Anda di halaman 1dari 12

1.

     Tulisan Reflektif Kritis

1.     Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia
menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan
kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan
pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang. Perlu kita ketahui bahwa
pengajaran adalah bagian dari Pendidikan. Maka dari itu, pengajaran adalah Pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberikan keterampilan kecakapan
kepada anak-anak yang keduanya dapat memberikan manfaat bagi anak-anak baik secara
lahir maupun batin. Sedangkan Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, sebagai manusia, dan sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

2.     Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pendidikan sesuai dengan kondisi masyarakat di
Indonesia, bahkan pemikiran-pemikirannya masih relevan hingga saat ini. Benar adanya yang
dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara yang intinya kita harus bisa bangga atas apa yang kita
punya, tidak usah meniru miliki orang lain. Milik orang lain belum tentu pas dan cocok untuk
kita. Tetapi, kita harus belajar untuk memaksimalkan apa yang kita punya.

Pemikiran yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dapat menjadi landasan dalam
menentukan Kebijakan Pendidikan yang diambil dalam pelaksanaan Pendidikan nasional.
Karena, didalam pemikiran Ki Hajar Dewantara terdapat makna filosofi, kultural yang sesuai
bagi masyarakat bumi pertiwi Indonesia.

3.     Sebagai seorang guru saya belum sepenuhnya melaksanakan pemikiran KHD yang
seharusnya peserta didik diberi ruang yang seluasnya untuk bereksplorasi, berekspresi,
berkreatifitas, secara mandiri dan bertanggung jawab. Namun yang paling saya tekankan
adalah pendidikan budi pekerti.

2. Harapan dan Ekspektasi

1. Harapan yang ingin saya wujudkan sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul
ini adalah adalah membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa,
merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani
dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.

2. Harapan yang ingin saya lihat pada murid-murid setelah mempelajari modul ini adalah
manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan
berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang
mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.
 

3. Kegiatan, materi dan manfaat yang saya harapkan ada dalam modul ini adalah sebuah
pelatihan yang komplit yang bisa membentuk seorang pendidik seperti saya dalam
mewujudkan keinginan dan harapan dalam pembelajaran yang bermakna dan mampu
membentuk manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur,
cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat
yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada
umumnya.

A. Tulisan Reflektif Kritis

1.  Apa yang ada Anda ketahui tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD) mengenai
pendidikan dan pengajaran? 

Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Ia


menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata tenteram dan
kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi prioritas. Karena ketetapan
pikiran dan batin itulah yang akan menentukan kualitas seseorang. Perlu kita ketahui bahwa
pengajaran adalah bagian dari Pendidikan. Maka dari itu, pengajaran adalah Pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan, serta juga memberikan keterampilan kecakapan
kepada anak-anak yang keduanya dapat memberikan manfaat bagi anak-anak baik secara
lahir maupun batin. Sedangkan Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, sebagai manusia, dan sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Pengajaran merupakan bagian dari Pendidikan. Maka dari itu, pengajaran adalah Pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan, keterampilan kecakapan kepada anak-anak
yang keduanya dapat memberikan manfaat bagi anak-anak baik secara lahir maupun batin.
Sedangkan Pendidikan merupakan hal yang menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, sebagai manusia, dan sebagai masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.

2. Apa relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini dan konteks
pendidikan di sekolah Anda secara khusus?

a.  relevansi pemikiran KHD dengan konteks pendidikan Indonesia saat ini .

Pemikiran yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dapat menjadi landasan dalam
menentukan Kebijakan Pendidikan yang diambil dalam pelaksanaan Pendidikan nasional.
Karena, didalam pemikiran Ki Hajar Dewantara terdapat makna filosofi, kultural yang sesuai
bagi masyarakat bumi pertiwi Indonesia.

b. Relevansi  konteks pendidikan di sekolah  secara khusus 

1. Ing Ngarso Sung Tuladha yang memipunyai arti Di depan guru harus memberikan
teladan seluruh aspek kehidupannya. Hal ini, mencerminkan bahwa menjadi seorang
guru harus bisa memberikan sebuah keteladanan serta menjadi teladan.
2. Ing Madya Mangun Karsa Seorang guru harus dapat membangun semangat, motivasi,
dan gairah hidup untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Dalam hal ini 
mempunyai maksud bahwa menjadi seorang guru harus mampu memberikan
dorongan dan motivasi bagi peserta didik agar dapat mengembangkan kemampuan
dan potensi dirinya.
3. Tut Wuri Handayani seorang  guru harus dapat mengikuti dengan baik terhadap para
murid yang telah menunjukkan sikap perilaku yang benar(baik,jujur,cerdas).

3. Apakah Anda merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD dan memiliki kemerdekaan
dalam menjalankan aktivitas sebagai guru?

Kami merasa sudah melaksanakan pemikiran KHD sebagai bukti kami sebagai guru selalu
memberi contoh yang baik dalam bersikap maupun bertingkah laku yang sopan terhadap
siapa saja. Kami juga memberikan pelayanan kepada peserta didik secara maksimal saat
proses KBM berlangsung. Kamipun juga memberi kesempatan pada  peserta didik untuk
bertanya meskipun di luar jam pembelajaran tentang kesulitan yang dialaminya. Kami
memiliki kemerdekaan dalam menjalankan aktivitas sebagai guru .  Kami diberi kesempatan
mengembangkan diri untuk mengikuti pelatihan atau diklat sebagai bentuk upaya
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru. Tidak hanya guru PNS saja tetapi guru
yang non PNS juga diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau diklat. Diharapkan
melalui pelatihan guru dapat meningkatkan kinerjanya.

B.  Harapan dan Ekspektasi 

1. Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah
mempelajari modul ini?

Dapat membangun anak didik untuk menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir
dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rohani agar
menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah
air serta manusia pada umumnya.

Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, selalu berinovasi dalam
pembelajaran agar tidak membosankan, memberikan contoh serta mengajar hal  baik
terutama   dalam berbicara, bertindak yang sopan dan santun baik di lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat.

2. Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada murid-murid Anda setelah mempelajari
modul ini?

Saya mengharapkan munculnya siswa yang berkarakter Pancasila, manusia beriman dan
bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan, serta sehat
jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab
atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada umumnya.

3. Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini?

Kegiatan, materi dan manfaat yang saya harapkan ada dalam modul ini adalah sebuah
pelatihan yang komplit yang bisa membentuk seorang pendidik seperti saya dalam
mewujudkan keinginan dan harapan dalam pembelajaran yang bermakna dan mampu
membentuk manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, budi pekerti luhur,
cerdas dan berketrampilan, serta sehat jasmani dan rokhani agar menjadi anggota masyarakat
yang mandiri dan bertanggung jawab atas kesejahteraan tanah air serta manusia pada
umumnya, serta berkarakter Pancasila.

1. Salah satu pengalaman saya dalam proses pembelajaran yang mencerminkan KHD adalah
ketika saya membina secara khusus satu siswa yang memiliki kebutuhan khusus dan satu siswa yang
memiliki keterlambatan membaca padahal sudah kelas 5 SD. Saya memberi waktu tambahan setelah
pulang sekolah untuk menuntun anak tersebut agar bisa membaca dan memahami literatur.

2. Wujud "menuntun" yaitu kolaborasi, kritis reflektif, komunikasi, kreatif dan inovatif yang
kami lakukan adalah dengan memberi contoh perilaku baik kepada siswa, memotivasi siswa untuk
melakukan kegiatan, memberi penguatan/reward pada siswa yang melakukan perilaku positif,
menasehati apabila melakukan kesalahan, selalu mengingatkan siswa apabila melakukan kesalahan
yang sama.

3. KHD mengingatkan bahwa dalam menuntun kodrat anak harus disesuaikan dengan kodrat
alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah lingkungan alam tempat peserta didik berada baik itu
kultur budaya maupun kondisi alam geografisnya. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan dari
waktu ke waktu. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada
kemampuan anak untuk memiliki keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia
sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap
mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak
dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.

4. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara “ Pendidikan yang berhamba (berpihak) pada anak” sangat
relevan dengan peran saya sebagai pendidik sebab seorang pendidik semestinya menciptakan
pendidikan yang memerdekakan, menyenangkan sehingga pendidikan dapat diterima dan berkesan
bagi anak. Seorang guru harus memiliki rasa hormat dan memuliakan peserta didik, tanpa disadari
dalam diri peserta didik akan tumbuh rasa senang sehingga peserta didik dapat menyerap
pembelajaran dengan hasil yang memuaskan.
 Bagian mana yang paling menarik? Mengapa?
Bagian yang paling menarik adalah lahirnya taman siswa tahun 1992 sebagai cita-cita baru
dalam hal pendidikan dan pengajaran
 Apa tujuan pendidikan yang dapat dilihat dari video ini pada zaman Kolonial?
Hanya mendidik orang-orang untuk membatu usaha dagang mereka.

 Apa persamaan dan perbedaan antara situasi Pendidikan jaman Kolonial dan situasi


Pendidikan Indonesia saat ini?
Persamaan : Sama-sama mendidik bangsa Indonesia dalam hal membaca, menulis, dan
berhitung.
Perbedaan
Dahulu Pendidikan bertujuan agar orang-orang Indonesia dapat membantu usaha-usaha
Kolonial Belanda. Kita belum merdeka karena penjajahan oleh Negara Asing.
Sekarang Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia-manusia yang mencintai Bangsa
dan Negara.
JURNAL MINGGUAN

Jurnal Refleksi Mingguan Ke 1 Calon Guru Penggerak

Setelah saya mengikuti aktivitas pembelajaran di modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hadjar
Dewantara awalnya saya beranggapan bahwa tugas guru adalah mentransfer ilmu kepada siswa agar
mereka mengetahui, memahami dan menerapkan semua ilmu yang mereka dapatkan dari saya.
Sejak awal saya telah berfikir bahwa pendidikan itu harus berpusat pada siswa, namun saya salah
mengartikan mengenai pendidikan yang berpusat kepada siswa, bahwa siswa di berikan ilmu
pengetahuan yang banyak namun saya belum memperhatikan sepenuhnya kodrat alam pada siswa
yang saya ajarkan.

Ketika saya mempelajari Pemikiran Pendidikan menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara, ada
banyak hal yang membuat saya sadar ternyata mencintai murid saja tidak cukup, haus akan ilmu saja
masih kurang, menginginkan siswa menjadi sesuatu yang kita inginkan bukanlah tujuan pendidikan,
dan serius dalam belajar bukan cerminan siswa memahami apa yang kita ajarkan, bahkan ketika saya
berpikir bahwa saya sudah melakukan banyak hal terhadap murid saya bukanlah yang dikatakan
dengan berpusat pada murid. Ternyata saya belum banyak paham akan arti pendidikan secara
sepenuhnya.

Seiring berjalannya waktu semoga pemikiran pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara


dapat merasuk dalam diri Saya dan menciptakan profil peserta didik Pancasila akan menjadi realita.
Jurnal Refleksi Mingguan, Visi Impian Guru Penggerak

Perjalanan sebagai calon guru penggerak selama seminggu ini sangat menyenangkan dan dapat saya
katakan inilah saat terindah dalam hidupku sebagai seorang guru. Bagaimana saya tidak senang?
Materi pada minggu ini adalah tentang visi atau gambaran mimpi di masa yang akan datang. Sejak
lama saya sudah memiliki mimpi tentang pendidikan dan pengajaran dan mimpi saya ini seakan-akan
menjadi nyata dengan mengikuti program guru penggerak.

Sebagai guru ketika melakukan proses belajar mengajar seringkali saya terinspirasi dari pendidikan di
negara tetangga dan belahan dunia lain. Namun setelah sampai pada materi tentang Visi guru
penggerak saya mulai yakin bahwa di negara tercinta saya Negara Kesatuan Republik Indonesia pasti
pada satu saat akan memiliki pendidikan yang luar biasa.

Bagaimana caranya? Saya memiliki keyakinan bahwa ketika nilai-nilai filosofis Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan dapat diimplementasikan dan diaplikasikan oleh guru yang dimulai oleh guru
penggerak dalam pembelajaran di sekolah, pasti mimpi ini akan terwujud.

ADVERTISING

Jika minggu lalu saya berefleksi menggunakan model papan cerita reflektif (reflective storyboard)
maka pada minggu keenam ini saya akan menggunakan model 4C (connection, challenge, concept,
change).

Model 4C dikembangkan oleh Richhart, Church dan Morrison (2011). Model ini digunakan dalam
merefleksikan materi pembelajaran dan terdapat pertanyaan kunci sebagai arahan pada model ini.

Menurut saya model 4C cocok digunakan untuk melihat dan mendalami bagaimana keterkaitan
materi yang sudah didapat, perasaan selama melakukan aksi, ide gagasan yang muncul serta
pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik.

Keterkaitan (connection) materi yang didapat dengan peran sebagai guru penggerak sangat nyata
lewat proses yang dilakukan selama minggu ini. Materi tentang menyusun visi guru penggerak sudah
pasti terkait dengan program guru penggerak. Sebagai calon guru penggerak materi ini memberikan
inspirasi sekaligus mewujudkan mimpi-mimpi saya sebagai seorang guru.

Ketika saya berkunjung ke Singapura dan Australia dengan melihat secara langsung bagaimana
sistem pendidikan yang dipraktekkan di sana, saya pun membatin, mungkinkah pada satu saat
pendidikan di Indonesia akan sama dengan negara maju tersebut?
Pada saat itu saya belum yakin. Tetapi ketika materi semakin mendalam tentang guru penggerak,
apalagi tentang visi guru penggerak saya memiliki keyakinan bahwa satu saat nanti negaraku tercinta
Indonesia akan sama bahkan melebihi pendidikan dari negara-negara tersebut.

Sebut saja tentang visi saya bahwa murid datang ke sekolah dengan perasaan bahagia dan di masa
yang akan datang dapat menguasai ilmu dan teknologi. Bersaing dengan negara maju bukan hal yang
mustahil jika saya benar-benar melakukan tugas dan fungsi saya sebagai seorang pendidik yang
dilandasi dengan nilai dan peran sebagai guru penggerak.

Di Singapura dan Australia saya melihat murid datang dengan gembira, belajar dengan hati bahagia.
Dengan hati bahagia dan gembira murid tidak bosan belajar karena mereka tidak dipaksa, tetapi
diarahkan. Jika murid mengalami masalah mereka didampingi dan secara kolaboratif mencari jalan
keluar terbaik atas permasahalan yang dihadapi.

Perjalanan sebagai calon guru penggerak selama seminggu ini sangat menyenangkan dan dapat saya
katakan inilah saat terindah dalam hidupku sebagai seorang guru. Bagaimana saya tidak senang?
Materi pada minggu ini adalah tentang visi atau gambaran mimpi di masa yang akan datang. Sejak
lama saya sudah memiliki mimpi tentang pendidikan dan pengajaran dan mimpi saya ini seakan-akan
menjadi nyata dengan mengikuti program guru penggerak.

Sebagai guru ketika melakukan proses belajar mengajar seringkali saya terinspirasi dari pendidikan di
negara tetangga dan belahan dunia lain. Namun setelah sampai pada materi tentang Visi guru
penggerak saya mulai yakin bahwa di negara tercinta saya Negara Kesatuan Republik Indonesia pasti
pada satu saat akan memiliki pendidikan yang luar biasa.

Bagaimana caranya? Saya memiliki keyakinan bahwa ketika nilai-nilai filosofis Ki Hajar Dewantara
tentang pendidikan dapat diimplementasikan dan diaplikasikan oleh guru yang dimulai oleh guru
penggerak dalam pembelajaran di sekolah, pasti mimpi ini akan terwujud.

ADVERTISING

Jika minggu lalu saya berefleksi menggunakan model papan cerita reflektif (reflective storyboard)
maka pada minggu keenam ini saya akan menggunakan model 4C (connection, challenge, concept,
change).

Model 4C dikembangkan oleh Richhart, Church dan Morrison (2011). Model ini digunakan dalam
merefleksikan materi pembelajaran dan terdapat pertanyaan kunci sebagai arahan pada model ini.
Menurut saya model 4C cocok digunakan untuk melihat dan mendalami bagaimana keterkaitan
materi yang sudah didapat, perasaan selama melakukan aksi, ide gagasan yang muncul serta
pembelajaran dan pengalaman dalam bentuk catatan praktik baik.

Keterkaitan (connection) materi yang didapat dengan peran sebagai guru penggerak sangat nyata
lewat proses yang dilakukan selama minggu ini. Materi tentang menyusun visi guru penggerak sudah
pasti terkait dengan program guru penggerak. Sebagai calon guru penggerak materi ini memberikan
inspirasi sekaligus mewujudkan mimpi-mimpi saya sebagai seorang guru.

Ketika saya berkunjung ke Singapura dan Australia dengan melihat secara langsung bagaimana
sistem pendidikan yang dipraktekkan di sana, saya pun membatin, mungkinkah pada satu saat
pendidikan di Indonesia akan sama dengan negara maju tersebut?

Pada saat itu saya belum yakin. Tetapi ketika materi semakin mendalam tentang guru penggerak,
apalagi tentang visi guru penggerak saya memiliki keyakinan bahwa satu saat nanti negaraku tercinta
Indonesia akan sama bahkan melebihi pendidikan dari negara-negara tersebut.

Sebut saja tentang visi saya bahwa murid datang ke sekolah dengan perasaan bahagia dan di masa
yang akan datang dapat menguasai ilmu dan teknologi. Bersaing dengan negara maju bukan hal yang
mustahil jika saya benar-benar melakukan tugas dan fungsi saya sebagai seorang pendidik yang
dilandasi dengan nilai dan peran sebagai guru penggerak.

escription

Pada bagian ini, CGP belajar tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak melalui LMS Modul 1.2. Dalam
materi ini, CGP terlebih dahulu mengenal diri-sendiri melalui trapesium usia. Lewat trapesium usia,
CGP mengingat kembali peristiwa masa lalu yang bisa diambil pelajarannya untuk pembelajaran
yang dilakukannya saat ini. Selain itu, CGP juga dikenalkan nilai dan peran guru penggerak melalui
pemberian materi, diskusi mandiri, kolaborasi, elaborasi, dan demonstrasi. Pada masing-masing
tahapan belajar, CGP diberi kesempatan mengembangkan kompetensi melalui unggah tugas.

Examination

Pengalaman belajar yang diperoleh meningkatkan pemahaman CGP terkait nilai dan peran guru
penggerak. CGP bisa memahami nilai dan peran yang telah dimiliki dan akan dimiliki ke depannya.
Pengalaman belajar ini selanjutnya akan membantu CGP dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Beberapa pengalaman belajar terutama diskusi menambah kemampuan CGP dalam
menerapkan nilai dan peran guru penggerak. Dengan demikian pengalaman belajar tersebut akan
menjadi kunci mencapai tujuan.

Articulation of Learning
Banyak hal dipelajari CGP dalam modul ini. Nilai dan peran guru penggerak merupakan materi yang
juga harus dikuasai. Melalui kolaborasi dan elaborasi akan memperkuat pemahaman terkait materi.
Ke depannya, CGP perlu menguatkan kembali kolaborasi sesama CGP dalam memudahkan
implementasi nilai dan peran guru penggerak. Selain itu, ke depannya CGP perlu menyusun strategi
perbaikan berupa kolaborasi dengan sejawat di sekolah.

JURNAL REFLEKSI MINGGU KE-1

Oleh:

Heri Nofi Nuriyanto, S.Pd.I.

CGP Kabupaten Kebumen Angkatan 2

Setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak pada minggu ke-1, saya merefleksikan hasil dari
kegiatan ini dalam bentuk jurnal refleksi. Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai jurnal yang ditulis
sebagai media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik
yang telah dilakukan. Model refleksi yang saya gunakan adalah Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)
seperti pada gambar di bawah ini:

Dalam model ini terdapat berbagai warna yang dijadikan topi untuk berpikir. Setiap warna mewakili
satu jenis kegiatan berpikir. Warna-Warna tersebut antara lain putih, merah, hitam, kuning, hijau,
dan biru. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari setiap topi itu, akan saya dipaparkan di
bawah ini. Topi putih menggambarkan fakta (facts) dari rangkaian kegiatan Pendidikan Guru
Penggerak yang saya alami selama satu minggu.

Pertama, mulai dari diri. Refleksi diri tentang pemikiran KHD dengan mengamati video dan membaca
tulisan KHD, Kedua, Ekplorasi konsep, Refleksi diri tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara, ketiga,
Ruang Kolaborasi (Vicon), kegiatan video confrensi dan tanya jawab untuk mendesain kerangka
pembelajaran sesuai pemikiran KHD dalam bentuk rekaman audio atau video, Keempat, Refleksi
Terbimbing, Melakukan refleksi setelah mempelajari pemikiran KHD, Kelima, Demontrasi
kontekstual, Menuangkan pemikiran KHD dalam bentuk karya puisi, lagu, komik, poster, infografis,
dan sebagainya.

1. Topi putih menggambarkan perasaan (feelings) yang muncul selama kegiatan Pendidikan Guru
Penggerak pada minggu kesatu, yaitu Pertama, Betah ketika mendengarkan dan menyimak
penjelasan fasilitator dalam menyajikan materi. Semangat pada saat berkolaborasi dalam kelompok
dan mengerjakan tugas-tugas di LMS. Kedua, saya juga merasa takut, antara lain 1) takut mati lampu
pada saat meeting karena berpengaruh pada jaringan internet., 2) takut tidak dapat mengerjakan
tugas tepat waktu, 3) takut tidak dapat mengaplikasikan pengetahuan dan pemahaman yang
diperoleh di sekolah dan komunitas. Ketiga, perasaan senang selama mengikuti pendidikan karena
mendapat ilmu pengetahuan baru, bertemu dengan orang-orang hebat, dan dapat menggunakan
aplikasi baru yang sebelumnya belum pernah digunakan.

2. Topi merah menggambarkan perasaan yang saya alami selama mengikuti kegitan PGP. Antara
lain merasa betah, semangat, takut dan senang. Betah ketika menyimak penjelasan dari fasilitator,
semangat dalam bekerja kelompok, dan takut jika saat online tiba-tiba mati lampu, serta senang
bertemu dengan orang-orang hebat dan mendapatkan teman baru.

3. Topi kuning menggambarkan manfaat (benefits) yang saya peroleh setelah mengikuti kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak pada minggu kesatu, yaitu bertambahnya pengetahuan mengenai
konsep pendidikan dan pengajaran, semboyan KHD, peran guru menuntun, kodrat alam dan budi
pekerti, profil pelajar pancasila, dan merdeka belajar. Selain itu dapat menggunakan aplikasi baru,
antara lain Google Drive dan Meet. Manfaat lain yang saya peroleh yaitu dapat berkolaborasi atau
bekerja dengan teman sejawat untuk menyelesaikan permasalahan dengan tingkat pola pemikiran
dan kemampuan serta jenjang pendidikan yang berbeda untuk menghasilkan karya.

4. Topi hitam menggambarkan kendala (cautions) yang saya hadapi selama mengikuti kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak pada minggu kesatu, antara lain Pertama, kendala jaringan. Jaringan
internet tidak stabil. Akibatnya sering terlempar pada saat vicon. Solusinya menyediakan jaringan
tambahan pada seluler berbeda. Kedua, kendala Upload pada LMS, lama proses upload dan
menghilang sehingga harus berulang-ulang mengisi LMS. Ketiga, kendala dalam penguasaan aplikasi.
Penguasaan aplikasi google drive, kinemaster, canva, jambord masih rendah, sehingga harus banyak
mempelajari tutorialnya dan belajar pada orang yang telah menguasainya.

5. Topi hijau menggambarkan ide/gagasan (creativity) yang dapatkan selama mengikuti kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak pada minggu kesatu, diantaranya adalah Pertama, menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. Kedua, budi pekerti merupakan perpaduan antara gerak
pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga, Ketiga, semboyan
KHD yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (Di depan memberi contoh), Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah
membangun semangat), Tut Wuri Handayani (Di belakang memberikan dorongan), Keempat, pelajar
Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan
berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif, dan
Kelima, merdeka belajar adalah filosofi belajar yang mengembangkan kemandirian dan
kemerdekaan dalam proses pembelajaran.

6. Topi biru menggambarkan kesimpulan (process) saya setelah mengikuti kegiatan Pendidikan
Guru Penggerak pada minggu kesatu, yaitu 1) Evaluasi diri, maksudnya melakukan instrospeksi diri
atas kelebihan dan kekurangan dengan cara mintalah masukan dari teman sejawat, kepala sekolah
atau pengawas sekolah terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan dan tindaklanjuti
dengan terus belajar dan jangan malu untuk bertanya; 2) Upgade kebiasaan, maksudnya mengubah
kebiasaan mengajar yang selama ini saya lakukan dengan cara mengajar tidak hanya menggugurkan
kewajiban, ciptakanlah kegiatan mengajar yang dapat menyentuh hati sanubari anak dan selalu
dikenang, dan isilah tas dengan berbagai media yang menarik; 3) Evolusi pembelajaran, maksudnya
melakukan perubahan secara bertahap pelaksanaan pembelajaran yang selama ini dilakukan dengan
cara belajar sambil bermain, menumbuhkan profil pelajar pancasila, dan menggunakan aplikasi yang
sudah dikuasai dalam kegiatan pembelajaran.

Di Singapura dan Australia saya melihat murid datang dengan gembira, belajar dengan hati bahagia.
Dengan hati bahagia dan gembira murid tidak bosan belajar karena mereka tidak dipaksa, tetapi
diarahkan. Jika murid mengalami masalah mereka didampingi dan secara kolaboratif mencari jalan
keluar terbaik atas permasahalan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai