Kelas : A12
Disusun Oleh :
PERSADA KHATULISTIWA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “LAPORAN
HASIL KULIAH LAPANGAN”
Tugas ini dibuat guna memenuhi tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD.
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan belajar dan menambah wawasan kepada
pembaca. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam perkembangan peserta didik.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dominikus Riki Yonda,
M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran IPS SD. Berkat tugas yang
diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dalam segi penulisan makalah, bahasa maupun materi. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................ 1
B. TUJUAN PENULISAN......................................................................................... 1
C. MANFAAT............................................................................................................. 1
D. TEMPAT DAN WAKTU KULIAH LAPANGAN............................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. LAPORAN............................................................................................................. 3
A. KESIMPULAN...................................................................................................... 8
B. SARAN................................................................................................................... 8
C. LAMPIRAN FOTO............................................................................................... 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Museum Kapuas Raya yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat dibangun atas
inisiatif Tropen Museum di Amsterdam yang mendirikan Pusat Kebudayaan Sintang
Tahun 1822. Hal ini berawal dari sejarah bahwa Belanda pernah menduduki daearah
Kalimantan Barat yang bermula pada hubungan dagang dan berlanjut pada penguasaan
daerah di Kalimantan Barat.
Museum ini berada di Jl. Sintang Putussibau Km. 14 Kelurahan Tanjungpuri,
Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pada Tanggal 29 September
2004 dibuat Dokumen Kesepakatan Nomor 751.441.0003 yang menyepakati
dibangunnya museum yang menjadi Pusat Kebudayaan Sintang sebagai sumber
kebudayaan dan pendidikan bagi penduduk Sintang.
Pusat Kebudayaan ini diharapkan dapat mendorong kesadaran dan pengetahuan
tentang warisan budaya bersama, mengenali dan menghargai keragaman budaya, serta
menemukan titik-titik persamaan yang dapat menciptakan interaksi budaya yang
menguntungkan. Museum ini menepati lahan seluas 2 ha dan luas bangunan 50 x 25m2.
Di dalam Museum Kapuas Raya ini mempunyai koleksi antara lain: tekstil, keramik,
senjata(mandau), seperangkat busana adat pengantin Dayak, Melayu, dan Cina, dan
sejumlah foto-foto sejarah perang Sintang tempo dulu, serta alat-alat musik seperti
gong.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Museum Kapuas Raya Sintang
2. Untuk mengetahui Pemanfaatan Museum dan Koleksi Museum Kapuas Raya
Sintang
3. Untuk mengetahui Perkembangan dan Keunikan Museum Kapuas Raya Sintang
C. MANFAAT
1. Menambah wawasan mengenai sejarah berdirinya Museum Kapuas Raya Sintang
2. Menambah wawasan mengenai Pemanfaatan Museum dan Koleksi Museum
Kapuas Raya Sintang
1
3. Menambah wawasan mengenai Perkembangan dan Keunikan Museum Kapuas
Raya Sintang
2
BAB II
LAPORAN
B. KORIDOOR MUSEUM
- Simbol 3 etnis
Ketika kita masuk ke koridoor Museum Kapuas Raya Sintang yang mana
telah disambut dengan 3 (tiga) simbol etnis (suku) besar yaitu Tion
Hoa,Dayak,Melaayu yang berada di Kabupaten Sintang.
1. Burung Enggang
Merupakan simbol dari etnis (suku) Dayak.Burung enggang berarti membedakan
derajat suku, tetapi burung merupakan hewanyang sebagian besar hidup di atas
karena memiliki kemampuan untuk mengepakan sayapnya artinya bisa terbang.
Burung enggang tersebut memiliki arti kebesaran dankemuliaan bagi suku dayak.
3
3. Lilin Yin Yang
Merupakan simbol dari etnis (suku) Tiong Hoa. Yin Yang
merupakankeseimbangan didalam suku Tiong Hoa. Secara tradisional Yin berarti
gelap, feminim,(negatif). Sedangkan Yang cahaya,laki-laki, (positif). Keduanya
saling melengkapi.
- KORIDOOR SEBELAH KANAN
Di koridoor terdapat 12 foto kebiasaan masyarakat Kabupaten Sintang yang
digambarkan oleh 3 etnis (suku)
1. Foto 1 Keraton Sintang, bukit kelam dan motor bandongmotor bandong merupakan
alat transportasi air yg di gunakan.
2. Foto 2 Rumah lanting.
3. Foto 3 Kebiasaan masyarakan dekat sungan membersihkan diri di sungai kapuas
atau melawi
4. Foto 4 Gunting Rambut merupakan upacara adat Suku Melayu.
5. Foto 5 Mandi-mandi merupakan upacara adat Suku Dayak.
6. Foto 6 Anak kecil Memakai Gelang merupakan upacara adat Suku Tiong Hoa
7. Foto 7 Sembahyang Kubur bagi suku Tiong Hoa.
8. Foto 8 Anak gadis menampih padi bagi suku Dayak.
9. Foto 9 Mengail Pancing bagi kebiasaan suku Melayu di sore hari
10. Foto 10 Orang sedang menjala
11. Foto 11 Orang sedang mukat
12. Foto 12 Mandi U-SHI
4
8. Foto 8
Catur cina merupakan budaya tradisi suku Tiong Hoa yang dilakukan oleh para
orang tua untuk menunggu dan mengisi waktu luang mereka
.
9. Foto 9
Bekandau merupakan tradisi Dayak yang dilakukan oleh orang tua untuk bercerita
tentang pengalaman yang disampaikan kepada anak cucunya dirumah betang.
C. RUANG SEJARAH
Sejarah Sintang disajikan dengan peta lama,foti dan obyek. Pameran ini terbagi
atas dalam berikut Kerajaan Sintang,Sejarah Politik dan Militer,Sejarah Ekonomi dan
Sosial. Borneo adalah nama alternatif untuk Kalimantan yang muncul akibat salah satu
pleafal pedagang Portugal yang di ikuti oleh orang Eropa lainnya pada abad ke-17
terhadap nama Brunei. Awal mula ada suku Dayak,jadi 10.000 tahun sebelum Masehi
Borneo terhubung dengan seluruh Kawasan Asia Tenggara dengan daratan. Borneo
menjadi bagian dari daratan Sunda yang berasal dari selat sunda. Penduduk pertama
Borneo adalah orang-orang Austronesia yang dating dari Asia Tenggara. Orang
Austronesia inilah merupakan nenek moyang suku Dayak.
Pendirian Sintang dapat diruntut dari berbagai kisah lama. Seiring waktu,sedikit
demi sedikit kisah mengalami perubahan. Menurut sejarah,Sintang didirikan oleh Aji
Melayu dan Putri Junjung Buih. Aji Melayu yang merupakan seorang pedagang Hindu
asal Jawa adalah Raja Sepauk. Sedangkan, Putri Junjung Buih adalah seorang putri dari
seorang kepala suku Dayak.Sejarah kerajaan sintang dimulai dengan Dara Juanti
keturunan Jubair. Dara Juanti menikah dengan seorang pangeran asal Kerajaan
Majapahit. Dara Juanti berkuasa sebagai ratu yang pertama dan terakhir di Kerajaan
Sintang.
Para pedagang Belanda berkunjung ke Borneo Barat sektar tahun 1600.Hubungan
dagang pertama Belanda dengan sintang mulai terjalin pada tahun 1822. Perjanjian
antara Kerajaan Sintang dengan Belanda menetapkan kekuasaan Belanda di Sintang.
Belanda meunujuk Ade Djun sebagai Raja Sintang. Konflik di Jawa menyebabkan
Pemerintahan Kolonial Belanda meninggalkan Sintang pada tahun 1827. Pada tahun
1841 pengaruh Belanda pada perdagangan di wilayah Kapuas terancam oleh Raja
Sarawak,James Brooke. Kemudian,Pemerintahan Belanda kembali ke sintang pada
tahun 1854. Masa kolonial di sintang berakhir seiring dengan kemardekaan Republik
Indonesia.
Suku Dayak dan keturunannya,sebagai penduduk pertama daerah ini nerasal dari
akar budaya yang sama. Sejak dulu,mereka mengandalkan hidup pada sector pertanian
dan perikanan,berburu dan mengumpulkan serta berdagang hasil-hasil hutan. Orang
melayu selain menjadi pedagang kecil juga mengandalkan mata pencarian pada sector
perikanan dan pertanian. Orang Tiong Hoa dating untuk berkerja di bidang tambang-
tambang emas. Mereka juga kemudian melakukan aktifitas di sektor
perdagangan,pabrik dan jasa serta menjadi petani karet.
5
menceritakan Ketika para ibu-ibu setelah berladang mereka mengisi waktu dengan
menenun.Dalam 10 tahun terakhir,dengan dukungan dari masyarakat sintang,para
penenun telah berhasil melakukan kegiatan pelestarian tenun ikat budaya leluhur.Pada
tahun 2008 koperasi telah memiliki lebih dari seribu anggota dan empat ratus lebih
penenun aktif. Pada pameran tenun ikat leluhur ini menampilkan hasil-hasil tenunuan
yang diproduksi oleh organisasi penenun yang anggotanya dating dari berbagai
kampung di Sintang.
Teknik pembuatan tenun ikat budaya leluhur suku Dayak memiliki beberapa
tahap dalam pengerjaan.Tahap-tahap tersebut adalah mimintal benang,Menyusun
benang,mengikat,pewarnaan dan menenun. Pada masa kini kain tenun yang dihasilkan
penenun dipergunakan untuk upacara adat. Didalam sistem kebudayaan leluhur
Dayak ,tekstil berperan penting dalam kehidupa sehari-hari dan upacara adat. Suku
Dayak membuat tenunan dengan motif yang indah untuk baju,rok,cawat,dan selimut.
Terdapat perbedaan dekorasi Teknik dalam pembuatan seperti ikat,sungkit,pilin,dan
sidan. Beberapa peninggalan kain tenun yang terdapat di Sintang di produksi kembali.
Berbagai usaha pelestarian telah dilakukan,antara lain mempelajari kembali Teknik
klasik menenun,pewarnaan alami,hingga mengumpulkan dan mengenal kembali nama-
nam motif.
E. RUANG KEBUDAYAAN
Ruang kebudayaan merupakan gambaran kehidupan kelahiran hingga kematian
dari 3 etnis(suku) terbesar di Kabupaten Sintang.
1. Tempat Sembahyang Suku Toing Hoa
Tempat sembahyang suku Tiong Hoa yang biasa disebut Klenteng, di
dalamnya terdapatDewa-dewa, sesaji, dupa lilin Yin Yang, Lampion, Naga dan ikan.
Untuk naga sendiri bukansebenarnya tetapi naga ini merupakan refleksi dari
berbagai binatang yang menjadisangat kuat, disini ditampilkan bahwa badan
berbentuk ular, kepala kuda, telinga sapi,tanduk kidang, mata kelinci, sisik ikan
emas, tangan macan, cakar burung elang. Naga iniselalu di temani oleh 2 ekor ikan
emas adalah menandakan kemakmuran.
2. Tujuh Bulanan
3. Baju Adat Pengantin Melayu
4. Adat Khitanan/sunatan
5. Baju Adat Pengantin Dayak
6. Upacara Adat Kelahiran Bagi suku Tiong hoa
7. Baju adat pengantin suku Tiong Hoa
8. Upacara Pemakaman suku Tiong Hoa
9. Benda-benda peninggalan nenek Moyang
10. Upacara Gawai Dayak
11. Rumah Sandung
12. Perhiasan jaman Dahulu Suku Dayak
6
suku Dayak,Melaayu dan China. Semua budaya di dunia di pengaruhi oleh perubahan.
Di sintang kebanyakan upacara yang diperlihatkan disini berasal dari masa lalu. Ada
yang tidak diadakan lagi dan ada yang berubah. Tujuan pameran ini adalah untuk
membangun pengertian anatar budaya,agama dan gaya hidup.
7
atas masukan presiden Sukarno, selain itu juga ditambahkan skalaukuran dan tata
warna gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila ini terakhir dibuat patung
besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam ruang Kemerdekaan
Monumen Nasional sebagai acuan, ditetapkan sebagai lambang negara Republik
Indonesia, dan desin tidak dirubah hingga kini.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Museum Kapuas Raya dibangun atas inisiatif Museum Tropen Belanda, yang
semula mendirikan Pusat Kebudayaan Sintang pada 1822. Menurut catatan sejarah,
Belanda pernah menduduki daerah Kalimantan Barat yang berawal dari hubungan
dagang dan berlanjut pada penguasaan daerah.
Pada 29 September 2004 dibuat Dokumen Kesepakatan bahwa akan dibangun
museum menjadi Pusat Kebudayaan Sintang sebagai sumber kebudayaan dan
pendidikan bagi penduduk Sintang. Pusat kebudayaan ini diharapkan dapat mendorong
kesadaran dan pengetahuan tentang warisan budaya bersama, mengenali dan
menghargai keragaman budaya, serta menemukan titik-titik persamaan yang dapat
menciptakan interaksi budaya yang menguntungkan.
Museum memiliki tiga ruang utama, yaitu Ruang Sejarah, Ruang Kebudayaan,
dan Ruang Tenun Ikat. Koleksi museum antara lain berupa tekstil, keramik, senjata
tradisional (mandau), busana adat pengantin, peralatan daur hidup, alat-alat musik, dan
foto-foto Sintang tempo dulu. Koleksi-koleksi tersebut mewakili tiga suku besar di
Kalimantan Barat, yakni Dayak, Melayu, dan Tionghoa.
B. SARAN
Penulis sangat berterimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
melaksanakan kegiatan kuliah lapangan ini karena dapat menambah wawasan yang
lebih luas. Dan semoga dengan adanya kuliah lapangan ini kita bisa mencintai dan
menghormati budaya kita sendiri.
C. LAMPIRAN FOTO
8
9
10
11