Anda di halaman 1dari 97

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang sangat

beraneka ragam baik jumlahnya maupun keanekaragamannya. Karena

keanekaragaman tersebut Indonesia menjadi daya tarik Bangsa lain dari

belahan dunia untuk mengetahuinya bahkan tidak sedikit mereka juga

mempelajarinya karena selain beraneka ragam budaya Indonesia dikenal sangat

unik. Budaya juga merupakan identitas Bangsa yang harus dihormati dan

dijaga serta perlu dilestarikan agar kebudayaan kita tidak hilang dan bisa

menjadi warisan anak cucu kita kelak. Hal ini tentu menjadi tanggungjawab

para generasi muda dan juga perlu dukungan dari berbagai pihak, karena

ketahanan budaya merupakan salah satu Identitas suatu negara. Kebanggaan

bangsa Indonesia akan budaya yang beraneka ragam sekaligus mengundang

tantangan bagi seluruh rakyat untuk mempertahankan budaya lokal agar tidak

hilang ataupun diklaim oleh bangsa lain. Sudah banyak kasus bahwa budaya

kita banyak yang diklaim karena ketidakpedulian para generasi penerus, ini

merupakan pelajaran berharga karena Kebudayaan Bangsa Indonesia adalah

harta yang mempunyai nilai yang cukup tinggi di mata masyarakat dunia.

Dengan melestarikan budaya lokal kita bisa menjaga budaya bangsa dari

pengaruh budaya asing, dan menjaga agar budaya kita tidak diakui oleh Negara

lain (Saputra, 2016: 1).

1
2

Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia sehingga dalam kehidupan

seharihari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kebudayaan secara empirik,

senantiasa dikaitkan dengan suatu kelompok manusia (masyarakat atau

bangsa) yang mempunyai seperangkat nilai dan kepercayaan yang merujuk

pada cita-cita tertentu (Tjetjep, 2013: 3).

Berdasarkan undang-undang Republik Indonesia nomor 5 Tahun 2017

tentang Pemajuan Kebudayaan dimana pada undang-undang ini mengatur

tentang asas, objek dan tujuan pemajuan kebudayaan, pemajuan kebudayaan,

strategi pemajuan kebudayaan, rencana induk pemajuan kebudayaan dan

dasar hukum pemajuan kebudayaan.

Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk dapat melaksanakan

pendidikan dengan sebaik-baiknya. Salah satunya adalah dengan mengatur

jalur penyelenggaraan pendidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 7, jalur

pendidikan merupakan suatu tempat agar peserta didik dapat

mengembangkan potensi dirinya yang dapat diperoleh melalui proses

pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Macam-

macam jalur pendidikan di Indonesia dikemukakan di dalam pasal 13 ayat 1

yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur pendidikan ini

saling melengkapi satu dengan yang lainnya.

Pemerintah membuat standar mengenai kurikulum untuk jenjang

pendidikan dasar dan menengah khususnya pada mata pelajaran yang


3

mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional. Hal ini terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab X Pasal 37 Ayat 1 yang berisi, “Kurikulum pendidikan dasar dan

menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,

bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni

dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, ketrampilan/kejuruan, dan

muatan lokal”.

Susanto (2016: 265) menyebutkan bahwa pendidikan Seni Budaya dan

Keterampilan diberikan di sekolah melalui pendekatan “belajar dengan seni”,

“belajar melalui seni”, dan “belajar tentang seni” melalui pemberian

pengalaman estetik berupa kegiatan berekspresi atau berkreasi sehingga dapat

memberikan kebermanfaatan terhadap perkembangan peserta didik.

Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan bermanfaat bagi pertumbuhan dan

perkembangan peserta didik. Pendidikan seni merupakan alat ekspresi kreatif

yang bermanfaat dalam mengembangkan kepekaan apresiasi estetika dan

membentuk kepribadian manusia seutuhnya,berbudi luhur sesuai dengan

lingkungan dan lingkup sosial budaya Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan

seni merupakan konsep pendidikan yang dapat diterapkan di sekolah dasar.

Salah satu kesenian tradisional suku yang saat ini mulai ditinggalkan

etnisnya adalah tari motasu (suku Tolaki) yang mayoritas berada disejumlah

kabupaten, seperti Kabupaten Konawe, Kabupaten Konawe Utara, Kabupaten

Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka Timur, dan Kabupaten Kolaka. Hasil

observasi awal peneliti mengenai seni tari motasu bahwa banyak masyarakat
4

sudah tidak mengenal gerakan atau manfaat dari tarian motasu dikarenakan

perkembangan budaya masyarakat saat ini. Tari motasu merupakan tari

tradisonal suku Tolaki dan selalu di pentaskan pada saat musim tanam.

Tahun 80-an sampai 90-an masih banyak masyarakat desa ketika hendak

melakukan penanaman di ladang mereka sebagai rasa sukur dan permohonan

kepada Tuhan agar hasil panen melimpah. Akan tetapi di tahun 2000-an tari

motasu sudah jarang dipentaskan oleh masyarakat petani hal ini di karenakan

pergantian atau pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan persawahan,

sehingga masyarakat sudah tidak melakukan tradisi tari motasu.

Tari motasu merupakan salah satu tari tradisional masyarakat suku tolaki

yang mendiami salah satu wilayah di sulawesi tenggara. Dimana tari motasu

ini merupakan tari permohonan kepada tuhan agar dalam berladang dapat

perlindungan dan kelak dikaruniai hasil yang melimpah. Peneliti mengangkat

tari motasu dikarenakan tarian ini sudah tidak pernah lagi dilalukan di

masyarakat Tolaki bahkan gerakan tari motasu itu sendiri sudah tidak dikenal

oleh masyarakat. Maka dari itu peneliti merasa perlu untuk mengangkat

kembali kebudayaan masyarakat Tolaki yang hampir punah dan

memperkenalkan sejak dini kepada masyarakat agar tidak lupa dengan adat

yang di tinggalkan oleh leluhur dulu, serta memperkenalkan nilai apa yang

terdapat di setiap gerakan tari motasu. Peneliti berkeinginan untuk

memperkenalkan kembali tari motasu dengan menggabungkan kurikulum

keunggulan lokal dan budaya untuk siswa sekolah dasar agar bisa diketahui
5

dan dapat dipentaskan kembali oleh masyarakat sebab tari motasu merupakan

tari peninggalan leluhur Suku Tolaki.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

“Pelestarian Tradisi Seni Tari Motasudi SD Negeri 06 Lainea Kecamatan

Lainea Kabupaten Konawe Selatan”.

1.2. Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, masalah

penelitian dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana bentuk penyajian Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan?

2. Bagaimana pelestarian Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea Kecamatan

Lainea Kabupaten Konawe Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan tolak ukur berhasil tidaknya penelitian

yang dilakukan. Jika tujuan penelitian tercapai, maka penelitian yang

dilaksanakan berhasil. Pada bagian ini akan diuraikan tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui bentuk penyajian Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan.

2. Untuk mengetahui pelestarian Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan.


6

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik secara

teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis adalah kegunaan hasil

penelitianterhadap pengembangan keilmuan. Manfaat praktis adalah

kegunaan hasil penelitian untuk kepentingan masyarakat penggunanya.

Penjelasan lebih lanjut mengenai manfaat yang diperoleh dari penelitian ini

dijelaskan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan konseptual dan referensi bagi penelitian sejenis serta dapat

mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan

khususnya dalam bidang seni tari di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis merupakan manfaat hasil penelitian yang berhubungan

dengan berbagai pihak yang memerlukan seperti peserta didik, guru,

sekolah, dan peneliti lanjutan. Manfaat praktis penelitian ini sebagai

berikut:

a. Bagi Peserta Didik

Pembelajaran seni tari bisa menjadi lebih menyenangkan, mampu

mengembangkan minat dan bakat, serta mampu membentuk karakter

peserta didik sehingga hasil belajar meningkat.


7

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pendidikan seni dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran

seni tari dan sebagai alat evaluasi mengenai tingkat keberhasilan

pelaksanaan pembelajaran seni tari di sekolah dasar.


8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pelestarian Tari Tradisional

Undang-Undang No.5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan

disebutkan bahwa Kebudayaan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan

cipta, rasa, karsa, dan hasil karya masyarakat. Sehingga Kebudayaan Nasional

Indonesia adalah keseluruhan proses dan hasil interaksi antar-Kebudayaan

yang hidup dan berkembang di Indonesia. Selanjutnya dari Undang-Undang

Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan ini pun telah diturunkan

pula Peraturan Presiden Republik Indonesia tentang Tata Cara Penyusunan

Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah dan Strategi Kebudayaan. Adanya UU

No.5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan ini bertujuan untuk: 1)

Mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa; 2) Memperkaya keragaman

budaya; 3) Memperteguh jati diri bangsa; 4) Mencerdaskan kehidupan

bangsa; 5) Meningkatkan citra bangsa; 6) Mewujudkan masyarakat madani;

7) Meningkatkan kesejahteraan rakyat; 8) Melestarikan warisan budaya

bangsa; dan 9) Mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia,

sehingga Kebudayaan menjadi haluan pembangunan nasional.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan

telah mengamanatkan bahwa dalam menjalankan usaha pemajuan

kebudayaan, pedoman yang digunakan adalah serangkaian dokumen yang

disebut Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) kabupaten/kota, PPKD

provinsi, Strategi Kebudayaan dan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan.

8
9

Proses penyusunan PPKD kabupaten/kota dan provinsi dilakukan dengan

melibatkan semua kalangan mulai dari akar rumput sampai perguruan tinggi,

pemerintah maupun non pemerintah. Kalangan pemerintah terdiri atas unsur

organisasi perangkat daerah yang membidangi kebudayaan, perencanaan dan

keuangan.

Dalam pelestarian kebuadayaan pada undang-undang Republik Indonesia

nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan terdapat pada pasal 32

ayat (1) menyebutkan bahwa Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, danjatau

Setiap Orang dapat melakukan Pemanfaatan Objek Pemajuan Kebudayaan.

“Negera memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban

dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan

mengembangan nilai-nilai budaya”

Peran pemerintah daerah sesuai pasal 1 huruf d Undang-Undang No 22

tahun 1999 adalah penyelenggara pemerintah daerah otonomi oleh

pemerintah daerah dan juga DPRD menurut asas desentralisasi. Menurut

Undang-Undang 32 tahun 2004 pada pasal 1 ayat 2, pemerintah daerah adalah

penyelenggara urusan pemerintah oleh pemerintah daerah dan DPRD

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

Tahun 1945 ayat 3, pemerintah daerah adalah Gubernur Bupati atau Walikota

dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Peran

pemerintah melalui Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik

Indonesia nomor 10 tahun 2014 tentang pedoman pelestarian tradisi pasal 1


10

ayat 1 menjelsakan bahwa pelestarian tradisi adalah upaya perlindungan,

pengembangan, dan pemanfaatan suatu kebiasaan dari kelompok masyarakat

pendukung kebudayaan yang penyebaran dan pewarisannya berlangsung

secara turun temurun.

Suwaji Bastomi (1990: 34) kesenian daerah tradisional dapat dilestarikan

dalam dua bentuk:

1. Culture experience. Merupakan pelestarian kesenian daerah yang

dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman

cultural. Contohnya, jika kesenian tersebut berbentuk tarian, maka

masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih untuk menguasai tarian

tersebut.

2. Culture knowledge. Merupakan pelestarian kesenian daerah tradisional

yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusat informasi melalui

kebudayaan yang dapat difungsionalisasikan kedalam banyak bentuk.

Tujuanya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan

pengembangan kesenian daerah itu sendiri.

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai suatu sistem pemerintahan yang

memberikan keleluasaan yang luas kepada daerah (khususnya pemerintah

kabupaten) untuk menjalankan urusan-urusan yang berada dalam

kewenangannya, merujuk pada kesesuaian dengan kepentingan masyarakat

dan daerahnya serta dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya, sudah

berjalan beberapa tahun. Terkait dengan itu, biasanya urusan yang

bersentuhan langsung dengan sumber daya ekonomi akan mendapat perhatian


11

utama dibandingkan dengan urusan lainnya, sehingga kantor kedinasan yang

mengelolanya pun biasanya tersendiri, misalnya Dinas Pendapatan, Dinas

Pajak, Dinas Pasar dan Dinas Pertambangan. Hal itu berbeda dengan urusan

kebudayaan, meskipun sebenarnya urusan kebudayaan itu termasuk sumber

daya yang tidak habis-habisnya, namun karena dianggap ”kurang penting”

maka digabungkan dengan beberapa urusan lainnya, muncul lah misalnya

Dinas Kebudayaan, Pariwisata dan Pendidikan. Dalam Undang-Undang

Nomor 10 tahun 2009 tentang Pariwisatawan pasal 23 (c) dan (d) pemerintah

dan pemerintah daerah berkewajiban untuk: “memelihara, mengembangkan

dan melestarikan aset nasional yang menjadi daya tarik wisata dan aset

potensial yang belum tergali, dan (c) mengawasi dan mengendalikan kegiatan

kepariwisataan dalam rangka mencegah menanggulangi berbagai dampak

negatif bagi masyarakat luas (d).”

Setiap daerah dapat dipastikan adanya produk atau hasil kreasi budaya,

seperti seni batik, seni musik, seni ukir, seni anyam, seni tari, seni tempah,

upaya dokumentasi dan penggalian sejarah, pengembangan arsitektur,

kreativitas dalam aspek kuliner dan lain-lain, sebagai manifestasi cipta, rasa

dan karsamasyarakatnya sehingga bias disebut sebagai aset kebudayaan

daerah. Ada aset budaya daerah yang karena cara dan teknik pengerjaannya

apik, cermat, halus dan rapi sehingga dinilai berkualitas, juga karena

keunikan dan kekhasannya yang sulit ditemukan padanannya menyebabkan

mendapat penghargaan tinggi, diminati oleh banyak orang, bahkan dijadikan

sebagai sasaran studi atau riset para peneliti dan ilmuwan. Tidak mustahil aset
12

kebudayaan tradisonal daerah yang menarik tersebut dapat pula mengundang

pihak-pihak yang tidak bertanggung-jawab untuk menirunya dan, jika perlu,

menetapkan klaimhak atasnya. Bervariasinya produk dan aset kebudayaan

masyarakat disuatu daerah tidak serta merta mendorong pemerintah daerah

untuk membuat sistem pengelolaan yang cukup memadai. Terdapat produk

budaya daerah yang hanya menjadi urusan masyarakat pendukungnya sendiri,

mulai dari proses penciptaan, pelestarian sampai perlindungan terhadapnya.

Sementara pihak pemerintah daerah dan lainnya kadang-kadang hanya

menjadi penikmat hasil budaya masyarakatnya pada momen-momen tertentu,

misalnya pada acara-acara memperingati hari kemerdekaan, pada upacara-

upacara adat, agama dan kepercayaan. (Abdul Rahman Patji. 2010: 3)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 2014 Tentang pedoman pelestarian tradisi pasal 5 ayat 1

disebutkan bahwa: (1) Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

kabupataen/kota melaksanakan pelestarian tradisi diwilayah kerjanya. Bentuk

pelestarian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi: perlindungan,

pengembangan dan pemanfaatan. Dalam Pelestarian tradisisi

sebagaimanadimaksud pada ayat (1) wajib memeperhatikan: (a) nilai agama

dan kepercayaan, (b) adat, nilai budaya, norma, etika dan hukum adat (c) sifat

kerahasiaan dan kesucian unsur budaya tertentu yang diperhatikan oleh

masyarakat (d) kepentingan umum, kepentingan komonitas, dan kepentingan

kelompok dalam masyarakat, (e) Jati diri bangsa, (f) kemanfaatan bagi

masyarakat (g) Peraturan perundang-undangan.


13

Menurut Sedyawati (2008: 166) Perlindungan meliputi upaya-upaya

untuk menjaga agar hasil-hasil budaya tidak hilang dan atau rusak;

pengembangan meliputi pengolahan yang menghasilkan peningkatan mutu

dan atau perluasan khasanah; pemanfaatan meliputi upaya-upaya

menggunakan hasil-hasil budaya untuk berbagai keperluan, seperti untuk

menekankan citra identitas suatu bangsa, untuk pendidikan kesadaran budaya

(baik melalui proses internalisasi maupun apresiasi multikultural).

Terdapat tiga tujuan pemanfaatan budaya yang dapat diidentifikasikan,

yaitu (a) Pendidikan (baik terstruktur maupun tidak terstruktur, formal

maupun nonformal atau pendidikan masyarakat); (b) Industri, dalam hal ini

untuk menghasilkan produk kemasan-kemasan industri budaya; (c)

Pariwisata, baik untuk wisatawan umum maupun wisatawan minat khusus

(Sedyawati, 2008: 152).

Pemanfaatan kebudayaan untuk tujuan pendidikan adalah sebagai

substansi untuk disosialisasikan ke berbagai tujuan yang lebih khusus, seperti

(1) untuk memacu internalisasi nilai-nilai budaya yang dapat memperkuat

integritas sebagai bangsa yang mampu menjunjung moral yang tinggi; (2)

untuk menumbuhkan kepekaan dan toleransi dalam pergaulan antargolongan;

dan (3) untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran sejarah. Apabila

ketiganya terlaksana, maka tercapailah tujuan umum untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa (Sedyawati, 2008: 152).

Pemanfaatan untuk tujuan pengembangan industri budaya berarti

memberikan pada kemasan-kemasan industri budaya (buku, piringan hitam,


14

video, film, CD, VCD, dll.) isi yang bermanfaat. Kemanfaatan isi tersebut

dilihat dari kekuatan pengaruhnya untuk meningkatkan mutu pengetahuan

orang mengenai berbagai hal yang bersifat budaya ataupun dilihat dari

kemampuannya membentuk selera (seni) yang baik, serta dari kegunaannya

sebagai pemberi hiburan yang sehat (Sedyawati, 2008: 153).

Tindakan-tindakan pelestarian yang dapat ditempuh adalah, (a)

pendokumentasian secermat mungkin dengan menggunakan berbagai media

yang sesuai; hasil dokumentasi selanjutnya dapat menjadi sumber acuan,

tentunya apabila disimpan di tempat yang aman dan diregistrasi secara

sistematis dengan kemungkinan penelusuran yang mudah; (b) pembahasan

dalam rangka penyadaran, khususnya mengenai nilai-nilai budaya, norma,

dan estetika; (c) pengadaan acara penampilan yang memungkinkan orang

“mengalami” dan menghayati (Sedyawati, 2008: 280).

Strategi pelestarian warisan budaya terdiri dari dua aspek, yaitu (1)

kelembagaan dan (2) sumber daya manusia. Disamping itu harus diterapkan

lebih dahulu, apa tujuan dari pelestarian warisan budaya. Pelestarian

mempunyai makna bahwa di dalamnya terdapat dua aspek sekaligus yaitu

pemertahanan dan dinamika (Sedyawati, 2008: 208).

Lestari yang dinamis yaitu ciri-ciri pengenalnya secara keseluruhan tetap

dimiliki meski bentuk-bentuk ungkapan di dalamnya (konsep, tata tindakan,

benda benda budaya) dapat mengalami perubahan (Sedyawati, 2008: 290).


15

Menurut Sedyawati (2010: 166) terdapat beberapa upaya dalam

pelestarian kebudayaan yaitu:

1. Perlindungan. Upaya perlindungan ini, meliputi upaya-upaya untuk

menjaga agar hasil-hasil seni -budaya tidak hilang atau rusak. Perlu

adanya dukungan dari pelaku seni tari dan pemerhati serta pengambil

kebijakan dalam mewujudkan upaya perlindungan pelestarian seni tari

Serampang Dua Belas, tersebut agar tetap bertahan kelangsungan

hidupnya. Salah satu bentuk upaya perlindungan seni pertunjukan dapat

dilakukan pendokumentasian dari seni pertunjukan tersebut. Hal ini dapat

berupa sebuah dokumentasi yang dijadikan sumber acuan dan inspirasi

dalam mengolah seni pertunjukan tersebut. Terjadwal secara rutin

Pagelaran Budaya secara khusus, dan sebagainya.

2. Pengembangan.Upaya ini dilihat pengembangan melalui dua pekerjaan

utama yaitu dalam kuantitatif dan kualitatif. Upaya kuantitatif,

mengembangkan seni pertunjukan berarti membesarkan volume

penyajiannya, meluaskan wilayah pengenalannya. Upaya kualitatif,

memperbanyak tersedianya kemungkinan-kemungkinan untuk mengolah

dan memperbaharui penampilan dari seni budaya tersebut.

3. Pemanfaatan. Upaya pemanfaatan meliputi upaya-upaya menggunakan

hasil-hasil budaya untuk berbagai keperluan. Tarian Serampang Dua

Belas, sejatinya digunakan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Semisal dipakainya Tarian Serampang Dua Belas sebagai tarian pembuka


16

dalam event-event budaya pemerintah maupun acara yang dilaksanakan

oleh masyarakat.

2.2. Hakikat Seni

Manusia memiliki dua unsur yaitu unsur jasmaniah dan unsur rohaniah,

yang dalam pelaksanaanya kedua unsur tersebut saling bersinergi agar

tercipta kehidupan yang seimbang. Seni adalah aspek yang penting dalam

kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan rohaninya. Jazuli (2011: 23)

menyatakan pengertian seni berasal dari kata “sani” dari bahasa Sansekerta

yang berarti pemujaan, pelayanan, permintaan, dan pencarian dengan hormat

dan jujur. Seni dalam bahasa Sansekerta adalah cilpa (kata sifat) yang berarti

berwarna. Katajadiannya adala su-cilpa artinya dilengkapi bentuk yang indah

atau dihias dengan indah, sedangkan kata bendanya berarti pewarnaan, yang

kemudian berkembang menjadi segala macam kekriyaan artistik. Selain itu,

seni dalam bahasa Belanda “genie” atau jenius. Istilah-istilah tersebut

merupakan suatu macam aktivitas yang indah yaitu gambaran tentang seni.

Seni mempunyai kata lain dalam berbagai bahasa, yaitu techne (Yunani),

ars (latin), kuns (Jerman), dan art (Inggris). Sulistyo (2006: 1) dalam Mulyani

(2016: 12) menyatakan semua kata seni dalam berbagai bahasa, mempunyai

pengertian yang sama, yakni keterampilan dan kemampuan. Keterampilan

dan kemampuan dalam seni berkaitan dengan tujuan dalam seni yaitu estetis

(keindahan), etis, dan nilai praktis.

Seni erat kaitannya dengan keindahan. Herbert Read dalam Jazuli (2011:

25) mengungkapkan bahwa keindahan adalah suatu kesatuan dari beragam


17

bentuk. Keindahan erat kaitannya dengan urutan terjadinya seni yaitu,

pengamatan terhadap kualitas material, penyusunan hasil pengamatan

tersebut, pemanfaatan susunan tersebut untuk mengekspresikan emosi atau

perasaan yang dirasakan sebelumnya. Jadi, seni menurut Read adalah suatu

ungkapan emosi dan perasaan manusia yang disusun dengan indah.

Ki Hajar Dewantara memaknai seni sebagai segala perbuatan manusia

yang bersifat indah dan timbul dari perasaan dalam kehidupan, sehingga

dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia. Sedangkan menurut Sujoko,

salah seorang kritikus seni dari ITB, “Seni adalah kemahiran membuat atau

melakukan sesuatu yang dipakai atau dimaksudkan sebagai perangsang

pengalaman estetik yangmemuaskan” (Mulyani, 2016: 12). Seni, keindahan,

dan jiwa seorang manusia dalam memandang dan memaknai hidup, tidak bisa

dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Karya seni merupakan suatu bentuk refleksi kehidupan manusia. Menurut

Pamadhi (2008: 1-4) “Seni adalah ekspresi jiwa manusia yang tertuang dalam

berbagai bentuk karya seni”. Nilai yang terdapat dalam semua cabang seni

(seni tari, seni musik, seni rupa, teater, dan sastra) dktransformasikan dalam

kehidupan, sehinggga di dalam seni terdapat makna tentang hakikat hidup

manusia.

Berdasarkan pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa Seni

sebagai pejelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa seseorang. Seni

adalah segala kegiatan manusia untuk mencurahkan pengalaman batinnya

pada orang lain. Pengalaman batin ini divisualisasikan dalam tata susunan
18

yang indah dan menarik, seperti ekspresi, kreativitas, dan apresiasi. Artikel

yang dibuat oleh Suhaya (2016: 45) dengan judul “Pendidikan Seni sebagai

Penunjang Kreatifitas” menyatakan bahwa melalui kegiatan-kegiatan seni

dapat melatih dan meningkatkan kreativitas pada diri individu sehingga

individu memiliki kemampuan membaca situasi, kemampuan beradaptasi

dengan lingkungan, serta kemampuan dalam membuat analisis yang tepat

dalam kehidupan.

2.3. Hakikat Seni Tari

Menurut Mulyani (2016: 49) seni tari harus dikembangkan dan

dilestarikan selaras dengan perkembangan masyarakat karena seni tari

merupakan salah satu warisan kebudayaan Indonesia. Setiap cabang seni

memiliki bahan baku dan ciri khas masing-masing. Estetika (2000: 9) dalam

Pekerti (2008: 5-3) menyatakan bahwa seni tari merupakan salah satu cabang

seni dan alat ekspresi manusia yang dituangkan melalui gerak tubuh. Semua

gerak dapat dijadikan sumber gagasan gerak, seperti gerak orang berjalan,

gerak hewan, gerak tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Gerakan-gerakan

yang diperoleh dengan baik dilihat dari beberapa aspek seperti tenaga, ruang,

maupun waktu. Jadi, seni tari adalah cabang seni yang merupakan ekspresi

gerak, mimik, dan tingkah laku seseorang yang indah.

Menurut Soedarsono (1992: 81) ada beberapa batasan tentang tari yang

pernah dikemukakan oleh para ahli. Menurut seorang tari dari India, yaitu

Kamaladevi Chattopadhaya mengemukakan batasan tari sebagai berikut,

“Tari adalah desakan perasaan manusia di dalam dirinya yang mendorongnya


19

untuk mencari ungkpaan yang berupa gerak-gerak yang ritmis”. Sedangkan

Corrie Hartong, seorang ahli tari dari Belanda, berpendapat mengenai batasan

tari yaitu gerakan badan yang diberi bentuk dan ritmis dalam suatu ruang.

Selain itu Pangeran Suryadiningrat seorang ahli tari dari Jawa memberikan

pengertian tari sebagai berikut, “Tari adalah gerak dari seluruh anggota tubuh

manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud

tertentu”. Jadi, tari merupakan suatu gerakan ritmis yang dilakukan oleh

tubuh manusia. Seni tari dan seni musik selalu berjalan beriringan. Hal ini

dikarenakan gerak ritmis pada tari selalu didukung dan dituntun dengan irama

musik.

Tari merupakan kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh

manusia. Dengan kata lain, tubuh merupakan alatnya dan gerak tubuh

merupakan medianya. Seni tari merupakan suatu gerakan terangkai yang

selaras dengan bunyi musik/iringan dan digunakan sebagai ungkapan jiawa

atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur keindahan (Yulianti,

2009: 1).

Seni tari menjadi media yang efektif untuk menampung dan mengontrol

gerakan-gerakan. Peserta didik diberi kebebasan dan keleluasaan dalam

mengekspresikan gerak menurut ide yang muncul, akan tetapi dengan cara

yang aman dan positif. Selain itu, peserta didik juga berimajinasi dan

berfantasi tentang sesuatu, yang kemudian dijadikan sebagai sebuah gerakan

tari kreatif.
20

Seni tari menurut Purwatiningsih dan Harini memiliki beberapa fungsi

bagi peserta didik SD), yaitu (1) membantu pertumbuhan dan perkembangan

anak; seni tari meningkatkan pertumbuhan fisik, mental, dan estetik; seni tari

memberikan sumbangan ke arah sadar-diri; seni tari membina imajinasi

kreatif; seni tari memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah; seni tari

memurnikan cara berpikir, berbuat, dan menilai.Seni tari memberikan

sumbangan kepada perkembangan kepribadian; (2) membina perkembangan

estetik; (3) membantu menyempurnakan kehidupan.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tari

merupakan media komunikasi rasa yang di dasari oleh gerak ekspresif dengan

substansi bakunya adalah gerak dan ritme. Gerakan tari harus diungkapkan

secara ritmis, sehingga akan muncul karakteristik yang sesuai dengan ritme

yang ditampilkan. Selain itu, seni tari juga merupakann ekspresi jiwa

seseorang yang diungkapkan melalui gerak ritmis yang indah, mengandung

unsur yang harus mampu mengungkapkan nilai keindahan dan keharmonisan

dengan perpaduan gerak ekspresif. Dihasilkannya gerakan tari yang indah

karena di dalamnya terdapat unsur-unsur yang menjadi elemen dalam seni

tari. Jadi, seni tari merupakan serangkaian gerak yang berirama sebagai

ungkapan jwa atau ekspresi manusia yang di dalamnya terdapat unsur

keindahan tubuh, irama, penghayatan, dan wujud.

Retnoningsih (2017: 88) dalam penelitiannya menghasilkan data bahwa

seni tari tradisional merupakan salah satu bentuk kebudayaan daerah yang

kental dengan nilai-nilai history dan pesan-pesan filosofis, seperti aspek


21

spiritual, moral,dan sosial dari komunitasnya. Melalui seni tari, peserta didik

dapat lebih bangga dalam menghargai, mengenal, serta menjaga budaya

sebagai jati diri bangsanya. Selain itu, bentuk konsep pendidikan seni tari

salah satu yang paling sesuai dengan perkembangan karakter kebudayaan

yang bersifat non material dan bersifat abstrak bagi jiwa dan kepribadian

manusia.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2016: 45) seni tari

merupakan seni tradisi yang harus diwariskan kepada penerus bangsa.

Pewarisan tradisi dapat dilakukan di pendidikan formal yaitu dalam sekolah

maupun pendidikan nonformal melalui sanggar-sanggar seni. Kegiatan

pewarisan ini akan memunculkan rasa memiliki pada diri individu terhadap

seni tradisi, sehingga akan ada pembelaan dan usaha untuk mempertahankan

seni tradisi jika seni tradisi tersebut diakui oleh negara lain.

Seni menjadi suatu hal yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

manusia. Dalam arti luas menurut John Hospera (dalam Sunarto, 2001: 3)

seni adalah segala sesuatu yang dibuat manusia dan bukan dari hasil kegiatan

alami. Seni tidak terlepas dari kehidupan manusia. Seni lahir dari keinginan

kuat dalam diri manusia untuk berekspresi dan menciptakan yang sesuai

sebagai tanggapan dari pengalaman pribadi, rasa, pengolahan pemikiran dan

kondisi sekeliling (Seni Rupa Kita, 2016: 14). Dalam arti sempit, yang

pertama seni adalah ungkapan. Kedua, seni adalah jiwa, perasaan dan suasana

hati yang diungkapkan (Maharani, 2012:1). Senada diungkapkan oleh Prestisa

dan Susetyo (2013: 3) yang menyatakan bahwa seni mengarah pada suatu
22

tujuan, yaitu mengungkapkan perasaan manusia. Pengungkapan perasaan

manusia mengandung sebuah estetika berupa keindahan, sehingga seni dapat

di artikan sebagai segala ciptaan atau karya manusia yang mengandung

keindahan. Pengertian tersebut sejalan dengan kajian seni secara etimologis

bahwasanya kata seni dalam bahasa Sansekerta disebut Cilpa (kata sifat yang

berarti berwarna), dan kata jadinya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-

bentuk yang indah atau dihiasi dengan indah (Sobandi, 2008: 48).

Djelantik (dalam Wijaya,2015: 8) mengungkapkan seni berarti hasil karya

manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batin yang

disajikan secara indah dan menarik sehingga memberikan pengalaman batin

pada manusia yang menikmatinya. Berolah seni mencangkup pada aktivitas

batin atau jiwa dan raga sebagai bentuk pengalaman. Aktivitas batin selaras

dengan aktivitas raga yang keduanya berjalan bersama-sama. Aktivitas batin

berasal dari pengungkapan perasaan manusia dan aktivitas raga terungkapkan

pada seni yang dapat diamati seperti wujud seni rupa, seni tari, seni drama

dan lain sebagainya yang semuanya memiliki nilai keindahan. Pada dasarnya

manusia memerlukan keindahan dalam kehidupanya. Keperluan terhadap

keindahan dapat dipenuhi dengan sebuah unsur kebudayaan berupa seni

(Takari, 2008: 4). Keindahan juga merupakan sesuatu yang mendatangkan

kesenangan, kenyamanan dan kepuasan bagi manusia yang secara normatif

keindahan seni selalu dipandang subjektif dalam menentukan indah atau

tidaknya, namun dengan demikian pula itu sebagai penegasan bahwasanya

seni adalah segala aktivitas manusia untuk berkarya dalam mendatangkan


23

keindahan. Keindahan yang hadir sebagai bentuk transformasi atas unsur

yang diperlukan manusia dalam kehidupanya.

Tari merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui

ungkapan gerak. Gerak-gerak yang diuntai dalam sebuah tarian merupakan

ekspresi sang seniman sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga

orang lain yang menikmatinya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada

dalam dirinya maupun yang terjadi di sekitarnya (Syafii, 2000 dalam Zakarias

Soetedja dkk, 2009: 2.3.1). Tari merupakan seni gerak yang termasuk ke

dalam seni visual yang dimana dapat dinikmati melalui indera penglihatan.

Gerakan yang dimaksud adalah gerakan yang telah distilirisasi dan didistorsi,

sehingga bukan merupakan tarian yang hanya gerak sembarangan.

Pembelajaran seni tari di sekolah bertujuan untuk melatih sensori motorik,

melatih kepekaannya dan mengkoordinasikan antara gerakan dan bunyi,

menginterpretasikan pengalaman disekitarnya dalam gerak dan sebagainya.

Memelajari seni tari itu berarti merupakan suatu sarana untuk mengenal dan

melestarikan jenis-jenis tarian yang ada di daerah.

2.4. Unsur-unsur Seni Tari

Tari merupakan salah satu bentuk karya seni yang menggunakan media

gerak agar dapat dinikmati nilai keindahannya. Perpaduan unsur tersebut

sebagai pendukung menjadi dasar penilaian hasil dari pantulan logika,

estetika, dan praktik. Tanpa unsur-unsur tersebut karya seni tidak dapat

diciptakan.
24

Pada dasarnya manusia dalam mengungkapkan suatu gerakan tidak

terlepas dari adanya unsur-unsur tenaga, tempat, dan ruang. Gerakan-gerakan

tersebut biasanya sambung-menyambung, maka akan tersususn rangkaian

gerak yang berkelanjutan. Jika hal tersebut diteliti lebih mendalam, maka

tampak dari peralihan-peraliahan gerak tersebut ada sebuah tempo atau waktu

sebagai sisipannya. Dengan demikian, gerak tari terbentuk dari gerak tubuh

manusia yangdigarap dari unsur tenaga, ruang, dan waktu (Sekarningsih dan

Rohayani dalam Mulyani, 2016: 54).

Gerak merupakan medium utama tari karena gerak merupakan bahan

baku atau substansial dasar dari tari. Menurut Pekerti (2007: 4-9) gerak di

dalam tari merupakan gerak yang telah diberi sentuhan seni sehingga telah

mengalami perubahan menjadi gerak yang sifatnya indah. Berdasarkan

bentuk geraknya, ada dua jenis tari yaitu tari yang representasioanl dan tari

yang nonrepresentasioanl. Tari yang representasional adalah tari yang

menggambarkan sesuatu secara jelas, contohnya adalah tari bondan kendi.

Sedangkan tari nonrepresentasional adalah tari yang tidak menggambarkan

sesuatu, contohnya adalah tari pendet. Baik tari representasional dan tari

nonrepresentasional garapan geraknya terkandung dua jenis gerak. Gerak

maknawi merupakan gerakan yang memiliki arti jelas, sedangkan gerak

murni merupakan gerakan yang dibuat tidak untuk menggambarkan sesuatu,

tetapi untuk mendapatkan suatu bentuk yang artistik.

Unsur yang kedua yaitu tenaga. Gerakan atau aktivitas dapat tercipta

dengan adanya tenaga. Tenaga digunakan untuk mengawali, mengendalikan


25

dan menghentikan gerak. Tenaga juga membedakan adanya gerak yang

bervariasi. Perubahan-perubahan yang terjadi oleh penggunaan tenaga yang

berbeda dalam gerak tari, akan membangkitkan atau mempengaruhi

penghayatan terhadap tarian. Penggunaan tenaga dalam tari meliputi beberapa

aspek yaitu, intensitas berkaitandengan banyak sedikitnya penggunaan

tenaga, aksen/tekanan perubahan penggunaan tenaga yang dilakukan secara

tiba-tiba dan kontras, serta aspek yangterakhir yaitu kualitas adalah efek

gerak yang diakibatkan oleh cara penggunaanatau penyaluran tenaga

(Mulyani, 2016: 55).

Unsur yang ketiga adalah ruang. Ruang adalah salah satu unsur yang

menentukan terwujudnya suatu gerak. Hal ini karena gerak yang dibuat

memiliki desain ruangan dan berhubungan dengan benda-benda lain dalam

dimensi ruang dan waktu. Jadi, tidka mungkin lahir sebuah ruang tanpa

adanya ruang. Maka dari itu, penari dapat menari, bergerak, atau membuat

gerakan-gerakan tari karena adanya ruang.

Unsur pokok yang terakhir yaitu waktu. Waktu menurut Pekerti (2008: 5-

25) adalah waktu yang diperlukan penari dalam melakukan gerak. Menurut

Mulyani (2016: 56) unsur waktu memiliki dua faktor yang sangat penting

yaitu ritme dan tempo. Ritme dalam gerak tari menunjukkan perubahan tiap

gerak dalam suatu waktu. Ritme lebih mengarah pada cepat lambatnya setiap

gerakan dapat diselesaikan oleh penari. Tempo mengarah pada kecepatan

tubuh penari yang dapat dilihat dari perbedaan panjang pendeknya waktu
26

yang diperlukan. Gerak dengan tempo cepat atau lambat akan menentukan

hidup dan dinamisnya sebuah tarian.

Adapun unsur-unsur yang menjadi penunjang dalam tari yaitu irama

musik, tema, tempat pentas, tata cahaya, tata rias dan busana, serta properti.

Tari dan irama musik merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Musik pada dasarnya bunyi-bunyian

yang dtimbulkan oleh sumber bunyi. Musik dalam tari perlu disesuaikan

dengan jenis tarinya karena musik dalam tari bukan hanya sekedar pengiring,

tetapi larut didalam tari. Musik dalam tari berfungsi utnuk menghidupkan

suasana, pemertegas gerak, merangsang munculnya gerak, dan juga berguna

untuk mengukur lamanya rangkaian gerak saat perpindahan gerak.

Tema adalah pokok pikiran, gagasan atau ide utama. Tema tari drama

bersumber pada kehidupan sehari-hari, binatang, cerita kepahlawanan, cerita

rakyat dan legenda. Tema ditentukan menggunakan lima penilaian yaitu

keyakinan koreografi akan menilai tema, dapatkah tema itu diartikan, reaksi

penonton dari tema tersebut, perlengkapan teknik tari dan fasilitas yang

diperlukan dalam tari.

Suatu pertunjukan selalu memerlukan tempat untuk menyelenggarakan

pertunjukan. Panggung atau tempat adalah arena pertunjukkan tari yang

dipakai untuk pergelaran dan disesuaikan dengan ide garapan. Tempat

pertunjukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tempat terbuka dan tempat

tertutup. Tempat terbuka misalnya di halaman, pendopo, lapangan, dan


27

sebagainya. Tempat tertutup adalah tempat pertunjukan yang ada di dalam

gedung, misalnya di aula.

Unsur tata lampu di dalam pagelaran tari sangat dibutuhkan dalam suatu

pertunjukan. Tata lampu atau yang biasa disebut tata cahaya juga merupakan

salah satu unsur yang memengaruhi tari. Tata cahaya atau tata lampu

berfungsi untuk menerangi dan menyinari serta untuk membantu suasana

yang diperlukan dalam adegan-adegan yang ditampilkan.

Tata busana dan tata rias merupakan unsur penunjang tari yang memiliki

fungsi untuk menghidupkan perwatakan penari. Tata busana sendiri

mengandung pengertian suatu kebutuhan sandang yang dikenakan pada tubuh

penari ketikaakan pentas yang disesuaikan dengan tarian yang dibawakan.

Tata rias adalah alat ekspresi atau perwujudan watak penari melalui garis-

garis yang dibuat di wajah sesuai dengan ide atau konsep garapan. Tata rias

dalam tari mempertimbangkan tema, karakter, cerita, dan sebagainya.

Perlengkapan atau properti tari merupakan perlengkapan penari, tidak

termasuk kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung. Contohnya

kipas, pedang, tombak, selendang, dan sebagainya. Perlengkapan tari dapat

memberikan kesan dan makna pada tarian.

Pendapat lain dikemukakan oleh Purwatiningsih dan Harini (2002: 87)

bahwa unsur keindahan seni tari merupakan hal yang paling penting dalam

karya seni. Unsur keindahan seni tari tersebut adalah wiraga, wirama, dan

wirasa.
28

1. Wiraga merupakan kemampuan peragaan tubuh seperti penguasaan

kelenturan gerak, penguasaan ruang, dan sebagai ungkapan gerak yang

bertenaga, yaitu suatu usaha untuk dapat mengendalikan gerak dari awal

hingga akhir.

2. Wirama merupakan unsur tari yang berhubungan dengan irama yang

berkaitan dengan pengaturan tempo dan ritme. Irama merupakan

landasan dalam bergerak yang ditimbulkan oleh penari sendiri.

3. Wirasa merupakan unsur tari yang berkaitan dengan aspek rohaniah yang

memberikan dan mendukung secara keseluruhan pada tarian yang

dibawakan penari.

Penelitian yang dilakukan oleh Istiqomah, A. dan Restu, L. menunjukkan

bahwa bentuk pertunjukan pada kesenian Jaran Kepang Papat dapat

dilihatmelalui elemen-elemen pertunjukan yaitu lakon, pemain atau pelaku,

gerak, musik, tata rias, tata busana, tempat pementasan, properti, sesaji, dan

penonton. Berdasarkan penjelasan mengenai unsur-unsur tari dapat

disimpulkan bahwa seni tari memiliki unsur-unsur yang dapat berupa unsur-

unsur pokok dan unsur-unsur penunjang. Unsur-unsur pokok suatu tarian

seperti gerak, ruang, tenaga dan waktu. Sedangkan unsur-unsur penunjang

suatu tarian irama musik, tema, tempat pentas, tata cahaya, tata rias dan

busana, serta properti. Kemudian, dalam seni tari juga tidak hanya sekedar

menampilkan serangkaian gerakan yang indah tetapi juga harus

memerhatikan unsur-unsur keindahan seni tari yaitu wiraga, wirama dan

wirasa. Unsur-unsur tari baik unsur keindahan, unsur pokok maupun unsur
29

penunjang tidak boleh dipisahkan serta ditinggalkan dalam proses penciptaan

dan pementasan suatu karya seni tari.

Menurut Pekerti (2014: 87) tari memiliki beberapa unsur utama dan

unsur pendukung, di dalam unsur utama memiliki sebagai berikut:

1. Unsur Utama Tari:

a. Gerak merupakan unsur utama tari. Gerak tari terjadi karena

adanya suatu tenaga. Ada 2 jenis gerak, yaitu gerak nyata

(representasional) dan gerak maknawi. Gerak nyata adalah gerak

yang menirukan aktivitas kita sehari-hari dan gerak maknawi

adalah gerak yang mengandung makna, biasanya gerak dasarnya

dari gerak sehari-hari lalu diperhalus atau dirombak sehingga

terlihat tidak seperti gerak nyata.

b. Ruang adalah tempat untuk bergerak. Tempat untuk bergerak

dalam pengertian harfiah adalah panggung atau pentas tempat

untuk menari, baik panggung tertutup maupun panggung terbuka.

Namun di dalam tari dikenal pula tempat untuk bergerak yang

bersifat imajinatif.

c. Waktu dalam tari adalah waktu yang diperlukan oleh penari dalam

melakukan gerak. Waktu dalam tari sangat tergantung dari cepat

lambatnya (tempo) penari dalam melakukan gerak, panjang

pendeknya ketukan (ritme) dalam melakukan gerak, dan lamanya

(durasi) penari dalam melakukan gerak.

2. Unsur Pendukung Tari


30

a. Desain lantai adalah garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang

penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari

kelompok. Jenis garis di lantai ada dua macam, yaitu garis lurus

dan garis lengkung. Garis lurus dapat menghasilkan bentuk V, V

terbalik, segitiga, T, T terbalik dan diagonal. Sementara itu, garis

lengkung dapat dibuat bentuk lingkaran, lengkung setengah

lingkaran, spiral, angka delapan dan lengkung ular.

b. Desain atas adalah desain yang dibuat oleh anggota badan dan

berada di atas lantai. Desain ini dilihat dari arah penonton. Desain

atas ada bermacam-macam bentuknya. Masing-masing desain

menimbulkan kesan sendiri-sendiri bagi penonton yang

melihatnya.

c. Desain musik adalah pola ritmis dalam sebuah tari. Pola ritmis

dalam tari timbul karena gerakan tari yang sesuai dengan melodi.

Gerakan tari yang sesuai dengan harmoni dan gerakan tari yang

sesuai dengan frasa musik. Oleh karena itu, fungsi musik dalam

tari dapat dibedakan menjadi tiga yaitu musik sebagai pengiring

tari, musik sebagai ilustrasi, dan musik sebagai ilustrasi yang

membantu penciptaan suasana.

d. Desain dramatis adalah tahapan-tahapan emosional untuk

mencapai klimaks dalam sebuah tari. Tahap-tahap emosional ini

perlu ada dalam sebuah tari agar tarian itu menjadi menarik dan

tarian itu tidak terkesan monoton. Melalui tahapan ini penonton


31

dapat merasakan perbedaan tari bagian awal, kemudian semakin

naik mencapai suatu puncak yang paling menarik dan merupakan

inti dari tarian itu. Klimaks dalam tari dapat dicapai dengan cara

mempercepat tempo, memperluas jangkauan gerak, menambah

jumlah penari dan menambah dinamika gerak.

e. Dinamika adalah segala perubahan dalam tari karena adanya

variasi-variasi dalam tari tersebut. Dinamika dalam tari dapat

menjadikan tarian itu menarik. Dinamika dalam tari dapat dicapai

karena adanya variasi menggunakan tenaga dalam gerak, adanya

variasi tempo dalam gerak, adanya variasi tingi rendah (level)

gerak, pergantian posisi atau tempat penari dan perubahan

suasana. Jadi arti penting dinamika dalam sebuah tari adalah tarian

itu tidak tidak membosankan dan tidak terkesan monoton.

f. Tema adalah ide persoalan dalam tari. Sumber tema tari dapat dari

benda – benda yang ada di sekitar kita, peristiwa-peristiwa yang

pernah terjadi, kegiatan kerja, perilaku binatang, cerita rakyat,

cerita kepahlawanan, dan legenda.

g. Tata rias, tata rambut, dan tata busana tari Pengertiannya adalah

rias wajah, tata rambut, dan pakaian yang dipakai penari untuk

pementasan tari. Rias wajah dan pakaian untuk tujuan menari

biasanya dibuat khusus untuk mendukung penampilan penari di

atas pentas.
32

Tata rias dan tata rambut untuk anak-anak harus aman dan

nyaman. Aman artinya bahan-bahan yang dipakai tidak

membahayakan bagi anak-anak, sedangkan nyaman artinya anak-

anak merasa tidak terganggu ketika memakai tata rias ataupun tata

rambut tersebut. Ada 3 jenis tata rias wajah yaitu rias korektif, rias

fantasi dan rias karakter.

h. Tata pentas adalah penataan pentas untuk mendukung pergelaran

tari. Di atas pentas, biasanya dilengkapi dengan seperangkat

benda-benda alat yang berhubungan dengan tari. Seperangkat

benda-benda atau alat itu disebut setting.

i. Tata cahaya adalah seperangkat penataan cahaya di pentas.

Penataan cahaya dalam pergelaran tari dibuat untuk penerangan,

memperkuat suasana tari, dan jika dalam drama tari, hal itu untuk

memperjelas peristiwa dari suatu adegan tarian.

j. Tata suara adalah seperangkat alat sumber bunyi yang bertujuan

sebagai pengaturan musik untuk iringan tari. Apabila suatu tarian

diiringi dengan alat musik yang langsung dimainkan, dapat

dikatakan bahwa tarian itu tidak memerlukan tata suara. Namun,

apabila musik iringan tarian itu dengan media rekaman, tata suara

menjadi penting sebab memerlukan pengaturan yang khusus dari

alat-alat pemutar suara.

Bentuk adalah wujud yang diartikan sebagai hasil dari berbagai elemen

tari yaitu gerak, ruang, dan waktu yang secara bersama-sama elemen-elemen
33

itu mencapai vitalitas estetis (Hadi, 2007: 24). Pendapat lain dari Djelantik

(1999: 19) menjelaskan bahwa wujud dimaksudkannya kenyataan yang

nampak secara kongkrit (berarti dapat dipersepsi dengan mata atau telinga)

maupun pada kenyataan yang tidak nampak secara kongkrit yaitu abstrak

yang hanya bisa dibayangkan seperti sesuatu yang diceritakan atau dibaca

dalam buku. Wujud darpi apa yang ditampilkan dan dinikmati mengandung

dua unsur yang mendasar yatitu bentuk dan struktur atau tatanan. Contoh

bentuk yang dimaksud dalam tari seperti tapak, paileh, pas (langkah), agem,

sledet, tetuwek.

Jazuli (2016: 45) berpendapat bahwa bentuk diartikan sebagai organisasi

dari hasil hubungan kekuatan struktur internal dalam tari yang saling

melengkapi. Struktur internal tari yang meliputi elemen estetis, variasi,

kontras, penekanan, transisi/sendi, klimaks, pengembangan, dan yang

berhubungan dengan penampakan (tata rupa kelengkapan sajian tari). Bentuk

memberi satu keteraturan dan keutuhan terhadap tari sehingga menciptakan

pengertian sesuatu yang membuat hidup.

Bentuk penyajian tari terdiri dari elemen gerak, iringan, tata rias dan

busana, pelaku, serta tempat pentas dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Gerak

Menurut Djelantik (1997: 27) gerak merupakan unsur penunjang

yang paling besar peranannya dalam tari, dengan gerak terjadi perubahan

tempat, perubahan posisi dari benda, tubuh penari atau sebagian dari

tubuh. Semua gerak melibatkan ruang dan waktu.


34

Jazuli (2016: 41-42) mengatakan bahwa gerak tari muncul karena

ada tenaga yang menggerakkan, dan tubuh manusia sebagai alat

(instrumen) untuk bergerak. Gerak berdasarkan jenisnya dibedakan

menjadi gerak maknawi/gesture dan gerak murni/pure movement. Gerak

maknawi adalah gerak wantah yang memiliki maksud tertentu

berdasarkan objek yang ditiru dan atau tujuan yang diharapkan. Gerak

murni adalah gerak yang tidak memiliki maksud tertentu karena semata-

mata untuk kepentingan keindahan gerak tarinya.

2. Pelaku

Pelaku merupakan suatu aspek terpenting dalam pertunjukan seni.

Sebuah tontonan seni tanpa adanya pelaku tidak akan berjalan. Pertama-

tama yang muncul dari wajah penonton yaitu sosok penari yang

menampakan gerakan yang lemah gemulai dengan didukung oleh tata

busana, polesan wajah dan tubuh penari. Sebuah pertunjukan seni, pelaku

seni mempunyai aspek daya tarik tersendiri. Dengan demikian, secara

langsung atau tidak langsung sangat mungkin menimbulkan kesan yang

mampu merangsang libido penonton (Jazuli, 2001: 7).

Penari merupakan seorang penafsir bagi koreografer yang berkuasa

penuh atas garapan tari. Penari disebut juga dengan Performers yang

memiliki peranan penting dalam kesuksesan suatu pertunjukan. Seorang

penari menjadikan tubuhnya sebagai alat ekspresi, artinya dengan

tubuhnya sendiri penari dapat menghasilkan gerak (Hadi, 2011: 111-

112).
35

Penari harus mampu menguasai teknik “ketubuhan” yang berkaitan

dengan kekuatan, stamina, elastisitas, dan pernapasan yang dilatih

melalui keterampilan olah tubuh sehingga dapat mengenali tubuhnya

sendiri. Penari juga harus mampu menguasai konsep wiraga,wirama, dan

wirasa.

3. Iringan/Musik

Soedarsono (1986: 44) menjelaskan bahwa musik disusun atas tiga

elemen dasar yaitu ritme, melodi, dan harmoni. Musik merupakan

pasangan tari, keduanya merupakan dwitunggal. Sebuah komposisi

musik untuk iringan tari sangat menentukan struktur dramatik tari karena

musik dapat menentukan aksen-aksen gerak yang diperlukan dan

membantu menghidupkan suasana tari (Jazuli, 2016: 59).

Jazuli (1994: 9-12) menjelaskan suara atau musik dalam tari

dibedakan menjadi dua bentuk yaitu bentuk internal dan eksternal.

Bentuk internal adalah iringan tari yang berasal dari diri si penari seperti

teriakan, tarikan nafas, dan hentakan kaki, sedangkan bentuk eksternal

adalah iringan tari yang berasal dari luar diri penari yang dapat berupa

suatu nyanyian, instrumen gamelan, orkestra musik, dan sebagainya.

4. Rias Dan Busana

Rias merupakan hal yang sangat penting bagi seorang penari.

Penonton biasanya sebelum menonton sajian tari memperhatikan wajah

si penari, guna mengetahui peran yang akan dibawakan maupun untuk

mengetahui siapa penarinya. Fungsi rias yaitu untuk mengubah karakter


36

pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk

memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan

(Jazuli, 2016: 61).

Busana atau yang sering dikenal dengan kostum dalam tari adalah

apa yang dipakai. La Meri terjemahan Soedarsono (1986: 106-107)

mengatakan bahwa kostum harus secara relatif sreg. Dikatakan “relatif “

yaitu kostum pertunjukan yang digunakan disesuaikan dengan

penampilan yang enak dipandang.

Busana tari memiliki komponen penting sebagai penunjang

pertunjukan seperti warna kostum. Kostum dilihat dari sudut praktis

sebagai pertimbangan bagaimana lighting akan memberi efek warna-

warna tertentu. Kostum dari sudut pandangan imaginatif, warna memiliki

kekuatan membawa suasana pada penonton, seperti warna merah

terkesan menarik; biru tenteram; hitam menggambarkan kebijaksanaan,

sedih; putih yaitu muda, suci-murni; kuning adalah penuh gembira.

Potongan dan material yang digunakan serta garis dari kostum pun

mempengaruhi gaya dari gerak tarian.

Menurut Jazuli (2016: 61) dalam perkembangan busana tari telah

disesuaikan dengan kebutuhan tarinya. Fungsi busana tari adalah untuk

mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peran-peran dalam

suatu sajian tari. Busana tari bukan semata untuk menutupi tubuh,

melainkan juga harus dapat mendukung desain ruang pada penampilan

penari.
37

5. Tempat Pentas

Pentas adalah sebuah tempat yang dipergunakan untuk

mempertunjukkan suatu pemeranan yang mengisyaratkan sebuah nilai

kesenian. Pentas belum tentu merupakan sebuah panggung apabila yang

dimaksud panggung merupakan suatu tempat dengan ketinggian tertentu,

jadi dapat dipahami bahwa yang dikatakan pentas dapat dipertunjukan di

sembarang tempat, sedangkan panggung pertunjukkan lebih memiliki

batas kesadaran untuk membuat tempat pertunjukan dengan suatu

ketinggian tertentu dengan maksud agar mendapat cukup perhatian atau

penglihatan penontonnya. Tampak terlihat adanya perbedaan fisik antara

pentas dan panggung, tetapi pada dasarnya fungsi dan tujuannya sama,

yaitu tempat pertunjukan (Padmodarmaya, 1983: 5-6).

Menurut Jazuli (2016: 61) tempat pentas suatu pertunjukan apapun

bentuknya selalu memerlukan tempat atau ruangan, guna

menyelenggarakan suatu pertunjukan. Di Indonesia dapat mengenal

berbagai bentuk tempat pertunjukan (pentas), seperti di lapangan terbuka

atau arena terbuka, pendapa, dan pemanggungan (staging). Pada tempat-

tempat terbuka seperti yang diselenggarakan di halaman Pura di Bali,

pertunjukan tari tradisional di lingkungan rakyat sering dipergelarkan di

lapangan terbuka, seperti bentuk pertunjukan di daerah pedalaman

Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan Maluku. Pertunjukan kesenian di

Pendapa yang biasanya ditampilkan untuk kalangan Bangsawan Jawa.


38

Pendapa yaitu suatu bangunan berbentuk joglo dan bertiang pokok

empat, tanpa penutup pada sisi-sisinya.

2.5. Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Dasar

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan diri

seseorang. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,

kecakapan, kebiasaan dan perubahan-perubahan aspek lain yang ada pada

individu yang belajar. Perubahan-perubahan tersebut terjadi karena berbagai

usaha yang dilakukan oleh individu yang belajar, dan perubahan yang terjadi

berupa hasil belajar (Syarifudin, 2010: 24). Belajar adalah suatu proses yang

menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah

laku maupun kecakapan (Purwanto, 2007: 102). Seseorang yang belajar akan

mengalami perubahan yang baik di dalam dirinya.Perubahan tersebut akan

mempengaruhi di segala aspek, baik di dalam bidang akademik maupun

pergaulan dengan lingkungannya.

Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan peserta

sebagai center stage performance. Pembelajaran lebih menekankan pada

tumbuhnya kebutuhan peserta didik terhadap kesadaran dalam memahami

arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan

pengalaman. Kebutuhan baginya mengembangkan seluruh potensi

kemanusiaan yang dimilikinya (Suprijono, 2009: x). Peserta atau siswa di

dalam pembelajaran ditempatkan sebagai pusat perhatian, siswa memiliki

kesadaran betapa pentingnya menjalin sebuah hubungan yang timbalbalik


39

dengan lingkungan dan hal tersebut merupakan sebuah kebutuhan dalam

rangka meningkatkan potensi yang dimikinya.

Perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan

lingkungannya yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada

berbagai aspek, di antaranya pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Perubahan-perubahan yang terjadi disadari oleh individu yang belajar,

berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi kehidupan lainnya.

Selain itu, perubahan bersifat positif, terjadi karena peran aktif dari

pembelajar, tidak bersifat sementara, tujuan perubahan yang terjadi meliputi

keseluruhan tingkah laku, yaitu sikap, keterampilan, pengetahuan, dan

sebagainya (Jihad, 2008: 4). Adanya hubungan timbal-balik seseorang dengan

lingkungannya yang mampu membuat perubahan yang positif dalam diri

seseorang, terjadi karena adanya peran aktif dari diri seseorang. Perubahan

positif itu akan berkembang sesuai dengan keaktifan dari diri pembelajar

tersebut.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh individu

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya (Surya, 2004). Suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk

melakukan suatu perubahan perilaku yang positif di dalam berinteraksi

dengan lingkungannya.

Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk

membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru
40

dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan,

dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar (Knirk dan Gustafson,

2005: 104). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. (UU No.

20/2003, Bab I Pasal Ayat 20). Segala sesuatu yang berkaitan dengan proses

belajar, yang telah dirancang oleh guru dalam sebuah proses interaksi yang

sistematis untuk membantu seseorang dalam mempelajari suatu hal baru di

dalam suatu lingkungan.

Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam

kegiatan, di antaranya adalah “seni” yang di dalamnya termasuk tari (Hadi,

2005: 29). Tari merupakan salah satu cabang dari seni, yang telah tercipta

sejak lama. Tari sebagai karya seni merupakan alat ekspresi dan sarana

komunikasi seniman kepada orang lain (penonton/penikmat). Sebagai alat

ekspresi, tari mampu menciptakan untaian gerak yang dapat membuat

penikmatnya peka terhadap sesuatu yang ada dan terjadi di sekitarnya. Tari

adalah sebuah ungkapan, pernyataan, dan ekspresi dalam gerak yang memuat

komentar-komentar mengenai realitas kehidupan, yang bisa merasuk di benak

penikmatnya setelah pertunjukan selesai (Jazuli, 2007: 4). Taridigunakan oleh

penciptanya sebagai alat komunikasi dalam menyampaikan sebuah maksud

yang diungkapkan melalui gerak yang dipahami oleh penonton, sehingga

maksud yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh penonton.

Tari adalah jenis kesenian yang terkait langsung dengan gerak tubuh

manusia. Tubuhlah yang menjadi alat utama dan gerak tubuh merupakan
41

media dasar untuk mengungkapkan ekspresi seni tari (Sumaryono, 2005: 1).

Unsur utama pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali

lepas dari unsur ruang, waktu dan tenaga. Tari merupakan keindahan ekspresi

jiwa pengungkapannya berupa gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.

Target yang hendak dicapai pada pembelajaran tari di sekolah bukan

hanya menjadikan anak bisa menari, akan tetapi bagaimana bisa

menumbuhkan apresiasi siswa terhadap tari serta tumbuhnya kepercayaan diri

sebagai unsur penting dalam mengembangkan kepribadian. Jadi yang

diperlukan dalam prosespembelajaran adalah mengasah keberanian siswa

untuk mengeksplorasi pengalaman estetis tanpa dibebani persoalan teknis.

Tari anak-anak akan memberi pengaruh terhadap ketajaman pikiran,

kehalusan rasa dan kekuatan kemauan serta memperkuat rasa kemerdekaan

(Dewantara). Pengaruh ritme atau wirama dalam iringan tari akan dapat

digunakan sebagai media untuk mencapai budipekerti yang harmonis

(Steiner).

Dari dasar-dasar tersebut dapat ditunjukkan bahwa pendidikan tari adalah

sarana bagi usaha dalam pembentukan pribadi anak. Hal ini mengingat usia

anak-anak di tingkat Sekolah Dasar (SD) secara umum haus akan ekspresi

dan harus disalurkan dalam pendidikan kesenian sehingga tidak terjadi

penyimpangan dalampenuangan ekspresi ketika anak SD tersebut menginjak

sekolah lanjut. Di sinilah pentingnya pelajaran kesenian dipahami sebagai

salah satu kebutuhan hidup manusia.


42

Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa

Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau

mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni

disebut cilpa yang berarti berwarna (kata sifat) atau pewarna (kata benda)

kemudian berkembang menjadi cilpasastra yang berarti segala macam

kekriyaan (hasil keterampilan tangan yang artistik. Dari beberapa arti kata

tentang seni disimpulkan bahwa seni adalah benda atau karya seni atau hasil

kegiatan yang menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedar rasa

gembira karena mempunyai unsur transendental atau spiritual.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2008: 750) bahwa seni adalah

karya yang diciptakan dengan keahlian luar biasa. Pekerti dkk. (2006: 18)

memberi pengertian tentang seni dalam arti sempit, yaitu seni adalah kegiatan

manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya

yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan indrawi dan rasa, kemampuan

intelektual, kreativitas serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya

yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai

media.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

seni adalah benda atau karya seni atau hasil kegiatan yang menghasilkan

kesenangan yang mempunyai unsur transendental atau spiritual yang

diciptakan dengan keahlian luar biasa untuk mengekspresikan pengalaman

hidup dan kesadaran artistiknya dengan melibatkan kemampuan intuisi,

kepekaan indrawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta


43

keterampilan teknik menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau

sosial dengan menggunakan berbagai media.

Sumarwan ( 2004: 170), mengemukakan pendapatnya mengenai budaya,

menurutnya definisi budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang

mempengaruhi perilaku sikap, kepercayaan dan kebiasaan seseorang dan

masyarakat. Budaya bukan hanya yang besrsifat abstrak, seperti nilai,

pemikiran dan kepercayaan, budaya bisa berbentuk objek material. Rumah

kendaraan, peralatan elektronik, pakaian adalah contoh- contoh produk yang

bisa dianggap sebagai budaya suatu masyarakat. Undang-undang, makanan,

minuman, musik, teknologi, dan bahasa adalah beberapa contoh dari budaya

suatu masyarakat. Kebudayaan adalah suatu sistem kognitif, yaitu suatu

sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada

dalam pikiran anggota- anggota individual masyarakat. Dengan kata lain,

kebudayaan berada dalam tatanan kenyataan yang ideasional. Atau,

kebudayaan merupakan perlengkapan mental yang oleh anggota-anggota

masyarakat dipergunakan dalam proses orientasi, transaksi, pertemuan,

perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata

dalam masyarakat mereka. Goodenough (dalam Kalangie, 1994 ).

Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 2007) merumuskan

kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya

masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau

kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam


44

sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan

masyarakat.

Berdasarkan pengertian seni dan budaya dari pendapat para ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa seni budaya adalah sistem yang koheren karena

seni budaya dapat menjalankan komunikasi efektif serta keahlian

mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk mewujudkan

kemampuan serta imajinasi pandangan akan benda, suasana, atau karya yang

mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban yang lebih

maju melalui penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk

dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam

rentang perjalanan sejarah peradaban manusia.

2.6. Tari Motasu

Tari Motasu diangkat dari tradisi masyarakat Tolaki di Kabupaten

Kolaka dan Kendari. Keseluruhannya menggambarkan ungkapan

permohonan kepada tuhan agar dalam berladang dapat perlindungan dan

kelak dikaruniahi hasil yang melimpah (Indasaudi, 2017: 1).

Suku Tolaki adalah Suku yang mendiami nusantara yaitu letaknya

diSulawesi Tenggara, di mana di sulawesi tenggara terdapat 4 suku yaitu

Muna,Buton, Tolaki dan Wolio. Suku Tolaki mendiami daerah yang berada

di sekitarkabupaten Kendari dan Konawe. Suku Tolaki berasal dari kerajaan

Konawe.Masyarakat Tolaki umumnya merupakan peladang dan petani yang

handal, hidupdari hasil ladang dan persawahan yang dibuat secara gotong-

royong keluarga.Raja Konawe yang terkenal adalah Haluoleo (delapan hari).


45

Masyarakat Kendaripercaya bahwa garis keturunan mereka berasal dari

daerah Yunan Selatan yangsudah berasimilasi dengan penduduk setempat.

Keberadaan Suku Tolakiberdasarkan sejarah, tidak dapat dipisahkan dari

Kalo/Kalo Sara sebagai bendayang disakralkan oleh masyarakat hukum adat

Suku Tolaki.

Tari motasu adalah salah satu tari tradisional yang berasal dari Sulawesi

Tenggara. Tari Motasu (Berladang), diangkat dari tradisi masyarakat Tolaki

di Kabupaten Kolaka dan Kendari. Tari ini merupakan tarian rakyat yang

menggambarkan suasana dan aktivitas masyarakat saat menanam padi dengan

cara berladang. Keseluruhan gerakannya menggambarkan ungkapan

permohonan kepada tuhan agar dalam berladang dapat perlindungan dan

kelak dikaruniai hasil yang melimpah, terutama musim panen padi. Selain itu

tarian ini juga menggambarkan semangat kebersamaan dan gotong-royong

masyarakat dalam melakukan sesuatu, salah satunya menanam padi yang

mereka lakukan secara bersama-sama. Hal ini menunjukan bahwa semangat

kebersamaan dan gotong-royong merupakan sesuatu yang tidak bisa

dipisahkan dengan masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara.

Tari Motasu biasanya ditampilkan oleh para penari pria maupun wanita

dengan berpakayan layaknya para petani pada zaman dahulu. Tari ini sangat

dikenal di masyarakat Tolaki di Sulawesi Tenggara dan sering ditampilkan di

berbagi acara seperti pesta panen raya, penyambutan, perayaan hari besar,

festival budaya dan lain-lain.


46

Menurut sejarahnya, tarian ini berawal dari kebiasaan masyarakat Tolaki

saat menanam padi pada zaman dahulu dengan cara berladang berpindah-

pindah. Mereka melakukan aktivitas menanam tersebut secara bergotong-

royong atau bersama-sama, mualai dari menyiapkan benih padi yang akan

ditanam, menanam padi, dan lain-lain.

Tari Motasu merupakan tari yang dibawakan oleh para penari pria

maupun wanita. Jumlah penari Tari Motasu biasanya terdiri dari 10 orang

atau lebih penari pria dan wanita. Namun untuk jumlah penari ini biasanya

disesuaikan dengan kelompok masing-masing. Dalam pertunjukannya, penari

menggunakan kostum layaknya para petani dan menari membawa sejenis

tongkat untuk membuat lubang benih padi, bosara untuk tempat benih

padinya, dan semacam caping atau boru yang digunakan sebagai properti

menarinya.

Pertunjukan Tari Motasu biasanya diiringi oleh iringan musik tradisional

seperti gendang dan gitar kecapi khas Sulawesi Tenggara. Irama yang

dimainkan dalam mengiringi Tari Motasu ini biasanya bertempo lambat.

Dalam pertunjukan Tari Motasu biasanya diiringi oleh musik tradisional

seperti Tamburan Gendang. Selain itu tarian ini juga diiringi dengan nyanyian

syair adat yang dinyanyikan oleh pengiring vokal. Gerakan para penari,

biasanya juga mengikuti syair yang dibawakan agar terlihat lebih padu.

Namun dibeberapa pertunjukan Tari Motasu, ada juga beberapa

kelompok tari yang lebih memilih menggunakan rekaman kaset daripada

musik pengiring aslinya karena dianggap lebih praktis. Tapi banyak juga yang
47

masih mempertahankan musik tradisional sebagai musik pengiring, karena

agar kesan seni tradisional dalam tarian tersebut tidak hilang. (Tesis: Tety

Gusna, 2017: 20-22)

2.7. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka berisi tentang penelitian-penelitian terdahulu yang relevan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Kajian pustaka pada

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Artikel penelitian oleh Putu Yengki Perliando, Rita Kala Linggi dan

Massad Hatuwe (2018) Program S1 Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarma dalam eJournal Ilmu

Pemerintahan , 2018, 6 (1): 425-438 ISSN 2477-2458 (online), ISSN

2477-2631(cetak), ejournal.ipfisip-unmul.ac.id berjudul “Pemberdayaan

Generasi Muda dalam Melestarikan Kesenian Dayak di Kelurahan Budaya

Pampang Kota Samarinda”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini

menunjukan bahwa Pemberdayaan Generasi Muda dalam Melestarikan

Kesenian Dayak di Kelurahan Budaya Pampang sangat beragam dilihat

dari tiga tahap pemberdayaan yaitu tahap penyadaran, transformasi dan

peningkatan, serta pendapat langsung dari generasi muda kelurahan

budaya pampang. Pemberdayaan Generasi Muda oleh Kelurahan Budaya

Pampang dalam Melestarikan Kesenian Dayak belum cukup baik, dan

masih memiliki beberapa kekurangan sehingga belum dapat berjalan

secara maksimal dan hal ini mempengaruhi Pemberdayaan Generasi Muda

tersebut.
48

2. Artikel penelitian oleh Gustia Arini, dkk (2013) Prodi Sendratasik, FBS

Universitas Negeri Padang, E-Jurnal Sendratasik FBS Universitas Negeri

Padang Vol 2 No 1 2013 Seri E, dengan judul “Upaya Pelestarian Tari

Podang di Kelurahan Napar Nagari Koto Nan Gadang Kecamatan

Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh”. Hasilnya Berupa kursus pelatihan

untuk pemuda di Napar berdasarkan pada waktu yang dijanjikan dan

diberikan. Ditemukan juga bahwa ada peningkatan jumlah orang yang

menghadiri pelatihan setiap kali: 10 orang di pelatihan pertama, 11 orang

di pelatihan kedua dan 14 orang dalam pelatihan ketiga.

3. Penelitian Misselia Nofitri pada Jurnal Ekspresi Seni vol. 17 no. 1 tahun

2015 dengan judul Bentuk Penyajian Tari Piring di Daerah Guguak

Pariangan Kabupaten Tanah Datar. Penelitian yang menjelaskan tentang

Tari Piring di Daerah Guguak yang memiliki perbedaan dari Tari Piring

lain di Minangkabau dapat dilihat dari keseluruhan pada bentuk penyajian.

Tari Piring di daerah Guguak Pariangan merupakan gerak imitatif dari

kehidupan sehari-hari saat bersawah. Tari Piring ditarikan oleh empat

penari dengan properti dua penari menggunakan piring.

4. Pelestarian Seni Tari Jathilan Turrangga Bekso Guna Meningkatkan

Kunjungan Wisata di Sleman –Yogyakarta, oleh Damiasih dan Sela

Apriliyani Mahmudah dalam Jurnal Kepariwisataan vol. 11 no. 1, 2017.

Hasil penelitian mengenai proses pelestarian seni Tari Jathilan Turangga

Bekso agar memiliki daya tarik dan mempunyai suatu ciri khas dalam

masyarakat Sleman melalui analisis SWOT yang menghasilkan data


49

meliputi proses pemasaran yang belum termaksimalkan, kurangnya

sosialisasi kesenian kepada masyarakat, organisasi yang masih homogen,

kualitas SDM yang harus ditingkatkan, dan adanya pembaruan dalam

sajian tari.

2.8. Kerangka Berpikir

Penelitian pelestarian Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea, peneliti

mendeskripsikan dan menjelaskan dari data yang telah dikumpulkan dan

menganalisis masalah yang diteliti yaitu bentuk penyajian dengan

berpedoman pada teori yang ada meliputi unsur pendukung dalam tari yaitu

gerak, musik/iringan, rias dan busana, pelaku, dan tempat pentas yang

kemudian peneliti masuk kedalam pembahasan mengenai pelestarian meliputi

tiga aspek yaitu perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dengan

menggunakan teori Edi Sedyawati. Berdasarkan masalah yang ada kemudian

diperoleh hasil penelitian tentang Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea. Agar

lebih jelas, maka peneliti menyajikan kerangka berpikir dalam bentuk bagan

sebagai berikut.
50

Tari Motasu

Bentuk Penyajian Pelestarian

Gerak Perlindungan

Pelaku Pemanfaatan

Musik/Iringan Pengembangan

Riasan dan Busana

Tempat Pentas

Gambar. 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian


51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 06 Lainea yang

beralamat di Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan Provinsi

Sulawesi Tenggara dengan pertimbangan bahwa sekolah ini memiliki sanggar

seni dan guru pendidikan seni yang masih eksis melestarikan tari motasu

dalam pembelajaran muatan lokal. Penelitian ini rencananya akan dimulai

Bulan Desember 2021 sampai dengan Februari 2022.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dibutuhkan landasan

teoretik yang menghubungkan permasalahan atau fenomena yang akan atau

sedang diteliti guna mencapai tujuan atau gambaran yang ingin diperoleh.

Tujuan umum sebuah penelitian yaitu untuk membuktikan, menjelaskan,

memahami, menafsirkan, atau menyimpulkan untuk sementara waktu sesuatu

yang belum jelas atau masih dipersoalkan (Rohidi, 2011: 70-71).

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat pospotivisme, penelitiannya pada kondisi obyek yang alamiah

dengan peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data

dilakukan secara purposive dan snowball, penggunaan teknik pengumpulan

dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil yang

51
52

lebih menekankan pada makna dibanding generalisasi (Sugiyono, 2016: 14-

15). Penelitian pelestarian Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea menggunakan

kondisi obyek yang alamiah, yaitu obyek yang berkembang apa adanya, tidak

dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi

dinamika pada obyek tersebut. Instrumen utama pada penelitian kualitatif

yaitu peneliti sendiri.

3.3. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara

holistik (menyeluruh), dinamis, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-

kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk

keperluan meneliti dari segi prosesnya (Lexy J. Moleong dalam Nasir, 2011:

44).

Pendekatan deskriptif karena peneliti mencoba mengamati dan

mendeskripsikan penggunaan metode pembelajaran senitari motasu di tempat

penelitian. Pendekatan Deskriptif yaitu mencoba menjelaskan atau

mengungkap makna konsep pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang

terjadi pada beberapa individu (Sugiyono, 2011:12).

Melalui desain ini dapat diperoleh gambaran fenomena, fakta, sifat serta

fenomenal tentang bagaimana Metode Pembelajaran Seni Tari Motasu pada

SD Negeri 06 Lainea Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selatan.


53

3.4. Sumber Data dan Informan Penelitian

Sumber data penelitian ini adalah berasal dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh peneliti melalui wawancara mendalam

(Indepth interview) pada informan dengan menggunakan pedoman wawancara

yang telah disusun sebelumnya. Sedangkan data sekunder merupakan data

pendukung yang berguna sebagai penunjang dan pelengkap data primer yang

masih berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder yang dikumpulkan

adalah siswa yang mengikuti latihan seni tari Motasu.

Berdasarka sumber data di atas, maka informan dalam penelitian ini

adalah Guru Pendidikan Seni, Siswa (Penari), dan orang tua siswa.

Selanjutnya untuk memperoleh reliabilitas dan validitas data yang dibutuhkan

juga didukung informan kuci (key informan) yang terdiri dari: Kepala

Sekolah dan Tokoh adat/budaya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini akan menggunakan tiga

cara yakni: observasi, wawancara dan dokumentasi (Sugiono, 2008: 309)

1. Observasi

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung

terhadap obyek yang diteliti, terutama yang berkaitan dengan masalah

Pelestarian Kembali Tradisi Seni Tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea.

Observasi akan dilakukan pada saat siswa sedang belajar dan pementasan

seni tari motasu di sekolah.


54

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi verbal dalam bentuk percakapan

yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2002: 113).

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

mendalam (In-depth Interview) atau wawancara tak berstruktur. Metode

ini bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari

semua informan, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan

ciri-ciri setiap responden tehnik ini bersifat luwes, susunan pertanyaan

dan susunan kata-katanya dalam setiap pertanyaan dapat berubah-ubah

pada saat wawancara disesuaikan dengan kondisi subyek penelitian

(informan). Pada saat peneliti melakukan wawancara, peneliti dipandu

dengan pedoman wawancara (interviu guide) dan dibantu alat perekam

suara (tape recorder), alat pencatat (buku dan pena). Semua informasi

dicatat secara teliti dan cermat, dan selalu dikonfirmasi ulang apabila

masih ada yang kurang jelas, sehingga data yang didapat sesuai kebutuhan.

Adapun pihak yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah Kepala

Sekolah, Guru Pendidikan Seni, Siswa (penari), orangtua siswa, dan tokoh

adat/budaya.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu melakukan pengumpulan data sekunder yang

diperlukan untuk menunjang penelitian ini. Studi dokumentasi merupakan

teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek

penelitian. Dalam proses studi dokumentasi, peneliti menggunakan alat

teknologi handphone kamera untuk mendokumentasikan hasil


55

pengumpulan data berupa visi dan misi sekolah, sarana dan prasarana, dan

kegiatan pelatihan tari Motasu.

3.6. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses penyusunan data agar data dalam penelitian

dapat ditafsirkan. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam dilakukan

secara manual sesuai petunjuk pengolahan data kualitatif serta sesuai dengan

tujuan penelitian ini dan selanjutnya dianalisis dengan metode “content

analysis” kemudian diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk narasi.

Teknik analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, yakni dilakukan

melalui tiga alur sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mencari dan

mendapatkan data yang diperoleh terhadap berbagai jenis data dan bentuk

data yang ada dilapangan, kemudian melaksanakan pencatatan dilapangan.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan lapangan (Miles dan Huberman (1992: 16).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah menajamkan analisis,

menggolongkan atau pengkategorisasian kedalam tiap permasalahan

melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang tidakperlu, dan

mengorganisasikan data sehingga dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang

di reduksiantara lain seluruh data mengenai permasalahan penelitian. Data


56

yang di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesifik dan

mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya serta

mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama penelitiberada di

lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan

rumit. Oleh karena itu, reduksi data perlu Dilakukan sehingga data tidak

bertumpuk agar tidak mempersulit analisis selanjutnya.

3. Penyajian data

Setelah reduksidata, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian

data.Penyajian data merupakan sebagai sekumpulan informasi yang

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan (Miles dan Huberman,1992: 17).

Penyajian data dilakukan secara naratif dengan beberapa kuotasi/

mengutip pernyataan informan dalam bentuk aslinya untuk memberi

gambaran yang lebih jelas tentang topik atau tema yang disajikan.

4. Penarikan Kesimpulan

Analisis pada alur ini adalah mencari makna benda-benda dan peristiwa

yang muncul dari data (klarifikasi data), serta memfokuskan pada abstraksi

yang tertuang dalam bagan (Bungin, 2007: 76).Verifikasi ini saya lakukan

dengan mencari data baru yang lebih mendalam untuk mendukung

kesimpulan yang didapatkan.

Peneliti menerapkan teknik observasi mendalam dengan melihat

triangulasi (sumber, metode, teori). Penggunaan triangulasi adalah untuk


57

menjamin validitas dan reliabilitas informasi yang diperoleh untuk

mendapatkan informasi yang tepat, lengkap dan dapat dipercaya.

Teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan dari penggunaan

triangulasi yakni:

1. Triangulasi sumber seperti hasil wawancara dan hasil observasi dari

informan kunci daninforman biasa.

2. Triangulasi metode seperti wawancara mendalam (in-depth interview) dan

metode observasi (partisipan observation). Dalam penelitian ini, peneliti

melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi

pada saat wawancara dilakukan.

3. Trianggulasi teori digunakan untuk memastikan bahwa data yang

dikumpulkan sudah memenuhisyarat, kemudian dilakukan pengecekan

dengan proses transferability (temuan dapat ditransfer kelatar lain), atau

dengan kata lain hasil temuan dapat diungkapkan dengan mengemukakan

teori-teori relevan.
58

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Letak Geografis Penelitian

Sekolah Dasar (SD) Negeri 06 Lainea merupakan salah satu

sekolah yang berada kecamatan Lanie, dimana letak geografis

kecamatan Lainea yaitu:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Laeya

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Kolono

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan selat Toworo Muna

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Laeya

4.1.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 06 Lainea Kecamatan Lainea

yang berada di wilayah Kabupaten Konawe Selatan. SD Negeri 06

Lainea merupakan sekolah Negeri yang terakreditasi C, dengangan

jumlah guru 8 orang dan siswa 83 dimana siswa laki-laki sebanyak 42

dan siswa perempuan sebanyak 41, serta memeiliki 6 rombel belajar, 1

perpustakaan dan 2 sanitasi siswa. SD Negeri 06 Lainea memiliki luas

lahan 5,336M3 dengan status tanah milik pemerintah darah.

58
59

4.1.3. Keadaan Guru

SD Negeri 06 Lainea memiliki guru kelas dan olah raga, dengan jumlah

guru 8 guru. Data guru SD Negeri 6 Lainea dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel. 4.1. Data Guru SD Negeri 6 Lainea

Status
Pangkat dan
No Nama Guru Keterangan Non
Golongan PNS
PNS
Gol 3c pengatur √
muda Kepala
1 Hariati. S.Pd
3d pengatur Sekolah
TK.I
Gol 3c pengatur √
muda
2 Maslina. S.Pd Guru Kelas
3d pengatur
TK.I
3 Puspita Gol 3d Guru Kelas √
4 Yusnawati. S.Pd Guru Kelas √
5 Ulpiana Z. S Pd Guru Kelas √
6 Dewi Sartika. S.Pd Guru Kelas √
Gol 3c pengatur √
muda
7 Serti. S.Pd Guru Kelas
3d pengatur
TK.I
Guru √
8 Zheni. S.Pd
Penjaskes
Jumlah 5 3
Total 8
Sumber: Dokumen SD Negeri 6 Lainea 2022
60

4.1.4. Keadaan Siswa

SD Negeri 6 Lainea memiliki siswa dengan jumlah 83 dan siswa laki-

laki sebanyak 42 siswa dan siswa perempuan 41 siswa, hal ini bisa di

lihat pada tabel dibawah ini:

Tabek 4.2. Data Jumal Siswa SD Negeri 6 Lainea

Jenis Kelamin
No Kelas Keterangan
L P
1 VI 6 5 11
2 V 5 8 13
3 IV 7 8 15
4 III 5 7 12
5 II 7 4 11
6 I 13 8 21
Jumlah 42 41 83
Total 83
Sumber: Dokumen SD Negeri 6 Lainea 2022

4.1.5. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang dimiliki SD Negeri 6 Lainia diantaranya

yaitu dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel. 4.3. Data Sarana Pendidikan SD Negeri 6 Lainea

No Jenis Jumlah

1 Ruang Kelas 6
2 Kantor 1
3 Perpustakaan 1
4 Rumah Dinas 1
5 Toiled 1
6 Sumur 1
61

Tandon da Tempat Tandon


7 1
(Penampungan Air)
8 Mesin Air 1
Jumlah 13
Total 13
Sumber: Dokumen SD Negeri 6 Lainea 2022

4.1.6. Visi, Misi dan Tujuan

Visi

Mencetak generasi muda yang agamis, memiliki kecerdasan intelektual,

serta berwawasan lingkungan yang berkompetesi di era global.

Misi

1. Menciptakan suasana kebersamaan yang agamis bagi seluruh warga

sekolah.

2. Meningkatkan kinerja guru dan seluruh staf sekolah.

3. Meningkatkan prestasi siswa di semua aspek.

4. Menumbuhkembangkan kesadaran terhadap lingkungan hidup.

5. Membudayakan warga sekolah untuk peduli terhadap lingkungan

hidup.

6. Melaksanakan program kebersihan sekolah dan terus berusaha

memperbaiki ekosistem lingkungan sekolah.

7. Menciptakan sekolah yang bermoral pancasila dan berbudi pekerti

yang luhur.

Tujuan
62

1. Terciptanya kebersamaan diantara semua siswa, guru dan semua

bagian dari sekolah.

2. Terciptanya guru-guru yang berkualitas dan berwawasan luas.

3. Meningkatnya prestasi siswa di semua aspek.

4. Menciptakan Sekolah yang bersih, sehat, asri dan menjadi sekolah

yang memiliki sarana dan prasarana yang .lengkap.

5. Meningkatkan kepedulian warga sekolah untuk melakukan

pelestarian, pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan.

4.2. Sejarah Tari Motasu di Sekolah

Tari Motasu merupakan tari tradisional suku Tolaki yang dapat berfungsi

sebagai permohonan untuk mendapatkan hasil tanam yang melimpah.

Pemerintah Konawe Selatan mendukung adanya usaha untuk melestarikan

kesenian yang ada melalui pembelajaran seni budaya terkhusus bidang seni

tari dan pemberian pelatihan tari ke sekolah-sekolah. Tari Motasu di SD

Negeri 6 Lainea bermula pada masa pimpinan kepalah sekolah Ibu Watiyani

tahun 2018. Tari Motasu diajarkan setiap Jum’at pagi di ruangan kelas yang

sengaja di kosongkan untuk satu jam pembelajaran. Kegiatan tari Motasu di

sekolah diadakan karena kepala sekolah menginginkan kegiatan yang bisa

membangkitkan semangat siswa sebelum pelajaran dimulai sekaligus sebagai

pengenalan budaya daerah.

Kegiatan tari Motasu yaitu dilakukan dengan cara beberapa siswa yang

telah dipilih sebagai peraga berbaris, berada dibarisan paling depan dan

biasanya berjumlah sekitar enam sampai delapan siswa, kemudian seluruh


63

siswa lainnya mengikuti gerakan menari bersama-sama bersama irama musik

tradisional. Para siswa yang ditunjuk sebagai peraga, dahulu mempelajari tari

Motasu secara otodidak melalui video dari youtube, dengan mencontohkan

gerak dasar tari Motasu yang mudah ditiru. Setelah adanya guru yang bisa

menarikan dan memahami tari Motasu, kini para siswa belajar dan berlatih

dari guru yaitu ibu Ulpiana Syahrun. S.Pd. Kegiatan tari Motasu sampai saat

ini masih terus dilakukan walaupun sudah berganti kepemimpinan

(wawancara: Kepala Sekolah, Februari 2022).

4.3. Bentuk penyajian Tari Motasu di Sekolah

Bentuk merupakan penampakan kelengkapan sajian tari yang memberi

satu keteraturan dan keutuhan terhadap tari sehingga menciptakan pengertian

sesuatu yang membuat hidup. Bentuk penyajian tari Motasu di SD Negeri 6

Lainea yang diteliti oleh peneliti dapat dilihat melalui gerak, pelaku, rias dan

busana.

4.3.1 Gerak

Gerak merupakan unsur penunjang utama dalam tari dan membawa

suatu perubahan-perubahan dari tubuh penari. Gerak tari muncul karena

adanya tenaga yang menggerakan. Gerak berdasarkan jenisnya

dibedakan menjadi dua yaitu gerak maknawi dan gerak murni. Gerak

dalam tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea terdapat gerak maknawi yaitu

sebagai penggambaran permohonan serta menandakan sudah dekat

musim tanam dan gerak selain yang termasuk gerak maknawi

merupakan gerak murni. Gerak dasar tari Motasu yang digunakan di


64

sekolah berasal dari gerak-gerak dasar tari Motasu, kemudian gerak-

gerak yang digunakan tersebut divariasikan dan disederhanakan, guna

mempermudah siswa usia dini ikut menari serta durasi menari yang

dipersingkat.

Gambar 4.1. Guru Sedang Menjelaskan Apa Itu Tari Motasu

Gambar diatas menunjukan bahwa seoramh guru seni sementara

memberikan pemahaman kepada siswa terkait dengan tari Motasu

dimana tari Motasu merupakan salah satu tari yang dimiliki suku Tolaki

dan pada saat ini sudah mulai tidak digunakan lagi, salah satu

penyebabnya masyarakat kecamatan Lainea suda heterogen sehungga

penggunaan tari Motasu disaat musim tanam sudah tidak diadakan lagi

yang namanya Motasu (Tari Motasu) sehingga melihat kondisi ini SD

Negeri 6 Lainea melalu pelajaran seni budaya mengembalikan atau

memperkenalkan kembali tari Motasu kepada siswa-siswa agar


65

kedepannya tetap lestari dan tidak dilupakan. Guru seni juga

menjalaskan gerakan dasar dari tari Motasu sehingga ketika diajarkan

sudah mulai mengenal gerakan Motasu dan tidak merasa sudah ketika

diajarkan.

Gambar 4.2. Proses Latihan Taro Motasu

Proses latihan dipandu oleh guru seni budaya secara langsung

sehingga ketidaka terjadi kesalahan gerakan bisa langsung di perbaiki.

Dalam proses latiha siswa-siswa yang ikut dipilih langsung oleh guru

seni budaya selatela melihat secara langsung dalam proses pembelajar

dikelas berlangsung. Siswa-siswa yang terlibat sebanya 6 orang dengan

3 siswa perempuan dan 3 siswa laki-laki.

Ketika terjadi kesalahan di setiap gerakan guru seni budaya dengan

cepat tanggap memperbaiki gerakan yang salah agar ketika pentas di

lapangan sekolah tidak ada kesalahan yang terjadi. Apa lagi tari Motasu
66

ini merupakan salah satu tari yang sudah tidak di kenal lagi oleh

masyarakt sekitar sehingga pihak sekolah memperkenalkan dengan cara

pementasan di halaman sekolah.

Gambar 4.3. Guru Sedangan Memperbaiki Gerakan yang Salah

4.3.1.1 Gerak Awal Tari

Gerakan awalan tari anak perempuan dan anak laki-laki

membuat barisan terpisah dangan jumlah anak 8 orang, 4 orang

anak laki-laki dan 4 orang anak perempuan. Pada gerakan awal

tari ini terlihat anak laki-laki menyilangkan kaki dan

memperlihatkan telapal tangan serta memegang tongkat.

Sementara anak perempuan terlihat berbaris rapi dan memegang

wada dan salah satu kaki di jinjit.Hal ini dapat dilihat padah

gambar 4.4.
67

Gambar 4.4. Gerakan Awal Tari

Gambar 4.4. menunjukan gerakan awal tari, dimana para

pelaku tari dianjarkan tetap fokus serta melati motorik kasar dan

halus utuk berdiri disatu titik tanpa berpindah tempat, hal ini

dilakukan karena siswa harus bisa fokus dalam belajara baik

pembelajaran seni mauapun pembelajaran lain, sehingga bisa

membantu siswa untuk meningkatkan prestasi dalam bisang

akademik.

4.3.1.2 Gerak Memohon

Gerakan memohon dilakukan oleh anak laki-laki dan anak

perempuan memegang bibit. Gerakan memohon ini dengan tujuan

agar panen yang dihasilkan diberi rahmat oleh tuhan agar

melimpah dan berkah sehingga kegiatan Motasu selalu dilakukan

di masyarakatat tolaki. Selain gerakan memohon perempuan


68

sementara memegang bibi untuk persiapan semaikan bibit atau

kegiatan Motasu. Bukan saja ini kegiatan Motasu ini dimulai

ketikan umbi-umbian sudah mulai berbuah makan menadakan

kegiatan Motasu akan segera dilakukan. Gerakan memohon

dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar. 4.5. Gerakan Memohon

Gambar. 4.5 merupakan gambar yang sama dengan 4.4.

dimana pada gambar ini melati siswa agar tetap fokus pada

pembelajaran yang diberikan.

4.3.1.3 Gerak Menancap Tanah

Gerakan menancap tanah ini dilakukan oleh anak laki-laki,

menancap tanah bertujuan untuk membuat lubang agar bibit dapat

dengan gampang dimasukan. Anak perempuan memegang bibit

dan memasukan kedalan lubang yang sudah dibuat sama anak


69

laki-laki dan lubang itu ditutup kembali untuk meghindari hama,

apa bila lubang tidak ditutup makan bibit yang dimasukan bisa di

serang hama atau dimakan hewan lain sehingga bisa membuat

petanani melakukan penanaman kembali dengan bibit yang sama.

Gambar 4.6. Kegiatan Menancap Tanah Oleh Anak Laki-Laki

Gambar 4.6. dan gambar 4.7. merupakan gambar yang sama,

dimana pada gambar ini yang membedahkan hanya formasi

barisan dimana gambar 4.6 formasinya berbasir lurus laki-laki

dan perempuan sementara pada gambar 4.7 formasi barisannya

berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Pada gambar ini

diajarkan siswa bagai mana bisa bertanggung jawab atas tugas

yang diberikan yaitu membuat lubang yang sama pada setiap

tancapan ditanah, hal ini juga salah satu pembelajaran motoric

kasar siswa yaitu melati kekuatan otot lengan dan titik fokus
70

siswa dalam membuat lubang pada tanah dengan menggunakan

alat bantu sebatang kayu yang sudah di runcing salah satu

ujungnya.

Gambar 4.7. Kegiatan Menancap Tanah dengan Kombinasi Kanan


dan Kiri

Gambar diatas merupakan gerakan yang sama dengan

menancap tanah, dengan merubah gerakan andaikan saat

menanam padi diladang ada yang kedepam, ada yang kesamping

kiri dan kanan bahkan ada dibelakang sampai selesai iringan lagu

dan menandakan selesai sidah kegiatan Motasu. Bukan saja itu

dalam gambar ini terlihat seorang anak perempuan memegang

wadah buat memasukan benih kedalam lubang, hal ini melati

siswa untuk fokus dan konsisten dalam memberikan jumlah bibit


71

padi pada setiap tancapan lubang yang dibuat anak laki-laki untuk

menghambur bibit padi pada setiap lubangnya.

4.3.2 Musik/iringan

Musik merupakan pasangan tari yang keduanya dapat dikatakan

dwitunggal dan dengan musik dapat menghidupkan suasana tari. Musik

pada Tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea menggunakan bentuk musik

eksternal yaitu sebuah lagu berjudul Motasu. Lagu ini menyampaikan

pesan untuk bergotong royong dalam menanam padi lading agar apa

yang dilakukan bisa membuat masyarakat tetap rukun dalam

bertetangga. Berikut lirik lagu Motasu.

Tari Motasu

Tasama Turu Motasu Iwuta Mohai

Loso itu Pesuri Saba Monggohoalu 2x

Metara Mbuu Ari Ine Puu Mbinu Puy

Lako Ine Ana wine Dunggu Ine Pae Biu 2x

Topo Wuwui Molopi Pine pori Ngako

Ano Kaduakaki Ano Kawine Ako 2x

Watu Hando Mberatukaa Ikeni

Tetolaki Ano Wuta Mohaindo 2x

Makna dari lirik lagu dengan judul tari Motasu diatas yaitu:

Mari bergotong royong menanam padidi lahan (tanah) yang sudah

di bakar hangus, sudah tiba saatnya musim tanam, mulai dari bibit padi
72

putih sampai bibit padi ketan. Dalam menaburkan bibit harus berhati-

hati agar tidak berhabur supaya cukup dengan lahan yang tersedia.

4.3.3 Rias dan Busana

4.3.4.1 Tata Rias

Kegiatan menari Tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea yaitu

tanpa menggunakan riasan wajah. Para siswa tampil seperti saat

sekolah karena Tari Motasu di sekolah adalah kegiatan proses

belajar Seni Budaya. Tata rias digunakan hanya pada saat acara

pementasan di sebuah pertunjukan yang riasannya menggunakan

rias korektif. Rias korektif adalah rias yang bertujuan

mempertegas bagian wajah sesuai dengan karakter yang ada

sehingga muncul kesan indah.

4.3.4.2 Busana

Busana yang digunakan pada kegiatan menari Tari Motasu

di SD Negeri 6 Lainea adalah seragam sekolah dikarenakan

dalam proses pemebalajaran. Akan tetapi pihak sekolah telah

membuat busana khusu untuk kegiatan tari motasu ketika Kana

dilakukan pementasan didepan umum atau dilapangan sekolah,

busana yang digunakan penari laki-laki baju berwarna hitan

dengan lengan baju melewati siku serta menggunakan celana

panjang pada baju dan celana laki-laki terdapat paduan warna

merah pada bagian lengan, lehe dan bagian kaki pada celana.

Pada penari laki-laki menggunakan penutup kepala khas Suku


73

Tolaki dan memegang tongkat. Sementara busana pada

perempuan adalah baju berwarna merah dan rok berwarnah

merah serta penutup kepala dengan kain berwarnah merah, pada

bagian lengan dan leher terdapat padua warnah hitam, serta

penari perempuan memegang wadah berwanah pink.

Gambar. 4.8. Busana yang Digunakan Penari Motasu

4.3.4 Tempat Pentas

Tempat pentas merupakan suatu tempat atau ruangan untuk

menyajikan suatu pertunjukan. Bentuk tempat pentas dapat berupa

ruang terbuka, sanggar seni, ataupun pemanggungan. Tempat kegiatan

menari Tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea yaitu disajikan di lapangan

sekolah. Dalam pementasan di lapangan sekolah pada pelaku tari

Motasu menggunakan kostum yang sudah di sediakan oleh pihak

sekolah yang di desain dengan konsep masyarakatat petani sering


74

menggunakan pakayan dan penutup kepala ketikan berladang.

Lapangan tempat kegiatan menari Tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea.

Lapangan luas dikelilingi bangunan-bangunan sekolah yang dapat

menampung seluruh warga sekolah dalam melaksanakan kegiatan.

Tempat ini juga digunakan untuk kegiatan para siswa di luar kelas

seperti upacara, olahraga, dan pramuka. SD Negeri 6 Lainea terdapat

lapangan tempat bermain siswa ketika dijam istirahat.

Gambar 4.9. Pementasan di Lapangan Sekolah Tari Motasu

4.4. Pelestarian Tari Motasu

SD Negeri 6 Lainea berupaya melakukan perlindungan tari Motasu yang

dilakukan melalui kegiatan menari pada mata pelajaran seni budaya untuk

jenjang kelas 5. Pemilihan tari Motasu sebagai tarian yang dibawakan karena

merupakan tarian khas suku Tolaki yang jarang digunakan lagi oleh
75

masyarakatat sekitar, dari itu pihak sekolah merasa perlu mengembalikan tari

Motasu di lingkungan SD Negeri 6 Lainea.

Berdasarkan wawancara dengan guru tari Ibu Ulpiana Syahrun, S.Pd

selaku pelatih tari Motasu di sekolah mengatakan sebagai berikut:

... latihan biasanya dilakukan setelah pulang sekolah dan anak-anak


langsung menghampiri saya untuk berlatih. Saya lihat para siswa sangat
antusias dan menyukai menari, dari giatnya mereka berlatih dan
menghafal tarian bersama-sama ...
(Hasil Wawancara, Februari 2022)

Wawancara diatas dibuktikan dengan foto dokumentasi peneliti dengan

guru seni budaya.

Gambar 4.10. Wawancara dengan Guru Senibudaya

Adanya pelatihan untuk kegiatan tari Motasu di SD Negeri 06 Lainea

diharapkan agar pelestarian tari Motasu dapat bertahan terus-menerus oleh

seluruh warga sekolah yaitu melalui siswa yang dipilih sebagai pelaku tari
76

yang mampu menari dengan baik dan kemudian mereka menyalurkan kepada

seluruh siswa saat kegiatan berlangsung.

Pelestarian tari Motasu SD Negeri 6 Lainea di dukung sepenuhnya oleh

pihak sekolah terutama kepala sekolah. Dalam pemebelajaran seni budaya

pihak sekolah mengarahkan untuk mengajarkan tari Motasu pada tingkat 5

atau kelas 5. Hal ini di dukung dengan hasil wawancara dengan kepala

sekolah Ibu Hariati. A. S.Pd, menyatakan bahwa:

… saya selaku kepala sekolah mengarahkan kepada guru seni agar tari
Motasu ini di masukan pada kurikulum, agar kedepannya bisa di
gunakan terus walaupun saya sudah tidak menjabat disini lagi.
(Hasil Wawancara, Februari 2022)

Wawancara diatas dibuktikan dengan foto dokumentasi peneliti dengan

kepala sekolah.

Gambar 4.11. Wawancara dengan Kepalas Sekolah


77

Pernyataan kepala sekolah diatas diharapkan bisa membantu dan

mendukung dalam pelestarian kembali tari Motasu yang sudah jarang

ditemukan dimasyarakat saat ini. Mengingat masyarak dan warga sekolah

sudah mulai heterogen dan tidak menuntuk kemungkinan akan punah dan

hilang, hingga dengan adanya pembelajaran seni budaya dan dimasukannya

tari Motasu pada kurikulum makan bisa tetap lestari dilingkungan sekolah.

Peneliti juga melakukan wawancara diluar lingkungan sekolah yaitu

dengan masyarakat adat suku Tolaki guna untuk mengetahui apa dan

bagaimana cara kita untuk mengembalikan kembali Motasu di lingkungan

masyarakat atau memperkenalkan Motasu pada masyarakat sehingga tari

Motasu tetap lestari dan dapat diketahui oleh masyarakat sekitar bahkan

masyarakat di luar kecamatan Lainea. Hal ini dibuktikan dengan hasil

wawancara bersama ketua ada menyatakan bahwa.

… dulunya motasu ini sering dilaksanakan pada musim tanam, motasu


ditandai dengan munculnya umbi-umbian dan masyarakat sudah mulai
menbersikan ladang dan membuka lahan baru untuk bisa digunakan
bercocok tanam, sebelum bercocok tanam atau menanam padi ladang
maka maka akan diadakan namanya motasu (tari Motasu) bertujuan
untuk meminta kepada Tuhan agar hasil panen melimpah.
(hasil wawancara, Februari 2022)

Wawancara diatas dibuktikan dengan foto dokumentasi peneliti dengan

kepala sekolah.
78

Gambar 4.12. Wawancara dengan Toko Masyarakat

Hal serupa dikatakan oleh seorang pelaku tari motasu yang saat ini sudah

berusia kurang lebih 50 tahun, beliau mengatakan bawa.

… dulu sebelum melakukan penanaman padi ladang selalu diadakan


motasu oleh orang tua dulu sebab kalau tidak dilakukan motasu maka
hasil panen kadang gagal karena di serang hama, makannya selalu
dilakukan motasu supaya hasil panen melimpah dan mendapatkan
rahmat kepada sang pencipta sehingga tidak dikena hama.
(hasil wawancara, Februari 2022)

Pernyataan kedua diatas dapat di simpulkan bahwa tari Motasu merupakan

tarian wajib sebelum melakukan penanaman padi ladang agar hasil tanam

melimpah, Motasu juga di tandai dengan munculnya umbi-umbian sehingga

masyarakay mulai membuka ladang dan membersihkan ladang untuk

melakukan penanaman padi ladang.


79

4.5. Pembahasan

4.5.1. Penyajian Tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea Kecamatan Lainea

Kabupaten Konawe Selatan

Penyajian tari yang dilakukan oleh SD Negeri 6 Lainea

Kecamatan Lainea Kabupaten Konawe Selaatan, dilihat dari gerakan,

musik/iringan, riasan, busana dan tempat pentas. Penyajian tari

Motasu disekolah sudah mulai diatur dalam kurikulum pada mata

pelajaran seni budaya, sehingga dalam pengajaran seni budaya ada

pembelajaran tari Motasu untuk tingkat kelas 5, guru sebelum

memulai latihan tari terlebih dahulu melakukan pembelajaran dikelas

mengenai tari Motasu sehingga pada saat latihan menarik siswa sudah

tidak kakuh dan tahu makna disetiap gerakan tari.

1. Gerakan

Gerakan awal dari tari Motasu disebut gerakan memohon, dimana

pada gerakan ini terlihat anak laki-laki menyilangkan kaki dan

tangan kanan memegang tongkan serta tangan kiri berada didepan

muka dengan telapak tangan terbuka, sementara anak perempuan

memegang wadah dan bersiap semaikan bibit atau kegiatan

Motasu. Gerakan memohon ini bertujuan agar panen yang

dihasilkan diberi rahmat oleh tuhan supaya melimpah dan berkah,

selain itu pada gerakan memohon mengajarkan siswa untuk tetap

fokus dan dapat berdiri pada satu titik, hal ini merupakan melati

motorik kasar dan halus siswa yang melibatkan anggota tubuh


80

dan pikiran untuk bisa fokus. Dalam gerakan tari motasu terlihat

siswa mengalami perubahan bentuk tangan dan kaki yaitu

menyilangkan kaki dan mengangkat tangan, sehingga dapat

dinyatakan memenuhi unsur tari pada segi gerakan, hal ini sejalan

dengan teori yang diucapkan oleh (Menurut Djelantik, 1997: 27)

gerak merupakan unsur penunjang yang paling besar peranannya

dalam tari, dengan gerak terjadi perubahan tempat, perubahan

posisi dari benda, tubuh penari atau sebagian dari tubuh. Semua

gerak melibatkan ruang dan waktu. Hal ini sejalan dengan teori

yang diungkapkan oleh (Jazuli, 2016: 41-42) mengatakan bahwa

gerak tari muncul karena ada tenaga yang menggerakkan, dan

tubuh manusia sebagai alat (instrumen) untuk bergerak. Gerak

berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi gerak maknawi/gesture

dan gerak murni/pure movement. Gerak maknawi adalah gerak

wantah yang memiliki maksud tertentu berdasarkan objek yang

ditiru dan atau tujuan yang diharapkan. Gerak murni adalah gerak

yang tidak memiliki maksud tertentu karena semata-mata untuk

kepentingan keindahan gerak tarinya.

2. Musik/Iringan

Musik merupakan pasangan tari yang keduanya bisa dikatakan

dwitunggal, sebab musik dapat menghidupkan suasana tari.

Musik yang digunakan pada tari Motasu ini merupakan music

tradisional suku Tolaki dimana diberi nama musik dan lagu


81

Motasu. Lagu Motasu bertujuan untuk mengajak masyarakat

bergotong royong dalam menanam padi ladang pada saat musim

tanam tiba. Para penari tari Motasu melakukan tarian sesuai

dengan irama music dan lagu, sehingga setiap gerakan bisa

seirama dengan yang lainnya. Hal ini sejalan dengan teori yang

diungkapkan oleh (Soedarsono, 1986: 44) menjelaskan bahwa

musik disusun atas tiga elemen dasar yaitu ritme, melodi, dan

harmoni. Musik merupakan pasangan tari, keduanya merupakan

dwitunggal. Sebuah komposisi musik untuk iringan tari sangat

menentukan struktur dramatik tari karena musik dapat

menentukan aksen-aksen gerak yang diperlukan dan membantu

menghidupkan suasana tari (Jazuli, 2016: 59). Teori yang sama

diungkapkan oleh (Jazuli, 1994: 9-12) menjelaskan suara atau

musik dalam tari dibedakan menjadi dua bentuk yaitu bentuk

internal dan eksternal. Bentuk internal adalah iringan tari yang

berasal dari diri si penari seperti teriakan, tarikan nafas, dan

hentakan kaki, sedangkan bentuk eksternal adalah iringan tari

yang berasal dari luar diri penari yang dapat berupa suatu

nyanyian, instrumen gamelan, orkestra musik, dan sebagainya.

3. Riasan

Riasan wajah merupakan salah satu bagian dan penyempurnah

tari, akan tetapi pada tari Motasu yang dilakukan siswa SD Negeri

6 Lainea menggunakan riasan senatural mungkin, hal ini


82

dilakukan karena pementasan tari Motasu diadakan di halaman

sekolah. Riasa wajah bada tari digunakan ketika pada pertunjukan

pagelaran seni atau pada saat menerima tamu kehormatan yang

berkunjung kewilah tertentu dan riasannya biasa bernama riasan

korektif, dimana pada riasan korektif ini bertujuan mempertegas

bagian wajah sesuai dengan karekter atau tokoh yang ada (yang

akan dibawahkan) dan memunculkan kesan indah. Dari

penjelasan diatas sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh

(Jazuli, 2016: 61) rias merupakan hal yang sangat penting bagi

seorang penari. Penonton biasanya sebelum menonton sajian tari

memperhatikan wajah si penari, guna mengetahui peran yang

akan dibawakan maupun untuk mengetahui siapa penarinya.

Fungsi rias yaitu untuk mengubah karakter pribadi menjadi

karakter tokoh yang sedang dibawakan, untuk memperkuat

ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan.

4. Busana

Busana pada tari merupakan hal yang paling penting diperhatikan

seban busan merupakan dapan mendukung tema tari atau isi tari.

Buakan saja itu busa juga selalu di sesuaikan dengan desain

ruangan tari dan tempat tari, hal ini terjadi pada tarian Motasu

yang dilakukan para murid SD Negeri 6 Lainea, dimana busana

yang digunakan merupakan hasil dari desain pihak sekolah dan

disesuaikan dengan tempat pementasan. Desain baju pada tari


83

Motasu sangat sederhana yaitu paduan antara warnah merah dan

hitam. Penjelasan mengenai busana tari diatas sejalan dengan

teori yang diungkapkan oleh (Menurut Jazuli, 2016: 61) dalam

perkembangan busana tari telah disesuaikan dengan kebutuhan

tarinya. Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi

tari dan untuk memperjelas peran-peran dalam suatu sajian tari.

Busana tari bukan semata untuk menutupi tubuh, melainkan juga

harus dapat mendukung desain ruang pada penampilan penari.

5. Tempat Pentas

Tempat pentas merupakan suatu ruangan atau tempat buat

pementasan, pada siswa kelas 5 SD Negeri 6 Lainea melakukan

pementasan tari Motasu dihalaman sekolah, dimana hal ini

bertujuan agar para siswa dan masyarakat bisa melihat bentuk tari

Motasu yang dipertunjukan oleh siswa kelas 5 pada pembelajaran

seni budaya. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukan oleh

(Padmodarmaya, 1983: 5-6) pentas adalah sebuah tempat yang

dipergunakan untuk mempertunjukkan suatu pemeranan yang

mengisyaratkan sebuah nilai kesenian. Pentas belum tentu

merupakan sebuah panggung apabila yang dimaksud panggung

merupakan suatu tempat dengan ketinggian tertentu, jadi dapat

dipahami bahwa yang dikatakan pentas dapat dipertunjukan di

sembarang tempat, sedangkan panggung pertunjukkan lebih

memiliki batas kesadaran untuk membuat tempat pertunjukan


84

dengan suatu ketinggian tertentu dengan maksud agar mendapat

cukup perhatian atau penglihatan penontonnya. Tampak terlihat

adanya perbedaan fisik antara pentas dan panggung, tetapi pada

dasarnya fungsi dan tujuannya sama, yaitu tempat pertunjukan.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Menurut

Jazuli, 2016: 61) tempat pentas suatu pertunjukan apapun

bentuknya selalu memerlukan tempat atau ruangan, guna

menyelenggarakan suatu pertunjukan. Di Indonesia dapat

mengenal berbagai bentuk tempat pertunjukan (pentas), seperti di

lapangan terbuka atau arena terbuka, pendapa, dan pemanggungan

(staging). Pada tempat-tempat terbuka seperti yang

diselenggarakan di halaman Pura di Bali, pertunjukan tari

tradisional di lingkungan rakyat sering dipergelarkan di lapangan

terbuka, seperti bentuk pertunjukan di daerah pedalaman

Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, dan Maluku. Pertunjukan

kesenian di Pendapa yang biasanya ditampilkan untuk kalangan

Bangsawan Jawa. Pendapa yaitu suatu bangunan berbentuk Joglo

dan bertiang pokok empat, tanpa penutup pada sisi-sisinya.

4.5.2. Pelestarian Tari Motasu

Uapaya pelestarian dalam tari motasu dilingkungan SD Negeri 6 Lainea

yaitu dengan cara memasukkan tari Motasu dalam pembelajaran

senibudaya untuk tingkat kelas 5, hal ini dipertegas dengan pernyataan

kepala sekolah bahwa tari Motasu sudah dimasukkan pada kurikulum


85

senibudaya sehingga bisa digunakan terus menerus kepada siswa. Pada

pendidikan tari motasi diajarkan pada mata pelajaran seni budaya secara

teori dan praktek, untuk paraktek dilakukan pada jam sekolah di hari

Jummat, hal ini dipertegas oleh guru senibudaya bahwa ada beberapa

siswa menghampiri untuk belajaran gerakan tari Motasu sehingga hal

ini mendorong guru seni budaya dalam mengajar lebih giat lagi tentang

tari Motasu. Mata pelajaran seni budaya merupakan wadah yang tepat

untuk melestarikan budaya lokal yang hamper punah, sehingga bisa

dikenal dan dilakukan kembali lagi oleh masyarakat. Tari Motasu

merupakan tarian wajib bagi masyarakat Tolaki sebelum melakukan

penanaman padi ladang agar hasil tanam melimpah. Salah satu toko

masyarakat menyakatan bahwa pentingnya pelestarin tari Motasu

dikarenakan tari ini merupakan tari peninggalan budaya Tolaki yang

wajib dilestarikan, bukan saja itu tari Motasu juga dapat

menginformasikan kepada masyarakat bahwa musim tanam sudah

mulai dekat dan segera membersihkan ladang mereka atau membuka

ladang baru. SD Negeri 6 Lainea melakukan pelestarian tari Motasu

melalui pembelajaran seni budaya dan dimasukkan pada kurikulum

sekolah. Pernyataan diatas sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh

(Menurut Sedyawati, 2008: 166) Perlindungan meliputi upaya-upaya

untuk menjaga agar hasil-hasil budaya tidak hilang dan atau rusak;

pengembangan meliputi pengolahan yang menghasilkan peningkatan

mutu dan atau perluasan khasanah; pemanfaatan meliputi upaya-upaya


86

menggunakan hasil-hasil budaya untuk berbagai keperluan, seperti

untuk menekankan citra identitas suatu bangsa, untuk pendidikan

kesadaran budaya (baik melalui proses internalisasi maupun apresiasi

multikultural). Terdapat tiga tujuan pemanfaatan budaya yang dapat

diidentifikasikan, yaitu (a) Pendidikan (baik terstruktur maupun tidak

terstruktur, formal maupun nonformal atau pendidikan masyarakat); (b)

Industri, dalam hal ini untuk menghasilkan produk kemasan-kemasan

industri budaya; (c) Pariwisata, baik untuk wisatawan umum maupun

wisatawan minat khusus (Sedyawati, 2008: 152). Pemanfaatan

kebudayaan untuk tujuan pendidikan adalah sebagai substansi untuk

disosialisasikan ke berbagai tujuan yang lebih khusus, seperti (1) untuk

memacu internalisasi nilai-nilai budaya yang dapat memperkuat

integritas sebagai bangsa yang mampu menjunjung moral yang tinggi;

(2) untuk menumbuhkan kepekaan dan toleransi dalam pergaulan

antargolongan; dan (3) untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kesadaran sejarah. Apabila ketiganya terlaksana, maka tercapailah

tujuan umum untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Sedyawati, 2008:

152). Pemanfaatan untuk tujuan pengembangan industri budaya berarti

memberikan pada kemasan-kemasan industri budaya (buku, piringan

hitam, video, film, CD, VCD, dll.) isi yang bermanfaat. Kemanfaatan

isi tersebut dilihat dari kekuatan pengaruhnya untuk meningkatkan

mutu pengetahuan orang mengenai berbagai hal yang bersifat budaya

ataupun dilihat dari kemampuannya membentuk selera (seni) yang baik,


87

serta dari kegunaannya sebagai pemberi hiburan yang sehat (Sedyawati,

2008: 153).
88

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

SD Negeri 6 Lainea berperan dalam usaha melestarikan Tari Motasu

sebagai pembelajaran dan pengenalan budaya kepada generasi muda yaitu

siswa. Bentuk penyajian yang terdapat dalam Tari Motasu di sekolah meliputi

gerak, pelaku, iringan, rias busana, dan tempat pentas. Gerak dalam Tari

Motasu di SD Negeri 6 Lainea terdapat gerak maknawi sebagai

penggambaran permohonan kepada sang pencipta agar hasil tanam melimpah

ruah. Pelaku dalam Tari Motasu siswa SD Negeri 6 Lainea kelas 5. Musik

yang digunakan untuk mengiringi Tari Motasu di sekolah berbentuk musik

eksternal berupa sebuah lagu dengan judul Tari Motasu. Rias dan busana Tari

Motasu di SD Negeri 6 Lainea yaitu tidak menggunakan riasan wajah dan

busana yang dikenakan berupa seragam sekolah ketika masih latihan dan

sekolah sudah menyadiak kostum untuk dipake ketika melakukan pemetasan

dilapangan sekolah.

Pelestarian Tari Motasu di SD Negeri 6 Lainea dilakukan dilakukan

melalui kegiatan menari Tari Motasu pada mata pelajaran seni budaya di

sekolah bersama-sama dan proses latihan untuk siswa yang menjadi penari

atau yang akan tampil di pementasan pada halaman sekolah di pilih langsung

oleh guru sini budaya yang melati tari Motasu.

88
89

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah:

1. Bagi SD Negeri 6 Lainea, kegiatan menari Tari Motasu yang dilakukan

pada mata pelajaran seni budaya perlu dipertahankan untuk

kelanjutannya.

2. Bagi guru di SD Negeri 6 Lainea untuk selalu mendukung para siswa

dalam berkegiatan menari Tari Motasu baik di sekolah maupun

pementasan di luar sekolah sebagai ajang apresiasi serta memotivasi para

siswa untuk terus melestarikan kesenian yang ada di daerah.


90

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Patji: 2010. Pengembangan dan perlindungan kekayaan budaya


respon pemerintah terhadap ad anya klaim dari pihak lain. Jurnal ilmiah.

Anggraini, D. 2016. Perkembangan Seni Tari: Pendidikan dan Masyarakat. Jurnal


PGSD: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 9(3), 287293.
Universitas Bengkulu. Tersedia online di
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/pgsd/article/download/3161/1607
(diakses pada 14 Oktober 2021)

Bastomi Suwaji,1990,Wawasan Seni ,Ikip Semarang Press,Semarang

Bungin, Burhan.2007.Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan


Publik dan Ilmu Sosial lainnya.Jakarta:Putra Grafika

Dega Marta Adi Saputra. 2020. Tindakan Sosial Pengurus Persaudaraan Setia Hati
Terate (Psht) Dalam Pelestarian Budaya Pencak Silat Di Desa Mojorejo
Kecamatan Modo Kabupaten Lamongan. Skripsi Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Malang: Malang

Hadi, Y. Sumandiyo. 2005. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Pustaka.

Indasaudi, 2017. Sinopsi Tari Motasu Suku Tolaki. (https://brainly.co.id) diakses


pada tanggal 15 Oktober 2021

Jazuli, M. 2007. Pendidikan Seni Budaya, Suplemen Pembelajaran Seni Tari.


Semarang: Unnes Press.

----------. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Semarang: Unesa


University Press.

-----------. 2011. Sosiologi Seni (Pengantar dan Model Studi Seni). Surakarta:
Program Buku Teks Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas
Sebelas Maret.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Mulyani, N. 2016. Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava
Media.

Nasution. 2002. Model Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
91

Pekerti, W., dkk. 2007. Pendidikan Seni Musik-Tari/ Drama. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Pekerti, W., dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Purwatiningsih & Ninik, H. 2002. Pendidikan Seni Tari-Drama. Malang:


Universitas Negeri Malang.

Retnoningsih, D. A. 2017. Eksistensi Konsep Seni Tari Tradisional terhadap


Pebentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar . Jurnal Dialetika Jurusan
PGSD, 7(1), 20–29 .Universitas Peradaban. Tersedia online di
https://core.ac.uk/download/pdf/12239249.pdf. (diakses pada 16 Oktober
2021)

Rohidi, Tjeptjep Rohendi, (2011), Metodologi Penelitian Seni, Citra Prima


Nusantara, Semarang

Rohidi, Tjeptjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian Seni. Semarang: Citra


Prima Nusantaara.

Sagala, S. 2014. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membanyu


Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Saputra, Yahya Andi. 2008. Upacara Daur Hidup Adat Betawi. Jakarta:
Wedatama Widya SastraSugiyono, 2008. Statistika Untuk Penelitian,
cetakan ke-11. Bandung : Alfa Beta.

----------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Afabeta

Suhaya. 2016. Pendidikan Seni sebagai Penunjang Kreatifitas. Jurnal Pendidikan


dan Kajian Seni, 1(1), 1-15. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Tersedia
online di https://jutnal.unitirta.ac.id/index.php (diakses pada 10 Oktober
2021)

Sumaryo, S Tahlim. 2005. Pemahaman Dampak Negatif Konversi Lahan Sawah


Sebagai Landasan Perumusan Strategi Pengendaliannya. Prosiding
Seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Pertanian Abadi.
LPPM IPB: Bogor.

Sumaryono. 2005. Tari Tontonan. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara.


92

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Susanto, A. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Prenada.

Soeharjo dan Patong. 1990. Biaya dan Pendapatan Usahatani. Yogyakarta :


Jurusan Ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Uni versitas Gajah
Mada

Syarifudin. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.

Tety Gusna. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Seni Tari
Motasu Melalui Penggunaan Metode Demonstrasi di Kelas IV SD Negeri
3 Wawotobi Kabupaten Konawe. Kendari. Tesis Program Pascasarjana
Pendidikan Seni Universitas Halu Oleo Kendari.

Tjetjep Rohendi Rohidi. 2013. Kebudayaan Indonesia. Terjemahan Tjetjep


Rohendi Rohidi . Jakarta: UI Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_2
0 _th_2003.pdf (diakses pada 10 Oktober 2021).

Yulianti. 2009. Pengantar Seni Tari. Bandung: CV Cipta Dea Pustaka.


93

LAMPIRAN
94

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan Tokoh Masyarakat


95

Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 6 Lainea

Wawancara dengan salah satu guru Seni Budaya yang mengajarkan tari Motasu
96

Guru Seni Budaya Menjalaskan Mengenai Tari Motasu

Proses Latihan Tari Motasu


97

Pementasan Tari Motas di Halaman SD Negeri 6 Lainea

Anda mungkin juga menyukai