Anda di halaman 1dari 6

TOPIK 4

REFLEKSI PROYEK KEPEMIMPINAN I

Mengambil pembelajaran kepemimpinan yang telah didapat dari keterlibatannya dalam


proses dan materi MK Projek Kepemimpinan I

Semua proses yang dilalui mahasiswa dari topik demi topik, tahap demi tahap,
didesain untuk menyediakan kesempatan bagi mahasiswa menerapkan keterampilan
kepemimpinan mereka secara langsung. Dalam kesempatan elaborasi pemahaman kali ini,
dilakukan refleksi bersama yang dibimbing oleh beberapa pertanyaan berikut:
1. Setiap orang adalah pemimpin, paling tidak, pemimpin untuk dirinya sendiri.
Bagaimana proses dan materi yang Anda lalui hingga kini membantu Anda menjadi
pribadi pemimpin yang lebih baik? Kualitas kepemimpinan mana yang setelah ikut MK
Projek Kepemimpinan I ini menjadi meningkat?
2. Kualitas seorang pemimpin seringkali dapat kita lihat dari bagaimana ia membuat
keputusan dan mengaitkan pembelajaran lalu dengan konteks sekarang. Dalam MK
Projek Kepemimpinan I ini, sejauh mana Anda menilai diri Anda dalam proses
pengambilan keputusan kelompok Anda selama ini? Dari angka 1-10, berapa Anda
menilai kualitas diri Anda sendiri dalam membuat keputusan? Apa yang membuat
Anda menilai demikian? Bagaimana keterkaitan pengalaman belajar Anda dalam
Projek Kepemimpinan I ini dengan mata kuliah lain yang Anda telah/sedang pelajari di
semester ini?
3. Bagaimana Anda memandang kesempatan dalam MK Projek Kepemimpinan I ini
membantu Anda menjadi pemimpin yang melayani kepentingan anak/peserta didik
sebagaimana yang Ki Hajar Dewantara isyaratkan lewat Ing ngarsa sung tuladha, Ing
madya mangun karsa, Tut wuri handayani?
Adapun refleksi yang kelompok kami lakukan berdasarkan panduan pertanyaan diatas
adalah:

1. Setiap orang adalah seorang pemimpin Proyek perancangan ide prakarsa perubahan
yang dilakukan pada semester ini memberikan banyak pelajaran bagi kelompok kami.
Di mana kami belajar merancang suatu program dengan lebih terstruktur dan
profesional. Sebelumnya, tentu kami pernah terlibat dalam sebuah kepanitiaan suatu
acara. Hanya saja, hal tersebut amat berbeda dengan proyek yang kali ini kami
rancang. Pada proyek ini, kami melakukan segalanya secara mandiri mulai dari
pencarian ide, perancangan, perizinan, menjalin koneksi, pengurusan anggaran,
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan penyusunan laporan. Dari sini, kami
mengetahui bahwa dalam pengerjaan proyek prakarsa perubahan ini dibutuhkan
kerjasama. Tanpa adanya kerja sama, proyek ini tentu akan sulit untuk diwujudkan.
Kerjasama tersebut menjadi suatu kekuatan tersendiri di mana setiap anggota yang
terlibat memiliki fungsi dan perannya masing- masing. Menjalankan fungsi dan peran
secara benar dan bertanggung jawab akan menjadi dukungan lain terwujudnya proyek
prakarsa yang sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya. Rasa tanggung jawab
menjadi hal yang penting untuk dijunjung oleh setiap anggota. Tidak heran, rasa
tanggung jawab tersebut menjadi bekal utama yang mendorong seseorang untuk
dapat menjalankan sesuatu dengan totalitas dan maksimal. Dengan tanggung jawab,
setiap elemen kelompok akan terus berusaha untuk menyelesaikan berbagai masalah
yang tidak diduga sebelumnya dan akan membuat masing-masing dari kami tidak
akan mudah menyerah dan berusaha untuk berpikir kreatif sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan dengan baik dan tidak menyebabkan dampak negatif
terhadap proyek prakarsa yang diwujudkan. Dengan begitu, perancangan proyek
prakarsa ini tidak hanya bermanfaat bagi objek dari proyek prakarsa tersebut (peserta
didik dan sekolah), tetapi juga memiliki manfaat lain bagi pelaksananya. Salah satu
manfaat yang kami rasakan dalam perancangan proyek prakarsa ini adalah meningkatkan
kualitas kepemimpinan dalam diri setiap anggota kelompok, antara lain dalam hal kerja sama,
kemandirian, tanggung jawab, tidak mudah menyerah, dan problem solving.
2. Penilaian diri kualitas pemimpin Berbicara mengenai penilaian diri, kelompok kami
masih perlu banyak belajar kembali terkait kepemimpinan karena kepemimpinan
mencakup banyak hal yang tidak hanya tentang diri sendiri, namun juga kelompok,
lingkungan, dan berbagai pihak yangterkait secara langsung maupun tidak langsung.
Memang benar, seorang perlu mampu menilai diri sendiri karena hal tersebut
berhubungan erat dengan upaya pengembangan diri. Karena itu pula, kami berusaha
menilai diri sendiri pada angka 9. Penilaian 9 untuk diri kami sendiri mungkin terkesan
tinggi. Hanya saja, kami merasa hal tersebut pantas untuk kami dapatkan. Tentu nilai
tersebut bukan hanya sekedar keinginan, namun nilai yang disematkan berdasarkan
sebuah landasan satunya adalah perubahan cara kami untuk menekan ego dan
menghargai orang lain. Secara individu, kelompok kami terdiri atas enam orang yang
tentunya memiliki karakter dan pribadi yang berbeda-beda, dimana setiap orang
memiliki cara pandang, ego, standar, minat, dan kemampuan yang berbeda antara satu
sama lainnya. Secara tidak langsung, melalui proyek ini kami dipaksa untuk saling
bekerja sama dan mengendalikan diri. Proses tersebut bukanlah hal yang mudah, tetapi
kami sama-sama berusaha untuk mewujudkan proyek prakarsa perubahan ini. Upaya
mengendalikan diri tersebut amatlah terlihat dalam proses pengambilan keputusan. Di
mana kami berusaha untuk saling menghargai satu sama lain dan mengesampingkan
ego masing-masing. Karena itu, segala keputusan yang kami ambil dengan
memerhatikan berbagai pandangan setiap anggota. Tidak hanya itu, kontrol emosi pun
menjadi hal yang penting dilakukan agar segalanya dapat berjalan lancar dan baik. Hal
ini menjadi bagian dari proses pendewasaan diri yang kami alami dalam hidup. Cukup
banyak perubahan yang kami alami selama mewujudkan proyek prakarsa perubahan
ini. Selain itu, proses kami dalam merancang proyek perubahan melalui konsep
BAGJA (5D) dengan melihat kekuatan yang dimiliki oleh sebuah lembaga, tentu
bukanlah hal yang mudah. Dalam menyusun proyek ini, kami juga belajar dan banyak
membaca mengenai bagaimana sebuah proyek dapat diwujudkan melalui nilai-nilai
positif yang sudah ada dengan menggali kekuatan- kekuatan yang sudah tertanam
untuk kemudian dirancang secara berkesinambungan. Oleh karena itu,, kami rasa
penilaian 9 menjadi hal yang pantas untuk diri kami dapatkan.
Mata kuliah Proyek Kepemimpinan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara Dalam
mata kuliah proyek kepemimpinan ini, kami mengangkat proyek prakarsa perubahan
dalam bentuk pembentukan Giat Literasi dengan Program Pojok Baca Santri TPA di
Desa Bulan Wonosari Klaten. Pemilihan Giat Literasi dengan Program Pojok Baca
Santri TPA sebagai proyek prakarsa perubahan karena kami melihat hal tersebut
mampu mendorong pengembangan diri, dapat meningkatkan informasi dan wawasan
baru, Mengasah daya ingat melalui program literasi dengan kegiatan membaca,
Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kepekaan terhadap informasi yang ada.
Tidak hanya itu, study club sendiri dianggap dapat mendukung peran guru sebagai
pendidik dan membantu dalam mengembangkan kemampuan literasi dari peserta
didik. Dalam kelompok-kelompok ini, peserta didik atau satriwan santriwati akan
mendapatkan pembinaan untuk mengembangkan minat dalam hal berliterasi.
Pembinaan tersebut dilakukan oleh pihak yang memang kompeten di bidangnya, salah
satunya adalah guru / ustad/ustadzah. Keterlibatan guru ini pun turut mendukung
penguatan peran guru, seperti yang digaungkan oleh Ki Hajar Dewantara dalam
slogannya, yaitu ing ngarso sing tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri
handayani. Dalam pemaknaan ing ngarso sing tulodho, keterlibatan guru dalam giat
literasi ini dapat menjadi perwujudan guru sebagai teladan yang baik. Keteladanan
tersebut tidak hanya mengenai perilaku di TPA, tetapi juga dalam berketerampilan,
berkarya, keseimbangan tanggung jawab, bekerja sama, problem solving, dan berbagai
hal lain yang mungkin ditunjukkan di dalam aktivitas Pojok Baca Literasi itu sendiri.
Pojok Baca Literasi agai pendidik, guru pun perlu membangun semangat kepada
peserta didiknya untuk berkarya dengan memantik ataupun memberikan ide akan suatu
karya. Penguatan makna ini pun sejalan dengan tujuan atau fungsi dari Pojok Baca
Literasi sendiri sebagai media pengembangan minat, bakat, juga potensi diri
Pemaknaan ini pun mampu mendukung pembelajaran berdiferensiasi yang sedang
digalakkan oleh pemerintah saat ini. Sementara penguatan dari slogan tut wuri
handayani, dapat dilihat dari peranan guru itu sendiri sebagai pembimbing atau
pengarah. Artinya, guru atau pembimbing ini perlu mengarahkan peserta didik untuk
beretika dalam berkarya. Peserta didik terkadang hanya mengetahui bahwa berkaya
untuk mengembangkan diri itu adalah sesuatu yang penting, namun terkadang mereka
belum tahu bahwa etika jauh lebih penting untuk diperhatikan, karena pada saat
membuat karya, tentu tidak menutup kemungkinan akan adanya gesekan,sehingga
dengan demikian etika menjadi salah satu keterampilan yang harus dimiliki peserta
didik agar mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian,
besar harapan kami bahwa Pojok Baca Literasi dapat pendukung peserta didik dan
guru dalam menjalankan peran dan fungsinya masing-masing. Tidak hanya dalam
lingkup kelas saja, tetapi dalam lingkup yang lebih luas.

Anda mungkin juga menyukai