Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN LITERASI BUDAYA

Museum Sangiran dan Ndayu Park

Disusun Oleh :
Nama : Bunga Charlieza Salsabila El Balqis
Kelas : IX B
Absen : 04

Pembimbing : - Sih Ngaini S.Pd.


- Juni Tri Kuswaya S.Pd.

MTs Negeri 1 Klaten Fillial Wonosari


Tahun Pelajaran 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya dengan suri
tauladan-nya yang baik.

Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan, dan pemikiran
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Kunjungan ke Museum
Manusia Purba Sangiran dan Tempat Wisata nDayu Park Sragen. Laporan Kunjungan ini
disusun untuk memenuhi Pendidikan serta Penilaian Program Sejarah Indonesia MTs Negeri 1
Klaten Fillial Wonosari tahun pelajaran 2022/2023. Adapun tujuan Penulisan Laporan
Kunjungan ini adalah salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Penulis menyadari bahwa Laporan Kunjungan ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis bersedia dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca yang bijaksana. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan menjadi
suatu sumbangan yang bermanfaat bagi kehidupan. Sekian dan terimakasih

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Klaten, 31 Januari 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................................1
1.2 Tujuan Kunjungan.............................................................................................................1
1.3 Manfaat Kunjungan...........................................................................................................1
BAB II ISI..................................................................................................................................2
1. Museum Sangiran................................................................................................................2
A. Sejarah Situs Sangiran.....................................................................................................2
B. Isi Museum......................................................................................................................4
2. nDayu Park.........................................................................................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
Kesimpulan............................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penulis melakukan literasi budaya pada hari Rabu, 25 Januari 2023, yang
diselenggarakan oleh MTs Negeri 1 Klaten Fillial Wonosari . Kegiatan literasi budaya ini
mengunjungi sebuah situs purbakala di daerah Sangiran Kabupaten Sragen. Situs ini
dikenal dengan nama Situs Sangiran. Selain itu penulis juga mengunjungi taman wisata
hiburan dan pendidikan yang bernama Taman nDayu Park Alam Asri atau biasa disebut
nDayu Park yang terletak di Desa Dayu, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen.
Kegiatan ini dilakukan untuk menambah rasa kecintaan terhadp sejarah manusia,
khususnya budaya bangsa. Disamping itu kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong
rasa ingin tahui terhadap tempat - tempat prasejarah khususnya museum situs prasejarah
Sangiran . Itulah yang melatar belakangi kami untuk melakukan literasi budaya

1.2 Tujuan Kunjungan


1. Memperoleh informasi.
2. Memperoleh pengetahuan lebih banyak.
3. Menambah pengalaman peserta didik dalam mendapatkan pendidikan secara langsung
dan perjalanan yang menyenangkan .

1.3 Manfaat Kunjungan


1. Menambah wawasan.
2. Menggali potensi untuk dimanfaatkan sebagai sarana menambah nilai sosial dan rasa
ingin mengetahui perkembangan sejarah Indonesia .
3. Untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air .
4. Meningkatkan ketaqwaaan atas ciptaan Tuhan YME .

1
BAB II
ISI

1. Museum Sangiran

A. Sejarah Situs Sangiran


Sangiran adalah sebuah situs arkeologi di Jawa, Indonesia. Area ini memiliki luas
48 km² dan terletak di Jawa Tengah , 15 kilometer sebelah utara Surakarta di lembah
Sungai Bengawan Solo dan terletak di kaki gunung Lawu . Secara administratif
Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah .
Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini terdaftar di Situs Warisan
Dunia UNESCO . Tahun 1934 antropolog Gustav Heinrich Ralph von Koenigswak
memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun - tahun berikutnya , hasil pelatihan
menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama , Pithecanthropus erectus ("
Manusia Jawa " ) . Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Meganthropus
paleojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.
Sejarah Museum Sangiran bermula dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
Von Koeningswald sekitar tahun 1930-an. Di dalam kegiatannya Von Koeningswald
dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikikan pada masa itu. Setiap hari Toto
Marsono atas perintah Von Koeningswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk
mencari "balung buto" (Bahasa Jawa-tulang raksasa). Demikian pula penduduk
Sangiran mengistilahkan temuan tulang - tulang berukuran besar yang telah membatu
yang berserakan di sekitar ladang mereka . Balung buto tersebut adalah fosil yaitu sisa
- sisa organisme atau jasad hidup purba yang terawetkan di dalam bumi .

2
Fosil-fosil tersebut kemudian dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk
bahan pnelitian Von Koeningswald, maupun para ahli lainnya. Fosil - fosil yang
dianggap penting dibawa oleh laboratorium masing - masing peneliti ke mereka ,
sedang sisa dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan Krikilan.
Setelah Von Koeningswaki tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran ,
kegiatan pengumpulan fosil masih diteruskan oleh Toto Marsono sehingga jumlah fosil
di Pendopo Kelurahan semakin banyak . Dari Pendopo Kelurahan Krikian inilah lahir
cikal - bakal Museum Sangiran .
Untuk menampung koleksi fosil yang semakin hari semakin bertambah maka
pada tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun museum
kecil di Desa Krikian, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Saragen di atas tanah seluas
1000 m². Museum tersebut diberi nama "Museum Pestosen". Seluruh koleksi di
Pendopo Kelurahan Krikilan kemudian dipindahkan ke Museum tersebut . Saat ini
sisa bangunan museum tersebut telah dirombak dan dialihungsikan menjadi Balai Desa
Krikian .
Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan pada tahun 1977
dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Godangrejo, Kabupaten
Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat untuk
menampung hasil penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan .
Saat ini museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dipindahkan dan
dijadikan Pendopo Desa Dayu
Tahun 1983 pemerintah pusat membangun museum baru yang lebih besar di Desa
Ngampon, Desa Krikikan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Kompleks
Museum ini didirikan di atas tanah seluas 16.675 m² . Bangunannya antara lain terdiri
dari Ruang Pameran, Ruang Pertemuan Seminar, Ruang Kantor/Administrasi, Ruang
Perpustakaan, Ruang Storage, Ruang Laboratorium, Ruang Istirahat/Ruang Tinggal
Peneliti, Ruang Garasi, dan Kamar Mandi. Selanjutnya koleksi yang ada di Museum
Plestosen Krikilan dan Koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru
ini . Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan temuan fosil dari kawasan
Sangiran juga berfungsi untuk mengkonservasi temuan yang ada dan sebagai pusat
perlindungan dan pelestarian kawasan Sangiran.
Tahun 1998 Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah melengkapi Kompleks
Museum Sangiran dengan Bragunan Audio Visual di sisi timur museum . Dan tahun
3
2004 Bupati Sragen mengubah interior Ruang Kantor dan Ruang Pertemuan menjadi
Ruang Pameran Tambahan.
Tahun 2003 Pusat pemerintah berencana membuat museum yang lebih
representatif menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 ini
telah selesai dibangun gedung perkantoran tiga lantai yang terdiri dari ruang basemen
untuk gudang lantai 1 untuk Laboratorium , dan lantai II untuk perkantoran . Program
selanjutnya adalah membuat nuang audio visual , ruang transit untuk penerimaan
pengunjung, ruang pameran bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman
purbakala, dan lain-lain.
B. Isi Museum
Koleksi - Koleksi Museum Sangiran
1. Fosil manusia, antara lain Australopithecus africanus Pithecanthropus mojokertensis
(Pithecantropus robustus), Meganthropus soloensis, Homo palaeojavanicus,
Pithecanthropus erectus, Homo neanderthal Eropa, Homo neanderthal Asia, dan
Homo sapiens.
2. Fosil binatang bertulang belakang, antara lain Elephas namadicus (gajah), Stegodon
trigonocephalus (gajah), Mastodon sp (gajah), Bubalus palaeokarabau (kerbau), Felis
palacojavanica (harimau), Sus sp (babi), Rhinocerus sondaicus (badak), Bovidae
(sapi, banteng), dan Cervus sp (rusa dan domba).
3. Fosil binatang air, antara lain Crocodillus sp (buaya), ikan dan kepiting, gigi ikan hiu,
Hippopotamus sp (kuda nil), Mollusca (kelas Pelecypoda dan Gastropoda), Chelonia
sp (kura-kura), dan foraminifera.
4. Batu - batuan , antara lain Meteorit / Taktit , Kalesdon , Diatome , Agate , Ametis
5. Alat - alat batu , antara lain serpih dan bilah , serut dan gurdi , kapak persegi , bola
batu dan kapak perimbas - penetak
6. Koleksi lainnya :
a. Fosil kayu yang terdiri dari :
• Fosil kayu
Temuan dari Dukuh Jambu , Desa Dayu , Kecamatan Gondangrejo Kabupaten
Karanganyar . Ditemukan pada tahun 1995 pada lapisan tanah lempung warna
abu - abu ditemukan pada formasi pucangan
• Fosil batang pohon

4
Temuan dari Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe , Kabupaten Sragen. Fosil ini
ditemukan pada tahun 1977 pada lapisan tanah lempung Warna abu - abu dari
endapan ditemukan pada Formasi pucangan
b. Tulang hasta ( Ulna ) Stegodon Trigonocephalus
Ditemukan di kawasan cagar sangiran pada tanggal 23 november 1975 di tanah
lapisan lempung warna abu - abu Formasi kabuh bawah.
c. Tulang paha
Ditemukan dari Desa Ngebung , Kecamatan kalijambe , Kabupaten Sragen pada
tanggal 4 Februari 1989 pada lapisan tanah lempung warna abu - abu dari endapan
ditemukan pada formasi pucangan atas.
d. Tengkorak kerbau Ditemukan oleh Tardi Pada tanggal 20 November 1992 di
Dukuh Tanjung , Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo , Kabupaten Karanganyar pada
lapisan tanah warna coklat kekuning - kuningan yang bercampur pasir ditemukan
formasi kabuh berdasarkan penanggalan geologi berumur 700.000-500 tahun
e. Gigi Elephas Namadicus
Ditemukan di situs cagar budaya sangiran Pada tanggal 12 Desember 1975 , Pada
lapisan tanah pasir bercampur kerikil berwarna cokelat ditemukan pada Formasi
kabuh.
• Fragmen gajah purba , Hidup di daerah cagar budaya sangiran. Jenisnya adalah :
- Mastodon
- Stegodon
- Elephas
f. Tulang rusuk ( Casta ) Stegodon Trigonocephalus
Ditemukan oleh Supardi pada tanggal 3 Desember 1991 di Dukuh Bukuran , Desa
Bukuran Kecamatan kalijambe Kabupaten Sragen pada lapisan lempung warna
abu - abu dari endapan pucangan atas .
g. Ruas tulang belakang ( Vertebra )
Ditemukan di situs cagar budaya sangiran pada tanggal 15 Desember 1975 di
lapisan tanah pasir berwarna abu - abu pada formasi kabuh bawah .
h. Tulang jari ( Phalanx )
Ditemukan di situs sangiran pada tanggal 28 oktober 1975 pada lapisan tanah pasir
kasar warna cokelat kekuning - kuningan pada formasi kabuh .
i Rahang atas Elephas Namadicus
5
Rahang ini dilengkapi sebagian gading ditemukan oleh Atmo di Dukuh Ngrejo ,
Desa Samomorubuh Kecamatan Phupuh Kabupaten Sragen pada tanggal 24 April
1980 pada . lapisan Grenz bank antara formasi pucangan dan kabuh .
j. Tulang kaki depan bagian atas ( Humerus )
Bagian fosil ditemukan oleh Warsito Desa Krikilan , Kecamatan Kalijambe ,
Kabupaten Sragen pada tanggal 28 Desember 1998 pada lapisan tanah lempung
warna abu abu dari formasi pucangan atas kala pleistosen bawah .
k . Tulang kering
Ditemukan oleh Warsito di Dukuh Bubak Desa Ngebung , Kecamatan Kalijambe ,
Kabupaten Sragen pada tanggal 4 januari 1993 lapisan tanah lempung warna abu -
abu dari formasi pucangan atas .
l. Fosil Molusca , Khas Pelecypoda dan Klas Gastropoda
m. Binatang air
• Tengkorak buaya ( Crocodilus Sp . ) ditemukan pada tanggal 17 Desember 1994
oleh Sunardi di Dukuh Blimbing , Desa Ngebung Kecamatan kalijambe
kabupaten Sragen pada formasi pucangan .
• Kura - kura ( Chlonia Sp . ) ditemukan pada tanggal 1 Februari 1990 oleh hari
Purnomo Dukuh Pablengan , Desa krikilan , Kecamatan Kalijambe , kabupaten
Sragen pada Formasi pucangan
• Ruas tulang belakang ikan ditemukan pada tanggal 20 November 1975 oleh
Suwamo di Desa Bukuran , Kecamatan Kalijambe , Kabupaten Sragen pada
formasi pucangan

Zona Museum
zona museum dibagi menjadi 3 ruang pamer arena . Arena pamer pertama adalah " Kekayaan
Sangiran / Wealth of Sangiran " . Pada arena display ini, berisi fosil-fosil yang ditemukan di
situs Sangiran. Sebagian besar fosil dipajang pada arena ini , baik dalam bentuk diorama
maupun foto - foto dan pendukung grafis Fosil Homo Erectus , alat - alat bantu untuk
kehidupan manusia , binatang - binatang purba dapat disaksikan disini .

6
Manusia Purba
1. Homo sapien. Spesies manusia ini ada sejak tahun 100.000 silam . Spesies ini adalah
manusia zaman modern sekarang yang memiliki perkembangan yang pesat, memiliki
kecerdasan tinggi, dan mampu menciptakan peradaban dan teknologi.

2. Homo Erectus. Homo Erectus merupakan manusia penjelajah utama di dunia . Spesies ini
mampu menyebar ke seluruh dunia dan mampu beradaptasi dengan baik di iklim Plestosen.

7
3. Cro-Magnon. Cro-Magnon adalah manusia purba yang merupakan seniman pertama
dengan hasil karya berupa lukisan di goa, pahatan, dan patung ukir.

4. Homo Floresiensis. Dapat ditebak dari namanya, manusia purba yang telah punah ini
berasal dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Homo Floresiensis dikenal juga sebagai flo
atau hobbit karena ukurannya yang kerdil.

Hewan Purba

8
1. Gajah Purba

Terdapat 3 jenis gajah di Sangiran , Mastodon , Stegodon , Elephas . Mastodon adalah gajah
paling primitif di Sangiran dengan gading yang panjang dan tubuh yang lebih pendek. Kalau
menyebut Mastodon , Demikian pula halnya Stegodon , gading gajah purba ini pun juga
sangat panjang sekali dengan bentuk yang melengkung . Hal ini nampak pada gading fosil
yang dipajangkan di museum ini. Sedangkan Elephas adalah gajah modem dengan gading
yang pendek. Bentuknya Elephas ini sama lah kayak gajah gajah yang ada di kebun binatang .
2. Buaya Sangiran

9
Buaya yang pernah hidup di Sangiran adalah buaya dari famili Gavialidae dan Crocodylidae.
Contoh spesies buaya dari famili tersebut yang pernah mendiami Sangiran adalah Gavialis
Bengawanens

3. Kuda Nil Purba

Kuda Nil purba ( Hippopotamus sp . dan Hexaprotodon ) ini hidup sekitar 1, 2 juta tahun yang
lalu di Sangiran.
4. Hewan Bertanduk Purba

Binatang-binatang ini antara lain Banteng Purba (Bibos Paleosondaicus), Rusa Purba (Cervus
Hippelaphus), dan Kerbau Purba (Bubalus Palcokarabau). Binatang - binatang bertanduk ini
hidup antara tahun 700.000 300.000 tahun yang lalu

10
Peninggalan Purba
1. Batu Masif. Batu Masif adalah Peralatan besar yang digunakan untuk pekerjaan berat
seperti memotong kayu/tulang , peralatan kecil digunakan untuk pekerjaan ringan seperti
mengiris , menyayat , dan sebagainya .
2. Batu Non Masif. Alat batu non masif adalah alat batu dengan ukuran tipis dan kecil

Ruang pamer 2

11
Arena pamer kedua adalah " Langkah - langkah Kemanusian / Steps Of Humanity " . Ruang
pamer disini berisi dokumentasi teori visual "big bang", terbentuknya alam semesta, hingga
pembabakan zaman dan mahkluk hidup yang tinggal di masa-masa tersebut. Proses sebuah
mahkluk hidup ketika disini menjadi fosil , juga dapat dilihat . Proses evolusi manusia juga
digambarkan secara lengkap. Teori evolusi menjelaskan bagaimana dan makhluk hidup
berubah dari generasi ke generasi. Bahkan , hasil penelitian terbaru hampir selalu
mengakibatkan pandangan tentang asal - usul manusia berubah - ubah . Pada tahun 1970an,
masih banyak rantai mata yang belum ditemukan dan hubungan kekerabatan manusia dengan
kera tampak jauh. Namun, pada tahun 1990an, fosil fosil yang mengisi rantai mata yang
hilang lebih banyak ditemukan dan ternyata kekerabatan manusia dengan kera tampak
semakin dekat. Di ruang pamer ini juga dipaparkan sejarah penelitian manusia purba di
Indonesia, sekaligus pakar-pakar yang berperan di dalamnya, antara lain GHR von
Koenigswald dan Eugene Dubois.

Sejarah penemuan manusia purba di Indonesia

Pakar Manusia Purba


1. Eugene Dubois. Pada tahun 1887-1891, dokter dari Belanda ini menemukan fosil
Pithecantropus Erectus atau Homo Erectus di Kedungbrubus dan Trinil.

12
2. G.H.R von Koenigswald. Dibantu oleh ahli lainnya, ahli Paleontologi dari Jerman ini
kembali menemukan fosil Homo Erectus lainnya yang dulunya berama Pithecanthropus
Soloensis, Pithecantropus Mojokertensis, dan Megantropus Palacojavanicus (Homo Erectus
Archaic).

Ruang pamer ke - 3 atau terakhir


Berisi Masa Keemasan Homo Erectus yang berkisar 500.000 tahun yang lalu. Di ruang ini
hanya terdapat 2 diorama besar , yang menggambarkan kehidupan manusia homo erectus di
masa keemasannya itu .

13
2. nDayu Park

nDayu Park merupakan salah satu destinasi wisata berbasis edukasi yang terletak di
Sragen, Jawa Tengah.
Lokasi tepatnya berada di Dusun Gembong, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang,
Kabupaten Sragen.
Tempat wisata ini tidak terlalu jauh dari pusat kota Sragen, sehingga mudah dijangkau.
Dari alun-alun Sragen, nDayu Park bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih selama 15 menit
saja.
nDayu Park didirikan pada tahun 2015 dan diresmikan oleh Bupati Sragen kala itu, yakni
Untung Wibowo. Berdiri di atas lahan seluas kurang lebih lima hektare, nDayu Park memiliki
beragam wahana yang menarik.

14
Beberapa wahana yang dapat dijumpai di nDayu Park antara lain adalah:
1. Bebek Kayuh

2. Membuat Gerabah dan Batik

3. Sepeda Gantung

Selain itu, wisata ini juga memiliki kebun binatang, kolam renang, dan waterboom, dan
wahana lainnya. Wahana untuk Outbond Traning, Fun Game, Agrowisata, Villa & Cottage,
restoran juga tersedia.

15
Banyak wahana dan hiburan sekaligus dirancang berrkonsep bermain dan belajar dengan
menyenangkan. Suasananya yang sejuk dengan rindangnya pepohonan jati khas alam
pedesaan memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

16
BAB III
PENUTUP

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penulisan laporan ini. Penulis berterima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan ini , sehingga bermanfaat bagi para
pembaca . Dalam penyusunan laporan ini masih banyak kesalahan dalam penguraian tulisan
dan lainnya, maka dari itu kami meminta maaf sebesar-besarnya. Atas kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sekalian, akan sangat bermanfaat untuk menyempurnakan
laporan ini.
Demikian laporan ini, ucapan terima kasih sebesar - besarnya untuk semua pihak yang
telah membantu dalam proses maupun penyusunan laporan ini.

Kesimpulan

1. Museum merupakan suatu tempat yang ideal sebagai wadah kegiatan pendidikan sekaligus
hiburan . Dengan demikian museum diharapkan mampu menyajikan pengetahuan dan
keterampilan dalam suasana yang menyenangkan. Peran museum sebagai mitra pendidik
dapat merujuk pada Empat Tiang Pendidikan Abad ke - 21 yang merupakan hasil rumusan
Komisi Internasional untuk mengetahui ( learn to know ) , belajar untuk melakukan ( learn to
do ) . belajar untuk menjadi ( learn to be ) dan belajar untuk hidup bersama ( learn to live
together ).
Sebagai lembaga pelestarian benda-benda budaya, koleksi museum dapat dijadikan
sebagai sumber pendidikan. Salah satunya adalah sumber pendidikan hubungan antarbangsa
khususnya kita dapat mengetahui hubungan antarbangsa pada masa lampau melalui koleksi
koleksi museum Koleksi museum dapat diketahui bagaimana hubungan antarbangsa pada
masa lampau berlangsung .
Bentuk hubungan antarbangsa pada masa lampau penayangan tersebut bisa menjadi
inspirasi hubungan antarbangsa di masa sekarang ini untuk dapat menjalin hubungan yang
baik . Seperti pesan yang menyatakan bahwa " belajar dari masa lalu untuk menyelesaikan
hubungan yang lebih baik di masa depan " . Salah satu media pembelajarannya dapat
diperoleh dengan mengamati dan menelaah koleksi museum.

17
2. Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki sumber daya alam dan budaya yang
melimpah. Keberagaman kekayaan alam dan budaya yang dimiliki negara Indonesia , seperti
potensi alam , flora dan fauna , berbagai wilayah yang memiliki keragaman adat istiadat ,
kebudayaan , serta bahasa.

18

Anda mungkin juga menyukai