Anda di halaman 1dari 4

NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KESENIAN TOPENG MALANGAN

Gambar 1 Topeng Malangan

Malang merupakan daerah yang memiliki segudang keindahan. Malang dikenal dengan
berbagai keunikannya, mulai dari keindahan alamnya hingga warisan budayanya. Sebagai destinasi
wisata, Malang menjadi pusat kebudayaan di Jawa Timur khususnya pada bidang seni topeng. Topeng
yang dibuat dan dikembangkan di Malang dikenal dengan topeng malangan.

Topeng merupakan warisan leluhur yang telah ada sejak zaman dahulu dan terus berkembang
hingga sekarang. Pada awalnya kesenian topeng tak hanya sebagai aksesoris belaka, namun lebih
sebagai simbol religius bagi masyarakat kuno. Masyarakat kuno sering menggunakan dalam berbagai
ritual ibadah. Bagi mereka topeng merupakan penggambaran simbolis untuk memuja arwah nenek
moyang.

Begitupun kesenian topeng malangan, topeng malangan juga memiliki sejarah yang panjang.
Dalam catatan sejarah, cikal bakal budaya topeng malangan dapat ditelusuri dari masa kerajaan
Kanjuruhan. Pada masa itu, telah ada sebuah topeng yang terbuat dari bahan emas murni bernama
Puspo Sariro yang bermakna bunga dari hati yang paling dalam. Topeng di masa ini menjadi sebuah
simbol religius.

Kesenian topeng malangan terus berkembang seiring berkembangnya zaman hingga menjadi
sebuah tarian. Bupati Kab. Malang, Rendra Kresna, menyatakan bahwa tari topeng pertama kali
diciptakan oleh begawan-begawan pada masa berdirinya Kerajaan Kahuripan dan Daha. Tujuan
diciptakannya tari topeng adalah untuk menyatuakan kedua kerajaan tersebut melalui perkawinan.
Sehingga filosofi topeng ini bukan hanya bermakna religi, tetapi juga sebagai pemersatu. Tari topeng
inilah yang menjadi cikal bakal budaya topeng malangan di masa modern.

Kesenian Topeng Malang di masa modern telah ada sejak zaman penjajahan Belanda, namun
ketepatan waktu tahun munculnya belum dapat dipastikan. Daerah-daerah tempat lahirnya topeng
Malang yang masih dikenal di wilayah Kabupaten Malang diantaranya desa atau dusun Tumpang,
Tulus Besar, Glagahdowo, dan Kedungmonggo. Eksistensi topeng Malang di beberapa daerah
tersebut sudah mulai surut, dan wilayah yang masih cukup eksis dalam pelestarian topeng Malang
adalah Dusun Kedungmonggo.

Gambar 2 Tari Topeng Malangan di Sanggar Asmorobangun, Kedungmonggo

Dusun Kedungmonggo merupakan salah satu dari kantong persebaran seni budaya topeng
Malang dan dikenal sebagai basis tumbuhnya topeng malangan. Topeng malangan memiliki ciri-ciri
tersendiri, seperti pemaknaan bentuk hidung, mata, bibir, warna topeng, dan ukirannya. Topeng
malangan memiliki 5 warna dasar, yaitu merah, putih, hijau, kuning, dan hitam, dimana masing-
masing warna berfungsi sebagai simbol dari karakter topeng atau tokoh yang diperankannya. Ukiran
atau ragam hias pada topeng Malang, biasanya berupa urna di bagian kening, melati, kantil, teratai
jamang, pada bagian dahi, dan irah-irahan atau tutup kepala yang mewakili sifat kebangsawanan.
Beberapa karakter tokoh dalam topeng malangan antara lain topeng Klana, topeng Panji, topeng
Punakawan, topeng Putri, topeng Gunungsari, topeng Sekartaji, topeng Ragil Kuning, dan topeng
Bapang.

Dalam pembuatan topeng malangan, pembuatnya tidak menciptakan sendiri wajah atau
bentuk topeng, melainkan meniru atau mencontoh bentuk topeng yang sudah ada. Kayu yang dipilih
berasal dari pohon dengan spesifikasi khusus, dan peralatan yang dipergunakan untuk membuat
topeng malang adalah gergaji, patuk lajeng, tatah, pengot, cat, kuas, dan amplas. Topeng Malangan
biasanya didapatkan secara turun-temurun, dan dalam pewarnaan topeng, dahulu menggunakan
pewarna alami tradisional. Saat ini topeng malangan banyak difungsikan sebagai bagian dari seni dan
budaya, dan menjadi komponen yang wajib ada dalam tari topeng maupun lakon wayang topeng
malangan. Saat ini topeng diproduksi bukan hanya untuk kebutuhan seni pertunjukkan saja tetapi juga
untuk dipasarkan sebagai sovenir khas Malang dengan berbagai ukuran.

Tari topeng malangan merupakan seni tari dimana para penari menggunakan topeng yang
masing-masing memiliki peran tersendiri dalam tariannya. Tari topeng malangan menceritakan kisah
Ramayana, Mahabarata, atau Panji Asmorobangun. Tokoh yang sering diperankan di antaranya Galuh
Candrakirana, Raden Panji Inu Kertapati, Dewi Ragil Kuning. Raden Gunung Sari, dan lain
sebagainya. Setiap peran memiliki watak dan karakter yang berbeda. Hal ini dapat diketahui dari
perbedaan warna, putih melambangkan kesucian, hijau melambangkan kehidupan, hitam
melambangkan kebijaksanaan, serta warna merah yang melambangkan hawa nafsu.

Tari topeng malangan memiliki gerakan yang khas. Salah satu Gerakan yang khas adalah
kedua kaki dibuka lebar dengan jarak tiga telapak dan posisi kaki menghadap ke samping kanan dan
kiri. Tari topeng malangan juga membutuhkan gerak seluruh tubuh, mulai dari kepala hingga ujung
kaki. Untuk detail gerakannya, biasanya menyesuaikan dengan kisah yang dibawakan.

Tari topeng malangan awalnya berfungsi sebagai sarana pemujaaan kepada leluhur. Setiap
Senin legi dalam kalender jawa tarian ini diselenggarakan oleh Sanggar Asmorobangun di Dusun
Kedungmonggo, biasanya disertai dengan sesajen yang ditujukan kepada leluhur. Hingga saat ini,
Sanggar Asmorobangun masih melakukan upaya pelestarian tarian topeng malangan dengan
membuka pelatihan bagi masyarakat. Namun di masa sekarang tari topeng malangan lebih berfungsi
sebagai seni pertunukan dan pelengkap acara. Selain ditampilkan pada pertunjukan kesenian, biasanya
tari topeng malangan digunakan pada pembukaan acara formal, seperti wisuda, peringatan hari
nasional, serta acara-acara lain. Tari topeng malangan juga sering digunakan untuk menyambut tamu.
Selain itu, tarian ini dipakai pada acara resmi pemerintahan.

Sebagai warisan budaya Nusantara, nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian topeng
malangan tentunya selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Ketika kita cermati,
terdapat refleksi dari nilai-nilai Pancasila yang mendasar.

Pertama, Pancasila menekankan "Ketuhanan Yang Maha Esa". Kesenian Topeng Malangan
mencerminkan hal ini dengan seringkali memasukkan unsur-unsur spiritual dalam pertunjukan.
Seperti yang telah diketahui bahwa tujuan dari budaya ini adalah untuk memuja arwah leluhur. Penari
sering mengenakan topeng-topeng yang mewakili makhluk-makhluk mitologis atau tokoh-tokoh
agama. Ini mengingatkan kita akan pentingnya spiritualitas dalam budaya Indonesia dan
penghormatan terhadap kepercayaan akan adanya entitas yang Maha Kuasa.

Kedua, nilai “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” tercermin dalam budaya ini. Tari Topeng
Malangan melibatkan gerakan yang kompleks dan penuh makna. Setiap penari memiliki peran yang
mempunyai watak yang berbeda beda. Gerakan-gerakan yang ditarikan melambangkan hubungan dan
interaksi antar sesama manusia. Melalui gerakan-gerakan ini, penari menyampaikan cerita dan pesan
moral. Pertunjukan ini juga menunjukkan bagaimana manusia dapat berinteraksi satu sama lain secara
harmonis, meskipun dalam karakter dan peran yang berbeda dalam cerita tarian.
Ketiga, "Persatuan Indonesia" menjadi tema penting dalam kesenian Topeng Malangan.
Meskipun berasal dari daerah tertentu, pertunjukan tari ini sering menjadi ajang untuk
mempromosikan persatuan nasional. Asal usul tari topeng malangan bertujuan untuk memeprsatukan
kedua kerajaan. Selain itu, tarian yang dibawakan secara berkelompok dengan padu dan saling
mengisi melambangkan sikap menjunjung tinggi persatuan dan saling tolong menolong.

Keempat, “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan” dapat dilihat dalam aspek kolaboratif tarian ini. Tari Topeng Malangan
sering melibatkan sekelompok penari yang bekerja bersama-sama untuk menghadirkan kisah yang
kompleks. Ini mencerminkan semangat musyawarah dan kerja sama, yang merupakan prinsip utama
dalam sistem demokratisasi Indonesia.

Terakhir, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia" tercermin dalam beberapa
pertunjukan Tari Topeng Malangan yang memasukkan tema-tema sosial atau cerita-cerita moral.
Dalam hal ini, tarian ini dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya
keadilan sosial dan persamaan hak bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, kesenian topeng malangan adalah bukti hidup dari bagaimana seni dan
budaya Indonesia dapat menjadi cermin nilai-nilai Pancasila. Dalam keindahan gerakan dan ekspresi
dalam tarian ini, kita dapat menemukan ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan
– nilai-nilai yang menjadi pondasi kuat bagi bangsa Indonesia. Kesenian topeng malangan bukan
hanya bentuk seni yang memukau, tetapi juga warisan budaya yang berharga yang memperkaya
pemahaman kita akan nilai-nilai yang mendasari Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai