Kelas : IV (Empat)
Absen : 16
Nabi Harun As adalah seorang utusan Allah untuk mendampingi dan membantu Nabi
Musa dalam berdakwah menyebarkan agama Allah. Nabi Harun di angkat menjadi seorang
Rosul guna ditugaskan untuk memberi peringatan dan mengajak kepada Fir’aun dan juga
Bani Israil di Mesir menginjak jalan yang lurus, yakni ajaran Allah swt. Nabi Harun As di
anugrahi kelebihan yang sangat luar biasa, dalam beliau berbicara sangatlah pandai. Dan
mempunyai pendirian yang sangat tegas dan berani. Sehingga, beliau di tugaskan untuk
mendampingi Nabi Musa dalam berdakwah menegakkan ajaran Allah swt. Bahkan,
kelebihannya dalam diakui oleh Nabi Musa dalam riwayatnya.
Beliau pun di tetapkan sebagai juru bicara Nabi Musa As. Tentu saja bukan tanpa ada
alasan Nabi harun di angkat menjadi juru bicara Nabi Musa As. Pada suatu hari, saat Firaun
menyuruh Nabi Musa untuk memilih api dan juga roti, pada saat itulah lidah Nabi Musa As
menjadi kaku dan tidak dapat berbicara dengan fasih. Allah pun memberikan petunjuk
kepada Nabi Musa untuk memilih api agar beliau selamat dari Fir’aun. Dengan hadirnya Nabi
Harun di samping Nabi Musa, bisa meringankan beban dakwah yang dipikul oleh Nabi
Musa. Bahkan, Nabi Harun As juga sering membantu dan menggantikan posisi Nabi Musa
untuk memimpin para umat. Salah satunya adalah Fir’aun yang Nabi Harun yang di
hadapinya, Firaun adalah sosok ayah angkat Nabi Musa As.
Ketika Nabi Musa Dan Nabi Harun Aa sedang memberikan suatu peringatan
dan arahan kepada Fir’aun. Fir’aun pun sangat marah kepada Nabi Musa, karena
Nabi Musa yang dirawatnya sejak kecil justru menentang atas kekuasaan Fir’aun.
Bahkan, Fir’aun pun menegaskan bahwa Nabi Musa adalah orang gila yang mengaku
menjadi rosul. Karena Fir’aun sama sekali tidak percaya akan di utusnya Nabi Musa
menjadi Rosul. Kemudian, Fir’aun meminta suatu bukti kepadanya sehingga
kerasulan Nabi Musa As bisa diakui, permintaanya pun di turuti oleh Nabi Musa.
Kemudian Nabi Musa langsung melemparkan tongkatnya, dan seketika itu tongkat tersebut
berubah menjadi ular. Ketika Nabi Musa mengulurkan tangannya terhadap ular tersebut, ular
itu pun menjadi sebuah tongkat kembali. Dan saat Nabi Musa As memasukkan tangan ke
saku, maka keluarlah cahaya putih yang berkilau.
Menyaksikan hal tersebut, Fir’aun pun langsung menuduh Nabi Musa bahwa ia
adalah seorang penyihir. Namun, Nabi Musa dan Nabi Harun As sama sekali tidak menyerah
akan perjuanganya. Akhirnya, Nabi Musa di tandingkan dengan penyihir-penyihir lainnya.
Namun, saat Nabi Musa As tampil, semua orang terheran-heran. Karena semua orang
mengakui bahwa apa yang dilakukan oleh Nabi Musa As bukanlah sihir. Setelah menyaksikan
sendiri, para penyihir pun ada yang mengakui bahwa mukjizat Nabi Musa As, mendengar hal
tersebut, Fir’aun pun merasa geram dan dendam terhadap Nabi Musa.
Namun, dalam pimpinan Nabi Harun As, ada permasalahan yang tidak dapat
beliau atasi. Semua kaum Bani Israil kembali menyembah berhala dan membuat
sebuah patung sapi berbahan dasar emas yang mereka bawa. Hal ini bisa terjadi
karena atas bujukan dan pengaruh Samiri. Melihat hal tersebut, sebenarnya Nabi
Harun As sudah berusah dengan sungguh-sungguh untuk mengingatkan mereka.
Namun mereka semua menghiraukan peringatan tersebut, semua Kaum Bani Israil
tetap menyembah patung sapi dari emas yang mereka buat sendiri. Hingga tibalah
waktunya Nabi Musa As kembali ke lokasi kaumnya di gunung Sinai. Nabi Musa pun
marah besar saat melihat perilaku kaumnya yang kembali menyembah berhala.
Selain marah kepada kaumnya, beliau juga marah kepada Nabi Harun karena
dianggap tidak bisa menjaga amanah yang ia berikan selama ia pergi. Karena merasa
kecewa dan marah kepada Nabi Harun, Nabi musa pun memegangi kepala dan juga
janggutnya seraya berkata: “Hai Harun, apa yang sudah menghalangi saat engkau
menyaksikan bahwa mereka telah sesat? (QS Taaha: 92)” Untuk mengikuti
perjalananku ke gunung Sinai bersama dengan kaum yang beriman, apakah engkau
memilih untuk melanggar perintahku dengan kesengajaan?”(QS Taaha: 93).
Mendengar hal tersebut, akhirnya Nabi Harun pun menjawab: “Wahai engkau yang
menjadi putra ibuku. Jangan kau ambil janggut dan juga rambutku. Aku merasa takut
jika engkau nantinya akan mengatakan, engkau telah memecah kaum Bani Israil dan
tidak lagi mengindahkan apa yang aku katakan’’ (QS Thaaha: 94).
Kemudian Nabi Harun pun menjelaskan apa yang telah terjadi selama di
tinggalkan Nabi Musa. Bahwasanya ia sudah memberikan peringatan kepada kaum
Bani Israil. Namun, mereka tetap membangkang dan menghiraukan bahkan hampir
membunuh Nabi Harun As. Setelah itu, beliau juga menjelaskan bahwa yang memicu
semua ini adalah pengaruh dari Samiri. Setelah di jelankan oleh Nabi Harun, salah
faham antara Nabi Musa dan Nabi Harun pun berakhir. Selanjutnya, Nabi Musa pun
menghacurkan seluruh patung yang ada hingga tak tersisa satu pun. Sesudah
kejadian tersebut, Allah pun memberitahu kepada Nabi Musa bahwa Nabi Harun
sudah bersungguh-sungguh berusaha untuk menghentikan mereka. Namun yang ia
lakukan tak menuaikan hasil. Akhirnya, Nabi Musa pun merasa tenang karena
saudaranya tidak melakukan perbuatan syirik terhadap Allah. Dan pada akhirnya,
Nabi Musa pun sadar bahwa Nabi Harun telah menjalankan tugasnya dengan sebaik-
baik mungkin. Sehingga, Nabi Musa pun memohon ampun kepada Allah atas segala
kesalahan yang beliau dan saudaranya telah lakuka. Sedangkan Samiri yang telah
mengajak umatnya menyimpang akhirnya di asingkan dan tidak diperbolehkan lagi
bergaul dengan kaumnya. Karena ulahnya, Samiri pun terkena suatu azab, yang
mana apabila dirinya disentuh ataupun menyentuh manusia, maka tubuhnya akan
terasa panas. Itulah yang akan menjadi siksaan yang akan ia alami baik di dunia
maupun di akhirat nanti. Sesaat sesudah itu, Nabi Musa pun memberikan perintah
kepada kaumnya untuk bertaubat kepada Allah dengan bersungguh-sungguh.
Nabi Harun dan Nabi Musa As tidak diperkenankan untuk masuk ke kawasan
tanah Kan’an. karena kesalahan yang pernah beliau lakukan di kawasan mata air
Meriba yang tempatnya berada di kota kadesh. Beliau keluar dari kawasan Kadesh
untuk menuju ke suatu daerah. Hingga, tibalah mereka di salah satu gunung yang
dikenal dengan nama gunung Hor di kawasan perbatasan Edom. Pada saat itu, Nabi
Harun dan Nabi Musa mendaki gunung tersebut bersama salah seorang putranya
yang bernama Eleazar. Hal ini mereka beliau laksanakan karena atas perintah Allah.
Setelah sampai, Nabi Musa pun melepaskan pakaian Nabi Harun, Kemudian
memakaikannya kepada putra Nabi Harun yaitu Eleazar.
Setelah Nabi Musa memakaikan baju Nabi Harun kepada putranya, Nabi
Harun pun di jemput oleh Malaikat maut di puncak gunung Hor tersebut. Kemudian,
Berita tentang meninggalnya Nabi Harun pun terdengar olah semua umat. Bangsa
Israel pun menangisinya karena merasa kehilangan sosok panutan, bahkan hingga
mencapai 30 hari sesudah kematiannya.
Nabi Harun As meninggal dunia tepat setelah 40 tahun bangsa Israel keluar
dari kawasan Mesir. Dan berdasarkan kepercayaan Islam, makam Nabi Harun As
terletak di kawasan gunung Harun. Tempat ini tergolong sangat dekat dengan Petra
yang terletak di Yordania.