengan foto di studio SMA NEGERI 1
PAMOTAN dengan 2 sesi. Sesi pertama adalah foto bersama dengan
anggota kelompok dan sesi ke-2 foto satu-satu anggota kelompok. Malam
hari sebelum berangkat ke Dasun, mendapatkan informasi bahwa setiap
kelompok membawa 1 tikar untuk digunakan saat makan bersama di
Gedung Serbaguna Dasun.
Pada hari Rabu,15 Maret 2023 semua kelas 10 melakukan program
learning tour penelitian sosial di desa dasun, kecamatan Lasem,
kabupaten Rembang. Sebelum kita ke desa dasun semua siswa berkumpul
di lapangan sekolah dengan mengikuti arahan dari bapak Suhadi dan bu
in.Bapak Suhadi memberikan penjelasan kepada semua siswa saat berada
di di rumah pendamping. Semua siswa harus sopan santun kepada ibu
pendamping di dasun dan bekerjasama membantu untuk membuat
tumpeng pesisiran. Dan setelah itu sebelum berangkat semua siswa
berdoa bersama yang dipimpin oleh Bapak Khamid. Kita mendapatkan
arahan untuk menaiki Bus, yang mana disana ada 4 Bus ban dobel dan 8
Bus kecil.
Setelah selesai dari lapangan, kita semua langsung menuju bus
masing* yang sudah diterapkan oleh Bu in, kelas kami mendapatkan bus
ban dobel, kami sangat senang sekali karena kami satu kelas bisa naik bus
dalam satu ruang.saat perjalanan tiba, tak lupa juga kami penuh canda
dan tawa ketika melihat bus yang lain disalip dengan bus kita, dan itu
pengalaman yang sangat menyenangkan.
B. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Alhamdulillah kita semua sudah sampai di lapangan Desa Dasun


dengan keadaan selamat dan dengan personil yang lengkap. Disana kita
baris sesuai dengan kelompok untuk mengikuti arahan dari bapak Suhadi,
setelah kami menemui pendamping kelompok kami, kemudian kami
menuju ke rumah Ibu dasun. kami satu kelas menuju rumah Ibu dasun
masing" dengan naik bis karna rumahnya agak jauh dari lapangan
tersebut.
C. RUMAH KULINER IBU TIWI

Setelah kami sampai dirumah ibu tiwi, kami disambut dengan


senyuman yang ramah, kemudian kami meminta foto bersama didepan
rumah Ibu tiwi. di depan jendela bu tiwi sudah terdapat tempelan label
dengan tulisan"Komunitas rumah riset kuliner desa dasun" karena memang
digunakan untuk penelitian tumpeng pesisiran ini. setelah kami masuk
ternyata ibu tiwi dengan suami nya memiliki sebuah bisnis yakni sablonan
kaos, di ruang tengah terdapat alat" untuk mensablon kaos dan ada
beberapa kaos yang sudah jadi sesuai desain yang menarik. rumah nya
memang tidak terlalu besar, tetapi kami sangat senang sekali karena kami
bisa bekerja sama dengan ibu dasun untuk membuat tumpeng pesisiran.
Bu tiwi di rumah hanya dengan suaminya, yang memiliki usaha sablonan
kaos tersebut. kemudian kami juga ditawari sarapan terlebih dahulu
sebelum melakukan tugas masing", tetapi kita menolak nya karena kita
semua sudah sarapan dari rumah sebelum berangkat ke sekolah.setelah
itu kami bergegas ke dapur untuk melakukan tugas memasak tumpeng
pesisiran.
D.MEMASAK TUMPENG PESISIRAN

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat lauk pauk ada


berbagai macam, ada mie, ikan asin, taoge, daun singkong, ikan nila,
wortel, tempe, sawi, kecap.

Rempah yang kita gunakan ada bawang merah, bawang putih,


cabe merah, cabe rawit, daun jeruk, daun salam, trasi, jahe, kunyit, lada,
kemiri, garam dan gula
Setelah bahan dan rempah yang digunakan sudah siap, kita semua
melakukan pembuatan nya ada yang pertama dilakukan dengan
memotong bahan seperti wortel tempe, kemudian 2 anak laki mencuci
ikan nila sampai bersih, kemudian ada juga yang mengulek sambal dari
cabe yang sudah digoreng, ada juga yang menggoreng ikan, dan ada 1
anak yang merekam semua aktivitas.
sambil menunggu masakan jadi, ada juga yang membuat hiasan
untuk menghias tumpeng dengan bawahan diberi daun pisang, lalu ada
daun selada, ada juga yang membuat tomat dibentuk seperti bunga, dan
lain"
Setelah semua lauk pauk dan hiasan sudah siap, tumpeng pun
sudah jadi dan siap dibawa ke gedung serba guna.

Setelah sampai digedung serba guna, semua juri melakukan


penilaian tumpeng terbaik dengan mencicipi tumpeng satu persatu.
setelah itu saat pengumuman juara tumpeng terbaik kelompok kita tidak
mendapat juara,Walaupun kelompok kami belum berkesempatan
mendapatkan juara itu, kami sudah senang dikarenakan kami merasa
bahwa dalam melaksanakan pembuatan tumpeng kami bisa bekerja sama
yang mana dapat menambah rasa persahabatan kami.

Setelah penilaian selesai, tumpeng dimakan bersama-sama.


Sekian dokumentasi yang dapat kami sampaikan,kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Bu tiwi karena sudah membantu kami
dalam proses pembuatan tumpeng dan menjawab pertanyaan" sehingga
kami dapat mengenal budaya" yang berhubungan dengan tumpeng
pesisiran.
BAB V
PEMBAHASAN

A.Bahan tumpeng pesisiran


Dalam pembuatan tumpeng ini kami menggunakan bahan dan rempah
yang berbeda-beda. berikut bahan dan rempah yang kita gunakan:

bahan-bahan:
1.beras
2.tempe
3.mie eko
4.sawi
5.daun singkong
6.ikan nila
7.ikan asin
8.ikan teri
9.kecap

Rempah-rempah:
1.Bawang merah, bawang putih
2.cabe merah, cabe rawit
3.daun jeruk
4.garam,gula
5.trasi
6.jahe
7.kunyit
8. lada
9.kemiri

Ada juga bahan untuk menghias tumpeng:


1.Daun pisang
2.Daun selada
3.Daun kemangi
4.wortel
5.timun
6.kacang panjang
7.tomat

B. Proses memasak tumpeng pesisiran

1.Untuk nasi nya kita cuci beras terlebih dahulu sampai bersih dan tiriskan
beras hingga setengah kering, kemudian beri air dan masukkan panci ke
dalam rice cooker.
2.untuk lauk pauk nya kita menggunakan:
● Ikan nila, kita cuci sampai bersih kemudian kita bumbui dan
rendam, kemudian goreng dalam api sedang
● ikan asin dan ikan teri kita tinggal goreng
● untuk mie kecap, kita rebus mie hingga matang, kemudian tumis
bawang putih hingga matang, masukkan daun bawang, dan tumis
hingga layu. masukkan kecap manis, lada bubuk, dan kaldu bubuk,
kemudian aduk sampai rata dan masukkan mie dan tukang sedikit
air, kemudian masak hingga bumbu merata
● untuk kering tempe, tempe dipotong kecil" kemudian digoreng
hingga kering. haluskan bumbu kemudian tumis hingga wangi,
tambahkan lengkuas, serai, dan daun jeruk. masak hingga
mengental
● untuk urap sayuran, kita menggunakan daun singkong, kacang,
dan taoge untuk campuran nya.

