2. Pergerakan Kemerdekaan
Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan, ada tiga tokoh
pendidika sekaligus pejuangan kemerdekaan yang berjuang melalui pendidikan. Tokoh
pendidikan tersebut ialah Mohamad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad
Dahlan.
a. Pendidikan pada masa Mohamad Syafei
Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di
Sumatra Barat pada tahun 1926. Maksud utama Syafei mendirikan sekolah ini adalah untuk
mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa merdeka.
Dengan berdirinya sekolah ini berarti Syafei menentang sekolah Hindia-Belanda yang hanya
menyiapkan anak untuk menjadi pegawai-pegawai mereka saja (Pidarta, 2014).
Tujuan pendiidkan INS adalah sebagai berikut 1) mendidik anak-anak ke arah hidup
yang merdeka, 2) menanamkan kepercayaan diri sendiri, membina kemauan keras,
bertanggungjawab, 3) mengembangkan sikap sosial agar dapat bermasyarakat dengan baik, 4)
Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerjakan sendiri. Organisasi
pendidikan mencakup ruang bawah dan ruang atas, keduanya terdiri dari sekolah dasar,
sekolah menengah, dan kemasyarakatan.
b. Pendidikan pada masa Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, sistem, dan
metode pembelajarannya diringkas empat kemasan, yaitu asas taman siswa, panca darma,
adat istiadat, dan semboyan atau perlambangan. Berikut penjelasan mengenai ke empat asas
yag dijelaskan oleh Ki Hajar Dewantara (Pidarta, 2014).
a) Asas Taman Siswa meliputi 1) kemerdekaan individu untuk mengatur diri sendiri, 2)
kemerdekaan dalam berpikir, mengembangkan perasaan, dan kemauan melakukan
sesuatu, 3) kebudayaan sendiri, 4) kerakyatan, 5) hidup mandiri, 6) hidup sederhana,
7) mengabdi kepada anak
b) Asas Panca Darma
1) Kemanusiaan, yaitu berupaya menghargai dan menghayati sesama manusia dan
mahuk Tuhan lainnya
2) Kebangsaan, ialah bersatu dalam suka duka tetapi menghindai chaufinitis dan
tidak boleh bertentangan dengan kemanusiaan
3) Kebudayaan, yaitu kebudayaan nasional harus dilestarikan dan dikembangkan
dengan prinsip Tri Kon. Tri Kon meliputi 1) Kontinu, kebudayaan nasional harus
dikembangkan secara terus menerus, 2) Konsentrasi, kebudayaan harus terpusat
pada kebudayaan bangsa Indonesia, 3) Konvergensi, kebudayaan asing yang sudah
diseleksi diintegrasikan ke dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia
4) Kodrat alam, manusia adalah bagian dari alam, maka manusia harus dibina dan
berkembang sesuai dengan kodrat alam
5) Kemerdekaan/kebebasan, setiap anak harus diberi kesempatan bebas
mengembangkan diri sendiri
c) Asas Adat Istiadat
1) Sebutan Ki untuk laki-laku, Nyi untuk perempuan yang sudah kawin, dan Ni
untuk perempuan yang belum kawin
2) Melenyapkan sikap majikan-buruh, dengan tidak memberikan gaji, melainkan
kebutuhan nyata serta sesuai dengan jumlah anggota keluarga
3) Sebutan bapak dan ibu kepada guru, sebagai lambang kekeluargaan yang harmonis
d) Asas Semboyan atau lambang, hal ini diadakan sebab Ki Hajar Dewantara
berpendapat bahwa semboyan bisa secara langsung mempengaruhi hati anak serta
dapat dengan mudah mengingatnya.
1) Kita berhamba kepada sang anak, yang artinya sama dengn mengabdi pada anak,
semua kegiatan yang dilakukan adalah untuk perkembangan anak-anak
2) Lebih baik mati terhormat daripada hidup nista, untuk menggerakan hati anak
dalam mengejar dan membela kebenaran
3) Dari natur ke arah kultur, artinya dari alamiah ke arah berbudaya.
Daftar Rujukan
Pidarta, M. 2014. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta
Rifa’i, M. 2011. Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga Modern. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono., Aman., Kumalasari, D. Sutopo., Nuryanto, A. 2008. Peta Jalan Pendidikan
Indonesia. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta