Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN STUDI LAPANGAN

Disusun Oleh:
1. Cika Rania Alya P
2. Naila Elief Avinda (17)
3. Ni’matus Sholikah (19)
4. Novita Berliana B (20)
5. Nur Fitri Midyasari (21)
6. Sofie Dian Sari (22)
SMA NEGERI 1 PATI
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Laporan Studi Lapangan telah disahkan dan
disetujui pada:
Hari :
Tanggal, Bulan, Tahun:
Oleh
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Pembimbing

Budi Santosa
NIP NIP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan segala Rahmat dan
KaruniaNya,kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah tentang” Studi Wisata
Sangiran”ini.Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada guru pembimbing dan teman-
teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah tentang “Studi Wisata Sangiran” ini disusun sebagai bentuk proses belajar
mengembangkan kemampuan siswa. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan,oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan kami di masa yang akan datang.
Kami berharap semoga dengan selesainya makalah ini,dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman, khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang”Manusia Purba”.
Atas perhatian dan kerja sama teman-teman beserta para pembimbing kami
ucapkan terima kasih.

Pati, 2017
DAFTAR ISI

Halaman
1. Cover.................................................................................i
2. Halaman Pengesahan........................................................ii
3. Kata Pengantar..................................................................iii
4. Daftar Isi...........................................................................iv
5. Daftar Gambar..................................................................v
6. Daftar Tabel......................................................................vi
7. BAB I PENDAHULUAN................................................1
Latar Belakang.................................................................1
Rumusan Masalah............................................................
Tujuan Penulisan Laporan................................................
8. BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Museum Purbakala Sangiran

2. Gambar Fase-fase Kehidupan Manusia


3. Gambar Keraton Surakarta
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Indonesia banyak memilik kekayaan alam, dan bermacam-macam budaya. Oleh
karena itu tidaklah heran jika terdapat banyak sekali tempat-tempat yang bias dikunjungi
untuk dinikmati pemandangan alamnya, kebudayaannya yang dapat juga disebut sebagai
objek wisata. Dengan kata lain Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang
pariwisata.
Namun banyak dari objek wisata itu kini diabaikan. Baik perawatan,
perlindungan dan hal-hal penting lainnya. Hal itu menyebabkan kerugian yang besar bagi
Negara kita sendiri. Pemerintah yang mulai menyadari, kini lebih menggalakkan
kemajuan dan kelestarian dari objek-objek tersebut. Dan dewasa ini kita dapat melihat
perkembangan pariwisata di negara kita yang cukup memuaskan.
Pemerintah pun berusaha untuk memaksimalkan pendayagunaan daerah-daerah
pariwisatayang tentunya dapat menmbah devisa negara kita. Dan diharapkan sektor-
sektor pariwisata ini dapat memperlihatkan kecantikan alam dan budaya Indonesia di
mata rakyatnya sendiri serta di mata dunia Internasional.
Keraton Solo adalah peninggalan kerajaan Mataram yang sampai sekarang masih
terawat dengan baik, juga masih ada penerus rajanya dan sampai sekarangpun masih
diteruskan oleh Pakubuwono XIII dan yang paling mengesankan keraton solo adalah
umurnya hampir mencapai 300 th yaitu 269 th
Sedangkan Musium Sangiran adalah salah satu museum purbakala yang ada
di Indonesia, di museum ini terdapat banyak sisa-sisa peninggalan purbakala seperti
tulang, kerang, tanah dan lain-lain. Para wisatawan yag dating pun beragam mulai dari
wisatawan lokal atau domestik, pelajar, mahasiswa, arkeolog, bahkan wisatawan
mancanegara dating kemusium ini sekedar untuk melihat koleksi yang ada bahkan
mengamati dan menelitinya.

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa situs manusia purba Sangiran ditetapkan sebagai warisan budaya dunia?
Jelaskan salah satu pertimbangannya!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan “balung buto” di Sangiran!
3. Jelaskan tradisi-tradisi di keraton Surakarta yang masih dipertahankan hingga
sekarang!

C. Tujuan Penulisan Laporan


Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi dan memahami secara
detail mata pelajaran Sejarah dan yang khususnya kami bahas yaitu tentang
kunjungan di Keraton Solo dan Sangiran juga sebagai penambah luas wawasan kami
tentang peninggalan kebudayaan di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN
1. Alasan situs manusia purba Sangiran dijadikan sebagai warisan budaya dunia
yaitu karena menyimpan banyak sekali aset-aset peninggalan manusia purba dan
fosil pada zaman dahulu yang tidak pernah ditemukan di negara-negara lain. Oleh
karena itu banyak sekali ilmuwan yang ingin mengobservasi fosil-fosil manusia
purba di Sangiran karena dapat memberikan keuntungan.

2. Klaster Ngebung merupakan salah satu Museum Manusia Purba Sangiran yang
berada di lingkungan Situs Sangiran. Letaknya tidak jauh dari Museum Manusia
Purba Sangiran Klaster Krikilan yang merupakan pusat informasi dari Situs
Sangiran. Di dalam Klaster Ngebung bisa dijumpai salah satu diorama yang
memperlihatkan sebuah rumah yang ada dukun dan pasien yang sedang diobati.
Diorama tersebut menceritakan bahwa sebelum tahun 1930-an, penduduk
Sangiran memiliki kepercayaan bahwa balung buto dapat dipakai untuk
menyembuhkan berbagai penyakit, dan sebagai jimat. Balung buto atau tulang
raksasa ini memiliki cerita yang dipercayai oleh masyarakat Sangiran sebagai
tulang yang berasal dari raksasa pada masa lampau. Di kawasan Sangiran pernah
terjadi perang besar, dan dalam pertempuran itu banyak raksasa yang gugur dan
terkubur di bukit.

Teknik pengobatan dengan balung buto dilakukan dengan merendam balung


buto di air, dan airnya diminumkan kepada pasien, atau bisa juga dengan cara
balung buto direbus dan ditumbuk lalu diminumkan ke pasien. Cara pengobatan
dengan balung buto dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan dukun pada
masa itu. Jika penyakitnya berat biasanya masyarakat desa langsung berobat ke
dukun.

Sejak tahun 1930-1940, balung buto mulai disebut sebagai nama fosil. Sebutan
nama fosil mulai dikenal masyarakat ketika ada peneliti asing datang ke kawasan
Sangiran yaitu Von Koenigswald. Peneliti Von Koenigswald membawa
perubahan persepsi masyarakat bahwa balung buto itu adalah fosil yang
merupakan sisa-sisa kehidupan pada masa lampau. Hingga akhirnya saat ini fosil
dipandang sebagai data ilmu pengetahun untuk mengungkap kehidupan manusia
pada masa lampau.

Gambar Rumah yanga ada dukun dan pasien yang diobati dengan
menggunakan balung buto

3. Tradisi-tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang di Keraton Surakarta


yaitu:

a. Grebeg

Upacara Garebeg atau Grebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu


tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu pada tanggal dua belas
bulan Mulud (bulan ketiga), tanggal satu bulan Sawal (bulan kesepuluh) dan
tanggal sepuluh bulan Besar (bulan kedua belas). Pada hari hari tersebut Sri
Sunan mengeluarkan sedekahnya sebagai perwujudan rasa syukur
kepada Allah atas kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut
dengan Hajad Dalem, berupa pareden/gunungan yang terdiri dari gunungan
kakung dan gunungan estri (lelaki dan perempuan).

Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung


sebelah atas agak membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran
kacang panjang yang berwarna hijau yang dirangkaikan dengan cabai merah,
telur itik, dan beberapa perlengkapan makanan kering lainnya. Di sisi kanan
dan kirinya dipasangi rangkaian bendera Indonesia dalam ukuran
kecil. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan
rangkaian bunga. Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat
dari beras maupun beras ketan yang berbentuk lingkaran dan runcing.
Gunungan ini juga dihiasi bendera Indonesia kecil di sebelah atasnya.

b. Sekaten

Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan


selama tujuh hari untuk memperingati kelahahiran Nabi Muhammad.
Konon asal usul upacara ini sejak Kesultanan Demak. Upacara ini
sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad.
Menurut cerita rakyat kata sekaten berasal dari istilah credo dalam
agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua
perangkat Gamelan Sekati, Kyai Gunturmadu dan Kyai Guntursari, dari
keraton untuk ditempatkan di depan Masjid Agung Surakarta. Selama
enam hari, mulai hari keenam sampai kesebelas
bulan Mulud dalam kalender Jawa, kedua perangkat gamelan tersebut
dimainkan/dibunyikan (Bahasa Jawa: ditabuh) menandai perayaan sekaten.
Akhirnya pada hari ketujuh upacara ditutup dengan keluarnya Gunungan
Mulud. Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan
suatu pasar malam yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan
upacara sekaten yang sesungguhnya.
c. Kirab Mubeng Beteng atau Malam Satu Sura
Malam 1 Sura (1 Muharram) dalam masyarakat Jawa adalah suatu
perayaan tahun baru menurut kalender Jawa. Malam 1 Sura jatuh mulai
terbenam matahari pada hari terakhir bulan terakhir kalender Jawa (30/29
Besar) sampai terbitnya matahari pada hari pertama bulan pertama tahun
berikutnya. Di Keraton Surakarta upacara ini diperingati dengan Kirab
Mubeng Beteng (Perarakan Mengelilingi Benteng Keraton). Upacara ini
dimulai dari kompleks Kamandungan Lor melalui Kori Brajanala
Lor kemudian mengitari seluruh kawasan keraton dengan arah berkebalikan
arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kamandungan Lor. Dalam
prosesi ini pusaka keraton menjadi bagian utama dan diposisikan di barisan
depan kemudian baru diikuti para pembesar keraton, para pegawai dan
akhirnya masyarakat. Suatu yang unik adalah di barisan terdepan ditempatkan
pusaka yang berupa sekawanan kerbau albino keturunan kerbau pusaka
kesayangan Susuhunan Pakubuwana II, Kyai Slamet, yang selalu menjadi
pusat perhatian masyarakat.
d. Pusaka (heirloom) dan Tari-Tarian Sakral
Keraton Surakarta memiliki sejumlah koleksi pusaka kerajaan
diantaranya berupa singgasana Sri Sunan, perangkat musik gamelan dan
koleksi senjata. Di antara koleksi gamelan adalah Kyai Guntursari dan Kyai
Gunturmadu yang hanya dimainkan/dibunyikan pada saat upacara sekaten.
Selain memiliki pusaka Keraton Surakarta juga memiliki tari-tarian khas yang
hanya dipentaskan pada upacara-upacara tertentu. Sebagai contoh tarian sakral
adalah Bedhaya Ketawang yang hanya dipentaskan pada saat pemahkotaan
dan hari peringatan kenaikan tahta Sri Sunan.
BAB III
1. Kesimpulan
a. Bahwa Situs Manusia Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930-an seorang
antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald
menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam
penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi manusia dari
manusia kera hingga menjadi manusia. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis
manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi
kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs
yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di
dunia seperti saat ini.
b. Tradisi-tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang di Keraton Surakarta
antara lain seperti Grebeg, Sekaten, Kirab mubeng beteng/malam satu sura,
pusaka(heirloom), dantarian-tarian sakral seperti tari Bedhaya Ketawang.
2. Saran
a. Sebaiknya tempat-tempat wisata tersebut lebih dikembangkan sarana dan
prasarananya supaya lebih menimbulkan daya tarik bagi para pengunjung.
b. Memperbanyak tempat-tempat wisats yang dapat dikunjungi.
c. Kunjungan ke tempat bersejarah harus sering dilakukan, agar peserta didik dapat
memahami sejarah-sejarah yang pernah terjadi di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
http://dwiswastri98.blogspot.co.id/2014/05/laporan-kunjungan-situs-museum-sangiran.html
http://verawardi.blogspot.co.id
https://www.google.com/search?q=gambar+sangiran&client=opera&hs=ihX&source=lnms&
tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiTzpnI_OjSAhXJLpQKHUrgCPcQ_AUICCgB&biw=1366
&bih=621

Anda mungkin juga menyukai