C.MODEL REKAYASA PEMAJUAN DESA DENGAN TUMPENG


PESISIRAN

Tumpeng pesisiran memiliki peluang dalam menjaga karakter budaya


karena tumpeng adalah masakan yang dimakan bersama, dibuat lebih dari
satu orang.
Ada yang membuat nasinya, membuat lauknya, menata dekorasi, tata
ketak, dan mengundang banyak orang.
Semoga Tumpeng Pesisiran ini semakin lestari mengakar di kebudayaan
masyarakat dan Akan tetap eksis dan tetap lestari karena masih banyak
penduduk, masyarakat, bahkan pemerintah. Misal acara masyarakat
musyawarah desa.
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tumpeng Pesisiran adalah makanan tumpeng pada umumnya, namun isi
lauk
pauknya berasal dari hasil pesisir, seperti ikan bandeng, cumi, udang,
kepiting,
rajungan, kerang, tiram, latoh, ikan asin, teri, ikan mujair, udang windu,
dll.
Tumpeng Pesisiran hadir karena produk Desa Dasun adalah hasil laut dan
tambak. Fenomena ini berbanding lurus dengan mata pencaharian
masyarakat Dasun mayoritas adalah nelayan dan budidaya ikan di tambak
serta letak geografis Dasun yang berada di pesisir pantai utara Jawa.
Salah satu khasanah tumpeng yang belum banyak dikenal secara luas
adalah Tumpeng Pesisiran. Tumpeng ini tidak melulu didominasi ornamen
gunungan dan berlauk daging dari hewan yang hidup di darat. Tumpeng
Pesisiran adalah tumpeng dengan gaya orang pesisir yang berdaulat
dengan lauk dari hewan yang hidup di air laut dan tambak, dan sayuran
dari tanaman pantai.Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tumpeng Pesisiran terbuat dari bahan lauk pauk dari laut.
2. Proses pembuatan Tumpeng Pesisiran masih dilakukan dengan
menggunakan berbagai alat dan,
3. Model kemajuan rekayasa belum banyak ditemukan di Desa Dasun.

B. SARAN
Segala saran dan kritik yang membangun sangatlah kami harapkan dari
semua
pihak, karena kami menyadari bahwa laporan kami masih jauh dari kata
sempurna. Saran dan kritik tersebut semoga saja dapat menjadi acuan
atau
pelajaran bagi kami semua untuk dapat menjadi lebih baik lagi dihari
esok. Atas
segala waktu dan perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Alfajria, N., & Sudjudi, I. (2015). Ensiklopedia tumpeng. Visual


Communication Design, 4(1), 180630.
Alfath, E. D., & Permana, Y. S. (2016). Festival 1000 Tumpeng:
Komodifikasi tradisi, pariwisata, dan ‘territoriality’di Gunung Kelud
The Festival of 1000 Tumpeng: Commodification of tradition,
tourism, and ‘territoriality’in Kelud Mountain. Masyarakat,
Kebudayaan, dan Politik, 29(4), 169-180.
Amangkunegara III. (1986), Serat Centhini (Suluk Tambangraras) Jilid II,
Yayasan Centhini, Yogyakarta.
Cahyono, A. E. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Authentic Assessment
Berdasarkan Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran Ekonomi di
SMA Islam Al-Hidayah Jember. EQUILIBRIUM: Jurnal Ilmiah
Ekonomi dan Pembelajarannya, 5(1), 1-13.
Ferdiana, S., & Nasir, M. (2017). Penerapan Media Tumpeng Gizi
Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi Siswa Kelas 5-6 di SDN
11/262 Semolowaru. Infokes, 7(02), 17-21.
Fitriana (2021). Tumpeng Sewu Culinary Festival in Rituals of Bersih Desa
Kemiren as Tourism Object 2015-2019. Jurnal Historica Vol 5 No
1.
Hermansah, Angga. (2021). Pemajuan Kebudayaan Desa Dasun.
Yogyakarta: Lintas Nalar
Himmah, F., Monalisa, L. A., Pambudi, D. S., & Trapsilasiwi, D. (2019).
Ethnomathematics Of Tumpeng And Banyuwangi Tumpeng Sewu
Rituals As Students’ Worksheets. Pancaran Pendidikan, 8(1).
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (2012), “Nasi Tumpeng
Dipilih Menjadi Andalan Ikon Kuliner Tradisional Indonesia”,
tersedia di: www.travel.detik.com/travel-news/d-2124932/nasi-
tumpeng-jadi-pendorong-wisata-kuliner-indonesia (diakses 03
Maret 2023).
Krisnadi, A. R. (2020). Tumpeng Dalam Kehidupan Era Globalisasi
Tumpeng In The Era Of Globalization. Jurnal Hospitality dan
Pariwisata, 1(2).
Kurnia, A. R., Susilo, M. T., & Mardiana, M. (2018). Developing Balanced
Nutrition Snakes and Ladders as Educational Media for Balanced
Nutrition Tumpeng on Elementary School Student. Jurnal Dunia
Gizi, 1(2), 65-70.
Lestari, N. S. (2016). Nasi Tumpeng, A Way To Convey The Message
Through Meaningful Signs. International Review of Humanities
Studies, 1(1).
Mustikarani, W., & Ruhimat, M. (2018). Kelemahan dan Keunggulan
Implementasi Authentic Assessment dalam Pembelajaran
Geografi. Jurnal Geografi Gea, 18(2), 147-153.
Putra, I. N. T. A., Kartini, K. S., & Dewi, L. G. K. (2020). Pelatihan
Pembuatan Tumpeng Upakara sebagai Upaya Peningkatan Omset
UKM Adi Upakara. WIDYABHAKTI Jurnal Ilmiah Populer, 2(3), 93-
98.
Radix AP Jati, I. (2014). Local wisdom behind Tumpeng as an Icon of
Indonesian Traditional Cuisine. Nutrition & Food Science, 44(4),
324-334.
Rondhi, M. (2007). Tumpeng: Sebuah Kajian dalam Perspektif Psikologi
Antropologi. dalam Jurnal Imajinasi, 3 (1).
Rusdiana, E. Y. (2019). TUMPENG ROBYONG SEBAGAI SUMBER IDE
PENCIPTAAN MOTIF BATIK UNTUK BUSANA PESTA WANITA.
Ornamen, 16(1).
Setyonugroho, Exsan Ali. (2020). DASUN Jejak Langkah Dan Visi
Kemajuannya. Yogyakarta: CV Lintas Nalar
Siregar, O. M. (2018). Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga Kelompok
Keluarga Miskin Untuk Menambah Penghasilan Melalui Pelatihan
Pembuatan Tumpeng Mini Di Kelurahan Pulo Brayan Bengkel
Medan. Abdimas Talenta: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat,
3(2), 378-382.
Soekirman (2011), “Mengambil sejarah gizi Indonesia untuk melompat
menuju generasi masa depan yang lebih baik: pengembangan
pedoman gizi Indonesia”, Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition,
Vol. 20 No.3, hlm.447-451.
Soemardjan, S. (1985), “Pengaruh Budaya Terhadap Pangan Dan Gizi:
Kasus Indonesia”, dalam Biswas, N. dan Pinstrup-Andersen, P.
(Ed), Nutrition and Development, Oxford University Press, Oxford,
hlm.163-181.
Sugiman. (2019). Nilai Estetika Tumpeng Jawa. Widya Aksara : Jurnal
Agama Hindu, 22(1).
https://doi.org/10.54714/widyaaksara.v22i1.21
Sulastri, Y., & Apriyani, T. (2021). Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon
Desa Mangunweni Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen: Kajian
Folklor. MIMESIS, 2(2), 138-146.
Suparman, I. N. (2019). BENTUK, FUNGSI DAN MAKNA TRADISI NGEJOT
TUMPENG. Widya Genitri: Jurnal Ilmiah Pendidikan, Agama dan
Kebudayaan Hindu, 10(2), 75-85.
Sutiyono, S. (1998). Tumpeng Dan Gunungan: Makna Simboliknya Ipa1,
lkm Kehidupan Masyarakat Jawa. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
2(2).
Thamrin, H., Santoso, S., & Prayitno, A. (2017). Pengaruh Media Puzzle
Tumpeng Gizi Seimbang Terhadap Pengetahuan Gizi dan Pola
Makan Anak Taman Kanak–Kanak. Jurnal Gizi Dan Kesehatan,
1(1), 12-23.
Utami, B. (2009). Pengaruh strategi peta konsep dan diagram vee
terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan larutan
penyangga yang diukur dengan authentic assessment (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Malang).
Wardah, F. (2018). Pengembangan instrumen authentic assessment
berupa penilaian proyek untuk mengukur kompetensi
keterampilan siswa (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).
Wijaya, S. (2019). Indonesian food culture mapping: a starter contribution
to promote Indonesian culinary tourism. Journal of Ethnic Foods,
6(1), 1-10.
Winasis, S. (2010). Penerapan metode student teams achievement
divisions (stad) disertai authentic assessment untuk meningkatkan
partisipasi dan penguasaan konsep dalam pembelajaran biologi
siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Nguter.
Wiyarsi, A. (2009). Penilaian proyek sebagai implementasi authentic
assessment untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kerja
ilmiah mahasiswa. Jurnal Pendidikan Kimia FMIPA UNY.
Yogyakarta: UNY.
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Pedoman Pengamatan dan Wawancara:

Pedoman Pengamatan
● Mengamati aktivitas keseharian masyarakat yang kamu
kunjungi mulai dari pagi, siang, dan malam ( fokusnya
masyarakat Dasun )
● Mengamati alat yang digunakan masyarakat dalam
melakukan aktivitas keseharian.
● Mengamati produk unggulan apa yang dimiliki masyarakat.

Pedoman Wawancara
● Menanyakan asal usul masyarakat yang dikunjungi
● Menanyakan asal-usul atau sejarah masyarakat yang kamu
kunjungi.
● Menanyakan aktivitas keseharian masyarakat yang kamu
kunjungi.
● Menanyakan alat-alat yang digunakan masyarakat dalam
aktivitas kesehariannya.
● Menanyakan apa saja produk unggulan masyarakat yang
kamu kunjungi.
● Menanyakan asal usul tradisi tumpengan ada di masyarakat.
● Menanyakan rempah apa saja yang digunakan membuat
tumpeng pesisiran.
● Menanyakan dari mana resep rempah didapatkan.
● Menanyakan bagaimana bentuk dan karakteristik rempah
yang digunakan membuat tumpeng pesisiran.
● Menanyakan dari mana mendapatkan rempah yang
digunakan membuat tumpeng pesisiran.
● Menanyakan mengapa menggunakan rempah tersebut, dan
apa fungsinya dalam makanan.
● Menanyakan rempah yang digunakan membuat tumpeng
pesisiran
● Menanyakan bahan daging hewan yang hidup di darat.
● Menanyakan bahan daging yang hidup di air.
● Menanyakan sayuran yang digunakan.
● Menanyakan jenis tumpeng yang dibuat (tumpeng kuning/
tumpeng putih).
● Menanyakan cara membuat tumpeng nasi kuning.
● Menanyakan cara membuat tumpeng nasi putih.
● lauk pauk yang digunakan.
● Menanyakan bahan-bahan yang digunakan memasak lauk-
pauk.
● Menanyakan cara memasak lauk pauknya.
● Menanyakan cara menata tumpeng.
● Menanyakan tempat sajian tumpeng yang digunakan.
● Menanyakan pada acara apa warga membuat tumpeng.
● Menanyakan bagaimana prosesi tumpengan berlangsung.
● Menanyakan apa yang dirasakan warga pada saat membuat
tumpeng.
● Menanyakan apa yang dirasakan warga setelah tumpengan.
● Menanyakan apa yang dirasakan warga ketika tidak
melakukan tumpengan.
● Menanyakan apakah tradisi tumpeng masih ada sampai
sekarang.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan perubahan
menggunakan tumpeng pada saat acara tertentu.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan bahan dan cara
memasak tumpeng.
● Menanyakan apakah terjadi perubahan tampilan tumpeng.
● Menanyakan apakah ada warga yang ingin mengubah atau
menghilangkan tradisi tumpengan.
● Menanyakan apakah terjadi penolakan dalam menggunakan
tumpeng.
● Menanyakan masa depan tumpeng pesisiran.
2. Lampiran Daftar Anggota Kelompok:

Assalamualaikum wr.wb, hallo semuanya kita dari kelompok 31 kelas 10.8,


disini kita semua merasakan senang yang sangat luar biasa karena tidak
menyangka dapat mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dan
mengesankan yang tidak bisa diutarakan melalui kata-kata.
Mari perkenalkan anggota kelompok kami satu persatu ya….
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

1. Riska REMBANG, 20 Ds. Karas Kepoh Kegiatan


Faradilla Juli 2007 Learning tour di
Widiastuti (27) rt 04,rw 01 Desa Dasun
Kec.Pancur,kab. sangatlah
Rembang menyenangkan,
dapat
menghabiskan
waktu bersama
dengan anggota
kelompok, dan
dapat mencoba
hal baru, salah
satu nya
mrmbuat
tumpeng yang
dibantu oleh ibu
pendamping.
Semoga
kegiatan
kedepannya
yang akan
dilakukan
menjadi lebih
menarik dan
menyenangkan
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

2. Khoirul Masa REMBANG, 10 Ds. Wuwur Kesannya saya


Rizky (14) Mei 2007 sangat senang
rt 05,rw 02 dengan adanya
kec. kegiatan
Pancur ,kab. learning tour
Rembang kali ini karena
saya dapat
mengetahui
bagaimana
proses dan cara
pembuatan
Tumpeng dan
dapat bercakap-
cakap dengan
masyarakat
didesa dasun.
Dan untuk
pesanya semoga
kegiatan ini
dapat
bermanfaat
untuk kita
semua, dengan
adanya ilmu
tentang
pembuatan
tumpeng pesisir
kita dapat
memanfaatkan
dan
menggunakan
ilmu tersebut
dengan sebaik-
baiknya
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

3.Putri Aidil REMBANG, 10 Kauman, rt 01 Saya sangat


Rahmat (26) Januari 2006 rw 09 ,Desa senang bisa
Pamotan, belajar bersama
melalui kegiatan
kec. Pamotan, learning tour ini.
kab. Rembang Banyak ilmu
yang saya
dapatkan dari
kegiatan iniini.
Dan saya dapat
mengamati dan
meneliti
mengenal
tumpeng
pesisiran.
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

4.Devy Fridiana REMBANG, 8 Ds. Ringin Saya berharap


Rizkia (07) Desember 2006 ibu' dasun lebih
rt 05,rw 01 baik
kec. Pamotan, kedepannya dan
kab. Rembang dapat terus
berkembang
serta
meningkatkan
cara memasak
tumpeng
pesisiran yang
baik dan benar
untuk
kedepannyasert
a, saya juga
bangga dan
bahagia bisa
bergabung
bersama ibu'
dasun saat
membuat
tumpeng, ibu'
dasun sangat
ramah dan baik
saat kita ada
learning tour
membuat
tumpeng
pesisiran di desa
dasun.
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

5.Iga REMBANG, 23 Ds. Pragen rt Pesan saya


Istiadzahtinnur September 2007 05,rw 02 semoga
(13) kecamatan. kedepannya
Pamotan, kab. kegiatan
Rembang tumpeng
pesisiran dapat
diadakan lagi
agar bisa selalu
dilestarikan dan
dijaga.

Kesan
saya ,saya
merasa senang
bisa mengikuti
kegiatan
tumpeng
pesisiran di desa
dasun ini karena
saya bisa sedikit
mengenal
warga,dan juga
mendapatkan
sedikit
pengetahuan
tentang
tumpeng
pesisiran dan
juga sejarah
desa tersebut.
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

6.Galih Dwi REMBANG, 1 Juli Ds. Ringin rt Teruslah belajar,


Muliawan (12) 2007 03,rw 01 kec. pahamilah,
Pamotan, kab. galilah,
Rembang kembangkanlah
dan bagikanlah
apa yang sudah
kita dapatkan
dalam mencari
ilmu. Karena,
hanya orang
yang mau
belajarlah yang
dapat mencapai
kesuksesan, dan
orang yang
terus bermalas-
malasan hanya
akan
mendapatkan
sebuah
kegagalan.

7. M. Andre REMBANG, 19 Ds. Tempaling rt Kegiatan di deaa


Hadi Ardiansyah Mei 2007 01,rw 01 kec. dasun sangat
(21) Pamotan, kab. lah
Rembang menyenangkan
dan sangat baik
untuk
mengajarkan
membuat
tumpeng.
NAMA TEMPAT, PESAN DAN
FOTO ALAMAT
ANGGOTA TANGGAL LAHIR KESAN

8. Aldino REMBANG, 2 Ds. Cikalan rt Semoga


Fatahillah (03) Februari 2006 01,rw 10 kec. pelajaran
Pamotan, kab. sosiologi dapat
Rembang disenangi,
dikenal, diminati
oleh banyak
orang dan orang
yang sudah
mempelajari
pelajaran
sosiologi ini
dapat
membagikan
kepada orang
lain yang belum
tahu.

9. M. Abror Fami REMBANG, 4 Ds. Japerejo rt Teruslah belajar,


(19) Januari 2007 03,rw 02 kec. pahamilah,
Pamotan, kab. galilah,
Rembang kembangkanlah
dan bagikanlah
apa yang sudah
kita dapatkan
dalam mencari
ilmu. Karena,
hanya orang
yang mau
belajarlah yang
dapat mencapai
kesuksesan, dan
orang yang
terus bermalas-
malasan hanya
akan
mendapatkan
sebuah
kegagalan.
3. Lampiran peta lokasi penelitian
4. Lampiran surat ijin penelitian
5. Lampiran Banner kegiatan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai