Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL KULIAH LAPANGAN

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dominikus Riki Yonda, M.Pd

Kelas : A12

Disusun Oleh :

Damiana Lusi A.P ( 2112061896 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSADA KHATULISTIWA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “LAPORAN
HASIL KULIAH LAPANGAN”

Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan belajar dan menambah wawasan kepada
pembaca. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam perkembangan peserta didik.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dominikus Riki Yonda,
M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dalam segi penulisan makalah, bahasa maupun materi. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
B. TUJUAN PENULISAN......................................................................................... 1
C. MANFAAT............................................................................................................. 1
D. TEMPAT DAN WAKTU KULIAH LAPANGAN............................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

A. LAPORAN............................................................................................................. 3

BAB III PENUTUP........................................................................................................... 8

A. KESIMPULAN...................................................................................................... 8
B. SARAN................................................................................................................... 8
C. LAMPIRAN FOTO............................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Museum Kapuas Raya yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat dibangun atas
inisiatif Tropen Museum di Amsterdam yang mendirikan Pusat Kebudayaan Sintang
Tahun 1822. Hal ini berawal dari sejarah bahwa Belanda pernah menduduki daearah
Kalimantan Barat yang bermula pada hubungan dagang dan berlanjut pada penguasaan
daerah di Kalimantan Barat.
Museum ini berada di Jl. Sintang Putussibau Km. 14 Kelurahan Tanjungpuri,
Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pada Tanggal 29 September
2004 dibuat Dokumen Kesepakatan Nomor 751.441.0003 yang menyepakati
dibangunnya museum yang menjadi Pusat Kebudayaan Sintang sebagai sumber
kebudayaan dan pendidikan bagi penduduk Sintang.
Pusat Kebudayaan ini diharapkan dapat mendorong kesadaran dan pengetahuan
tentang warisan budaya bersama, mengenali dan menghargai keragaman budaya, serta
menemukan titik-titik persamaan yang dapat menciptakan interaksi budaya yang
menguntungkan. Museum ini menepati lahan seluas 2 ha dan luas bangunan 50 x 25m2.
Di dalam Museum Kapuas Raya ini mempunyai koleksi antara lain: tekstil, keramik,
senjata(mandau), seperangkat busana adat pengantin Dayak, Melayu, dan Cina, dan
sejumlah foto-foto sejarah perang Sintang tempo dulu, serta alat-alat musik seperti
gong.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Museum Kapuas Raya Sintang
2. Untuk mengetahui Pemanfaatan Museum dan Koleksi Museum Kapuas Raya
Sintang
3. Untuk mengetahui Perkembangan dan Keunikan Museum Kapuas Raya Sintang

C. MANFAAT
1. Menambah wawasan mengenai sejarah berdirinya Museum Kapuas Raya Sintang
2. Menambah wawasan mengenai Pemanfaatan Museum dan Koleksi Museum
Kapuas Raya Sintang

1
3. Menambah wawasan mengenai Perkembangan dan Keunikan Museum Kapuas
Raya Sintang

D. TEMPAT DAN WAKTU KULIAH LAPANGAN


Ada satu tempat yang kami datangi,yaitu :
1. Museum Kapuas Raya Sintang
Jl. Sintang Putussibau Km. 14 Kelurahan Tanjungpuri, Kecamatan Sintang
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

2
BAB II
LAPORAN

LAPORAN KULIAH LAPANGAN


Hasil laporan saya saat Kuliah Lapangan di Museum Kapuas Raya Sintang yaitu:
Pertama saat memasuki Gedung Museum Kapuas Raya Sintang kami diajak
berfoto dan membuat video Bersama yang sudah menjadi tradisi sebelum memasuki
ruangan museum tgersebut.Pada pembuatan video di museum tersebut petugas museum
mengucapkan “Salam Museum” “Museum Dihatiku” dan “Salam Budaya” “Lestari
Budayaku”.Ketika masuk kedalam ruangan kami dikenalkan dengan Sejarah Museum
Kapuas Raya Sintang.Dan Museum Kapuas Raya memiliki 3 ruang utama yaitu Ruang
Sejarah,Ruang Kebudayaan,dan Ruang Tenun Ikat.
A. SEJARAH MUSEUM KAPUAS RAYA KABUPATEN SINTANG
Museum Kapuas Raya di bangun atas inisiatif Trofen Museum di Amsterdam
Belanda yang mendirikan pusat kebudayaan Sintang pada tahun 1822. Hal ini berawal
dari sejarahbahwa pada jaman dahulu, Belanda pernah menduduki daerah Kalimantan
Barat yangbermula pada hubungan berdagang dan berlanjut pada penguasaan daerah
Kalimantan Barat.Berdiri diatas tanah seluas 20.000 meter persegi dan bangunan
Museum berukuran25 meter x 50 meter. Museum Kapuas Raya diresmikan pada
tanggal 11 Oktober 2008 Oleh Bupati Sintang pada periode 2005-2010, yaitu Drs.
Milton Crosby, M.Si. sebelumnya padatanggal 29 September 2004 di buat Dokumen
Kesepakatan nomor 751.441.75 0003. Yang menyepakati di bangunnya Museum
Kapuas Raya Sintang sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan.Museum Kapuas Raya
Memiliki 4 (empat) Ruang Pemeran utama, yaitu Ruang Sejarah Sintang, Ruang
Kebudayaan Sintang, Ruang Tenun Ikat, Ruang Sejarah LambangNegara.

B. KORIDOOR MUSEUM 
- Simbol 3 etnis
Ketika kita masuk ke koridoor Museum Kapuas Raya Sintang yang mana
telah disambut dengan 3 (tiga) simbol etnis (suku) besar yaitu Tion
Hoa,Dayak,Melaayu yang berada di Kabupaten Sintang.
1. Burung Enggang
Merupakan simbol dari etnis (suku) Dayak.Burung enggang berarti membedakan
derajat suku, tetapi burung merupakan hewanyang sebagian besar hidup di atas
karena memiliki kemampuan untuk mengepakan sayapnya artinya bisa terbang.
Burung enggang tersebut memiliki arti kebesaran dankemuliaan bagi suku dayak.

2. Payung Ubur-Ubur Kuning


Merupakan simbol dari etnis (suku) Melayu. Warna kuningadalah warna yang di
pandang mulia oleh orang melayu dan seterusnya dikhaskanmenjadi lambang
kebesaran raja-raja. Biasanya terbuat dari kain sutra berwarnakuning raja.

3
3. Lilin Yin Yang
Merupakan simbol dari etnis (suku) Tiong Hoa. Yin Yang
merupakankeseimbangan didalam suku Tiong Hoa. Secara tradisional Yin berarti
gelap, feminim,(negatif). Sedangkan Yang cahaya,laki-laki, (positif). Keduanya
saling melengkapi.
 
- KORIDOOR SEBELAH KANAN
Di koridoor terdapat 12 foto kebiasaan masyarakat Kabupaten Sintang yang
digambarkan oleh 3 etnis (suku)
1. Foto 1 Keraton Sintang, bukit kelam dan motor bandongmotor bandong merupakan
alat transportasi air yg di gunakan.
2. Foto 2 Rumah lanting.
3. Foto 3 Kebiasaan masyarakan dekat sungan membersihkan diri di sungai kapuas
atau melawi
4. Foto 4 Gunting Rambut merupakan upacara adat Suku Melayu.
5. Foto 5 Mandi-mandi merupakan upacara adat Suku Dayak.
6. Foto 6 Anak kecil Memakai Gelang merupakan upacara adat Suku Tiong Hoa
7. Foto 7 Sembahyang Kubur bagi suku Tiong Hoa.
8. Foto 8 Anak gadis menampih padi bagi suku Dayak.
9. Foto 9 Mengail Pancing bagi kebiasaan suku Melayu di sore hari
10. Foto 10 Orang sedang menjala
11. Foto 11 Orang sedang mukat
12. Foto 12 Mandi U-SHI

- KORIDOOR SEBELAH KIRI


1. Foto 1
Dirumah betang tersebut merupakan upacara Baum atau musyawarah pembagian
tugas sebelum berangkat berburu bagi suku Dayak.
2. Foto 2
Sembahyang bagi Suku Tiong Hoa yang dilakukan di Klenteng
3. Foto 3
Nopen merupakan upacara hiburan setelah setelah upacara adat pernikahan suku
melayu.
4. Foto 4
Pengajian Mandau bisa dilakukan oleh suku Dayak dan sampai sekarang masih
dilaksanakan.
5. Foto 5
Pemotong rambut tradisional yang dahulu diguankan dimasanya dari suku
Melayu.
6. Foto 6
Menjagit biasa dilakukan oleh suku Tiong Hoa pada zaman dahuku dan sampai
sekarang ini masih dilakukan bahkan keahlian tersebut sekarang sudah dipelajari
oleh suku yang lain.
7. Foto 7
Bersih-bersih disungai merupakan kebiasaan masyarakat sekitar yang hidpu
dibantaran sungai dan baiasanya adalah suku Melayu.

4
8. Foto 8
Catur cina merupakan budaya tradisi suku Tiong Hoa yang dilakukan oleh para
orang tua untuk menunggu dan mengisi waktu luang mereka
.
9. Foto 9
Bekandau merupakan tradisi Dayak yang dilakukan oleh orang tua untuk bercerita
tentang pengalaman yang disampaikan kepada anak cucunya dirumah betang.

C. RUANG SEJARAH
Sejarah Sintang disajikan dengan peta lama,foti dan obyek. Pameran ini terbagi
atas dalam berikut Kerajaan Sintang,Sejarah Politik dan Militer,Sejarah Ekonomi dan
Sosial. Borneo adalah nama alternatif untuk Kalimantan yang muncul akibat salah satu
pleafal pedagang Portugal yang di ikuti oleh orang Eropa lainnya pada abad ke-17
terhadap nama Brunei. Awal mula ada suku Dayak,jadi 10.000 tahun sebelum Masehi
Borneo terhubung dengan seluruh Kawasan Asia Tenggara dengan daratan. Borneo
menjadi bagian dari daratan Sunda yang berasal dari selat sunda. Penduduk pertama
Borneo adalah orang-orang Austronesia yang dating dari Asia Tenggara. Orang
Austronesia inilah merupakan nenek moyang suku Dayak.
Pendirian Sintang dapat diruntut dari berbagai kisah lama. Seiring waktu,sedikit
demi sedikit kisah mengalami perubahan. Menurut sejarah,Sintang didirikan oleh Aji
Melayu dan Putri Junjung Buih. Aji Melayu yang merupakan seorang pedagang Hindu
asal Jawa adalah Raja Sepauk. Sedangkan, Putri Junjung Buih adalah seorang putri dari
seorang kepala suku Dayak.Sejarah kerajaan sintang dimulai dengan Dara Juanti
keturunan Jubair. Dara Juanti menikah dengan seorang pangeran asal Kerajaan
Majapahit. Dara Juanti berkuasa sebagai ratu yang pertama dan terakhir di Kerajaan
Sintang.
Para pedagang Belanda berkunjung ke Borneo Barat sektar tahun 1600.Hubungan
dagang pertama Belanda dengan sintang mulai terjalin pada tahun 1822. Perjanjian
antara Kerajaan Sintang dengan Belanda menetapkan kekuasaan Belanda di Sintang.
Belanda meunujuk Ade Djun sebagai Raja Sintang. Konflik di Jawa menyebabkan
Pemerintahan Kolonial Belanda meninggalkan Sintang pada tahun 1827. Pada tahun
1841 pengaruh Belanda pada perdagangan di wilayah Kapuas terancam oleh Raja
Sarawak,James Brooke. Kemudian,Pemerintahan Belanda kembali ke sintang pada
tahun 1854. Masa kolonial di sintang berakhir seiring dengan kemardekaan Republik
Indonesia.
Suku Dayak dan keturunannya,sebagai penduduk pertama daerah ini nerasal dari
akar budaya yang sama. Sejak dulu,mereka mengandalkan hidup pada sector pertanian
dan perikanan,berburu dan mengumpulkan serta berdagang hasil-hasil hutan. Orang
melayu selain menjadi pedagang kecil juga mengandalkan mata pencarian pada sector
perikanan dan pertanian. Orang Tiong Hoa dating untuk berkerja di bidang tambang-
tambang emas. Mereka juga kemudian melakukan aktifitas di sektor
perdagangan,pabrik dan jasa serta menjadi petani karet.

D. RUANG TENUN IKAT


Di ruang tenun ikat adalah ruangan yang berisi berbagai karya tenun yang dibuat
oleh nenek moyang zaman dahulu dan hasil karya dari masyarakat sintang zaman
sekarang.Hasil karya tenun berupa baju-baju tenun bercorak Dayak dan Melayu yang
dipajang dipinggir-pinggir dan sudut-sudut ruangan.Teknik menenun Dayak des aini

5
menceritakan Ketika para ibu-ibu setelah berladang mereka mengisi waktu dengan
menenun.Dalam 10 tahun terakhir,dengan dukungan dari masyarakat sintang,para
penenun telah berhasil melakukan kegiatan pelestarian tenun ikat budaya leluhur.Pada
tahun 2008 koperasi telah memiliki lebih dari seribu anggota dan empat ratus lebih
penenun aktif. Pada pameran tenun ikat leluhur ini menampilkan hasil-hasil tenunuan
yang diproduksi oleh organisasi penenun yang anggotanya dating dari berbagai
kampung di Sintang.
Teknik pembuatan tenun ikat budaya leluhur suku Dayak memiliki beberapa
tahap dalam pengerjaan.Tahap-tahap tersebut adalah mimintal benang,Menyusun
benang,mengikat,pewarnaan dan menenun. Pada masa kini kain tenun yang dihasilkan
penenun dipergunakan untuk upacara adat. Didalam sistem kebudayaan leluhur
Dayak ,tekstil berperan penting dalam kehidupa sehari-hari dan upacara adat. Suku
Dayak membuat tenunan dengan motif yang indah untuk baju,rok,cawat,dan selimut.
Terdapat perbedaan dekorasi Teknik dalam pembuatan seperti ikat,sungkit,pilin,dan
sidan. Beberapa peninggalan kain tenun yang terdapat di Sintang di produksi kembali.
Berbagai usaha pelestarian telah dilakukan,antara lain mempelajari kembali Teknik
klasik menenun,pewarnaan alami,hingga mengumpulkan dan mengenal kembali nama-
nam motif.

E. RUANG KEBUDAYAAN
Ruang kebudayaan merupakan gambaran kehidupan kelahiran hingga kematian
dari 3 etnis(suku) terbesar di Kabupaten Sintang.
1. Tempat Sembahyang Suku Toing Hoa
Tempat sembahyang suku Tiong Hoa yang biasa disebut Klenteng, di
dalamnya terdapatDewa-dewa, sesaji, dupa lilin Yin Yang, Lampion, Naga dan ikan.
Untuk naga sendiri bukansebenarnya tetapi naga ini merupakan refleksi dari
berbagai binatang yang menjadisangat kuat, disini ditampilkan bahwa badan
berbentuk ular, kepala kuda, telinga sapi,tanduk kidang, mata kelinci, sisik ikan
emas, tangan macan, cakar burung elang. Naga iniselalu di temani oleh 2 ekor ikan
emas adalah menandakan kemakmuran.
2. Tujuh Bulanan
3. Baju Adat Pengantin Melayu
4. Adat Khitanan/sunatan
5. Baju Adat Pengantin Dayak
6. Upacara Adat Kelahiran Bagi suku Tiong hoa
7. Baju adat pengantin suku Tiong Hoa
8. Upacara Pemakaman suku Tiong Hoa
9. Benda-benda peninggalan nenek Moyang
10. Upacara Gawai Dayak
11. Rumah Sandung
12. Perhiasan jaman Dahulu Suku Dayak

Masyarakat Dayak,Melayu dan Tiong Hoa di sintang merayakan Bersama


keluarga dan sahabat. Yang terpenting dari perayaan ini adalah berbagi suka dan duka.
Keluarga dan sahabat Bersama-sama mengadakan selamatan guna menyatukan anggota
masyarakat. Upacara-upacara seperti ini bertujuan untuk mempertahankan dan
memajukan kehidupan,kesejahteraan serta memperkuat ikatan dalam masyarakat. Acara
kegiatan tersebut seperti gawai Dayak,pernikahan melayu dan tahun baru cina.Pameran
ini dipersembahkan bagi kebudayaan yang hidpu didalam masyarakat Sintang.
Penduduk sintang berasal dari berbagai suku yang berbeda. Komunitas terbesar adalah

6
suku Dayak,Melaayu dan China. Semua budaya di dunia di pengaruhi oleh perubahan.
Di sintang kebanyakan upacara yang diperlihatkan disini berasal dari masa lalu. Ada
yang tidak diadakan lagi dan ada yang berubah. Tujuan pameran ini adalah untuk
membangun pengertian anatar budaya,agama dan gaya hidup.

Subyek pameran adalah :


1. Perayaan panen
2. Perayaan tahun baru
3. Upacara pernikahan
4. Upacara sunatan
5. Upacara tujuh bulan kehamilan
6. Upacara kematian

F. RUANG SEJARAH LAMBANG NEGARA


Lambing Negara Indonesia dalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Lambang Negara Indonesia
berbentuk Burung Garuda yang kepalanya menoleh ke kanan heraldik. Lambang ini di
rancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, yang kemudian disempurnakan oleh
Presiden Sukarno, dan di resmikan pemakaiannya sebagai lambing negara pertama kali
pada kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari 1950.
Setelah perang kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul juga pengakuan
kedaulatan rakyat Indonesia oleh Belanda melaului konferensi meja bundar pada
tahun1949 di rasakan Indonesian memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 di
bentuk panitia Teknis dengan nama panitia Lencana Negara di bawah koordinator
Menteri Negara Zonder Porto Folio ultan Hamid II dengan susunan panitia teknis
Mohammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara, M A Pellaupessy, Moh Nasir
dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas untuk menyeleksi
usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah.Kemudian terpilih 2 (dua) rancangan lambang negara terbaik yaitu Sultan
Hamid IIdan M Yamin. Kemudian pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah
adalah rancangan ultan Hamid II dan karya M Yamin di tolak karena menyertakan
sinar-sinar matahari yang menampakan pengaruh Jepang.Untuk penyempunaan doalog
intensif dilaksanakan antara perancang, Presiden RIS Sukarno dan perdana menteri
Mohammad Hatta terus dilakukan. Mereka bertiga sepakatuntuk mengganti pita putih
dengan menambahkan semboyan Bhineka Tunggal Ika.Setelah itu rancangan tersebut
mendapatkan masukan dari partai Masyumi untukdipertimbangkan kembali, karena
adanya keberatan terhadap gambar burung garudadengan tangan dan bahu manusia dan
memegang perisai yang dianggap terlalu bersifat Mitologis.
Sultan Hamid mengajukan kembali rancangan tersebut yang telah disempurnakan
berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda
Pancasila yang di singkat Garuda Pancasila. Presiden Sukarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri.
AG Pringgodigdo dalam bukunya “sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah
ABRI menebutkan,rancangan lambang negara Sultan Hamid II akhirnya di resmikan
pemakaianya dalam Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawalinya masih
gundul dan tidak berjambulseperti bentuk sekarang.Sukarno terus memperbaiki
bentuk Garuda Pancasila pada tanggal 20 Maret 1950 dengan memerintahkan pelukis
istana yaitu Dullah untuk melukis kembali rancangan tersebut. Setelah sebelumnya
diperbaiki antara lain jambul pada kepala Garuda Pancasila,serta mengubah posisi
cakar kaki yang mencengkeram pita dari semula di belakang pitamenjadi didepan pita,

7
atas masukan presiden Sukarno, selain itu juga ditambahkan skalaukuran dan tata
warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila ini terakhir dibuat patung
besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam ruang Kemerdekaan
Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik
Indonesia, dan desin tidak dirubah hingga kini.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Museum Kapuas Raya dibangun atas inisiatif Museum Tropen Belanda, yang
semula mendirikan Pusat Kebudayaan Sintang pada 1822. Menurut catatan sejarah,
Belanda pernah menduduki daerah Kalimantan Barat yang berawal dari hubungan
dagang dan berlanjut pada penguasaan daerah.
Pada 29 September 2004 dibuat Dokumen Kesepakatan bahwa akan dibangun
museum menjadi Pusat Kebudayaan Sintang sebagai sumber kebudayaan dan
pendidikan bagi penduduk Sintang. Pusat kebudayaan ini diharapkan dapat mendorong
kesadaran dan pengetahuan tentang warisan budaya bersama, mengenali dan
menghargai keragaman budaya, serta menemukan titik-titik persamaan yang dapat
menciptakan interaksi budaya yang menguntungkan.
Museum memiliki tiga ruang utama, yaitu Ruang Sejarah, Ruang Kebudayaan,
dan Ruang Tenun Ikat. Koleksi museum antara lain berupa tekstil, keramik, senjata
tradisional (mandau), busana adat pengantin, peralatan daur hidup, alat-alat musik, dan
foto-foto Sintang tempo dulu. Koleksi-koleksi tersebut mewakili tiga suku besar di
Kalimantan Barat, yakni Dayak, Melayu, dan Tionghoa.

B. SARAN
Penulis sangat berterimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
melaksanakan kegiatan kuliah lapangan ini karena dapat menambah wawasan yang
lebih luas. Dan semoga dengan adanya kuliah lapangan ini kita bisa mencintai dan
menghormati budaya kita sendiri.

C. LAMPIRAN FOTO

8
9
10
11

Anda mungkin juga menyukai