Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KUNJUNGAN

MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA

NAMA : TURYANTO

NIM: 2015004087

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
TAHUN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, sahabatnya, beserta pengikutnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah ke
jaman yang terang-benderang ini.

Tujuan penulisan laporan ini adalah menambah pengetahuan tentang museum dewantara
kirti griya.

Penulisan laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, ijinkanlah kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa


2. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan pembuatan
laporan ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Apabila dalam pembuatan masih
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna kami mohon maaf karena kami menyadari
sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan positif dari pembaca demi kesempurnaan penyusunan dan pembuatan
laporan ini.

Bantul, 19 Desember 2015

Penyusu

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda dan tulisan-tulisan
bersejarah mempunyai nilai kultural yang tinggi dan menyimpan fakta sejarah yang
mempunyai arti penting bagi generasi selanjutnya. Dengan melihat museum maka akan
terbayang semua peristiwa masa lalu yang terekam di dalamnya. Nilai-nilai kultural dan
semangat perjuangan tersebut diharapkan dapat menyentuh jiwa pengunjungnya
sehingga tergerak untuk melestarikannya.
Ide Ki Hadar Dewantara mendirikan museum Dewantara Kirti Griya bukan
bertujuan untuk mengkulturkan diri, tetapi dimaksudkan agar melalui museum generasi
muda akan dapat mempelajari, memahami dan kemudian mewujudkan nilai-nilai yang
terkandung dalam tata kehidupan berbangsa dan bernegar.
Untuk dapat dimanfaatkan sepanjang jaman koleksi-koleksi perlu perawatan
dan pelestarian agar tidak mengalami kerusakan, kehilangan, ataupun adanya
gangguan-gangguan penyebab rusaknya koleksi, pada museum ini terdapat berbagai
jenis dan macam benda-benda bersejarah yang memerlukan cara perawatannya
sendiri-sendiri.
Museum Dewantara Kirti Griya terletak dikomplek Pendopo Tamansiswa dalam
tata letak ruangan terdapat beberapa bagian ialah ruang museum, ruang perpustakaan
museum dan arsip serta dokumen-dokumen yang mengiringi perjuangan Ki Hadjar
Dewantara di masa lalu.
Seperti telah disampaikan diatas bahwa meseum ini adalah museum khusus
memorial tentang perjalanan dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara, diresmikan pertama
kali dan di peruntukan untuk umum adalah pada Hari Pendidikan Nasional tanggal 2
Mei 1970 oleh Nyi Hadjar Dewantara .

B. Visi dan Misi Museum


Visi : Melestarikan nilai-nilai perjuangan dan ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara dan
Tamansiswa dalam memperjuangkan pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan
kebangsaan.
Misi : Mengembangkan dan menginformasikan koleksi benda sejarah peninggalan Ki
Hadjar Dewantara dan Tamansiswa untuk kepentingan studi, penelitian, dan rekreasi
kepada masyarakat.

C.Tujuan Museum

Tujuan didirikannya Museum Dewantara Kirti Griya antara lain :


1. Mengajak generasi muda untuk mempelajari, memahami dan kemudian mampu
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2. Melestarikan, mengamankan dan membudayakan nilai-nilai luhur konsep-
konsep dan ajaran Ki Hadjar Dewantara serta menjadikan bangsa yang berbudi
pekerti luhur, berbudaya dan bermartabat
3. Sebagai pusat layanan bagi masyarakat luas dalam keperluan penelitian,
pendidikan, kebudayaan, politik dan lain sebagainya

BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRNYA MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA
Museum Dewantara Kirti (dalam bahasa jawa : Hanacaraka) merupakan museum
peninggalan tokoh pendidikan Indonesia yaitu Ki Hadjar Dewantara yang berupa rumah
dan pendapa. Selain itu, museum juga menampilkan barang-barang yang dipakai oleh
Ki Hadjar Dewantara beserta keluarga.
Bangunan rumah yang berdiri di atas tanah seluas 5.594 tersebut dibeli atas nama
Ki Hadjar Dewantara, Ki Sudaminto, Ki Supratolo dari Mas Adjeng Ramsinah pada
tanggal 14 Agustus 1935. Konon bangunan rumah tersebut didirikan pada tahun 1925
dengan gaya Jawa. Bangunan ini tercatat dalam buku register Keraton Ngayogyakarta
tertanggal 26 Mei 1926, dengan nomor Angka 1383 / I.H (2). Pada tanggal 18
Desember 1951, pembelian tersebut dihibahkan kepada Yayasan Persatuan
Tamansiswa.
Pada bulan November 1957 bertepatan denga kawin emas Ki Hadjar, bliau
menerima persembahan dari para pecinta Taman Siswa berupa rumah tinggal yang
diberi nama Padepoan Ki Hadjar Dewantara. Padepokan itu berlokasi di Jl.
Kusumanegara 131 Yogyakarta. Pada tahun 1958, pada saat rapat pamong
Tamansiswa Ki Hadjar Dewantara mengajukan permintaan agar rumah bekas tempat
tinggalnya yang berada di kompleks perguruan Tamansiswa dijadikan museum.
Permintaan tersebut ditanggapi dengan baik dan dilaksanakan setelah beliau wafat. Ki
Hadjar Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di Taman Wijaya
Brata. Mulai tahun 1960, taman siswaberusaha untuk mewujudkan gagasan almarhum
Ki Hadjar Dewantara.
Pada suatu kesempatan Drs. Moh. Amil Sutaarga yang bertugas di Museum
Nasional Jakarta, dan beliau adalah keluarga dekat Tamansiswa, bersedia datang ke
Yogyakarta untuk memberikan pengetahuan dasar tentang permusiuman kepada
Kepala Museum Sonobudoyo, kepala Museum TNI AD, dan calon petugas museum
Tamansiswa yang dilaksanakan di Museum Perjuangan Yogyakarta.
Pada tahun 1963 dibentuklah panitia pendiri Museum Tamansiswa yang terdiri dari :
1. Keluarga Ki Hadjar Dewantar
2. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa
3. Sejarawaan
4. Keluarga Besar Tamansiswa
Sampai pertengahan tahun 1969, rancanagan adanya museum belum juga
terwujud, walaupun sudah dinyatakan sebagai Dewantara Memorial. Pada tanggal 11
Oktober 1969 Ki Nayono menerima surat dari Nyi Hadjar Dewantara (pribadi). Dengan
adanya surat tersebut Ki Nayono tergugah untuk segera meminta perhatian kepada
Majelis Luhur agar bekas tempat tinggal Ki Hadjar yang telah dinyatakan sebagai
Dewantara Memorial segera dijadikan museum.
Pada tanggal 2 Mei 1970, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional museum
diresmikan dan dibuka untuk umum oleh Nyi Hadjar Dewantara sebagai pemipin umum
Tamansiswa. Museum diberi nama Dewantara Kirti Griya, nama tersebut pemberian
dari Bapak Hadiwidjoyo seorang ahli bahasa jawa. Adapun keterangan dari nama
museum itu adalah sebagai berikut :
Dewantara diambil dari nama Ki Hsdjar Dewantara
Kirti diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti pekerjaan
Griya diambil dari bahasa jawa yang berarti rumah
Dengan demikian arti lengkapnya adalah rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar
Dewantara. Peresmian museum ditandai dengan adanya candrasengkala Miyat
Ngaluhur Trusing Budi yang menunjukkan angka tahun 1902 Jawa atau tanggal 2 Mei
1970 Masehi. Makna yang terkandung dalam sengkalan tersebut sama dengan makna
dan tujuan memorial yaitu dengan melalui museum diharapkan para pengunjung
khususnya generasi muda akan dapat mempelajari, memahami, dan kemudian dapat
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya ke dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

Di museum ini pula awal lahirnya Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY
tahun 1971, yang dipimpin Mayor Supandi (alm) sebagai ketua 1 dan selanjutnya
Barahmus DIY beralamat di Jl. Tamansiswa hingga 2 Mei 2007. Kemudian pindah ke
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
B. KOLEKSI MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA
Koleksi museum adalah semua jenis benda bukti material sejarah hasil budaya
Ki Hadjar Dewantara mempunyai nilai bagi pembinaan dan pengembangan sejarah,
ilmu pengetahuan, teknologi, serta kebudayaan. Koleksi Museum Dewantara Kirti Griya
terdiri dari:
1. BANGUNAN
Museum Dewantara Kirti Griya merupakan rumah bekas tempat tinggal Ki Hadjar
Dewantara sekeluarga. Museum itu terdiri dari:
a. Ruang Keluarga
Ruang keluarga berada tepat di bagian depan museum Dewantara Kirti Griya. Di dalam
ruangan itu terdapat kursi goyang, almari, jam, almari buku, dan aksesoris.
b. Ruang Tamu Utama
Ruang tamu utama berada tepat di kanan ruang keluarga. Di dalamnya tersimpan
berbagai benda peninggalan Ki Hadjar Dewantara diantaranya meja kursi tamu, patung
Ki Hadjar Dewantara, telepon, proyektil mortil 160, dan berbagai piagam milik Ki Hadjar
Dewantara.
c. Ruang Tidur Khusus Ki Hajar Dewantara
Ruang tidur khusus Ki Hadjar ini tepat berada di bagian depan museum. Di dalamnya
terdapat benda-benda yang pernah dimiliki atau dipakai oleh Ki Hadjar Dewantara
diantaranya pakaian waktu beliau ada di penjara Pekalongan, jam tangan Ki Hadjar,
alat minum Ki Hadjar Dewantara, tongkat Ki Hadjar, dan peralatan yang pernah
digunakan oleh Ki Hadjar (sikat peci, gunting, sisir, gillete, dan sabun mandi.)
d. Ruang Tidur Ki Hadjar Dewantara beserta Istri
Ruang ini berada tepat di sebelah kanan ruang kerja Ki Hadjar Dewantara. Di dalamnya
terdapat dipan souvenir, tempat rias Nyi Hadjar, foto Nyi Hadjar, dan perlengkapan Ki
Hadjar Dewantara beserta istri.
e. Ruang Kerja Ki Hadjar Dewantara
Ruang kerja Ki Hadjar Dewantara beada di sebelah kanan ruang tamu utama. Di dalam
ruang kerja Ki Hadjar terdapat piano, kumpulanbuku Ki Hadjar, meja kerja, radio, dan
lambang tamansiswa.
f. Ruang Tidur Putri Ki Hadjar Dewantara
Di ruang tidur putri Ki Hadjar tersimpan almari pakaian, barang perabotan, tempat tidur,
dan ada juga foto Ki Hadjar Dewantara beserta istri dan anaknya.
2. PENDAPA AGUNG TAMANSISWA
Perguruan Tamansiswa berdiri tanggal 3 Juli 1922. Saat itu, memiliki 25 anak didik,
itupun hanya di bagian Taman Indra (TK). Karena setiap tahun peserta didik meningkat
maka tempat kelahiran Tamansiswa yang bertempat di Jl, Gajah Mada Yogyakarta
dipindahkan di Jl. Tamansiswa no. 31 dan 33.
Ki Hadjar Dewantara beserta keluarga belum berkenaan pindah. Beliau
menginginkan kepindahannya akan dilakukan bersamaan waktunya dengan
terwujudnya sebuah pendapa dalam kompleks baru. Bagi Tamansiswa, pendapa adalah
sebuah tempat yang diliputi suasana keluhuran budi. Untuk mewujudkan gagasan Ki
Hadjar Dewantara dibentuklah komisi dengan struktur sebagai berikut :
Ketua : Ki R. Roedjito
Wakil Ketua : B. P. H. Soejodiningrat
Perencana : G. P. H. Tedjokoesoemo
Pembantu : Katri Kartisoeseno
Pelaksana : R. Sindoetomo
Dana pembangunan pendapa yang diperkirakan sebanyak empat ribu gulden (F.
4000). Sumber dana tersebut diantaranya berasal dari :
Para siswa setanah air dengan Gerakan Sebenggolan tiap siswa menyumbangkan
satu benggol / dua setengah sen / Satu per empat puluh gulden setiap bulan.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia melakukan penarikan pertandingan sepakbola
di berbagai tempat dan uang yang didapatkan seluruhnya disumbangkan kepada
Tamansiswa.
Hasil penjualan pekerjaan tangan Wisma Rini yang pada waktu itu pengasuhnya adalah
Ki Koemo Ratih Wonobojo.
Minggu, 10 Juli 1938 merupakan peletakan batu pertama pendapa oleh Raden
Ajeng Soetartinah atau lebih dikenal sebagai Nyi Hadjar Dewantara dengan ditandai
adanya candra sengkala Ambuka Paras Angesti Widji. Pada hari Selasa, 27 September
1938 diadakan upacara pemasangan molo dengan penancapan paku emas yang
dipasang B. P. H. Soerjodiningrat. Pada tanggal 16 November 1938 pendapa di buka
resmi. Setelah upacara pembukaan dilanjutkan dengan Rapat Besar Umum (kongres)
Tamansiswa. Rapat tersebut berlangsung hingga tanggal 22 November 1938 di
Pendapa Agung Tamansiswa. Bersamaan dengan resminya pendapa maka Ki Hadjar
Dewantara berkenan pindah di rumah Jl. Tamansiswa no. 31.
Pendapa Agung Tamansiswa ini bergaya Jawa Yogyakarta dengan ukuran 17m
17m. Sedangkan lantai pendapa lebih tinggi satu meter dari lantai tanah dan tinggi
pendapa 12 meter, pada tahun 1952 pendapa diperluas dengan menambah sayap
kanan kiri pendapa dan tempat penyimpanan gamelan. Di depan pendapa terdapat
patung Ki Hadjar Dewantara, patung tersebut terbuat dari perunggu. Di depan patung
terdapat tulisan TUT WURI HANDAYANI dan di bagian belakang patung tertulis
pembuat patung yaitu Ki Hendrojasmoro yang merupakan bekas Pamong Tamansiswa
cabang Kebumen. Di resmikan pada hari Selasa, 16 Desember 1975 oleh Sri Sultan
Hamengkubuwana IX.
Pendapa Agung Tamansiswa sebagai Monumen Persatuan Tamansiswa
menghadap ke barat. Terdiri dari ruang kuncung karena berada didepan dengan
bentuk atap kecil tinggi dibagian depan bertuliskan Pendopo Tamansiswa, ruang pokok
ada di tengah dan luas, ruang-ruang sayap berada di kiri dan kanan pendopo,
kemudian menyambung ruang sayap belakang digunakan untuk menyimpan peralatan
kesenian berupa seperangkat gamelan yang digunakan untuk mengiringi melatih tari
para siswa oleh para pamong Tamansiswa.Lokasi Museum dan Pendopo Tamansiswa
berada dalam satu lokasi/ komplek: di Jalan Tamansiswa nomor 31 Yogyakarta.

3. KOLEKSI ASLI MUSEUM DEWANTARA KIRTI GRIYA


- arsip surat-surat, dokumen, naskah,
- pakaian : pakaian kerja, pakaian penjara, pakaian saat jadi guru
- perabotan : Meja kursi kerja. meja kursi tamu, almari pakaian, almari buku, kursi
goyang, piano yang biasa digunakan disaat senggang untuk berlatih bersama putra-
putrinya
- perlengkapan kerja: Telepon, buku, pulpen, kaca mata, tinta, tas kerja , mesin ketik
- film dokumenter : saat mengajar, saat didepan pendopo agung, tarian anak dll.
- panji Tamansiswa: Berbentuk perisai ukuran p:l=2:3, berisi lambang Tamansiswa, Suci
Tata Ngesti Tunggal ( tahun 1922) warna dasar hijau
- lambang Tamansiswa : bentuk Garuda cakra bertuliskan Persatuan Perguruan
Tamansiswa Berpusat di Yogyakarta

4. KOLEKSI LAINNYA
- foto-foto kenangan pada peristiwa-peristiwa penting ki Hadjar Dewantara pada waktu
perjuangan hingga wafatnya
- lukisan karya Ki Sindukiswara dan lukisan bernuansa Bali
- benda barang-barang pecah belah / peralatan makan dan minum keluarga
5. PERPUSTAKAAN
Keberadaan Perpustakaan merupakan sarana pendukung Museum, karena
berisi buku-buku bacaan koleksi Ki Hadjar Dewantara dan berbagai buku kenangan
yang berasal dari sahabat-sahabat. Ki Hadjar Dewantara dahulu adalah juga sebagai
wartawan terkenal mempunyai kesenangan menulis, karya tulisan-tulisanya banyak
dimuat di surat-surat kabar dan majalah. Salah satu tulisannya yang terkenal adalah
karangan dalam bahasa Belanda dengan judul Ik was an Nelerland bila di
terjemahkan adalah Bila aku seorang Belanda tulisan ini mengungkapkan tentang
hasutan, sindiran, makian ejekan, keprihatinan yang ditujukan untuk koloni atau antek-
antek Belanda, karena isinya yang sangat menusuk perasaan orang Belanda pada
saat itu, akibatnya Ki Hadjar di panggil dan di tangkap.

Selain itu di dalam perpustakaan terdapat buku-buku tentang Ketamansiswaan


yang berisi konsep-konsep pemikiran karya Ki Hadjar Dewantara dalam bidang
pendidikan, sastra budaya, politik, berbangsa dan bernegara. Jumlah koleksi museum
sebanyak 1.205 buah, dan jumlah koleksi perpustakaan museum sebanyak 2.100 buku.
Jumlah keseluruhan koleksi 3.305 buah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :
Museum Dewantara Kirti Griya merupakan bekas tempat tinggal Ki Hadjar
Dewantara beserta keluarga. Museum diberi nama Dewantara Kirti Griya, nama
tersebut pemberian dari Bapak Hadiwidjoyo seorang ahli bahasa jawa. Adapun
keterangan dari nama museum itu adalah sebagai berikut :
Dewantara diambil dari nama Ki Hsdjar Dewantara
Kirti diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti pekerjaan
Griya diambil dari bahasa jawa yang berarti rumah
Dengan demikian arti lengkapnya adalah rumah yang berisi hasil kerja Ki Hadjar
Dewantara. Peresmian museum ditandai dengan adanya candrasengkala Miyat
Ngaluhur Trusing Budi yang menunjukkan angka tahun 1902 Jawa atau tanggal 2 Mei
1970 Masehi. Makna yang terkandung dalam sengkalan tersebut sama dengan makna
dan tujuan memorial yaitu dengan melalui museum diharapkan para pengunjung
khususnya generasi muda akan dapat mempelajari, memahami, dan kemudian dapat
mewujudkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya ke dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Museum tersebut berlokasi di jalan Tamansiswa no. 31 Yogyakarta. Di dalam museum
itu terdapat berbagai barang bersejarah peninggalan Ki Hadjar Dewantara. Selain itu di
dalamnya terdapat beberapa ruangan diantaranya kamar khusus Ki Hadjar, ruang kerja,
ruang keluarga, kamar tidur Ki Hadjar dan istri, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai