Anda di halaman 1dari 5

1.

Refleksi Kritis

 Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) Mengenai Pendidikan dan Pengajaran adalah


Pendidikan yang tidak hanya mengajarkan siswa untuk memiliki pengetahuan atau intelektual
semata, namun juga harus menghasilkan peserta didik yang bermoral atau bermartabat dan
memeiliki budi pekerti luhur. Pendidikan harus didasarkan pada cipta, rasa dan karsa.
Pendidikan atau pengajaran wajib untuk menghasilkan manusia yang mempunyai
kemampuan berpikir dan logika yang cerdas adalah makna dari cipta, sedangkan rasa
mempunyai makna bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk menghasilkan peserta didik
yang memiliki emosi, kepribadian dan moralitas yang  baik. Disamping itu, karsa adalah
kemauan dalam diri atau motivasi baik atau positif yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Ketiga hal tersebut harus diwujudkan pendidikan demi  peserta didik atau manusia Indonesia
yang bukan hanya cerdas, tetapi juga beradab dan berbudipekerti luhur. 

 Relevansi Pemikiran KHD dengan Konteks Pendidikan Indonesia Saat Ini dan Konteks
Pendidikan di Sekolah  Secara Khusus. Pendidikan di Indonesia saat ini membutuhkan
transformasi oleh karena mutu atau kualitas pendidikan sudah tidak sejalan dengan tujuan
pendidikan nasional. Dewasa ini, hasil lulusan atau peserta didik banyak yang tidak memiliki
karakter yang baik. Nilai-nilai pancasila sudah mulai memudar dalam pembelajaran dan
kehidupan bangsa, pendidikan dan pembelajaran di kelas masih banyak yang tidak
mengutamakan murid dan murid tidak memiliki kemerdekaan untuk belajar. Demikian juga
Pendidik atau guru, banyak yang tidak merdeka dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena
itu, Pemikiran Ki Hajar Dewantara perlu untuk digaungkan kembali serta dilaksanakan secara
baik dan komprehensif demi terwujudnya pendidikan yang merdeka.
  Saya merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan dalam
menjalankan aktivitas sebagai guru. Dalam melaksanakan tugas sebagai guru, saya memiliki
kemerdekaan untuk merancang pembelajaran dan melaksanakannya secara penuh dengan
menempatakan murid sebagai pusat pembelajaran.

2. Harapan dan Ekspektasi

 Setelah mempelajari modiul ini harapan yang ingin saya lihat pada diri saya sebagai seorang
pendidik adalah mampu memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara dan menghubungkannya
dengan pendidikan di sekolah saya dan selanjutnya diimplementasikan dengan baik, sehingga
pembelajaran di sekolah benar-benar berpihak pada murid serta mengembangkan budaya dan
karakter positif.
 Saya Ingin murid saya menjadi manusia yang merdeka dalam belajar, saya ingin menjadikan
mereka sebagai pusat utama dalam pembelajaran. tujuannya adalah mereka menjadi masa
depan bangsa yang memiliki kemampuan intelektual yang baik dan juga berbudi pekerti
 Kegiatan, materi, manfaat yang saya harapkan ada dalam modul ini adalah berdiskusi dan
berkolaborasi dengan CGP lainnya serta mendapatkan pemahaman dari fasilitator tentang
pemikiran ki Hajar Dewantara dan bagaimana melakukan praktik konkrit di sekolah terkait
pemikiran KHD.
Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia “Ki Hajar Dewantara”

  Disukai 1x
  Dilihat 680x

BACAAN

sumber ilustrasi : https://bibitbunga.com/product/jambu-biji-merah/


Diterbitkan : 1 Desember 2020 08:42
:https://urwatulwusqospd.blogspot.com/2020/10/refleksi-filosofi-pendidikan-
Sumber : indonesia.html
Penulis : URWATUL WUSQO
Perhatikan buah jambu ini …..! Semua buahnya tumbuh bersama pada batang yang sama tapi
proses matangnya berbeda.

Begitu pula dengan peserta didik. Jangan samakan proses peserta didik dalam belajar.

Meski mereka dalam rentang usia yang sama namun, kematangan mereka berbeda–beda, begitu
juga dengan bakat, minat dan kemampuannya. 

Kita, para pendidik, memfasilitasi peserta didik kita untuk dapat mencari sendiri bakat, minat
sesuai bakat, minat, dan kemampuannya agar kelak dapat bermanfaat lahir batin dalam hidup
bersama orang lain.
Pendidikan adalah suatu proses yang tidak diam. Ia terus tumbuh dan berkembang sesuai kondisi
zaman  dan kondisi peserta didik.

Menjawab tantangan itu, sebagai pendidik kita harus terus-menerus belajar untuk menggali
sumber–sumber ilmu yang masih terpendam bahkan terbelenggu. Tidak cukup dengan kata-kata
saja, kita perlu mewujudkannya dalam suatu aksi nyata. Untuk mewujudkan hal tersebut kita
perlu melakukan beberapa langkah nyata seperti:

1. Menuntun peserta didik sesuai bakat, minat, dan kemampuan. Sebagai pendidik, kita
ibarat sebagai petani yang bertugas menyebar “benih-benih tanaman, merawatnya hingga
menjadi tanaman yang unggul”. Kita tidak berhak memaksakan kehendak kita terhadap
benih yang belum siap tumbuh sesuai keinginan kita. Hal tersebut mengandung pengertian
bahwa peserta didik merupakan bibit yang masing-masing telah memiliki minat dan
bakatnya masing-masing, tidak bisa dipaksa menjadi apa yang diinginkan pendidik untuk
tujuan tertentu. Pendidik juga tidak boleh membedakan dari mana asal benih, kualitas dan
hal lainnya, karena tiap anak memiliki perbedaan sesuai kodrat alam, sesuai diciptakannya.
Namun begitu, semua peserta didik berhak mendapatkan hak yang sama untuk tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang cerdas atas kemauan sendiri.
2. Melakukan pembelajaran yang menyenangkan tidak membebani, dan saling asah, asih,
asuh. Pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membebani, saling asah, asih, asuh akan
melahirkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik yang akan selalu dikenang
sepanjang hayat.
3. Melakukan pembentukan karakter tuah melalui pembiasaan sehari–hari misalnya budaya
mengucapkan salam, terimakasih, beramal, dan koperasi kejujuran.

Demikian uraian singkat ini, semoga membawa manfaat untuk kita semua. Amiin

Majulah Pendidikan Indonesia!!!

Anda mungkin juga menyukai