Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEBUDAYAAN NASIONAL INDONESIA


ETNOPEDAGOGI

Dosen Pengampu: Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA

Disusun Oleh :
1. Vincentius Dwi Nugraha Toron_201134008
2. Rio Ferdinand_201134030
3. Paulus Koci Yawon_201134241

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmatnya kami dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Kebudayaan Nasional Indonesia” yang ditugaskan oleh
Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., MA selaku dosen pengampu dari
matakuliah Etnopedagogi.
Dalam pengerjaan makalah ini, tentu kami banyak berjumpa dengan hambatan-
hambatan yang dapat memperlambat dalam pengerjaanya. Namun berkat dorongan beberapa
pihak yang terlibat, maka kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan ini, kami
juga menyampaikan terima kasih kepada Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST.,
MA selaku dosen pembimbing dari matakuliah Etnopedagogi yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk belajar dan lebih mendalami tentang Etnopedagogi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, sangat
diharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi lebih baiknya makalah kami kedepannya,
Terima kasih.

Yogyakarta, 26 April 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan adalah cara berpikir manusia untuk melakukan berbagai praktik kehidupan,
praktik bekerja, praktik beragama dengan ritual-ritualnnya, praktik pendidikan, praktik
berpolitik, dan berbagai praktik sehari-hari lainnya (Salam, 2018: 105). Kebudayaan menjadi
bagian penting dalam kehidupan manusia. Kebudayaan juga menjadi identitas Nasional dan
menjadi perbedaan antara bangsa Indonesia dan bangsa lain (Aprianti dkk, 2022: 998). Dalam
kebudayaan terdapat juga kebudayaan Nasional.
Kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan yang berasal dari bangsa Indonesia
itu sendiri, yaitu semua nilai-nilai luhur dan falsafah bangsa yang berada didalam masyarakat
dan hal tersebut murni dari Indonesia itu sendiri. Kebudayaan nasional pada intinya adalah
gabungan dari berbagai macam budaya daerah di suatu negara tertentu, seperti Indonesia.
Indonesia memang mempunyai beraneka ragam kebudayaan, tetapi hal tersebut tidak
menjadikan Indonesia menjadi terpecah belah, melainkan hal tersebut membuat Indonesia
menjadi satu kesatuan yang kuat dan kokoh, sebagaimana dengan prinsipnya yaitu ‘Bhineka
Tunggal Ika’, yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Oleh karena itu, dalam makalah ini
membahas kebudayaan nasional Indonesia dan hal-hal yang terkait kebudayaan nasional
Indonesia
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kebudayaan Nasional Indonesia?
2. Apakah bidang-bidang kesenian memberi isi kepada kebudayaan Nasional?
3. Apa yang dimaksud Kepribadian menurut suatu konsepsi Non Barat?
4. Apa perbedaan dasar antara mentalitas Barat dan Timur?
5. Apakah modernisasi itu berarti Westernisasi?
6. Apa perbedaan antara agama, religi, dan kepercayaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Kebudayaan Nasional Indonesia.
2. Mengetahui bidang-bidang kesenian yang memberi isi kepada kebudayaan Nasional.
3. Mengetahui yang dimaksud Kepribadian menurut suatu konsepsi Non Barat.
4. Mengetahui perbedaan dasar antara mentalitas Barat dan Timur.
5. Mengetahui modernisasi bukan Westernisasi.
6. Mengetahui perbedaan antara agama, religi, dan kepercayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kebudayaan Nasional Indonesia
Kebudayaan merupakan identitas Nasional suatu bangsa. Identitas Nasional bangsa dapat
dikatakan sebagai keunikan, karakteristik, atau kecirikhasan, agar suatu bangsa tersebut dapat
dibedakan dengan bangsa lainnya. Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang
majemuk karena terdiri dari berbagai suku, agama, adat-istiadat, dan kehidupan sosial budaya
yang beraneka ragam. Keanekaragaman kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia selain
kelompok kebudayaan suku, juga memiliki kebudayaan yang terdiri dari kebudayaan daerah.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa kebudayaan nasional Indonesia merupakan
kekayaan dan identitas nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Usaha-usaha penting lain yang sebenarnya harus erat dikaitkan dengan pengembangan
Kebudayaan Nasional Indonesia itu, yaitu
1) Program kampanye dan penerangan besar - besaran agar rakyat Indonesia mulai
menghargai barang-barang hasil produksi
2) Usaha lebih serius untuk mengembangkan Hukum Nasional, agar suatu Kebudayaan
Nasional dapat didukung oleh sebagian besar dari warga suatu negara, maka
memerlukan suatu yang khas dan harus dapat dibanggakan oleh warganegara yang
mendukungnya. Hal itu perlu karena suatu kebudayaan nasional harus dapat memberi
identitas kepada warganegara tadi.
Ciri dan Kualitas :
Sifat khas suatu kebudayaan hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur yang
terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, dalam keseniannya, dan dalam
upacara-upacaranya. Sulit untuk menonjolkan sifat khas yang memberi identitas itu dalam
unsur-unsur lain dari suatu kebudayaan. Misalnya untuk memberi identitas dalam sistem
teknologinya (karena teknologi itu bersifat universal). Walaupun demikian, ada suatu aspek
lain yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan Kebudayaan Nasional suatu negara itu.
Aspek lain itu adalah syarat bahwa agar suatu unsur Kebudayaan Nasional itu bisa memberi
identitas kepada warga dari negaranya, maka ia harus bisa menimbulkan rasa bangga kepada
mereka, dan sebaliknya, supaya bisa menyebabkan kebanggaan bangsa, maka mutunya harus
tinggi. Jika terdapat gaya pakaian wanita yang khas sifatnya tetapi indah, sehingga kita
bangga mempertontonkannya, maka itulah suatu unsur dalam Kebudayaan Nasional kita.
Soal apakah gaya pakaian itu berasal dari kebudayaan Bugis, Minangkabau, Jawa, Bali
ataupun Maluku, menjadi tidak penting lagi.
B. Bidang-Bidang Kesenian yang Memberi Isi Kepada Kebudayaan Nasional
1. Seni bangunan
Seni bangunan sebenarnya adalah suatu bidang kesenian yang amat cocok untuk dapat
meningkatkan rasa bangga dan identitas suatu bangsa. bangunan memiliki Wujudnya
fisik dan lokasinya di kota-kota besar, yang sering dikunjungi bangsa-bangsa dari
segala penjuru mata angin, sehingga dapat tampak dari luar. Sifat khasnya bisa mudah
ditonjolkan, sedang mutunya pun mudah untuk dilihat.
2. Seni patung, relief, lukisan dan gambar
Seni patung, relief, lukisan dan gambar merupakan bidang-bidang kesenian yang
paling flexibel dan mudah dipakai untuk mengembangkan sifat kepribadian kita
berdasar sifat-sifat khas dan mutu yang tinggi. Sifat khas itu tak hanya dapat dikaitkan
dengan wujud lahiriah dari bidang kesenian itu, tetapi juga dengan isinya, dan dengan
konsepsi intelektualnya.
3. Seni rias Indonesia
Seni rias Indonesia, terutama seni pakaian untuk wanita, sudah mempunyai sifat-sifat
khas yang dapat kita banggakan keindahan dan kecantikannya, karena itu sebaiknya
kita pelihara selama mungkin sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional kita yang
menonjol.
4. seni kerajinan
seni tenun, seni batik, seni ikat, dan seni textile Indonesia. Cabang kesenian seperti itu
sudah berakar dalam kebudayaan Indonesia sejak lama, tinggi mutu keindahannya,
bisa menonjolkan sifat khas Indonesia, bisa memberi rasa kebanggaan kepada kita.
5. Seni olahraga Indonesia
Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan gerakan
gerakan tubuh manusia ekspresif yang bertujuan yang ditetapkan secara kultural.
Mengandung ritme, mengandung nilai estetika, dan memiliki potensi simbolik
(Hidayat 2005: 8). Lewat pengamatan terhadap bentuk dan geraknya. Orang
dapat belajar mengenal keragaman budaya tari dari berbagai kelompok masyarakat
yang tersebar dari berbagai pelosok dunia.
6. Seni musik nasional Indonesia
Seni musik Indonesia berkembang erat sejajar dengan seni tari Indonesia, tetapi di
samping itu dalam seni musik nasional Indonesia harus ada suatu tempat yang penting
untuk seni musik pop Indonesia dan seni musik klasik Indonesia. Kedua-duanya
memerlukan sifat khas Indonesia dan mutu yang tinggi. Seni pop Indonesia sedang
mencari sifat khasnya itu, sedangkan mutunya masih bisa ditingkatkan. Seni musik
klasik Indonesia belum sampai pada taraf kemampuan untuk mencari sifat khasnya
karena mutunya memang masih ada di bawah standar yang semestinya. HaI itu karena
dukungan dari masyarakat luas belum ada. Pendukung musik klasik di mana pun di
dunia biasanya adalah golongan intelektual dalam masyarakat, padahal di Indonesia
golongan itu masih sangat lemah.
7. Seni sastra
Peran sastra dalam mengisi kebudayaan nasional menurut Kongres Kebudayaan
Indonesia dijelaskan bahwa dalam dunia kesusasteraan, segala yang berhubungan
dengan budaya sangatlah penting.Entah budaya melatarbelakangi sastra atau sastra
yang memberikan pengaruh terhadap budaya yang ada di Indonesia.Keduanya
memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam hal peranan sastra terhadap budaya,
maka peran seorang sastrawan sangatlah penting.Ia perlu menciptakan karya yang
mampu mengubah pola pikir masyarakat sehingga berpengaruh untuk memperbaiki
