“Menjadi guru yang dapat menuntun peserta didik dalam mengembangkan karakter, unggul, berprestasi, berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari dengan segala kodrat mereka serta bermanfaat untuk sekitarnya”
Menjadi guru yang menuntun peserta didik dalam mengembangkan karakter
artinya dapat menjadikan siswa menjadi lebih mandiri, maju dan bertanggung jawab selain itu, juga menciptakan siswa dengan kepribadian yang tangguh sesuai dengan identitas bangsa Indonesia itu sendiri. Pendidikan dan pengajaran dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara merupakan sebuah cara dalam memerdekakan anak untuk belajar. Pengajaran merupakan transfer ilmu pengetahuan kepada anak untuk bekal dalam kehidupan di masyarakat, sedangkan pendidikan merupakan proses pembentukan karakter anak sebagai manusia dan sebagai masyarakat untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan dalam hidupnya. Sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD), pendidikan dan pengajaran saat ini dituntut untuk dapat membekali siswa dalam menghadapi kebutuhan hidup dan tantangan global. Dengan melaksanakan tiga semboyan KHD, diharapkan seorang pendidik dapat menuntun siswa tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan tetapi juga mendidik karakter yang di butuhkan siswa untuk mempersiapkan diri sebagai manusia dan masyarakat antara lain sikap gotong royong, berpikir kritis, beriman, berkebhinekaan global, bertakwa kepada Tuhan TME dan berakhlak mulia, dan mandiri. Unggul artinya dari segala proses pendidikan bagaimana seorang guru bisa mengajarkan peserta didik untuk mewujudkan baik prestasi akademik maupun prestasi non akademik lebih tinggi, lebih baik, lebih cakap dari pada yang lain, dan tidak mudah menyerah dalam persaingan. Berprestasi pada hal ini bagaimana guru bisa mengarahkan peserta didik menjadi peserta didik yang memiliki banyak pencapaian dalam bidang akademik maupun non akademik yang bersifat positif bagi peserta didik itu sendiri dan lingkungannya, contoh dalam bidang akademik yaitu berprestasi pada bidang keilmuan seperti lomba cerdas cermat dimana pengetahuan peserta didik diasah dalam hal ini hasil dari pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Contoh berprestasi dalam bidang non akademik yaitu berprestasi dalam lomba olahraga, lomba musik, lomba pidato dari hal ini guru berperan untuk mencari potensi yang ada pada diri peserta didik sehingga bisa mengetahui potensi tersebut sehingga guru bisa mengarahkan dan mendukung potensi yang dimiliki peserta didik agar berprestasi dalam potensi yang mereka miliki. Sesuai dengan semboyan Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Madya Mbangun Karso, artinya seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Yaitu membangkitkan potensi pada diri peserta didik agar berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik. Berakhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari bearti hakikat dari akhlak adalah kebaikan serta kemulian diri seseorang. Akhlak sangat penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari- hari. Karena dengan akhlaklah kehidupan sosial akan aman, tentram dan damai, manusia akan saling tolong menolong dalam kebaikan serta saling menjaga antara satu dengan yang lainnya. Akhlak yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu akhlak yang mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi. Penilaian baik dan buruknya seseorang sangat ditentukan melalui akhlaknya. Akhlak yang baik dapat mencegah dekadansi moral, degradasi nilai, serta kemerosotan hati dan pikiran. Akhlak menuntun manusia kepada nilai-nilai kemuliaan dan kedamaian serta saling menghargai satu sama lain. Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Contohnya Seorang siswa yang selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai jadwal yang ditetapkan juga menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar. Dengan mengerjakan semua tugas, siswa memiliki kesadaran penuh terhadap tugasnya sebagai bagian dari masa depannya. Akhlak mencerminkan kualitas pribadi. Banyak anak bangsa yang mampu lulus pendidikan akademik dengan nilai yang hampir sempurna. Tapi sayangnya hanya sedikit yang memiliki akhlak yang baik. Hasilnya, mereka tidak bisa berkembang dengan baik di dunia pasca sekolah. Maka dari itu, kita sebagai Guru harus menanamkan akhlak mulia sejak dini dalam diri peserta didik sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang memiliki enam ciri utama, yakni beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Dengan segala kodrat mereka memiliki arti kodrat anak, sebagaimana yang dimaksud dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat diartikan sebagai potensi diri yang dimiliki oleh seorang anak, seperti potensi berpikir, potensi emosi, dan potensi fisik. Hal tersebut oleh Ki Hajar Dewantara disebut sebagai Budi pekerti yaitu perpaduan antara cipta (kognitif), karsa (apektif), dan karya (psikomotor). Potensi diri ini adalah anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia, kepada setiap anak yang berbeda antara anak yang satu dengan lainnya yang merupakan karakteristik yang unik bagi setiap anak tersebut. Serta bermanfaat untuk sekitarnya, beranggap sebagai sosok guru tidak hanya bermanfaat untuk siswa namun kepada orang tua, masyarakat, lingkungan, dan bangsa guru juga mempunyai value yang membantu. Artinya guru dapat berguna dimanapun dia berada sehingga memberikan dampak positif untuk sekitarnya. Guru sebagai teladan bagi siswa artinya setiap perilaku yang guru lakukan akan menjadi cermin bagi siswa.