Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KUNJUNGAN STUDY TOUR

MUSEUM NASIONAL DAN MUSEUM BANK INDONESIA

STEVEN LIM/XIA-1/28

SMA BUNDA HATI KUDUS

YAYASAN ASTI DHARMA CABANG BOGOR

Jln. Transyogi Km, 6 Kota Wisata, Gunung Putri Bogor 16968.

Tlp : 021 – 849320011

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat-nya kepada kami semua sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas dari sekolah yaitu membuat laporan Laporan Kunjungan

Museum Nasional dan Museum Bank Indonesia. Laporan Kunjungan Museum ini

penulis susun sebagaimana untuk memenuhi tugas sekolah dalam rangka sebagai

syarat mengikuti PAS.

Dalam penyusunan laporan ini penulis telah berusaha dengan segala

kemampuan yang ada agar tersusun dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan apa yang

telah ditentukan. Namun penulis menyadari dalam penulisan ini pasti terdapat

kekurangan.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon saran dan

kritik yang membangun dari para pembaca agar apabila di lain hari penulis di beri

kesempatan untuk membuat suatu laporan, penulis dapat membuatnya dengan hasil

yang lebih memuaskan dan lebih bermanfaat. Harapan penulis semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

Steven Lim

ii
Dafrar Isi

Judul ................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi ........................................................................................................ iii

Bab 1 Pendahuluan .......................................................................................... 1

1. Latar Belakang ................................................................................... 1

2. Tujuan ................................................................................................. 1

3. Sasaran ................................................................................................ 1

Bab 2 Isi .......................................................................................................... 1

1. Museum Nasional ............................................................................... 2

2. Museum Bank Indonesia ..................................................................... 9

3. Kota Tua ............................................................................................ 15

Bab 3 Penutup ............................................................................................... 16

1. Simpulan ........................................................................................... 16

2. Saran ................................................................................................. 17

Lampiran

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Study Tour merupakan salah satu program sekolah SMA Bunda Hati

Kudus yang diselenggarakan pada tanggal 14 November 2017 dengan tujuan lokasi

Jakarta. Program tersebut dikhususkan bagi siswa kelas XI SMA Bunda Hati

Kudus. Setelah study tour, siswa kelas XI diharapkan untuk membuat laporan Studi

Wisata sebagai syarat mengikuti PAS. Museum yang penulis kunjungi yaitu

Museum Nasional dan Museum Bank Indonesia. Tujuan penulis mengunjungi

kedua Museum Nasional tersebut adalah untuk menerima berbagai informasi

mengenai sejarah Indonesia dalam aspek kemasyarakatan, teknologi, ilmu

pengetahuan, dan moneter Indonesia

Selain Museum Nasional dan Museum Bank Indonesia, siswa-siswi

juga mengunjungi daerah Kota Tua. Berbeda dengan tujuan berkunjung ke kedua

museum tadi, yaitu untuk memperoleh pengetahuan dan informasi, tujuan

bepergian ke Kota Tua adalah untuk bertamasya.

Dalam laporan ini, penulis akan menjelaskan mengenai obyek museum

yang penulis kunjungi.

2. Tujuan

a. Mengetahui sejarah Museum Nasional ;

b. Mengetahui sejarah Museum Bank Indonesia ;

c. Rekreasi ;

3. Sasaran

Seluruh siswa-siswi kelas XI IPA dan IPS SMA BUNDA HATI KUDUS.

1
BAB 2

ISI

1. Museum Nasional

Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April,

pada saat pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en

Wetenschappen. J.C.M. Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang

sebuah gedung yang bertempat di Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi

buku dan benda-benda budaya yang nanti menjadi dasar untuk pendirian

museum.

Pada masa pemerintahan Inggris (1811-1816), Sir Thomas Stamford

Raffles yang juga merupakan direktur dari Bataviaasch Genootschap van

Kunsten en Wetenschappen memerintahkan pembangunan gedung baru

yang terletak di Jalan Majapahit No. 3. Gedung ini digunakan sebagai

museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society (dahulu bernama

"Societeit de Harmonie".) Lokasi gedung ini sekarang menjadi bagian dari

kompleks Sekretariat Negara.

Pada tahun 1862, setelah koleksi memenuhi museum di Jalan

Majapahit, pemerintah Hindia Belanda mendirikan gedung yang hingga kini

masih ditempati. Gedung museum ini dibuka untuk umum pada tahun 1868.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Lembaga Kebudayaan Indonesia yang

mengelola menyerahkan museum tersebut kepada pemerintah Republik

Indonesia, tepatnya pada tanggal 17 September 1962. Sejak itu pengelolaan

2
3

museum dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, di bawah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mulai tahun 2005, Museum

Nasional berada di bawah pengelolaan Kementerian Kebudayaan dan

Pariwisata sehubungan dengan dipindahnya Direktorat Jenderal

Kebudayaan ke lingkungan kementerian tersebut.

Museum Nasional juga dikenal sebagai Museum Gajah karena

dihadiahkannya patung gajah berbahan perunggu oleh Raja Chulalongkorn

dari Thailand pada tahun 1871 yang kemudian dipasang di halaman depan

museum. Meskipun demikian, sejak 28 Mei 1979, nama resmi lembaga ini

adalah Museum Nasional Republik Indonesia.

Di lantai 1, Manusia dan Lingkungan ( The first floor is the Nature

and Environment). Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain

berupa fosil-fosil jaman prasejarah dan kehidupan keseharian manusia

purba yang masih sangat primitif.


4

Di lantai ini ada beberapa replika fosil tulang tengkorak manusia

purba, cerita kehidupan manusia purba, dan sejarah manusia purba.

Manusia purba hidup secara nomaden pada masa Food Gathering.

Manusia purba menganggap api adalah musuh. Setelah ribuan tahun

kemudian, barulah api dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari seperti

memasak.

Ada ilustrasi kehidupan manusia purba dari patung sekeluarga

manusia purba. Ilustrasi tersebut menggambarkan kehidupan sekeluarga

manusia purba yang sedang mengelilingi batu, sang anak sedang berdiri

memainkan kapak genggam sedangkan sang ayah dan ibu sedang

menyiapkan makanan.

Selain itu, ada tempat yang didesain menyerupai gua untuk tempat

berfoto ria.

Lantai selanjutnya yakni lantai 2, Ilmu Pengetahuan, Ekonomi dan

Teknologi (Second floor for economic and trade). Pada lantai ini, koleksi

yang dipamerkan antara lain berupa prasasti dari beberapa periode kerajaan,

keramik, alat navigasi saat berlayar, alat berburu dan memotong, alat

transportasi sepeda dan kapal serta koleksi lainnya.

Contoh dari koleksi di lantai ini adalah kompas, globe, alat navigasi,

perahu, sepeda, prasasti dan kapak. Alat-alat navigasi yang ada masih sangat

sederhana, seperti kompas dan globe yang digunakan untuk menggambar

peta. Globe yang digunakan diberi gambar-gambar monster yang

mengartikan bahwa dilaut masih banyak dunia yang belum terjelajah.


5

Ada pula alat-alat transportasi yang digunakan pada zaman dahulu,

seperti perahu yang digunakan suku bajo yang memiliki banyak keunikan.

Perahu yang digunakan terbuat dari hanya 1 batang pohon yang dikorek-

korek. Suku Bajo juga melaksanakan seluruh aktivitasnya diatas perahu,

suku Bajo yang terlalu lama menginjakkan kakinya ditanah dianggap bukan

orang suku Bajo lagi.

Alat transportasi lainnya ada sepeda ontel roda 3, benda ini

peninggalan dari masa kolonialisme Belanda di Indonesia.

Sebuah koleksi elok Museum Nasional Jakarta berupa timbangan

antik berukir indah setinggi manusia dewasa. Timbangan ini dahulu

digunakan untuk membayar pajak hasil bumi di jaman Kesultanan

Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Konon yang menjadi anak timbangan

adalah Sultan Banjar sendiri. Timbangan adalah lambang keadilan, dan

kejujuran dari pemiliknya.

Semakin berat sultan, maka pajak yang harus dibayarkan juga

semakin berat. Selain digunakan untuk mengukur pajak, timbangan ini juga

digunakan untuk menghitung mas kawin untuk menikahi gadis disana.

Caranya, wanita duduk diatas timbangan lalu mas kawin yang akan dibayar

ditaruh di sisi timbangan lainnya. Mas kawin dapat berupa padi, logam dan

juga emas.

Ada juga koleksi museum nasional yang indah yaitu kapak genggam,

berbagai macam koleksi kapak genggam ada disini. Sekilas nampak seperti
6

batu kali, namun ini adalah kapak genggam yang biasa digunakan untuk

memotong sayuran dan makanan. Kapak genggam yang tersedia ada dari

zaman Food Gathering hingga kapak genggam yang sudah halus.

Di lantai 3, Organisasi Sosial dan Pola Pemukiman (Third floor is

the social organization). Pada lantai ini, koleksi yang dipamerkan antara lain

berupa menhir, nekara, rumah adat, sisir, prasasti, mahkota kerajaan, alat

penangkap ikan dan koleksi-koleksi lainnya.

Nekara yang terbuat dari perunggu berasal dari P. Sangeang, NTB.

Digunakan sebagai alat komunikasi, status sosial, wadah kubur, atau

sebagai benda upacara untuk memanggil hujan.

Salah satu koleksi yang menurut penulis paling unik yaitu tongkat

kayu dengan ukiran manusia, konon diceritakan bahwa kayu tersebut

berasal dari manusia yang dikutuk. Menurut cerita rakyat, dikisahkan ada

sepasang adik kakak yang mengalami cinta terlarang antara adik dan kakak.

Mereka lari ke hutan untuk melakukan hubungan intim, setelah selesai. Si

wanita merasa haus sehingga meminta si pria untuk mengambil buah di

pohon, saat itu alam sudah marah sehingga si pria yang ingin mengambil

buah ditarik dan menyatu ke pohon. Si wanita berusaha untuk menarik si

pria namun ternyata ia juga menyatu kedalam pohon tersebut. Akhirnya 5

orang dari desanya mencari mereka berdua kedalam hutan dan menemukan

mereka sudah dalam keadaan menyatu dengan pohon, saat orang-orang

tersebut berusaha menarik kedua orang itu, mereka justru ikut menyatu

dengan pohon sampai 4 orang. 1 orang lainnya kabur dan kembali


7

membawa kapak lalu menebangnya. Kayunya dipahat menjadi 6 bagian dan

diberikan kepada kepala suku.

Konon tongkat ini tidak boleh dimasukkan kedalam rumah karena

akan membawa kesialan terhadap seisi rumah tersebut karena tongkat

tersebut telah terkutuk, sehingga kepala suku harus membuatkan rumah

khusus untuk menyimpan tongkat tersebut.

Batu elok bertulis di Museum Nasional Jakarta ini adalah Prasasti

Tugu yang ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan

Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, yang berasal dari jaman Tarumanagara,

salah satu kerajaan tertua yang meninggalkan catatan sejarah. Taruma

pernah berkuasa di bagian barat Pulau Jawa pada abad ke-4 sampai abad ke-

7 Masehi.

Ada juga Prasasti Mulawarmman dari Kutai, Kalimantan Timur,

berasal dari abad ke-5. Prasasti ini adalah satu dari tujuh prasasti yang diukir

pada Yupa (tiang batu), dan merupakan prasasti tertua di Indonesia. Prasasti

ditulis memakai huruf Pallawa Kuno dan Sanskerta, menceritakan silsilah

keluarga Mulawarmman, raja terbesar dari kerajaan Kutai kuno.

Sesako merupakan dekorasi yang terdapat pada bagian belakang

bangku pendek yang di gunakan untuk upacara pepadon (upacara

pengangkatan kepala suku) di Lampung. Sesako ini di perkirakan berasal

dari abad 16-17 masehi. Pada saat upacara pepadon berlangsung calon

kepala suku yang akan di lantik duduk bersimpuh di bangku pendek untuk
8

menerima dan mengesahkan kekuasaan.

Motif yang ada di sesako memiliki

kemiripan dengan motif naga dan bunga

yang umumnya ada pada ukiran jawa.

Menurut masyarakat Lampung kursi

pepadon memiliki ular gaib yang dapat

memberitahu pemilik kursi dari orang-orang

yang berniat jahat.

Lantai empat merupakan ruang yang menyimpan koleksi emas dan

keramik. Untuk mencapai lantai empat, sengaja tidak dibuat eskalator

sehingga hanya bisa dicapai dengan menggunakan lift. Hal ini disebabkan

tidak kurang 35 kilogram emas yang meliputi perhiasan, benda-benda

upacara, dan mata uang yang kebanyakan berasal dari Khasanah

Wonoboyo, yang merupakan temuan arkeologis paling spektakuler abad 20

di Indonesia, dipamerkan di sini. Sayangnya, lantai ini tidak

memperbolehkan pengunjung untuk mengambil gambar dengan kamera

maupun ponsel. Maka, tidak ada dokumentasi gambar di lantai empat ini.

Untuk harga tiket dan informasi masuk museum nasional yaitu :

Waktu Kunjungan

Senin dan hari besar nasional : Tutup

Selasa – Jum’at : 08.00 – 16.00

Sabtu – Minggu : 08.00 – 17.00


9

Tiket Masuk

1. Pengunjung Perorangan :

a. Dewasa : Rp 5.000,-

b. Anak-anak : Rp 2.000,-

2. Pengunjung Rombongan (minimum 20 orang)

a. Dewasa : Rp 3.000,-

b. Anak-anak (TK s.d. SMA) Rp 1.000,-

3. Pengunjung Asing Rp 10.000,-

2. Museum Bank Indonesia

Museum Bank Indonesia menempati bangunan yang berusia tua dan

memiliki sejarah panjang dalam dunia perbankan di Indonesia. Museum ini

dulunya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal, lalu kemudian

digunakan menjadi sebuah bank yaitu De Javashe Bank (DJB) pada tahun 1828.

Lalu setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1953, bank ini di-nasionalisasikan

menjadi bank sentral Indonesia atau Bank Indonesia.

Penggunaan gedung ini sebagai kantor Bank Indonesia tidak

berlangsung lama. Pada tahun 1962, Bank Indonesia pindah ke gedung yang

baru. Sejak saat itu, gedung tersebut praktis kosong dan tidak digunakan lagi,

padahal gedung tersebut merupakan gedung yang mempunyai nilai sejarah

tinggi yang terancam kerusakan apabila tidak dimanfaatkan dan dilestarikan.


10

Melihat nilai historis yang tersirat pada gedung ini, pemerintah

akhirnya menetapkan bangunan tersebut sebagai bangunan cagar budaya. Di

samping itu, BI juga memiliki benda-benda dan dokumen-dokumen bersejarah

yang perlu dirawat dan diolah untuk dapat memberikan informasi yang sangat

berguna bagi masyarakat.

Dilandasi oleh keinginan untuk dapat memberikan pengetahuan

kepada masyarakat mengenai peran BI dalam perjalanan sejarah bangsa,

termasuk memberikan pemahaman tentang latar belakang serta dampak dari

kebijakan-kebijakan BI yang diambil dari waktu ke waktu secara objektif,

Dewan Gubernur BI saat itu telah memutuskan untuk membangun Museum

Bank Indonesia dengan memanfaatkan gedung BI Kota yang perlu dilestarikan.

Pelestarian gedung BI Kota tersebut sejalan dengan kebijakan

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang telah mencanangkan daerah

Kota sebagai daerah pengembangan kota lama Jakarta. Bahkan, BI diharapkan

menjadi pelopor dari pemugaran/revitalisasi gedung-gedung bersejarah di

daerah Kota. Museum ini diresmikan pada 21 Juli 2009 oleh Presiden Susilo

bambang Yudoyono dan telah dibuatkan prasastinya di lantai satu gedung, atau

dekat dengan tempat pelayanan pengunjung.

Saat ini museum bank Indonesia mensajikan dalam bentuk cyber

museum. Beberapa alat peraga sudah menggunakan teknologi modern, seperti

misalnya LCD, informasi menggunakan layar sentuh, parabolic speaker dan

sebagainya. Inilah yang membedakan museum ini dengan museum yang lain.
11

Dalam Cyber Museum Bank Indonesia ini diceritakan mengenai

perjalanan panjang BI dalam bidang kelembagaan, moneter, perbankan, dan

sistem pembayaran yang dapat diikuti dari waktu ke waktu, sejak periode DJB

hingga periode BI semasa berlakunya Undang-Undang No.11 tahun 1953,

Undang-Undang No.13 tahun 1968, Undang-Undang No.23 tahun 1999, dan

Undang-Undang No.3 tahun 2004 saat ini.

Semua kegiatan perekonomian dalam kehidupan modern saat ini

tidak terlepas dengan uang. Hampir tidak ada peradaban di dunia ini yang tidak

menggunakan uang.

Menurut Museum Bank Indonesia, masyarakat zaman dahulu

menggunakan sistem barter sebagai cara untuk bertransaksi dan bertukar. Barter

ini dapat berjalan dengan lancar karena peradaban masa dulu belum maju.

Sistem barter memiliki kelemahan, yakni orang yang ingin

menukarkan barangnya harus menemukan orang yang memiliki kebutuhan dan

barang yang cocok dengan dirinya sehingga barter semakin lama semakin tidak

efektif . Orang kemudian mencari alternatif lain untuk bertransaksi.

Alat transaksi yang diperlukan harus dapat diterima oleh masyarakat

umum, tahan lama, digemari oleh masyarakat, sulit mendapatkannya dan dapat

ditukar dengan barang setiap waktu. Maka masyarakat mulai menggunakan

kulit kerang, garam, mutiara, dan kulit binatang sebagai alat tukar.

Namun alat tukar tersebut juga dirasa tidak efektif karena bentuk,

berat, ukuran, jaminan yang tidak pasti dan sifat kedaerahannya. Sehingga alat
12

tukar diubah menjadi perak dan emas. Uang perak dan emas disebut juga uang

logam.

Dalam transaksi besar, maka diperlukan uang logam yang banyak

sehingga transaksi menjadi tidak aman. Munculah uang kertas agar transaksi

aman. Mula-mula uang kertas digunakan sebagai tanda bukti kepemilikan uang

sebagai perantara untuk bertransaksi.

Kertas inilah yang akan menjadi cikal bakal uang kertas, lalu oleh

pemerintah di buatkanlah legalitas uang kertas agar transaksi lebih aman. Uang

kertas dapat diterima oleh seluruh komponen masyarakat.

Selanjutnya bank menciptakan berbagai macam uang lainnya seperti

cek, giro, saham, obligasi, e-cash, dan bermacam-macam jenis uang lainnya.

Setelah melalui

sejarah uang, penulis

disuguhkan dengan lukisan

metamorfosa logo bank

Indonesia dari masa ke

masa. Total ada 14 logo

Bank Indonesia.

Selanjutnya penulis berjalan mengikuti jalur yang ada dan penulis

menemukan sebuah lorong yang unik, namun sayangnya lorong tersebut sedang

direnovasi sehingga penulis tidak dapat masuk kedalamnya.


13

Selanjutnya penulis berjalan menuju ruangan yang berisikan patung

ilustrasi yang sedang rapat, selain itu disana juga ada deretan gubernur Bank

Indonesia dari masa ke masa. Lalu ada koleksi jam kuno peninggalan belanda

yang sampai kini masih aktif. Di langit langit dinding ruangan tersebut juga ada

kaca yang melambangkan rempah-rempah di Indonesia seperti kopi, pala dan

lainnya.

Penulis kembali melanjutkan perjalanan ke ruang numismatik, salah

satu ruangan yang terunik adalah ruang yang menyimpan emas. Emas tersebut

disimpan ditengah-tengah ruangan dan dilapisi kaca yang sangat tebal sehingga

sulit untuk mencurinya. Ada 1 emas batangan yang disimpan dalam kotak kaca

kecil yang dilubangi 2 lubang dan pengunjung dipersilahkan memasukkan

tangannya kedalam untuk menyentuh emas batangan tersebut. Emas tersebut

sangatlah berat, beratnya mencapai 13kg.

Selanjutnya penulis masuk kedalam ruangan koleksi uang-uang di

dunia, hampir seluruh uang diseluruh dunia ada disitu. Dari uang dirham sampai

uang masa kini dari seluruh dunia.

Penulis menemukan beberapa uang logam yang unik, uang-uang

tersebut memiliki nominal yang sangat besar. Salah satunya uang khusus seri

perjuangan angkatan ’45, dengan bagian depan lambang negara “Garuda

Pancasila”. Bagian belakang logo dewan harian nasional angkatan ’45. Uang

ini memiliki nominal Rp 750.000,00. Uang logam ini dikeluarkan tahun 1990.
14

Ada pula uang khusus seri perjuangan angkatan ’45 dengan bagian

depan lambang negara “Garuda Pancasila” dan bagian belakang gambar

kepulauan Indonesia. Uang ini memiliki nominal Rp 250.000,00 dan

dikeluarkan tahun 1990 bersamaan dengan uang khusus seri perjuangan

angkatan ’45 lainnya. Uang ini memiliki kandungan emas 17 gram.

Uang khusus seri for children of the world yang memilikki bagian

depan dengan lambang negara “Garuda Pancasila” dan bagian belakang anak

laki-laki bermain kuda lumping. Uang ini memiliki nominal Rp 150.000,00 dan

dikeluarkan tahun 1999 dengan kandungan emas 6,22 gram didalamnya.

Ada pula uang kertas yang memiliki nominal yang sangat kecil yaitu

hanya 50 sen rupiah saja. Uang ini diterbitkan tahun 1964. Gambar dari uang

ini adalah seorang pria yang memakai topi dan ada tulisan “SUKARELAWAN”

di bahu kanannya.

Pada dinding ruangan, dijelaskan bahwa pada abad ke-15 kerajaan

Islam di Nusantara membuat uang dirham dan uang token. Uang token adalah

uang yang nominalnya lebih tinggi dari pada bahan untuk membuat uangnya itu

sendiri.

Selanjutnya penulis disuguhkan materi proses pembuatan uang

dimulai dari perencanaan sampai pengedaran. Ada proses yang dirahasiakan

agar tidak ada yang dapat membuat uang palsu yang tampak seperti uang asli.

Untuk uang logam, uang dicetak menggunakan mesin yang dapat mengukir

uang logam dengan rapih dan teliti.


15

Seusai penulis berkeliling menikmati museum bank Indonesia,

penulis menemukan toko cindera mata yang menjual souvenir-souvenir

museum bank Indonesia. Disana menjual tas batik dan buku nuansa batik juga.

3. Kota Tua
Sekilas tentang kota tua, kota tua dulu digunakan sebagai gedung

pemerintahan belanda pada masa kolonial belanda. Gedung-gedung di kota

tua masih menyimpan suasana-suasana yang sangat identik dengan

arsitekstur belanda.

Di Kota Tua penulis hanya sekedar berjalan-jalan dan berekreasi

sambil menyewa sepeda yang disewakan seharga Rp 20.000 per setengah

jam. Penulis sangat menikmati berkeliling kota tua menggunakan sepeda

ontel yang disewakan tadi.


BAB III

PENUTUP

1. Simpulan

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman

budaya yang sangat beragam, mulai dari suku, bahasa, agama, sampai sejarah-

sejarah di Indonesia. Salah satu cara melestarikan budaya-budaya Indonesia

yakni dengan mengetahui dan mempelajari budaya serta sejarah Indonesia.

Salah satu cara untuk mempelajari budaya serta sejarah Indonesia yakni

dengan mengunjungi museum-museum di Indonesia.

Di Museum Nasional atau Museum Gajah, terdapat artefak-artefak

yang berasal dari berbagai pelosok Indonesia. Museum Nasional

memperkenalkan para pengunjung akan keberagaman yang terdapat di

Indonesia, serta membuka mata para pengunjung bahwa Indonesia lebih

besar dari yang dapat dikira.

Pada Museum Bank Indonesia, pengunjung dapat mempelajari

perdagangan internasional pada abad-abad sebelumnya, sejarah bangunan

yang menarik, tantangan dalam membentuk sistem moneter yang stabil

dalam perjuangan untuk kemerdekaan dan kenegaraan Indonesia, dan

pengumpulan koin dan tagihan.

Kota Tua merupakan kota yang indah dengan nuansa belandanya,

kota tua dipenuhi dengan cendra mata dan seni-seni yang luar biasa

indahnya. Banyak museum-museum selain Museum BI. Sehingga Kota Tua

layak dinobatkan sebagai tempat yang wajib dikunjungi di Jakarta.

16
17

2. Saran

Sebaiknya sebagai wisatawan kita tidak boleh berbuat seenaknya di

tempat yang tidak pernah kita kunjungi karena itu akan menimbulkan

kerugian bagi diri kita sendiri dan orang lain. Kita sebagai murid yang baik

kita harus melestarikan dan mengembangkan budaya kita sendiri, bukan

sebaliknya. Dalam kunjungan ini kita perlu banyak bertanya orang-orang

yang lebih mengetahui atau lebih mengetahui daerah yang kita kunjungi.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai