Anda di halaman 1dari 3

1.

Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-nilai luhur


kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya
di daerah Anda?

Implementasi Pembelajaran Budaya Lokal sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara


yang sudah diterapkan antara lain; penanaman nilai karakter seperti pembiasaan salam
ketika awal dan selesai pembelajaran, pembiasaan membaca Asmaul Husna atau surat-
surat pendek sebelum mulai pembelajaran dan setiap akhir semester akan mengadakan
Market Day. Pembelajaran Budaya Lokal di daerah Kudus ada GUSJIGANG ( Bagus,
Ngaji, dan Dagang )

( Kodrat Zaman )

Implementasi pembelajaran pada konteks budaya local masyarakat Kabupaten Kudus


adalah Gusjigang. GUSJIGANG adalah falsafah hidup masyarakat Kudus sebagai local
wisdom dan local culture serta ajaran moral kehidupan warisan Sunan Kudus. Falsafah
GUSJIGANG yang diajarkan Sunan Kudus, merupakan sebuah akronim dari bagus
perilakunya, pinter ngaji, dan bisa dagang. Falsafah GUSJIGANG yang telah berusia
lebih dari 700 tahun, sampai sekarang tetap melekat dalam keseharian masyarakat Kudus
dan merupakan modal sosial bagi masyarakat Kudus. Oleh karena itu, Gusjigang yang
diajarkan Sunan Kudus sangat lekat dengan masyarakat Kudus karena Gusjigang
dianggap sebagai perwujudan karakter masyarakat Kudus. Selama ini masyarakat Kudus
dikenal sebagai seseorang yang bagus dalam penampilan, mempunyai jiwa entrepreneur,
baik perilakunya dan mempunyai pemahaman agama yang luas. Bagus merupakan
cerminan akhlak mulia yang harus dimiliki masyarakat dalam kaitan hubungan horisontal
antara sesama manusia dan vertikal kepada Tuhan YME. Ngaji tidak hanya dimaknai
secara sempit sebagai kegiatan tadarus/membaca Al Qur`an tetapi dimaknai secara luas
untuk terus mengkaji berbagai dinamika kehidupan dalam berbagai perspektif keilmuan
sehingga didapatkan jawaban atas segala permasalahan dengan berbagai alternatif cara
serta berkontribusi pada penambahan wawasan dan keilmuan bagi setiap manusia.
Dagang dimaknai sebagai jiwa wirausaha yang harus dimiliki setiap warga Kudus agar
secara kreatif dan inovatif mampu mencari celah sumber penghidupan secara materiil
untuk menjaga eksistensi kehidupannya.

( Kodrat Alam )

Implementasi pembelajaran pada konteks budaya local masyarakat Kabupaten Kudus


bahwa kondisi tanah Kudus yang subur serta memiliki wilayah yang dataran rendah
menyebabkan banyak yang beprofesi sebagai petani tembakau. Karena Kudus dikenal
sebagai kota Kretek.

Berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman tersebut maka pemikiran Ki Hajar Dewantara
dalam profil pelajar Pancasila yang sesuai untuk siswa di daerah Kabupaten Kudus
adalah Pembiasaan baik berupa 3s, Berakhlak baik dan melatih jiwa kemandirian.
Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara : banyak terdapat kekuatan yang berakar dari sosio kultural yang ada di
masyarakat sekitar/daerah setempat seperti:

a. Pembiasaan baik berupa 3s ( senyum, salam, sapa ) ramah tamah, tegur sapa. Masyarakat
kita terkenal ramah tamah, senyum ketika bertemu, bersalaman dan saling menyapa.
Tegur sapa mennjadi sesuatu yang sangat kental bagi warga sekitar, jika bertemu mereka
saling mereka akan langsung bertegur sapa dengan panggilan khas daerahnya.
b. Berakhlak Baik
Pembiasaan membaca Asmaul Husna atau surat-surat pendek sebelum mulai
pembelajaran. Kegiatan pembiasaan ini di lakukan dengan tujuan membawa suatu
kebaikan baik untuk peserta didik maupun tenaga pendidik. Dengan kegiatan yang
menjadi kebiasaan rutin ini, diharapkan akan tercipta suasana yang aman dan peserta
didik bisa menerima dengan baik pelajarannya berkat membaca Asmaul Husna atau surah
pendek ini.
c. Melatih Jiwa Kemandirian
Mandiri merupakan salah satu sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kemandirian
artinya suatu hal atau keadaan yang bisa berdiri sendiri tanpa bergantung dengan orang
lain. Sikap ini membuat seseorang mampu mengambil keputusan sendiri dengan percaya
diri dan tanggung jawab atas keputusannya. Dalam hal ini peserta didik mampu
mempunya sifat yang mandiri dengan kegiatan market day di sekolah, peserta didik
diajarkan berdagang untuk menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan. sikap mandiri juga
menjadi salah satu nilai pada karakteristik pelajar Pancasila. Dengan begitu, sekolah
diharapkan bisa melahirkan generasi yang mandiri, sukses, dan tidak bergantungan.

Terkait dalam pembelajaran bagi peserta didik gusjigang dapat diterapkan dalam
pembelajaran yakni dengan penanaman karakter yang berbasis kearifan lokal. Kudus
identik dengan karakter masyarakat yang Gusjigang (bagus, ngaji dan dagang). Untuk
mengintegrasikan nilai-nilai bagus, ngaji dan dagang dalam proses pembelajaran menjadi
satu hal yang sangat penting ditengah gencarnya kampanye tentang Pendidikan
berkarakter. Sejatinya pendidikan tidak hanya berperan untuk menghasilkan manusia
manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan khusus, memiliki kecerdasan,
serta memiliki daya saing atau biasa disebut dengan hard skill. Karakter gusjigang dapat
dikembangkan dan diintegrasikan menjadi bagian dari pembelajaran untuk
mengembangkan karakter siswa. nilai-nilai gusjigang terdapat dalam konsep ini
diantaranya Nilai "gus” dalam gusjigang sesuai dengan karakter kemampuan
berkomunikasi, dan tanggungjawab. Nilai “ji”sesuai dengan karakter belajar sepanjang
hayat. Sedangkan nilai “gang” sangat sesuai dengan karakter keterampilan
kewirausahaan, kemadirian dan kedisiplinan. Sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara berkenaan dengan nilai budaya lokal wisdom, gusjigang memiliki integrasi
nilai-nilai bagus, ngaji dan dagang (Gusjigang) dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan tiga hal diantaranya yaitu: menentukan sebuah role model, pengembangan materi,
dan pengembangan metode pembelajaran.
2. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.

Satu kekuatan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah dengan adanya pembelajaran yang
membentuk sikap peserta didik. Sesuai dengan konteks social budaya, yaitu Gusjigang
(bagus, ngaji dan dagang). Untuk mengintegrasikan nilai-nilai bagus, ngaji dan dagang
dalam proses pembelajaran menjadi satu hal yang sangat penting ditengah gencarnya
kampanye tentang Pendidikan berkarakter. Sejatinya pendidikan tidak hanya berperan
untuk menghasilkan manusia manusia yang mempunyai kemampuan dan keterampilan
khusus, memiliki kecerdasan, serta memiliki daya saing atau biasa disebut dengan hard
skill. Karakter gusjigang dapat dikembangkan dan diintegrasikan menjadi bagian dari
pembelajaran untuk mengembangkan karakter siswa.

Anda mungkin juga menyukai