keadaan sosial maupun kebudayaan yang ada di sekitarnya. Untuk mengetahui peran
penting sastrawan terhadap kebudayaan.
8. Seni drama
Seni drama dapat dianggap sebagai suatu bidang kesenian perluasan dari seni
kesusasteraan, Seni drama Indonesia yang bersifat daerah ada banyak macamnya
menurut kebudayaan suku-bangsa yang mendiami daerah yang bersangkutan.
Mutunya masih kasar karena seni drama seperti itu biasanya merupakan tontonan bagi
rakyat buruh di kota-kota. Walaupun demikian, sifatnya menarik, spontan,
mempunyai fungsi sosial yang penting, dan mungkin juga bisa menonjolkan sifat-sifat
kekhususan kebudayaan dan kehidupan bangsa Indonesia. Hanya saja mutunya belum
sedemikian tinggi, sehingga bisa kita akui sebagai suatu unsur kebudayaan nasional
kita.
C. Kepribadian Menurut Suatu Konsepsi Non Barat
Menurut konsepsi Non Barat, secara holistik kepribadian dipandang sebagai keseluruhan
yang tidak dapat dipisahkan menjadi bagian-bagian yang terpisah. Dalam pandangan ini,
kepribadian seseorang merupakan refleksi dari hubungannya dengan orang lain, alam, dan
kepercayaan spiritual. Secara interpendensi kepribadian dipandang sebagai terkait dengan
hubungan sosial dan kelompok. Orang yang memiliki kepribadian kuat dalam budaya non-
Barat sering kali ditandai oleh kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan norma
dan nilai kelompok. Secara spiritual, kepribadian dipandang sebagai sesuatu yang terkait
dengan kepercayaan spiritual dan hubungan dengan alam. Orang yang memiliki kepribadian
kuat dalam budaya non-Barat sering kali ditandai oleh pengalaman spiritual dan keyakinan
mereka dalam kekuatan spiritual.
Dalam buku Koenjaraningrat, pada subbab ini membahas konsep psiko-sosiogram
menurut Hsu. Dalam konsep ini terbagi beberapa lingkaran/daerah:
- Nomor 7 dan nomor 6 disebut daerah tak sadar dan sub sadar. Kedua lingkaran itu
berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan
gagasan yang telah terdesak ke dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang
bersangkutan. Contohnya : impian atau cita-cita yang diinginkan
- Nomor 5 disebut kesadaran yang tak dinyatakan (unexpressed conscious). Lingkaran
itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu
yang bersangkutan, tetapi siapapun juga dalam lingkarannya. Hal itu disebabkan ada
kemungkinan,bahwa:
 Ia takut salah dan takut dimarahi orang apabila ia menyatakannya, atau karena
ia punya maksud jahat.
 Ia sungkan menyatakannya, atau karena belum yakin bahwa ia akan mendapat
respons dan pengertian yang baik dari sesamanya, atau takut bahwa walaupun
siberi respons, respons itu sebenarnya tak diberikan dengan hati yang ikhlas
atau juga karena ia takut ditolak mentah-mentah.
 Ia malu karena takut ditertawakan, atau karena ada perasaan bersalah yang
mendalam.
 Ia tidak bisa menemukan kata-kata atau perumusan yang cocok untuk
menyatakan gagasan yang bersangkutan tadi kepada sesamanya.
- Nomor 4 disebut kesadaran yang dinyatakan (expressed conscious). Lingkaran ini di
dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan, dan
perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu kepada
sesamanya, yang dengan mudah diterima dan dijawab oleh sesamanya.
- Nomor 3 disebut limgkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-
orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu diajak bergaul
secara mesra dan karib, yang bisa dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat
mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekananbatin atau dikejar-kejar oleh
kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
- Nomor 2 disebut lingkaran hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap sayang
dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau
benda-benda itu bagi dirinya.
- Nomor 1 disebut lingkaran hubungan jarak jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam
alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat
yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali
mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari. Contohnya :
ketika seorang pedagang melihat berita tentang DPR akan mengadakan rapat.
- Nomor 0 disebut lingkaran dunia luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-
anggapan yang hampir sama dengan lingkaran nomor 1, hanya bedanya terdiri dari
pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan tentang orang dan hal yang terletak di luar
masyarakat dan negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan
sikap masa bodoh.
Contohnya : anggapan pelajar indonesia yang tak pernah ke luar negeri tentang jepang

D. Perbedaan Dasar antara Mentalitas Barat dan Timur


Di Indonesia banyak masyarakat yang mempersoalkan perbedaan antara Kebudayaan
Barat dan Kebudayaan Timur. Padahal kedua konsep itu berasal dari orang Eropa Barat. Pada
zaman penjajahan mereka menjelajahi dunia dan menguasai wilavah luas di Afrika. Asia dan
Oseania, dan memantapkan pemerintah-pemerintah jajahan mereka di mana-ntana. Sementara
kebudayaan di luar kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya Kebudayaan Timur.
Sebagai lawannya kebudayaan mereka sendiri yang mereka sebut Kebudayaan Barat.
Dalam buku Koentjaraningrat membahas tentang konsep Hsu. Konsep Hsu menyatakan
bahwa ada perbedaan budaya antara orang Barat dan Timur dalam hal pandangan dan nilai-
nilai yang mereka pegang. Berikut adalah beberapa perbedaan budaya antara orang Barat dan
Timur menurut konsep Hsu:
1. Konsep diri
Orang Barat cenderung memiliki konsep diri individualis, di mana mereka
menempatkan nilai pada kebebasan, otonomi, dan pencapaian pribadi. Di sisi lain,
orang Timur cenderung memiliki konsep diri kolektivis, di mana mereka
menempatkan nilai pada keharmonisan, interdependensi, dan pengorbanan diri untuk
kelompok.
2. Hubungan sosial
Orang Barat cenderung menekankan pentingnya hubungan interpersonal yang longgar
dan sementara. Di sisi lain, orang Timur cenderung menekankan pentingnya
hubungan interpersonal yang dekat dan jangka panjang.
3. Komunikasi
Orang Barat cenderung menggunakan komunikasi langsung dan terbuka untuk
mengekspresikan pendapat dan emosi mereka. Di sisi lain, orang Timur cenderung
menggunakan komunikasi tidak langsung dan tidak langsung untuk mengekspresikan
pendapat dan emosi mereka.
4. Pemecahan masalah
Orang Barat cenderung menggunakan pemecahan masalah analitis dan deduktif, di
mana mereka memecahkan masalah dengan mengidentifikasi penyebab dan efek. Di
sisi lain, orang Timur cenderung menggunakan pemecahan masalah holistik dan
induktif, di mana mereka memecahkan masalah dengan mempertimbangkan konteks
dan hubungan antara elemen.
5. Sikap terhadap waktu
Orang Barat cenderung memandang waktu sebagai sumber daya yang berharga dan
sangat teratur dalam jadwal mereka. Di sisi lain, orang Timur cenderung memandang
waktu sebagai konsep yang lebih fleksibel dan sering kali menempatkan prioritas
pada hubungan sosial daripada waktu.

E. Modernisasi bukan Westernisasi?


Modernisasi bukanlah westernisasi, hal tersebut karena kekuatan-kekuatan yang
menentukan dunia pada saat ini tidak hanya dunia/bangsa barat. Akan tetapi, suatu gabungan
dari beberapa kekuatan. Maka dari itu, kita sebagai bangsa Indonesia tidak mau menjadi
bagian yang terpengaruh dari dunia barat, kita harus berusaha menjaga sifat kekhususan kita
sama seperti nenek moyang kita di zaman Sriwijaya, yang dalam usaha modernisasi mereka,
menjaga kehususan mereka dan tidak menjadi orang india. Karena itu bukankah modernisasi
yangantara lain menyaratkan penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan itu pada
hakekatnya juga usaha untuk menipu beberapa unsur kebudayaan Barat? Hal itu memang
benar, namun ada baiknya untuk membedakan dengan tajam antara tiga istilah, yaitu: (i)
modernisasi; (ii) penggunaan unsur-unsur kebudayaan Barat, dan (iii) westernisasi.
Modernisasi merupakan istilah untuk menyebut "usaha untuk hidup sesuai dengan zarnan
dan konstelasi dunia sekarang. Untuk orang Indonesia hal itu berarti merubah berbagai sifat
dalam mentalitasnya yang tak cocok dengan kehidupan zaman sekarang, dan membiasakan
diri dengan beberapa sifat mental Unsur-unsur yang mula-mula berasal dari kebudayaan
Barat itu dapat kita tiru, kita ambil alih, kita adaptasi, kita beli, tanpa harus menjadi seperti
orang Barat, dan tanpa perlu hidup dengan suatu gaya hidup orang Barat. Sifat-sifat mental
itu walaupun dimiliki oleh hampir semua bangsa Barat, tetapi bukan khas sifat Barat. Banyak
bangsa Afrika, Asia atau Amerika Latin, dan demikian juga kita bangsa Indonesia, bisa
berusaha mengembangkan sifat-sifat mental itu, tanpa hidup seperti orang Barat (orang Eropa
atau Amerika), tanpa membiasakan diri suatu gaya hidup kebarat-baratan. Kita bangsa
Indonesia harus mengembangkan sifat-sifat mental itu, untuk bisa menjadi lebih makmur
daripada sekarang, untuk lebih menyempurnakan demokrasi kita, untuk bisa menghasilkan
lebih banyak karya bermutu yang bisa kita banggakan. Soal penggunaan unsur-unsur
kebudayaan Barat adalah suatu soal lain lagi. Unsur-unsur yang mula-mula berasal dari
kebudayaan Barat itu dapat kita tiru, kita ambil alih, kita adaptasi, kita beli, tanpa harus
menjadi seperti orang Barat, dan tanpa perlu hidup dengan suatu gaya hidup orang Barat.
Berdasarkan uraian di atas walaupun kata west dalam "westernisasi" berarti barat, tetapi
bukan usaha pengambilan alih unsur-unsur kebudayaan Barat. Karena kalau demikian kita
sudah di-westernisasi sejak lebih dari satu abad yang lalu. Maka dari itu, kalau "'westernisasi"
itu bukan "modernisasi" dan juga harus kita bedakan dari usaha mengadaptasi unsur-unsur
kebudayaan Barat, maka sebenarnya yang dimaksud dengan westernisasi ialah usaha meniru
gaya hidup orang Barat (orang Eropa Barat atau Amerika). Meniru gaya hidup berarti meniru
secara berlebihan gaya pakaian orang Barat dengan cara mengikuti mode yangberobah-robah
cepat, meniru gaya bicara dan adat sopan-santun pergaulan orang Barat dan seringkali
ditambah dengan sikap merendahkan bahasa nasional dan adat sopan-santun pergaulan
Indonesia, meniru pola-pola bergaul, pola- pola berpesta (merayakan ulang tahun), pola
rekreasi dan kebiasaan minum minuman keras seperti orang Barat dan sebagainya. Orang
Indonesia yang berusaha mengadaptasi suatu gaya hidup kebarat-baratan seperti itulah, yang
sebaiknya kita sebut orang yang condong ke arah westernisasi. Orang Indonesia seperti itu
belum tentu modern, dalam arti bahwa mentalitasnva modern.

F. Mengetahui Perbedaan antara Agama, Religi, dan Kepercayaan


Ada pandangan yang mengatakan bahwa suatu sistem religi merupakan suatu agama,
hanya bagi penganutnya. Sistem religi Islam merupakan agama hanya bagi anggota umat
Islam. Sistem religi Hindu Darma merupakan suatu agama bagi orang BaIi. Ada juga
pandangan lain, yaitu bahwa agama adalah semua sistem religi yang secara resmi diakui oleh
negara kita.
Religi merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen (Koentjoroningrat, 1985:
144), yaitu:
1) Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religieus;
2) Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan manusia
tentang sifat- sifat Tuhan, tentang wujud dari aiam gaib (supernatural); serta segala
nilai, norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan.
3) Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan
dengan Tuhan, dewa-dewa, atau mahluk-mahluk halus yang mendiami alam gaib
4) Umat atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan yang melaksanakan
sistem ritus dan upacara
Komponen sistem kepercayaan, komponen sistem upacara dan kelompok- kelompok
religius yang menganut sistem kepercayaan dan menjalankan upacara-upacara religius, jelas
merupakan ciptaan dan hasil akal manusia. Adapun komponen pertama, yaitu emosi
keagamaan, digetarkan oleh cahaya Tuhan. Religi sebagai suatu sistem merupakan bagian
dari kebudayaan, tetapi cahaya Tuhan yang menjiwainya dan membuatnya keramat tentunya
bukan bagian dari kebudayaan. Istilah agama dipakai untuk menyebut agama-agama yang
resrni diakui oleh negara kita, dan kepercayaan untuk semua sistem yang berada di luar
kategori itu. Agama yang bisa kita pakai untuk menyebut semua agama yang diakui secara
resmi dalam negara kita yaitu Islam, Protestan. Katolik, Hindu-Dharma, Buddha- Dharma,
religi yang bisa kita pakai kalau kita bicara tentang sistem-sistem yang tidak atau belum
diakui secara resmi, seperti Konghuc'u, Seventh Day Advent, Gereja Pir-rkster, dan segala
macam gerakan kebatinan. dan sebagainya. Kepercayaan yang mempunyai arti yang khas,
yaitu komponen kedua dalam tiap agama maupun religi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan
nasional Indonesia merupakan kekayaan dan identitas nasional yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Bidang-bidang kesenian dapat memberi isi kepada kebudayaan nasional, bidang
kesenian tersebut yaitu: seni bangunan, seni patung, seni rias, kerajinan, seni olahraga, seni
musik, dan lain-lain. Menurut Hsu, ada perbedaan manusia barat dan timur dalam hal konsep
diri, hubungan sosial, komunikasi, pemecahan masalah dan sikap terhadap waktu. Dalam
makalah ini juga dapat disimpulkan bahwa modernisasi bukanlah westernisasi, dan
modernisasi tidak butuh westernisasi. Dalam kebudayaan juga terdapat agama, agama
berbeda dengan kepercayaan dan religi.

B. Saran
Kita sebagai masyarakat Indonesia perlu melestarikan kebudayaan Indonesia, kita boleh
memakai budaya luar yang baik, dan jangan meninggalkan atau menghiangkan kebudayaan
bangsa kita sendiri.
DAFTAR REFERENSI

Aprianti, M., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2022). Kebudayaan Indonesia di Era
Globalisasi Terhadap Identitas Nasional Indonesia. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1),
996-998. https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.2294
Salam, A. (2018). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kebudayaan. Jurnal Pengabdian Pada
Masyarakat, 3(2), 104-106. https://doi.org/10.30653/002.201832.95
Koentjaraningrat. (1986). Pengantar Ilmu Antropologi. Yogyakarta : fa. Aksara Baru.

Anda mungkin juga menyukai